BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

BAB III DASAR TEORI. tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent taste), beraroma

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

*ÄÂ ¾½ Á!" ÄÂ Â. Okki Novian / Michael Wongso / Jindrayani Nyoo /

4 Hasil dan Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

PEMURNIAN EUGENOL MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN MENGGUNAKAN PROSES ADSORPSI HASIL PENELITIAN. Oleh: Ferdinand Mangundap

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB III METODE PENELITIAN

PRINSIP DAN TEKNIK PENGGUNAAN GAS SORPTION ANALYZER (GSA) Oleh: Sudarlin, M.Si Jurusan Kimia UIN Sunan Kalijaga 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

4 Hasil dan Pembahasan

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

SINTESIS KATALIS ZSM-5 MESOPORI DAN AKTIVITASNYA PADA ESTERIFIKASI MINYAK JELANTAH UNTUK PRODUKSI BIODISEL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

Analisis Kadar Patchouli Alcohol menggunakan Gas Chromatography pada Pemurnian Minyak Nilam menggunakan Adsorben Zeolit

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bahan dasar seperti kelapa sawit, kelapa, kedelai, jagung, dan lain-lain. Meski

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI...vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR LAMPIRAN...xiii. 1.2 Perumusan Masalah...

BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

4 Hasil dan Pembahasan

Cara Pengklasifikasian Kromatografi :

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Etilendiaminopropil)-Trimetoksisilan). Perlakuan modifikasi ini diharapkan akan

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

BAB III METODE PENELITIAN

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan untuk meningkatkan daya serap bentonit sebagai adsorben. Dalam perendaman tersebut pengotor-pengotor yang menutupi pori-pori adsorben akan dilarutkan. Sehingga menyebabkan pori semakin besar yang berakibat meningkatnya luas permukaan bentonit. Selanjutnya bentonit tersebut dikalsinasi dengan menggunakan furnace pada temperature 400 o C yang bertujuan untuk mengeluarkan molekul air dari rangkaian kristal. Kemudian bentonit dikarakterisasi dengan menggunakan Surface Area Analyzer (SAA). 5.1 Karakterisasi Bentonit Menggunakan Surface Area Analyzer (SAA) dengan metode Brunauer-Emmet-Teller (BET) Isoterm adsorpsi menunjukkan hubungan kesetimbangan antara konsentrasi adsorbat dalam fluida dan pada permukaan adsorben, pada suhu tetap. Fungsi dari metode ini yaitu untuk mengetahui perubahan luas permukaan spesifik dan volum total pori yang terjadi pada bentonit setelah diaktivasi. 35

36 +987 Gambar 8. Grafik Adsorpsi Isotermal N 2 Gambar 8 menunjukkan bahwa bentonit yang diaktivasi memiliki adsorpsi isoterm nitrogen tipe I dengan interaksi secara kimia yang hanya terjadi pada lapisan tunggal (monolayer adsorption). Isoterm tipe I dominan terjadi pada tekanan relatif yang rendah dan didominasi pada material yang memiliki pori kecil (mikropori) atau mesopori yang mendekati mikropori Tabel 2. Data hasil analisis bentonit teraktivasi dengan metode BET Luas Permukaan Spesifik (m 2 /g) 30,54 Volume total pori (cc/g) 1,392 x 10-2 Ukuran Pori (Å) 1,838 x 10 2 Tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa luas permukaan sampel bentonit setelah diaktivasi sebesar 30,54 m 2 /g. Sedangkan luas permukaan spesifik hasil

