BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI MEDAN NOMOR : 67/PID.SUS/2015/PT.MDN DALAM PERKARA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PENELANTARAN ORANG DALAM LINGKUP RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF FIQH JINAYAH DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

P U T U S A N NOMOR : 290/PID.SUS/2015/PT.MDN

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HUKUM HAKIM DAN FIQIH JINAYAH DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NO:164/PID.B/ 2013/PN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Penipuan yang. Berkedok Lowongan Pekerjaan (Studi Direktori Putusan Pengadilan Negeri

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PROBOLINGGO NO. 179/PID.B/PN.PBL TENTANG TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING

BAB IV. Hakim adalah organ pengadilan yang memegang kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan Negara yang merdeka untuk meyelenggarakan peradilan guna

BAB IV. A. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukuman Kumulatif. Dari Seluruh Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim, menunjukkan bahwa

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB III PUTUSAN PENGADILAN TINGGI MEDAN NO :67/PID.SUS/2015/PT.MDN TENTANG PERANTARA JUAL BELI NARKOTIKA GOLONGAN I DALAM BENTUK TANAMAN

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

BAB IV ANALISIS SANKSI PIDANA TERHADAPPUTUSAN PENGADILAN. NEGERI SEMARANG NO.162/Pid.B/2011/PN. Smg TENTANG SEDIAAN FARMASI YANG TIDAK BERIZIN

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

BAB III ANALISIS. hukum positif dan hukum Islam, dalam bab ini akan dianalisis pandangan dari kedua

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hukum Terhadap Putusan Pengadilan Negeri No.

P U T U S A N Nomor : 339/PID/2011/PT-Mdn.

BAB IV. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri. Pidana Hacker. Negeri Purwokerto No: 133/Pid.B/2012/PN.

P U T U S A N. Nomor : 394/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

PENGADILAN TINGGI MEDAN

P U T U S A N. Nomor : 212/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUKUM DALAM HUKUM REKAYASA FOTO DENGAN UNSUR PENCEMARAN NAMA BAIK DI FACEBOOK, INSTAGRAM, TWETTER, BBM DAN WHATSAAP

P U T U S A N. Nomor : 358/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT);

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI BANYUWANGI TERHADAP TINDAK PIDANA PENANGKAPAN IKAN DENGAN POTASIUM CIANIDA

P U T U S A N. Nomor : 459/PID/2015/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 322/PID/2012/PT-MDN

U T U S A N Nomor : 745/PID.SUS/2015/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 291/PID.SUS/2015/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Nama : JUMAERI ALS JUM

P U T U S A N Nomor : 180/PID/2013/PT-Mdn.

PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILA N NEGERI MEDAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENGEDARAN MATA UANG PALSU

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengadilan Tinggi Medan

P U T U S A N. Nomor : 764/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

BAB III PEMAAFAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KEADAAN MABUK. A. Alasan Obyektif Pemaafan bagi Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika. (Study Putusan No. 14/Pid.Sus Anak/2015/PN. Dps) Siti Zaenab

P U T U S A N NOMOR : 143/PID.Sus/2015/PT- MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan

PENGADILAN TINGGI MEDAN

P U T U S A N NOMOR : 488/PID/2015/PT.MDN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

P U T U S A N Nomor : 324/PID/2011/PT-Mdn.

P U T U S A N. Nomor : 625/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENGADILAN TINGGI MEDAN

P U T U S A N NOMOR : 494/PID.SUS/2016/PT MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 362/Pid/2014/PT-Mdn. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. I. 1. Nama lengkap : FRENGKI TARIGAN ;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 33/PID.SUS.Anak/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 3/Pid/Sus-Anak/2015/PT.BDG. Pengadilan Tinggi Bandung TERDAKWA; Pengadilan Tinggi tersebut :

BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu kegagalan dalam memperjuangkan kepentingannya sendiri,

P U T U S A N. Nomor: 403/PID /2015/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 592 /PID.SUS/2014/PT-MDN.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENGEDARAN SEDIAAN FARMASI TANPA IZIN EDAR

P U T U S A N Nomor : 78/PID/2015/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENGADILAN TINGGI MEDAN

P U T U S A N. Nomor : 568/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II KONSEP TINDAK PIDANA ISLAM

crime dalam bentuk phising yang pernah terjadi di Indonesia ini cukup

P U T U S A N NOMOR : 237/PID/2013/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

PENGADILAN TINGGI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabiat manusia yang cenderung pada sesuatu yang menguntungkan bagi

BAB IV. Perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa dipandang. sebagai tindak kejahatan yang melanggar norma hukum.

