EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP.

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BATANG ASAI KABUPATEN SAROLANGUN

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

PRAKTIKUM VIII PERENCANAAN IRIGASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

MENENTUKAN AWAL MUSIM TANAM DAN OPTIMASI PEMAKAIAN AIR DAN LAHAN DAERAH IRIGASI BATANG LAMPASI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA DAN KOTA PAYAKUMPUH ABSTRAK

Irigasi Dan Bangunan Air. By: Cut Suciatina Silvia

EVALUASI DAERAH IRIGASI BENGAWAN JERO KABUPATEN LAMONGAN

ANALISIS KEBUTUHAN AIR PADA DAERAH IRIGASI MEGANG TIKIP KABUPATEN MUSI RAWAS

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran.

ANALISIS ALIRAN AIR MELALUI BANGUNAN TALANG PADA DAERAH IRIGASI WALAHIR KECAMATAN BAYONGBONG KABUPATEN GARUT

STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN M. FAKHRU ROZI

Studi Optimasi Irigasi pada Daerah Irigasi Segaran Menggunakan Simulasi Stokastik Model Random Search

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN PRIMER DAERAH IRIGASI BEGASING KECAMATAN SUKADANA

STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN DI DAERAH IRIGASI PARSANGA KABUPATEN SUMENEP JURNAL ILMIAH

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak

ANALISA EFISIENSI DAN OPTIMALISASI POLA TANAM PADA DAERAH IRIGASI TIMBANG DELI KABUPATEN DELI SERDANG

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

Perencanaan Operasional & Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI. Porong Kanal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1

ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH KABUPATEN GARUT SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR

Keywords: water supply, water demand, water balance,cropping

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30" LS sampai 7 o

April 18, 18, Mei 18, 18, 18, 18, 18, Juni 18, 18, 18, 18, 18, 00 18, Juli 17, 17, 17, 17, Agustus 18, 00 18, 00 18, 00 18, 00 17, 17, September 17,

I. PENDAHULUAN. Hal 51

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang

Dosen Pembimbing. Ir. Saptarita NIP :

Oleh: Made Sudiarsa 1 Putu Doddy Heka Ardana 1

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah

EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI UJUNG GURAP UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PENGOLAHAN AIR IRIGASI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Perencanaan Embung

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

STUDI OPTIMASI POLA TANAM JARINGAN IRIGASI DESA RIAS DENGAN PROGRAM LINEAR

Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

Analisis Ketersediaan Air Sungai Talawaan Untuk Kebutuhan Irigasi Di Daerah Irigasi Talawaan Meras Dan Talawaan Atas

OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK

ANALISIS KEBUTUHAN AIR DAN BANGUNAN KANTONG LUMPUR DI DAERAH IRIGASI PAYA SORDANG KABUPATEN TAPANULI SELATAN

Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1. Pertemuan 2

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA

KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW. Abstrak

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

ABSTRAK Faris Afif.O,

STUDI KESEIMBANGAN AIR PADA DAERAH IRIGASI DELTA BRANTAS (SALURAN MANGETAN KANAL) UNTUK KEBUTUHAN IRIGASI DAN INDUSTRI

STUDI OPTIMASI POLA TANAM PADA DAERAH IRIGASI JATIROTO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM LINIER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

STUDI POLA PEMANFAATAN BENDUNG PEJENGKOLAN UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI

HASIL DAN PEMBAHASAN

RC TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER

STUDI PENINGKATAN KEUNTUNGAN MELALUI OPTIMASI SISTEM PEMBERIAN AIR DAERAH IRIGASI GEMBLENG KANAN DENGAN PROGRAM DINAMIK JURNAL

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

KEBUTUHAN AIR SAWAH UNTUK TANAMAN PADI PADA DAERAH IRIGASI PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

LAMPIRAN. Mulai. Penentuan Lokasi Penelitian. Pengumpulan. Data. Analisis Data. Pengkajian keandalan jaringan irigasi

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI MELALUI PEMBANGUNAN LONG STORAGE

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus

9/26/2016. Debit Andalan

STUDI PERENCANAAN SALURAN TERSIER DENGAN TINJAUAN KECEPATAN MINIMUM ALIRAN DI DAERAH IRIGASI KEDUNG BRUBUS KECAMATAN PILANGKENCENG, KABUPATEN MADIUN.

PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH IRIGASI SEI BELUTU BENDUNG SEI BELUTU

PENINGKATAN KINERJA OPERASI WADUK JEPARA LAMPUNG DENGAN CARA ROTASI PEMBERIAN AIR IRIGASI

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Jl. Madukoro Blok.AA-BB Telp. (024) , , , S E M A R A N

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk

Optimalisasi Pemanfaatan Sungai Polimaan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi

BAB IV ANALISA DATA CURAH HUJAN

KATA PENGANTAR. perlindungan, serta kasih sayang- Nya yang tidak pernah berhenti mengalir dan

STUDI OPTIMASI POLA OPERASI IRIGASI DI DAERAH IRIGASI LAMBUNU PROPINSI SULAWESI TENGAH. Aslinda Wardani 1)

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

Studi Pengembangan Drainase Lahan Rawa Tanjungputus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Curah Hujan Daerah Penelitian

TINJAUAN TERHADAP KONDISI DAERAH IRIGASI DESA GERINIS KOMPLEK, KABUPATEN SEKADAU

KEBUTUHAN AIR. penyiapan lahan.

PENYEDIAAN AIR BAKU DAN PENGENDALIAN BANJIR DI KAWASAN KOTA PAMEKASAN DAN SEKITARNYA

Kata kunci : Kebutuhan Irigasi, Kebutuhan Non Irigasi, keandalan waduk

BAB-4 ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI

Gambar 1. Daur Hidrologi

OPTIMALISASI KEBUTUHAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI SENGEMPEL, KABUPATEN BADUNG

STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MENGOPTIMALKAN LUAS LAHAN SAWAH DAN KEUNTUNGAN DI DAERAH IRIGASI KARANG ANYAR (436 HA) KABUPATEN MALANG

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM

PERENCANAAN LONG STORAGE KEMALANG KABUPATEN KLATEN JAWA TENGAH

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

Transkripsi:

EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP. Cholilul Chayati,Andri Sulistriyono. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Wiraraja Sumenep. ABSTRAK Faktor yang sangat penting dalam meningkatkan produksi pertanian adalah irigasi. Dengan sistem irigasi kita dapat mengairi tanaman secara tepat baik jumlah maupun waktunya, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan dapat berproduksi dengan optimal. Desa Batuampar merupakan daerah pertanian dengan Baku sawah 406 Ha.Sumber Talon merupakan Mata Air yang di gunakan oleh Petani di desa Batu Ampar untuk memenuhi kebutuhan Irigasi. Pada penelitian ini di lakukan analisa Curah hujan, Uji Konsistensi Data Curah Hujan, Curah Hujan Andalan dan Curah Hujan Efektif, Perhitungan Kebutuhan Air Tanam, Sistem Pembagian Air Secara Rotasi dan Jam Rotasi.Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui kebutuhan air,mengetahui debit rancangan dan sistem pembagian air di Daerah irigasi Desa Batuampar Kecamatan Guluk- Guluk Kabupaten Sumenep. Hasil penilitian didapat bahwa kebutuhan air untuk tanaman adalah 0,729 l/dt/ha dengan luas areal 90 ha dan efisien irigasi 60% = 0,729/0,60 = 1.215 lt/dt/ha x 90 = 109,35 lt/det sedangkan ketersediaan air yang ada sudah mampu memenuhi kebutuhan akan air tanam yaitu 114,83 l/dt/ha. Pembagian air secara rotasi dilakukan dengan cara menggolongkan petak sawah menjadi Tiga golongan dan Tiga jam rotasi Kata Kunci : Curah Hujan, Debit,Saluran Irigasi. PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang begitu cepat telah menyebabkan perubahan tata guna lahan.dampak perubahan dari tata guna lahan tersebut adalah meningkatnya aliran permukaan sekaligus menurunnya air yang meresap langsung ke dalam tanah. Akibat selanjutnya adalah distribusi air yang makin tidak seimbang antara musim hujan dan musim kemarau. Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Untuk mendapatkan hasil yang maksimum dalam pertanian dengan memperhatikan sistem pengairannya. Maka dari itu perlu dibuat sistem pengairan yang mampu memenuhi kebutuhan air pada lahan yang sering kita sebut dengan irigasi. Di Jawa Timur khususnya di Sumenep, pengembangan suatu daerah pengairan bersifat intensifikasi dari pada ekstensifikasi. Salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan produksi pertanian adalah irigasi. Dengan sistem irigasi kita dapat mengairi tanaman secara tepat baik jumlah maupun waktunya, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan dapat berproduksi dengan optimal. 171