37 perhitungan sebesar 38,696 m 2 /g. Hal ini kemungkinan karena adanya perbedaan perhitungan pada hasil luas permukaan dan umumnya kurva linear BET terjadi pada range p/p o 0,05-0,30. Namun hasil analisis bentonit sebelum diaktivasi memiliki luas permukaan spesifik sebesar 35,315 m 2 /g. Hal ini mungkin disebabkan ketika proses destruksi yang berlangsung yaitu dengan penambahan HCl 0,5M kurang maksimal. Selain itu proses pemanansan dapat mempengaruhi struktur bentonit, sehingga mengakibatkan proses desorpsi akibat permukaan yang telah jenuh. Menurut penelitian Priambodo (2014), konsentrasi asam klorida sangat berpengaruh terhadap daya adsorpsi bentonit. Semakin besar konsentrasi asamnya semakin besar pula jarak bidangnya. Untuk memperoleh data pada tabel 2, diperoleh dari beberapa ketentuan, yaitu nilai slope sebesar 115,174; nilai intersep -1152,5; dan koefisien relasi (r) sebesar 0,9977. 5.2 Adsorpsi Minyak Bunga Cengkeh Menggunakan Adsorben Bentonit Adsorpsi minyak bunga cengkeh dilakukan dengan metode kromatografi kolom. Prinsip kerja kromatografi kolom yaitu zat cair sebagai fase gerak mengalir melalui fase diam yang berwujud padat kemudian terjadi interaksi berupa adsorpsi oleh padatan tersebut. Tujuan dipilihnya metode ini karena dapat menghilangkan senyawa-senyawa pengotor yang terdapat didalam minyak bunga cengkeh sehingga didapatkan hasil yang sesuai dengan SNI tentang minyak bunga cengkeh. Pada penelitian ini, bentonit bertindak sebagai fase diam atau adsorben, sedangkan minyak bunga cengkeh sebagai fase gerak. Bentonit digunakan sebagai adsorben karena memiliki luas permukaan yang besar dan memiliki kemampuan mengembang yang baik.

38 Sistem kromatografi yang digunakan yaitu sistem kontinyu (flow), dimana digunakan kolom kromatografi sebagai alat untuk proses adsorpsi. Sistem ini dpilih karena dinilai baik untuk pemisahan senyawa yang saling bercampur sehingga diharapkan dapat menjernihkan warna dan meningkatkan kualitas minyak. Pada penelitian ini, sebelum digunakan, kolom tersebut diaktivasi dengan menggunakan pelarut etanol, kemudian dikeringkan dan selanjutnya diisi kan bentonit ke dalam kolom tersebut. Setelah itu, minyak bunga cengkeh dialirkan dari atas ke bawah. Lapisan atas adsorben merupakan lapisan yang berinteraksi langsung dengan minyak bunga cengkeh pada konsentrasi tertinggi, sedangkan lapisan adsorben bagian bawah menyerap minyak bunga cengkeh dengan konsentrasi yang lebih rendah. Namun, lama-kelamaan lapisan atas tersebut akan relatif jenuh dan berkurang daya jerapnya sehingga akan diteruskan pada lapisan berikutnya. Berdasarkan hal tersebut, variasi yang digunakan hanya variasi berat. Hal ini dikarenakan ketika dilakukan variasi laju alir, tetesan yang keluar tidak memenuhi waktu yang ditentukan, sehingga hanya diambil variasi berat. Variasi berat terdiri dari penambahan bentonit 5, 10, 15, 20 gram dengan perbandingan 1:1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, pada variasi berat 10 gram didapatkan volume minyak yang lebih banyak dibandingkan dengan variasi berat lainnya. Dan berat 20 gram memiliki volume minyak hasil adsorpsi yang sedikit. Hal ini mungkin disebabkan karena pada saat proses adsorpsi berlangsung, aliran minyak yang terserap pada adsorben lebih cepat dibandingkan dengan pada berat