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

P U T U S A N. Nomor : 762/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059]

PENGADILAN TINGGI MEDAN

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

P U T U S A N. Nomor : 697/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pendidikan : SD (tidak tamat).

P U T U S A N. Nomor : 175/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

PENGADILAN TINGGI MEDAN

P U T U S A N. Nomor : 545/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR

PENGADILAN TINGGI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan

P U T U S A N Nomor : 103 /PID/2013/PT-MDN.-

PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI MEDAN NOMOR : 67/PID.SUS/2015/PT.MDN DALAM PERKARA PERANTARA JUAL BELI NARKOTIKA GOLONGAN I DALAM BENTUK TANAMAN A. Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor : 67/PID.SUS/2015/PT.MDN Tentang Perantara Jual Beli Narkotika Golongan I Dalam Bentuk Tanaman Dalam kasus dengan nomor perkara 67/PID.SUS/2015/PT.MDN adalah perkara pidana perantara jual beli narkotika golonga I dalam bentuk tanaman oleh Sahat Agrianto Hutapea. Sahat Agrianto Hutapea mendapatkan ganja seberat 1 (satu) kilogram dari Igun yang tinggal di asrama TNI Martoba pematang Siantar terdakwa hanya mengantarkan kepada Biston Sitohang untuk mendaptkan upah sebesar Rp. 200.000,-. Sahat Agrianto Hutapea mempercayai pesanan Biston Sitohang karena sebelumnya Biston Sitohang sudah oernah memesan ganja kepadanya seberat ½ kilogram, dan ancaman hukuman pada pasal 114 ayat (1) Undang-undang RI No. 35 tahun 2009 tentang narkotika dengan dipidana paling singkat 5 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda minimal Rp 1.000.000.000,00 dan paling maksimal Rp10.000.000.00,00. Hakim Pengadilan Tinggi Medan hanya menjatuhan hukuman 10 tahun dan denda Rp1.000.000.000,00 apabila denda tidak 48

49 dibayar maka akan diganti dengan pidana penjara 6 bulan, padahal hukuman yang diberikan bisa saja lebih dari itu. Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Simalungun dan terdakwa mengajukan permintaan banding terhadap putusan Pengadilan Negeri Simalungun dan permintaan banding terdakwa telah dengan sempurna diberitahukan kepada Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Simalungun. Setelah Pengadilan Tinggi meneliti dan mempelajari dengan seksama berkas perkara yang terdiri dari Berita Acara Pemeriksaan oleh Penyidik, Berita Acara Persidangan, Salinan resmi Putusan Pengadilan Negeri Simalungun tanggal 18 Desember 2014 Nomor : 622/Pi d.sus/2014/pn.sim. serta, Memori Banding dari Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Simalungun, Pengadilan Tinggi berpendapat adalah sebagai berikut : Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan sependapat dengan HakimPengadilan Tingkat pertama dalam putusannya, bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Dengan melawan hukum menjadi perantara dalam jual beli Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman sesuai Dakwaan Kesatu Penuntut Umum dan pertimbangan hukum Hakim Pengadilan Tingkat Pertama tersebut diambil alih dan dijadikan pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan sendiri dalam memutus perkara ini pada tingkat banding kecuali mengenai pidana yang dijatuhkan oleh Hakim Pengadilan Tingkat Pertama kepada Terdakwa, oleh Majelis hakim Tingkat Banding dirasa terlalu ringan karena tidak mencerminkan rasa keadilan bagi masyarakat

50 Tujuan pemidanaan yang dijatuhkan kepada terdakwa selain dimaksudkan sebagai shock teraphy bagi orang lain agar tidak melakukan tindak pidana yang sama, juga untuk menimbulkan efek jera bagi terdakwa untuk tidak mengulangi perbuatannya. Berdasarkan alasan-alasan dan pertimbangan tersebut maka Pengadilan Tinggi Medan akan memperbaiki pemidanaan yang akan dijatuhkan terhadap terdakwa, dan oleh karena itu Putusan Pengadilan Negeri Simalungun No: 622/Pid.Sus/2014/PN.Sim. haruslah dirubah sekedar mengenai pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa, sehingga amar selengkapnya sebagaimana yang tercantum dalam amar selengkapnya sebagaimana yang tercantum dalam amar putusan dibawah ini, sedangkan putusan selain dan selebihnya dapat dipertahankan untuk dikuatkan. Tujuan hukuman terdapat tiga pokok dasar tentang tujuan yang ingin dicapai dengan suatu pemidanaan, yaitu mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Memperbaiki pribadi dari penjahat itu sendiri. 2. Membuat orang menjadi jera melakukan kejahatan-kejahatan 3. Membuat penjahat-penjahat tertentu menjadi tidak mampu untuk melakukan Kejahatan-kejahatan yang lain, yakni penjahat-penjahat yang dengan cara lain sudah tidak dapat diperbaiki kembali. Jadi pemberian putusan hakim kepada terdakwa yang melakukan tindak pidana narkotika golongan 1 bagi pelanggaran tindak pidana karena dijelaskan di dalam KUHP