Desa Batuampar merupakan daerah pertanian dengan Baku sawah 406 Ha, Kebutuhan air irigasi memenuhi kebutuhan sistem pembagian airnya, Mengingat areal pertanian yang sangat luas di Desa Batuampar maka supaya tanaman dapat tumbuh dengan lebih baik diperlukan sebuah sistem pembagian air yang mampu mencukupi kebutuhan air secara merata dari hulu sampai hilir untuk areal pertanian di Desa Batuampar. LANDASAN TEORI Sistem irigasi. Adapun klasifikasi jaringan irigasi bila ditinjau dari cara pengaturan, cara pengukuran aliran air dan fasilitasnya, dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu : a. Jaringan Irigasi Sederhana b. Jaringan Irigasi Semi Teknis c. Jaringan Irigasi Teknis Metode pengairan Cara pemberian air pada tanaman pertanian dapat dilakukan dengan bermacam macam cara yang antara lain, melalui metode : a. Pemberian air pada muka tanah b. Sprinkling method c. Infiltration method d. Sub surfaece irgation method Sistem pembagian air Sistem pembagian air untuk jaringan irigasi Tersier ini adalah: a. Pengaliran terus-menerus... bila debit air yang tersedia Q 100% Q maks. b. Dengan rotasi... bila debit yang tersedia Q 65 % Q maks. c. Kombinasi antara pengaliran terus-menerus dan rotasi Koefisien Tanaman Kebutuhan air tanaman sebagai pengganti konsumtif ditentukan oleh koefisien tanaman dan evaporasi potensial, yaitu dalam hubungan : Etc = k x Eto Dimana : Etc : Evaporasi sebenarnya k : Koefisien tanaman Eto : Evaporasi potensial Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air irigasi pada tanah pertanian untuk satu unit luasan dinyatakan dalam rumus berikut. IR = Cu + P + Pd + N Re Dimana : IR = Kebutuhan air irigasi (mm) Cu = Penggunaan konsumtif tanaman (mm) P = Kehilangan air akibat perkolasi (mm/hr) Pd = Kebutuhan air untuk pengolahan tanah (mm) N = Kebutuhan air untuk pengisian tanah persemaian (mm) Re = Curah hujan efektif (mm) 172

Menghitung Tinggi Curah Hujan Rata-rata secara matematik ditulis persamaan sebagai berikut : ( Rumus2.1a ) Rave = R1 + R2 + R3 Rn n Dimana :Rave = Curah hujan rata-rata (mm ) R₁ R₂...Rn = Besarnya curah hujan pada masing-masing stasiun (mm) Menghitung Curah Hujan Harian Rencana Dalam perencanaan suatu bangunan air dipakai suatu tinggi hujan tertentu sebagai dasar untuk menentukan dimensi suatu bangunan, ( Hidrologi Teknik, CD Soemarto,1986:) RT = R + C R ( yt yn ) C n Menghitung Analisa Intensitas Curah Hujan Metode perhitungan analisa intensitas curah hujan dengan menggunakan metode hasper-weduwen, durasi hujan (t) lebih kecil dari 1 jam dan durasi hujan dari 1 jam sampai dengan 24 jam. a. Untuk 0 t 1 jam, Maka kita gunakan rumus : ( Rumus 2.1c ) R = 11.300 t t+3,12 * Ri 100 dimana 1218t+54 Ri = Xt Xt(1 t)+ 1272t b. Untuk 0 t 24 jam, Maka kita gunakan rumus : ( Rumus 2.1d ) R = 11.300 t * Xt t+3,12 100 Dimana rumus : ( Rumus 2.1e ) I = R t Dimana : I = intensitas hujan ( mm/jam ) R = hujan harian maksimum ( mm/24 jam ) Menghitung Intensitas Hujan Untuk menghitung intensitas hujan, dimana harga 1 bervariasi sebagai fungsi waktu dapat menggunakan 3 metode perhitungan intensitas hujan, yaitu : a. Metode tolbot b. Metode sherman c. Metode ishiguro langkah-langkah perhitungan debit rencana secara garis besar dengan Metode Rasional. Rumus umum dari Metode Rasional adalah : Q = 0,278 x C x I x A Keterangan : Q = debit puncak limpasan permukaan (m 3 /det). C = angka pengaliran (tanpa dimensi) A = luas daerah pengaliran (Km 2 ) I = intensitas curah hujan (mm/jam). 173