39 20 gram. Sehingga dari variasi berat tersebut dapat dilihat hasil terbaik untuk adsorben penghasil kualitas minyak bunga cengkeh yang memenuhi SNI. 5.3 Analisis sifat Kimia-Fisika Minyak Bunga Cengkeh 5.3.1 Warna dan Bau Minyak bunga cengkeh Salah satu parameter analisis menurut SNI No. 06-4267-1996 syarat mutu minyak bunga cengkeh yaitu warna dan bau minyak bunga cengkeh. Dari SNI minyak bunga cengkeh tersebut dikatakan memenuhi syarat mutu apabila berwarna kuning hingga coklat tua serta memiliki bau khas eugenol. Tabel 3. Data warna minyak bunga cengkeh Warna minyak bunga cengkeh sebelum adsorpsi Kuning muda Berat Adsorben Warna minyak bunga cengkeh setelah adsorpsi 5 gram Coklat kemerahan 10 gram Coklat kemerahan 15 gram Coklat kemerahan 20 gram Coklat kemerahan Tabel 3 menjelaskan bahwa minyak cengkeh yang semula berwarna kuning muda mengalami perubahan warna setelah diadsorpsi menggunakan bentonit menjadi coklat kemerahan.

40 a b c d e Gambar 9. Minyak Bunga Cengkeh: (a) setelah adsorpsi dengan 20 gram bentonit; (b) setelah adsorpsi dengan 15 gram bentonit; (c) setelah adsorpsi dengan 10 gram bentonit; (d) setelah adsorpsi dengan 5 gram bentonit; (e) sebelum diadsorpsi Gambar 9 menjelaskan bahwa penyebab timbulnya warna tersebut bisa terjadi karena zat warna alamiah yang terdapat dalam bahan yang mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses ekstraksi atau warna yang timbul sebagai hasil reaksi antar komponen, degradasi dari zat warna alamiah dan reaksi senyawa dalam minyak dengan ion logam (Karmelita, 1991). Selain itu, eugenol merupakan senyawa yang apabila terkena cahaya matahari mudah berubah menjadi coklat hitam. Hanya saja terkait bau yang dihasilkan, bau khas eugenol lebih kuat pada hasil minyak bunga cengkeh setelah diadsorpsi. Hal ini bisa dimungkinkan kadar eugenol yang diperoleh dari hasil adsorpsi lebih besar dibandingkan sebelum diadsorpsi dengan bentonit. 5.3.2 Indeks Bias Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya didalam udara dengan kecepatan cahaya di dalam zat pada suhu tertentu. Pengujian indeks bias dapat digunakan untuk menentukan kemurnian minyak. SNI untuk indeks bias yaitu pada rentang 1,529-1,537

41 Tabel 4. Data Indeks bias minyak bunga cengkeh Indeks bias minyak bunga cengkeh sebelum adsorpsi 1,533 Berat Adsorben Indeks bias minyak bunga cengkeh setelah adsorpsi 5 gram 1,533 10 gram 1,533 15 gram 1,533 20 gram 1,532 Tabel 4 menunjukkan variasi berat sedikit mempengaruhi hasil indeks bias. Dijelaskan bahwa, indeks bias dipengaruhi oleh panjang rantai karbon dan jumlah ikatan rangkap. Penggunaan adsorben bentonit pada berat 5,10 dan 15 gram tidak mengalami perubahan nilai indeks bias jika dibandingkan dengan nilai indeks bias sebelum diadsorpsi. Hal ini dimungkinkan panjang rantai karbon dan jumlah ikatan rangkap senyawa terpenoid yang dimiliki minyak baik sebelum dan sesudah diadsorpsi memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Sedangkan pada penggunaan bentonit 20 gram memiliki penurunan nilai indeks bias. Hal ini dapat disebabkan karena pengaruh warna minyak cengkeh, adanya air dalam kandungan minyak bunga cengkeh tersebut dan penyerapan senyawa terpen yang lebih besar sehingga menurunkan nilai indeks bias minyak. Karena seharusnya nilai indeks bias yang lebih besar dikatakan lebih bagus dibandingkan dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, faktor pencahayaan pada proses analisis indeks bias menggunakan refraktometer, juga dapat mempengaruhi hasil yang didapatkan. Karena semakin mudah sinar diteruskan dalam suatu medium (minyak) maka nilai indeks bias semakin rendah.