51 setiap orang melakukan tindak pidana dengan sengaja akan dikenakan hukuman yang telah ditentukan oleh undang-undang. Pertimbangan hakim dalam memberikan putusan-putusan didasarkan dari fakta-fakta yang terungkap dari persidangan baik itu keterangan saksi-saksi, maupun barang bukti dan petunjuk-petunjuk lain. Hakim juga berpedoman kepada aturan pemberian pidana. Berdasarkan alatalat bukti tersebut ditambah dengan ditambah dengan keyakinan hakim yang didasari oleh pertimbangan rasa keadilan yang tumbuh didalam diri seorang hakim sesuai dengan sikap dan persepsinya. Hakim menjatuhkan pidana harus dalam rangka manjamin tegaknya kebenaran, keadilan hukum, kepastian hukum bagi seorang. Jadi, bukan hanya balas dendam, rutinitas pekerjaan ataupun bersifat formalitas. Memang apabila kita kembali ke pada tujuan hukum acara pidana, secara sedergana adalah untuk menemukan kebenaran materiil. Bahkan sebenarnya tujuannya lebih luas yaitu tujuan hukum secara pidana adalah mencari dan menemukan kebenaran materiil. Artinya ada tujuan akhir yaitu yang menjadi tujuan seluruh tertib hukum di Indonesia, dalam hal itu mencapai suatu masyarakat yang tertib, tentram, damai, adil, dan sejahtera. 1 Hukuman bisa menjadi patokan jaksa dalam mengambil sebuah tuntutan,sampai hakim dalam mengambil sebuah keputusan. Hal ini dilakukan untuk menjaga perbandingan hukuman, tinggi rendahnya hukuman terhadap perkara sejenis agar tidak terlalu jomplang. Jadi tidak semua kasus 1 Oemar seno adji, Hukum Hakim Pidana, cet ke 2 (Jakarta: Erlangga,1984), 89

52 disamaratakan hukumannya. Tujuan untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat. Namun kepastian hukum tetap berlaku bahwa orang bersalah pasti dikenakan hukuman. Sesuai dengan uraian-uraian diatas tersebut maka pertimbangan hukum yang dilakukan oleh hakim dalm Putusan Banding No. 67/PID.SUS/2015/PT.MDN dinilai sudah tepat. Karena hakim dengan cermat mempertimbangkan fakta-fakta yang ada, baik saksi maupun barang bukti yang dihadirkan didalam persidangan. Dan telah terbukti terdapat kesalahan dalam putusan hakim dalam tingkat pertama karena tidak mempertimbangkan secara cermat.

53 B. Analisis Hukum Pidana Islam terhadap pertimbangan Hukum Putusan No. 67/PID.SUS/2015/PT.MDN Tentang Perantara Jual Beli Narkotika Golongan I Dalam Bentuk Tanaman Seorang hakim dalam Islam memiliki kewenangan yang luas dalam melaksanakan keputusan hukum dan bebas dari pengaruh siapapun. Hakim wajib menerapkan prinsip keadilan dan persamaan terhadap siapapun. Selain itu, putusan seorang hakim harus mencerminkan rasa keadilan hukum dengan tidak memandang kepada siapa hukum itu diputuskan. Hukum Islam mengenai sanksi hukum bagi perantara jual beli narkotika golongan 1 dalam bentuk tanaman yang terdapat pada putusan No. 67/PID.SUS/2015/PT.MDN. Dari pertimbangan hakim diatas jika dikaitkan dengan fiqih jinayah memandang bahwa putusan tersebut perbuatan jinayah. Jinayah adalah suatu istilah untuk perbuatan yang dilarang oleh syara, baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta dan lainnya. Objek pembahasan fikih jinayah secara garis besar adalah hukum - hukum syara yang menyangkut masalah tindak pidana dan hukumannya.mengingat ketidak seimbangan antara manfaat yang ditimbulkan oleh narkotika pada satu sisi dan besarnya bahaya yang ditimbulkan pada sisi yang lain, maka hukum Islam secara tegas menyatakan bahwa penyalahgunaan narkotika dihukumi haram dan diberikan hukuman yang sesuai dengan apa yang dilakukan Menurut A. Dzajuli bahwa hukuman yang baik adalah sebagai berikut:

54 1. Harus mancegah seseorang dari berbuat maksiat atau mencegah sebelum terjadinya perbuatan (preventive) dan menyerahkan setalah terjadinya perbuatan 2. Batas tertinggai dan terendah suatu hukuman sangat tergantung kepada kebutuhan kemaslahatan masyarakat, apabila kemaslahatan menghendaki beratnya hukuman, maka hukuman diperbuat. Demikian sebaliknya, bila kebutuhan kemaslahatan masyarakat menghendaki ringannya hukuman, maka hukuman diperingan. 3. Memberikan hukuman kepada orang yang melakukan kejahatan itu bukan berarti bals dendam, melainkan sesungguhnya unutk kemaslahatnnya, seperti dikatakan ibnu taimiyah bahwa hukuman itu disyariatkan sebagai rahmat allah bagi hambanya dan sebagai cermin dari keinginan allah untuk insan kepada Hambanya. Oleh karena itu, sepantasnyalah bagi orang yang memberikan hukuman kepada orang lain atas kesalahannya harus bermaksud melakukan ihsan dan memberi rahmat kepadanya seperti seorang bapak yang member pelajaran kepada anaknya, dan seperti seorang dokter yang mengobati pasiennya. 4. Hukuman adalah upaya terakhir dalam menjaga seseorang supaya tidak terjadi kedalam suatu maksiat. 2 Pertimbangan hakim diatas adalah termasuk pada kategori kejahatan ta zir. Yang mana landasan dan penentuan hukumannya pada ijma (konsesnsus) berkaitan dengan hak Negara muslim untuk melakukan 2 A. Dzajuli, Fiqh Jinayah...,26-27

55 kriminalitas dan menghukum semua perbuatan yang tidak pantas, yang menyebabkan kerugian atau fisik, polotik, financial, atau moral bagi individu atau masyarakat secara keseluruhan. Perbuatan yang diatas dianggap sebagai jarimah karena perbuatan tersebut telah merugikan kepada tata aturan masyarakat, dan agamanya, harta benda, nama baiknya, serta pada umumnya merugikan kepentingan dan ketentraman masyarakat. Sedangkan, disyariatkannya hukuman untuk perbuatan yang dilarang tersebut adalah untuk mencegah manusia agar ia tidak melakukannya. Karena suatu larangan atau perintah (kewajiban) tidak berjalan secara baik, apabila tidak disertai dengan sanksi terhadap pelanggarannya. 3 Hukuman ta zir menurut bahasa adalah ta dib atau memberi pelajaran. Sanksi ta zir dapat berbeda-beda sesuai tingkat kesalahannya. Pengguna narkotika yang baru beda hukumannya dengan pengguna narkoba yang sudah lama. Beda pula dengan pengedar narkoba, dan beda pula dengan pemilik pabrik narkotika. Hukuman ta zir adalah sanksi bagi kemaksiatan yang didalamnya tidak ada had dan kifarat. dengan kata lain sanksi atas berbagai macammacam kemaksiatan yang kadar sanksinya tidak ditetapkan oleh Syar i. Dalam perkara ini, Syar i telah menyerahkan sepenuhnya hak penetapan kadar sanksi kemaksiatan tersebut kepada ulil amri, dengan begitu, kita bisa memahami bahwa para Fuqaha telah merinci hukum-hukum sanksi.mereka juga berijtihad, dan melembagakan berbagai pendapat yang ada. Namun 3 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum...,225

56 demikian, dalam hal ta zir mereka hanya membahasnya dalam batasan yang masih terlalu umum, dan menjelaskan secara terperinci. Hal ini disebabkan karena dalam penetapan sanksi untuk memecahkan berbagai kasur ta zir yang dilaporkan kepadanya, semuanya diserahkan pada qadli. Dengan demikian ciri khas dari jarimah ta zir adalah sebagai berikut: 1. Hukumannya tidak tertentu dan tidak terbatas. Artinya hukuman tersebut belum ditentukan oleh syara dan ada batas minimal dan ada batas maksimal. 2. Penentuan hukuman tersebut adalah hak penguasa. Prinsip penjatuhan sanksi ta zir, terutama berkaitan dengan ta zir yang menjadi wewenang penuh adalah ulil amri, artinya baik bentuk maupun jenis hukuman merupakan penguasa, ditunjukan untuk menghilangkan sifatsifat mengganggu ketertiban umum dan kepentingan umum, yang bermuara kepada kemaslahatan umum. Ketertiban umum atau kepentingan umum sebagaimana kita ketahui sifatnya labil dan berubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan. Prinsip penjatuhan ta zir, terutama yang berkaitan dengan ta zir yang menjadi wewenang ulil amri, artinya baik bentuk maupun jenis hukumannya merupakan hak penguasa, ditunjukkan untuk menghilangkan sifat-sifat mengganggu ketertiban atau kepentingan umum, yang bermura pada kemaslahatan umum atau kemaslahatan individu. sebagaimana kita