Hitung intensitas hujan (I) Jika data hujan yang tersedia adalah data harian maka hitung dengan menggunakan metode Mononobe : 24 2/3 Rumus Mononobe : I = X 24 24 t c n = Jumlah titik atau pos pengamatan METODOLOGI PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Lokasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Daerah Irigasi Sumber Talon Desa Batuampar dengan luas areal 90 Ha. Prosedur Pengumpulan Data a. Observasi b. Literatur c. Dokumentasi Data yang digunakan dalam penelitian dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam, yaitu : Data Primer Dalam penelitian ini data Primer yang diperoleh adalah: Dimensi saluran Elevasi saluran Data Sekunder. Data Sekunder yang diperoleh adalah: Debit air (Q) Baku sawah, Peta irigasi dan Skema irigasi Data curah hujan HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Curah Hujan Data curah hujan yang digunakan untuk menentukan curah hujan andalan dan curah hujan efektif adalah data curah hujan harian selama 10 tahun (tahun 2006 tahun 2015) yang diambil dari 3 stasiun penakar hujan yang tersebar di wilayah Daerah Irigasi Sumber Talon Desa Batuampar Kecamatan Guluk-Guluk Uji Konsistensi Data Curah Hujan Perhitungan uji konsistensi data untuk masing-masing stasiun penakar hujan disajikan pada tabel. Tabel Uji Konsistensi Data Hujan Tahunan Stasiun Hujan Guluk-Guluk (STA.1) CH CH. Stasiun Lain Komulatif Tahun STA.1 (mm) Komulatif Rerata STA.1 Rerata (mm) STA. 2 STA.3 2006 1360 1360 1312 1391 1352 1352 2007 1675 3035 1369 1017 1193 2545 2008 1402 4437 1287 949 1118 3663 2009 1222 5659 1165 859 1012 4675 174

2010 2584 8243 2297 2027 2162 6837 2011 1362 9605 1419 1326 1373 8209 2012 1313 10918 1032 1415 1223 9432 2013 2252 13170 1569 1771 1670 11102 2014 1304 14474 1367 1430 1399 12501 2015 1008 15482 1194 40 617 13118 Tabel Uji Konsistensi Data Hujan Tahunan Stasiun Hujan Ganding (STA.2) CH CH. Stasiun Lain Komulatif Komunatif Tahun STA.2 (mm) Rerata STA.2 Rerata (mm) STA. 1 STA.3 2006 1312 1312 1360 1391 1376 1376 2007 1369 2681 1675 1017 1346 2722 2008 1287 3968 1402 949 1176 3897 2009 1165 5133 1222 859 1041 4938 2010 2297 7430 2584 2027 2306 7243 2011 1419 8849 1362 1326 1344 8587 2012 1032 9881 1313 1415 1364 9951 2013 1569 11450 2252 1771 2012 11963 2014 1367 12817 1304 1430 1367 13330 2015 1194 14011 1008 40 524 13854 Tabel Uji Konsistensi Data Hujan Tahunan Stasiun Hujan Pragaan (STA.3) CH CH. Stasiun Komulatif Komunatif Tahun STA.3 Lain (mm) Rerata STA.3 Rerata (mm) STA. 1 STA.2 2006 1391 1391 1360 1312 1336 1336 2007 1017 2408 1675 1369 1522 2858 2008 949 3357 1402 1287 1345 4203 2009 859 4216 1222 1165 1194 5396 2010 2027 6243 2584 2297 2441 7837 2011 1326 7569 1362 1419 1391 9227 2012 1415 8984 1313 1032 1172 10399 2013 1771 10755 2252 1569 1910 12310 2014 1430 12185 1304 1367 1336 13645 175