42 5.3.3 Bobot jenis Salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri yaitu bobot jenis. Nilai bobot jenis minyak atsiri didefenisikan sebagai perbandingan antara berat minyak dan berat air pada volume dan temperatur yang sama dengan minyak atsiri. Bobot jenis yang sesuai dengan SNI No. 06-4267- 1996 yaitu antara rentang 1,04-1,07 Tabel 5. Data bobot jenis minyak bunga cengkeh Bobot jenis minyak bunga cengkeh sebelum adsorpsi (g/ml) 1,105 Berat Adsorben Bobot jenis minyak bunga cengkeh setelah adsorpsi (g/ml) 5 gram 1,06 10 gram 1,06 15 gram 1,06 20 gram 1,05 Tabel 5 tersebut menjelaskan hasil dari minyak bunga cengkeh yang diadsorpsi menggunakan adsorben bentonit menunjukkan adanya peningkatan kualitas. Dimana bobot jenis minyak bunga cengkeh sebelum diadsorpsi belum masuk dalam SNI No. 06-4267-1996. Namun setelah diadsorpsi, hasil bobot jenis menjadi masuk dalam range standar nasional tersebut. Hal ini dikarenakan nilai bobot jenis dipengaruhi oleh komponen kimia yang terkandung didalamnya. Namun, ketika digunakan berat adsorben sebanyak 20 gram nilai bobot jenis yang dihasilkan mengalami penurunan. Hal ini bisa disebabkan oleh kandungan air yang mungkin terdapat pada minyak bunga cengkeh yang dianalisis.

43 5.3.4 Uji Keasaman Tujuan dari uji keasaman ini adalah untuk mengetahui tingkat keasaman dari sampel minyak bunga cengkeh sebelum dan sesudah diadsorpsi menggunakan kertas ph universal. Sebelumnya telah dilakukan analisis penentuan bilangan asam, namun minyak bunga cengkeh yang diteliti tidak menunjukkan perubahan warna ketika dititrasi menggunakan KOH 0,1N hingga KOH 0,5N. Hal ini kemungkinan disebabkan asam organik dam senyawa asam yang terdapat didalam minyak tersebut sangat besar. Sehingga disimpulkan minyak yang digunakan dalam penelitian ini memiliki bilangan asam yang sangat tinggi. Berdasarkan SNI bilangan asam maksimal minyak atsiri yaitu bernilai 8. Oleh karena itu, digunakan kertas ph universal untuk memperkirakan tingkat keasaman pada minyak tersebut.. Tabel 6. Data ph minyak bunga cengkeh hasil analisis ph minyak bunga cengkeh sebelum adsorpsi 3 Berat Adsorben ph minyak bunga cengkeh setelah adsorpsi 5 gram 4 10 gram 5 15 gram 4 20 gram 4 Tabel 6 tersebut menunjukkan bahwa minyak setelah diadsorpsi mengalami kenaikan ph. Dimana pada berat 10 gram terdapat kenaikan yang lebih signifikan dibandingkan sebelum diadsorpsi, hal ini diperkirakan karena asam lemak terserap dengan baik pada permukaan adsorben. Sehingga