57 ketahui sifatnya labil dan berubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan. Kepentingan hari ini mungkin lain hari esok, demikian pula kemaslahatan disuatu tempat lain dengan tempat yang berbeda. Oleh karena itu, seandainya suatu saat kepentingan tersebut sudah tidak penting lagi, atau sudah tidak maslahat lagi, peraturannya harus diganti. Itu berarti suatu yang dianggap jarimah pada suatu waktu suatu tempat, dianggap bukan jarimah pada waktu yang lain atau tempat yang lain, kalau kriteria kemaslahatan atau kepentingannya sudah tidak tampak lagi. 4 Mengenai hukuman ta zir diatas ini, maka dikelompokan kedalam tiga bagian: 1. Hukuman ta zir atas Perbuatan Maksiat Bahwa hukuman ta zir diterapkan atas setiap perbuatan maksiat yang tidak dikenakan hukuman had dan tidak pula kifarat, baik perbuatan maksiat tersebut menyinggung hak Allah(hak masyarakat) maupun hak adami (hak individu). Pengertian maksiat adalah melakukan perbuatan yang diharamkan dilarang oleh syara dan meninggalkan perbuatanperbuatan yang diwajibkan (diperintahkan)olehnya. 5 Perbuatan-perbuatan maksiat dibagi kedalam tiga bagian a. Perbuatan maksiat yang dikenakan hukuman had, tetapi kadangkadang ditambah dengan hukuman kifarat. Seperti, pembunuhan, pencurian, khamr, dan sebagainya. Untuk jarimah tersebut selain dikenakan hukuman had, dapat juga dikenakan hukuman ta zir pada 4 Sayyid Sabiq, Terjemah Fiqih Sunnah, (Ali, Bandung:Alma arif, 1987),10 5 Ibid,.41.

58 dasarnya jarimah-jarimah tersebut cukup dikenakn hukuman had tetapindalam kondisi tertentu apabila dikenakan kemaslahatan umum. Maka tidak ada halangannya ditambah denga hukuman ta zir. b. Perbuatan maksiat yang dikenakan hukuman kifarat, tetapi tidak dikenakn hukuman had. menyetubuhi istri pada siang hari pada bulan Ramadhan. Pada dasarnya hukuman kifarat itu merupaka hukuman untuk wujudnya merupakan melakukan kesalahan yang dilarang oleh syara dan pemberian hukumannya pembebasan hamba sahaya atau puasa atau memberi makan orang miskin. c. Perbuatan maksiat yang tidak dikenakan hukuman had tidak pula dikenakan kifarat maka akan dikenakan hukuman ta zir. 2. Hukuman Ta zir Dalam Rangka Mewujudkan Kemaslahatan Umat Menurut kaidah umum yang berlaku selama ini dalam syariat Islam hukuman ta zir hanya dikenakan terhadap perbuatan maksiat, yaitu perbuatan yang dilerang keras zat perbuatannya itu sendiri 3. Hukuman Ta zir atas Perbuatan-Perbuatan Pelanggaran (Mukallafah) Pelanggaran mukallafah melakukan perbuatan makruh dan meninggalakan perbuatan mandub, menjatuhkan hukuman ta zir atas perbuatan mukallafah, disyaratkan berulang-ulangnya perbuatan yang akan dikenakan hukuman ta zir. Bertujuan untuk mengusahakan kebaikan serta pengajaran bagi pelaku tindak pidana atau jarimah. Dengan tujuan ini, pelaku jarimah diarahkan dan dididik untuk melakukan perbuatan baik serta meninggalkan

59 perbuatan jahat. Pada dasarnya pelaku tindak pidana merasakan sebagai pemaksaan terhadap dirinya untuk melakukan sesuatu yang tidak disenanginya, namun pada tahap berikutnya timbul kesadaran bahwa perbuatan tersebut memang harus dikerjakan atau harus dia tinggalkan bukan karena ancaman hukuman. 6 Dengan demikian hukuman itu pada hakikatnya adalah hukuman untuk menyembuhkan penyakit yang diderita si pelaku tindak pidana (jarimah), agar masyarakat terhindar dari penyakit tersebut. Untuk kita harus menegakkan kemaslahatannya. 6 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam..., 63.