2015 40 12225 1008 1194 1101 14746 Perhitungan Kebutuhan Air Tanam untuk padi Penyiapan lahan terbagi atas 2 tahap, yaitu: 1. Kebutuhan air di Sawah untuk Padi pada saat penyiapan lahan yaitu satu bulan sebelum persemaian. Contoh perhitungan pada Bulan Oktober Periode I a. P = 3 mm hari = 30 mm 10 hari b. Eo = 1,1 x Eto ; Eto = 6,66 mm hari = 66,6 mm 10 hari = 1,1 x 66,6 = 73,21 mm 10 hari c. M = Eo + P = 73,21 + 30 Etc = 103,2 mm 10 hari d. K = M x T S = 103,2 x 30 250 = 12,38 mm 10 hari e. IR = Mxe k e k -1 = 103,2xe 12,38 e 13,28-1 = 103,2 mm 10 hari = IR karena termasuk penyiapan lahan f. NFR = IR-Re = 103,2-0 = 103,2 mm 10 hari g. Kebutuhan Irigasi = NFRr;; Efisiensi = 95 % Efisiensi x 8,64 = 103,2 o 0,95 x 8,64 = 12,6 l/dt/ha/10 hari h. Debit Pengambilan =kebutuhan irigasi x luas lahan = 12,61 x 90 = 1,1349m 3 /dt/ha/10 hari 2. Kebutuhan Air di Sawah untuk Padi Setelah Penyiapan Lahan Contoh perhitungan pada Bulan Nopember Periode I a. P = 3 mm hari = 30 mm 10 hari b. Eo = 1,1 x Eto ; Eto = 5,24 mm hari =5 2,40 mm 10 hari = 1,1 x 52,24 = 57,64 mm 10 hari c. Etc = Eto x Kc = 1,2 176

= 52,40 x 1,2 = 62,88 mm 10 hari d. NFR = Etc + WLR + P-Re = 62,88 + 11,1 + 30-0 = 208,0 mm 10 hari e. Kebutuhan air irigasi = NFR r; Efisiensi x 8,64 = 208,0 o 0,95 x 8,64 = 25,3 lt/dt/ha/10 hari f. Debit Pengambilan = kebutuhan irigasi x luas lahan = 25,3 x 90 = 2,277m 3 /dt/ha/10 hari Kebutuhan Air untuk Tanaman Palawija Kebutuhan air irigasi = NFR r; Efisiensi x 8,64 = 41,1 o 0,95 x 8,64 = 5,01 lt/dt/ha Debit Pengambilan = kebutuhan irigasi x luas lahan = 5,01 x 90 = 0.4509m 3 /d Tabel 4.12 Curah Hujan Andalan dan Curah Hujan Efektif D.I.Guluk-Guluk Bulan Periode R 70 Re mm mm mm/hari 1 64 44,80 4,48 Jan 2 25 17,50 1,75 3 24 16,80 1,68 1 52 36,40 3,64 Feb 2 57 39,90 3,99 3 127 88,90 8,89 1 156 109,20 10,92 Mar 2 80 56,00 5,60 3 22 15,40 1,54 1 74 51,80 5,18 Apr 2 8 5,60 0,56 3 23 16,10 1,61 1 62 43,40 4,34 Mei 2 0 0,00 0,00 3 0 0,00 0,00 Jun 1 0 0,00 0,00 177

Jul Agust Sep Okt Nop Des 2 11 7,70 0,77 3 0 0,00 0,00 1 0 0,00 0,00 2 0 0,00 0,00 3 0 0,00 0,00 1 0 0,00 0,00 2 0 0,00 0,00 3 0 0,00 0,00 1 0 0,00 0,00 2 0 0,00 0,00 3 0 0,00 0,00 1 0 0,00 0,00 2 0 0,00 0,00 3 25 17,50 1,75 1 126 88,20 8,82 2 64 44,80 4,48 3 110 77,00 7,70 1 123 86,10 8,61 2 129 90,30 9,03 3 40 28,00 2,80 Kebutuhan air tanaman Untuk mengetahui kebutuhan air tanaman maka dilakukan perhitungan kebutuhan air yang terangkum pada perhitungan Curah Hujan Andalan dan Curah Hujan di tiga stasiun Dari hasil perhitungan Debit dan Kebutuhan Air Tanaman diketahui kebutuhan air bersih tanaman tertinggi terjadi pada bulan November periode 2 yaitu 63,0 mm/10hari Kebutuhan air = 63 mm x 10.000 m 2 10 x 24 x 3.600 dt = 0,063 x 10.000 m 2 x 1 ha 10 x 24 x 3.600 dt = 630 m 3 x 1 ha 864.000 = 630.000 864.000 = 0,729 l/dt/ha Dengan Q rencana = 0,729 l/dt/ha Sistem Pembagian Air Secara Rotasi dan Jam Rotasi Sebelum menghitung pembagian air secara rotasi dan jam rotasi, terlebih dahulu dilakukan penggolongan sebagai berikut : Penggolongan : Golongan KB (A) = 40 ha Golongan K K (B) = 24 ha Golongan K P (C) = 26 ha Jumlah = 90 ha 178