44 disimpulkan perkiraan tingkat keasaman setelah diadsorpsi memiliki kandungan asam yang lebih rendah. 5.4 Uji Kandungan Logam Fe Pengotor yang mungkin terdapat didalam minyak atsiri yaitu debu, oksida logam, resin dan bahan-bahan yang terlarut, terdispersi atau terelmusi didalamnya. Pengotor minyak atsiri yang terbanyak yaitu logam besi yang menyebabkan minyak berwarna gelap. Analisa logam Fe dapat dianalisis dengan menggunakan Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS). Tabel 7. Data Kadar Logam Fe dari minyak bunga cengkeh Kadar logam Fe minyak bunga cengkeh sebelum adsorpsi (ppm) 5,508 Berat Adsorben Kadar logam Fe minyak bunga cengkeh setelah adsorpsi (ppm) % Penurunan daya serap logam Fe 5 gram 2,4174 56,11 % 10 gram 0,5731 89,59 % 15 gram 0,7672 86,07 % 20 gram 0,3194 94,20 % Tabel 7 menjelaskan tentang pengaruh berat terhadap penyerapan kadar logam Fe pada minyak bunga cengkeh. Hasil tersebut diperoleh dengan menggunakan kurva standar sehingga akan didapatkan persamaan garis linear yang kemudian digunakan sebagai perhitungan konsentrasi kadar logam Fe. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran 1.4. Dari Tabel 7 tersebut, terdapat % penurunan daya serap kandungan logam Fe setelah minyak bunga

45 cengkeh diadsorpsi menggunakan bentonit. Hal ini menunjukkan bentonit memiliki daya adsorpsi yang cukup baik untuk logam Fe. Dengan adanya pengaruh aktivasi menggunakan asam dapat dihasilkan lempung dengan situs aktif dan keasamaan yang lebih besar, sehingga pori-pori bentonit memiliki kemampuan untuk mengikat logam Fe dan menghasilkan pertukaran kation. Selain itu, kadar logam Fe yang menurun memungkinkan sebagai penyebab warna minyak bunga cengkeh yang semula berwarna kuning menjadi coklat kemerahan. 5.5 Analisis Minyak Bunga Cengkeh menggunakan GC-MS Kandungan utama minyak cengkeh adalah senyawa eugenol dan senyawa trans- caryophillene sebagai parameter tambahan. Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan-kandungan senyawa yang terdapat pada sampel minyak bunga cengkeh. Sampel minyak bunga cengkeh sebelum diadsorpsi digunakan sebagai pembanding. Hasil yang didapatkan dari alat GC-MS terdiri atas 15 puncak komponen penyusun dalam minyak bunga cengkeh yang ditunjukkan pada Tabel 8 berikut.

46 Tabel 8. Data komponen senyawa minyak bunga cengkeh No Senyawa Waktu Retensi (menit) Area (m 2 /g) A% (%) 1 Eugenol 10,728 64078575 77,10 2 Alpha-Copaene 11,013 590737 0,71 3 Trans-Caryophyllene 11,687 8073541 9,71 4 Alpha-Humulene 12,145 1256747 1,51 5 Eugenol Asetat 12,848 1286165 1,55 6 Delta-Cadinene 12,963 1045513 1,26 7 Cyclohexane 13,476 350289 0,42 8 Cyclohexane butonoic acid 13,725 358183 0,43 9 (-)-caryophyllene oxide 13,896 769393 0,93 10 Ethanone 15,074 800164 0,96 11 Anethol 23,076 1384647 1,67 12 Dipalmitin 25,675 304690 0,37 13 Glycerine-1-oleat-3-stearat 25,867 1212387 1,46 14 Linoleic acid 25,983 621631 0,75 15 Hexadecanoic acid 30,746 974369 1,17 Tabel 8 tersebut menunjukkan bahwa eugenol berada pada waktu retensi 10,728 dan area 64078575. Sedangkan trans- caryophillene terdapat pada waktu retensi 11,687 dengan area sebesar 8073541. Hasil tersebut didapatkan dari kromatogram hasil analisis dengan menggunakan GC, yang berada pada puncak 1 untuk eugenol dan puncak 3 untuk trans- caryophillene. Kromatogram tersebut dapat dilihat pada Gambar 10.

47 1 3 Gambar 10. Kromatogram eugenol dan trans- caryophillene Jika dinyatakan dalam persen (%) area eugenol sebesar 77,1 % dan trans- caryophillene sebesar 9,71%. Spektra massa dari eugenol dapat dilihat pada Gambar 11. % m a s s a Gambar 11. Spektra massa eugenol Mr Gambar 11 tersebut menunjukkan senyawa eugenol dalam minyak bunga cengkeh dengan Mr eugenol sebesar 164. Selain itu, senyawa trans- caryophillene yang juga terdapat pada minyak bunga cengkeh memiliki Mr sebesar 204, yang disajikan pada Gambar 12. % m a s s a Gambar 12. Spektra massa trans- caryophillene Mr

48 5.6 Analisis Kandungan Eugenol pada Minyak Bunga Cengkeh dengan GC Analisis GC ini dilakukan terhadap sampel minyak bunga cengkeh sebelum dan sesudah diadsorpsi. Tujuannya untuk mengetahui keberadaan % eugenol dari waktu retensi yang didapatkan pada minyak yang sudah diadsorpsi dengan minyak sebelum diadsorpsi digunakan sebagai pembanding. Hal ini dapat dilakukan karena kondisi analisis yang sama pada alat GC dan GC-MS. a eugenol Kromatogram minyak bunga cengkeh pembanding tr= 10,728 (A% eugenol = 77,1) tr % b eugenol 5gram : tr= 10,905 ( A% eugenol =82,92) tr % 10 gram : tr= 10,905 c eugenol (A% eugenol =81,94) tr

49 % eugenol d 15 gram: tr= 10,907 (A% eugenol =82,60) tr % e eugenol 20 gram: tr= 10,903 (A% eugenol=82,71) Gambar 13. Kromatogram dan persen (%) Area minyak bunga cengkeh : (a) Pembanding; (b) hasil adsorpsi dengan 5 gram bentonit; (c) hasil adsorpsi dengan 10 gram bentonit; (d) hasil adsorpsi dengan 15 gram bentonit; (e) hasil adsorpsi dengan 20 gram bentonit Gambar 13 merupakan hasil analisis yang didapatkan dari minyak bunga cengkeh sebelum diadsorpsi yang digunakan sebagai pembanding dan minyak bunga cengkeh setelah diadsorpsi dengan bentonit. Berdasarkan hasil tersebut terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada waktu retensi yang dimiliki. Hal ini dikarenakan pada minyak bunga cengkeh setelah diadsorpsi memiliki komponen senyawa tambahan yang sebelumnya tidak terdapat pada minyak bunga cengkeh pembanding. Kromatogram tersebut memberikan informasi bahwa terdapat 15 komponen puncak senyawa pada minyak bunga cengkeh pembanding, 11 komponen puncak senyawa pada minyak bunga cengkeh yang diadsorpsi menggunakan 5 gram bentonit, 15 puncak senyawa pada minyak bunga cengkeh tr

50 yang diadsorpsi menggunakan 10 gram bentonit, 12 puncak senyawa pada minyak bunga cengkeh yang diadsorpsi menggunakan 15 gram bentonit dan 13 puncak senyawa pada minyak bunga cengkeh yang diadsorpsi menggunakan 20 gram bentonit. Namun, beberapa senyawa baru muncul pada minyak bunga cengkeh setelah diadsorpsi dengan bentonit. Hal ini dapat ditunjukkan pada puncak-puncak yang terdapat pada kromatogram dengan waktu retensi yang tidak terdapat pada minyak bunga cengkeh pembanding atau bahkan terdapat komponen senyawa yang hilang. Dimungkinkan ketika proses adsorpsi berlangsung, terdapat pengotor atau terjadinya interaksi antara bentonit dan minyak bunga cengkeh sehingga menghasilkan senyawa baru. Rincian komponen-komponen senyawa yang terdapat pada minyak bunga cengkeh pembanding dan setelah diadsorpsi dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10.