Perhitungan debit rencana Tabel Hasil hitungan Qrencanadi sebagai berikut : Petak Sub Luas Q (lt/dt) Q Tersier (ha) 100% 65% 30% Rencana a 40 48,60 44,43 38,28 48,60 b 24 29,16 34,12 38,28 38,28 c 26 31,59 36,97 38,28 38,28 Jumlah 90 109,35 115,52 38,28 Perhitungan Jam rotasi Tabel Jam Rotasi Sumber Data : Dari Perhitungan Pemberian Air Terus menerus Q = 65 100% Rotasi I Q = 30 65% Rotasi II Q = < 35% Jam Petak yang di airi Jam Petak yang di airi Jam Senin 6:00 6:00 6:00 Selasa Rabu A + B 17:00 Kamis Jum at 12:00 Saptu 11:00 A Minggu A + B + C Senin B + C 6:00 Selasa Rabu 17:00 17:00 Kamis Jum at A + C 12:00 Saptu Minggu Senin 6:00 6:00 6:00 Petak yang di airi B B B C A KESIMPULAN Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kebutuhan air tanaman sudah terpenuhi dengan hasil perhitungan debit rencana Dengan q rencana 0,729 lt/det/ha dengan luas areal 90 ha dan efisiensi irigasi 60 % = 0,729/0,60 = 1.215 lt/det/ha x 90 ha = 109,35 lt/det Debit sumber yang ada = Pintu I + Pintu II = 82 lt/det + 32,83 lt/det = 114,83 lt/det Sehingga air terpenuhi 179

2. Perhitungan debit rencana a. Pada saat Q = 100 % Q maks, dilakukan pengairan secara terus menerus. Jumlah Q max = 109,35 lt/det b. Pemberian air bila Q = 65% Qmax = 65/100 x 109,35 lt/det = 71,08 lt/det Perhitungan berdasarkan pada pemberian air giliran sub tersier I Periode I : Sub tersier a dan b diari. Luas a + b = 64 ha Periode II : Sub tersier a dan c diari. Luas a + c = 66 ha Periode III : Sub tersier b dan c diari. Luas b + c = 50 ha c. Pemberian air bila Q = 30% Qmax = 0,35 x 109,35 = 38,28 lt/det. Air sebanyak 38,28 lt/det tidak dapat diberikan secara proporsional dalam waktu bersamaan dan dipakai hanya untuk mengairi satu petak sawah tersier secara bergiliran. Lamanya giliran berdasarkan rotasi sub tersier II. 3. Perhitungan Jam rotasi Rotasi I : Semua petak mendapat air secara terus menerus. Rotasi II : 2 golongan dibuka 1 golongan di tutup A + B = 124 jam = 5 hari 5 jam B + C = 102 jam = 4 hari 6 jam B + C = = 109 jam = 4 hari 13 jam Rotasi III : A = 65 jam = 2 hari 18 jam B == 2 hari 11 jam C = 43 jam = 1 hari 19 jam Jadi, pada saat Q = 100 % atau musim tanam satu ( 1 ) dapat dikembangkan atau semua petak sawah mendapatkan air sesuai dengan kebutuhan areal sawah yang ada, yaitu 90 ha. Ketika Q = 65 % dan Q 35 % atau pada musim tanam kedua ( 2 ) dan ketiga ( 3 ), kapasitas air irigasi tidak dapat dikembangkan, karena sistem pengairan dilakukan secara bergiliran (Rotasi). 180

DAFTAR PUSTAKA Dinas pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Sumenep. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumenep. 2009. Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Rencana Tata Tanam, Rencana Pembagian Air). Sumenep: Pemerintah Kabupaten Sumenep. Joitata Hadihardjaja. 1997. Irigas dan Bangunan Air. Jakarta : Guna Darma Kamiana, I Made. 2001. Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Graha Ilmu. Yogyakarta Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Patilima, Hamit. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA. Pedoman Penyusunan Skripsi Fakultas Teknik Universitas Wiraraja Sumenep, 2016 Sudjarwadi, Dasar dasar Teknik Irigasi, Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik Universitas Gajah Mada 1992 Sugiyono, 2011. Metode Penelitiaan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. 181