51 Tabel 9.Komponen senyawa penyusun dalam minyak bunga cengkeh sebelum dan sesudah adsorpsi dengan 5 dan 10 gram adsorben Nama Senyawa Waktu Retensi Senyawa (Rt), Luas Area dan Persen (%) Area Minyak Bunga Cengkeh sebelum diadsorpsi (pembanding) Minyak Bunga Cengkeh setelah diadsorpsi 5 gram bentonit Minyak Bunga Cengkeh setelah diadsorpsi 10 gram bentonit Rt A A% Rt A A% Rt A A% Eugenol 10,728 64078575 77,10 10,905 72743875 82,96 10,905 72477793 81,94 Alpha-Copaene 11,013 590737 0,71 11,162 598238 0,68 11,165 555327 0,63 Trans-Caryophyllene 11,687 8073541 9,71 11,828 8148068 9,29 11,831 8185151 9,25 Alpha-Humulene 12,145 1256747 1,51 12,286 1256775 1,43 12,289 1277858 1,44 Eugenol Asetat 12,848 1286165 1,55 13,026 1184664 1,35 13,029 1155970 1,31 Delta-Candinene 12,963 1045513 1,26 13,118 915063 1,04 13,112 923047 1,04 Cyclohexane 13,476 350289 0,42 13,610 356040 0,41 13,614 371615 0,42 Cyclohexane butonoic acid 13,725 358183 0,43 - - - - - - (-)-caryophyllene oxide 13,896 769393 0,93 14,027 648677 0,73 13,862 122761 0,14 Ethanone 15,074 800164 0,96 15,227 609996 0,70 15,042 161797 0,18 Anethol 23,076 1384647 1,67 23,231 1045483 1,19 23,228 1262608 1,43 Dipalmitin 25,675 304690 0,37 - - - - - - Glycerine-1-oleat-3-stearat 25,867 1212387 1,46 - - - - - - Linoleic acid 25,983 621631 0,75 - - - - - - Hexadecanoic acid 30,746 974369 1,17 - - - - - -

52 Tabel 10.Komponen penyusun dalam minyak bunga cengkeh sebelum dan sesudah adsorpsi dengan 15 dan 20 gram adsorben Nama Senyawa Waktu Retensi Senyawa (Rt), Luas Area dan Persen (%) Area Minyak Bunga Cengkeh sebelum diadsorpsi (pembanding) Minyak Bunga Cengkeh setelah diadsorpsi 15 gram bentonit Minyak Bunga Cengkeh setelah diadsorpsi 20 gram bentonit Rt A A% Rt A A% Rt A A% Eugenol 10,728 64078575 77,10 10,907 70403784 82,60 10,903 67758325 82,71 Alpha-Copaene 11,013 590737 0,71 11,165 516648 0,61 11,165 494557 0,6 Trans-Caryophyllene 11,687 8073541 9,71 11,832 7294627 9,30 11,831 7348841 8,97 Alpha-Humulene 12,145 1256747 1,51 12,208 1234829 1,45 12,289 1140348 1,38 Eugenol Asetat 12,848 1286165 1,55 13,030 992004 1,16 13,030 974373 1,19 Delta-Candinene 12,963 1045513 1,26 13,120 1008618 1,18 13,120 840735 1,03 Cyclohexane 13,476 350289 0,42 13,613 347272 0,41 13,614 337903 0,41 Cyclohexane butonoic acid 13,725 358183 0,43 - - - - - - (-)-caryophyllene oxide 13,896 769393 0,93 14,03 772901 0,91 14,029 892572 1,09 Ethanone 15,074 800164 0,96 15,042 1732768 0,2 15,228 561774 0,69 Anethol 23,076 1384647 1,67 23,231 10474709 1,26 23,228 10060676 1,23 Dipalmitin 25,675 304690 0,37 - - - - - - Glycerine-1-oleat-3-stearat 25,867 1212387 1,46 - - - - - - Linoleic acid 25,983 621631 0,75 - - - - - - Hexadecanoic acid 30,746 974369 1,17 - - - - - -

52

53 Perhitungan perubahan area eugenol dan trans- caryophillene dalam minyak bunga cengkeh dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut. Perubahan (%) = x 100% Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Data perbandingan % perubahan eugenol sebelum dan sesudah adsorpsi Berat Adsorben Luas Area Perubahan (%) (gram) Sebelum adsorpsi Setelah adsorpsi 5 64078575 72743875 13,52 10 64078575 72477793 13,10 15 64078575 70403784 9,87 20 64078575 67758325 5,74 Tabel 11, menunjukkan persen (%) perubahan terbesar terdapat pada berat adsorben 5 gram yaitu sebesar 13,52%. Hal ini dapat disebabkan karena semakin bertambahnya berat adsorben maka semakin sedikit konsentrasi minyak bunga cengkeh yang dihasilkan pada proses adsorpsi. Perubahan (%) 16 14 12 10 8 6 4 2 0 0 10 20 30 berat adsorben (gram) Gambar 14. Grafik persentase perubahan kadar eugenol

54 Gambar 14 menjelaskan bahwa penggunaan berat adsorben sebesar 5 gram mengalami kenaikan persen (%) perubahan eugenol. Penggunaan berat 5 gram tersebut merupakan titik optimum, yang disebabkan pori-pori adsorben yang menyerap minyak bunga cengkeh bekerja secara optimum. Namun pada berat adsorben 10, 15 dan 20 gram mengalami penurunan persen (%) perubahan eugenol. Dengan bertambahnya berat adsorben yang digunakan mengakibatkan luas permukaan aktif ikut besar sehingga dimungkinkan secara tidak langsung eugenol ikut terserap kedalam permukaan adsorben sehingga menurunkan kadar eugenol yang dihasilkan. Tabel 12. Data perbandingan % perubahan kadar trans- caryophillene sebelum dan sesudah adsorpsi Berat Adsorben Luas Area Perubahan (%) (gram) Sebelum adsorpsi Setelah adsorpsi 5 8073541 8148068 0,92 10 8073541 8185151 1,38 15 8073541 7294627-9,64 20 8073541 7348841-8,97 Tabel 12 menjelaskan penggunaan bentonit sebanyak 10 gram dengan persen (%) perubahan trans- caryophillene tertinggi sebesar 1,38 %. Hal ini dikarenakan pada berat tersebut terjadi proses adsorpsi minyak bunga cengkeh oleh bentonit secara optimum. Hubungan antara berat adorben dengan % perubahan eugenol dapat dilihat pada Gambar 14.

55 peningkatan (%) 4 2 0-2 -4-6 -8-10 -12 0 5 10 15 20 25 berat adsorben (gram) Gambar 15. Grafik persentase perubahan trans-caryphyllene Gambar 15 menjelaskan penggunaan berat bentonit sebesar 5 dan 10 gram mengalami kenaikan persen (%) perubahan trans-caryphyllene. Hal ini disebabkan pori-pori adsorben yang menyerap adsorbat menyerap secara optimal sehingga pada penggunaan berat adsorben 10 gram merupakan titik optimum penyerapan bentonit dalam meningkatkan kenaikan trans-caryphyllene. Sebab penggunaan adsorben sebesar 15 gram menunjukkan penurunan persen transcaryphyllene atau terserap habis karena konsentrasi yang dihasilkan bernilai negatif. Dimungkinkan karena luas area yang dihasilkan yang berarti pori-pori permukaan lebih kecil dibandingkan dengan sebelum diadsorpsi sehingga penyerapan pada berat tersebut menjadi jenuh. Namun, pada berat 20 gram terdapat sedikit perubahan trans-caryphyllene dari berat sebelumnya, hal ini mungkin disebabkan dengan bertambahnya massa adsorben maka luas permukaan aktif yang dimiliki cukup meningkatkan penyerapan bentonit terhadap senyawa trans-caryphyllene.