BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam famili Ascaridea, yang penularannya melalui tanah yaitu dengan masuknya telur yang infektif (telur yang mengandung embrio) kedalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar. 1. Taxonomi Filum Klas Ordo Familia : Nemathelminthes : Nematoda : Rhabditida : Ascaridea Species : Ascaris lumbricoides (Jeffry dan Leach, 1983) 2. Morfologi dan siklus hidup Cacing betina panjangnya 20-35cm, sedangkan yang jantan panjangnya 31cm. Pada cacing jantan ujung posteriornya lancip dan melengkung kearah ventral, dilengkapi papil kecil dan dua buah spekulum berukuran 2mm, sedangkan pada cacing betina bagian posteriornya membulat dan lurus, dan sepertiga pada anterior tubuhnya terdapat cincin kopulasi, tubuhnya berwarna putih sampai kuning kecoklatan dan di selubungi oleh lapisan kutikula yang bergaris halus. (Samijoyo, 2001)
Telur yang dibuahi, besarnya kurang lebih 60 45µ dan yang tidak di buahi 90 40µ. Dalam lingkungan yang sesuai telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu di alirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga alveolus kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva ini menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan faring. Penderita batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan ke esofagus, lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur di perlukan waktu kurang lebih 2 bulan. (Gandahusada, 2003) B. Pemeriksaan Laboratorium 1. Prinsip Pemeriksaan. Diagnosa secara laboratorium penyakit yang disebabkan oleh infeksi Ascaris lumbricoides diperlukan tinja sebagai sampelnya. Cara menyiapkan sediaan tinja untuk pemeriksaan tergantung pada kebutuhan yaitu untuk mencari cacing dewasa, larva atau telurnya. a. Cacing dewasa. Cacing yang ditemukan dalam tinja dicuci dalam larutan Nacl agak panas dan kemudian dikocok terus sehingga menjadi lemas, kemudian
diperiksa dalam keadaan segar atau dimatikan dalam larutan fiktatif untuk mengawetkan keseluruhan atau dipotong-potong. b. Telur dan larva cacing. Pemeriksaan telur dan larva cacing dapat dilakukan dengan bahan yang segar atau dengan sediaan, yang telah dipulas dengan pewarnaan tertentu. Dalam tinja encer, dipilih lendir yang berdarah atau bintik-bintik jaringan yang kecil sekali dalam tinja yang dapat dapat dikerok dari permukaan beberapa bagian gumpalan tinja. 2. Macam-macam pemeriksaan Pemeriksaan telur cacing dalam tinja dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan sediaan langsung (sediaan basah ) dan sediaan tidak langsung (konsentrasi ). a. Pemeriksaan tinja secara langsung (sediaan basah ) 1) Pemeriksaan makroskopis meliputi : Warna tinja Bau tinja Konsentrasi tinja : kuning, putih, hijau atau hitam. : amis, busuk atau khas. : padat, lembek atau cair. Adanya lendir, darah, jaringan patogen, sisa makanan yang belum dicerna atau sisa bahan pengobatan zat besi, minyak, magnesium, barium dan lainlain. 2) Pemeriksaan mikroskopis.
Prinsip : untuk mengetahui telur cacing pada tinja secara langsung dengan menggunakan larutan eosin 2 (dengan menggunakan kaca penutup ) dan pemeriksaan dilakukan dibawah mikroskop. b. Pemeriksaan tinja secara tidak langsung ( konsentrasi ) 1) Metode sedimentasi atau pengendapan Prinsip : Dengan adanya gaya sentrifugal dapat memisahkan antara suspensi dan supernatannya sehingga telur cacing dapat terendapkan. Metode sedimentasi kurang efisien dibandingkan dengan metode flotasi dalam mencari kista protozoa dan banyak macam telur cacing. Metode sedimentasi ada 2 cara yaitu (a) Sedimentasi sederhana, yaitu dalam tabung reaksi dengan pengendapan, menuangkannya, hati-hati, penggantian dengan air, waktu yang digunakan tidak menyebabkan perubahan bentuk telur. (b) Konsentrasi centrifuge baik dengan air atau bahan kimia lebih efisien dari pada sedimen sederhana karena kista tidak dirusak oleh bahan kimia (Brown H. W, 1989 ) 2) Metode flotasi Flotasi adalah suatu metode yang dirancang untuk memisahkan telur cacing dari organisme protozoa melalui perbedaan berat jenis, dalam hal ini yang dijadikan dasar pemeriksaan konsentrasi dengan cara flotasi (Gaicia L. S, 1996 )
Cara flotasi pengapungan dilakukan secara langsung dengan mencampurkan tinja dengan larutan jenuh pengapung. Salah satunya Nacl (BJ 1,20 ) Natrium Nitrat ( BJ 1,18 ) 3) Cara pemusingan. Prinsip : Dengan pemusingan memungkinkan parasit terkontaminasi sehingga mengendap. Centrifuge adalah suatu alat yang digunakan untuk memisahkan zat cair dengan zat padat dalam bentuk butir halus dengan kecepatan tinggi. Sehingga gaya sentrifugal akan melempar butir halus meninggalkan arah poros putaran, tetapi ada tabung maka butiran halus akan terkumpul didasar tabung. Macam-macam centrifuge. (a) Refrigerated centrifuge yaitu centrifuge yang dilengkapi sistem pendingin. (b) Non Refrigerated centrifuge yaitu centrifuge yang tidak dilengkapi sistem pendingin. Fungsi centrifuge adalah untuk memisahkan antara suspensi dan supernatan sehingga telur cacing akan mengendap. Centrifuge dikatakan positif : apabila dalam sediaan ditemukan telur Ascaris lumbricoides, sedangkan centrifuge dikatakan negatif : apabila dalam sediaan tidak ditemukan telur dan cacing Ascaris lumbricoides. Kecepatan centrifuge bervariasi antara 1000-60000 rpm. Kecepatan rendah biasanya digunakan untuk mengendapkan sedimen,
untuk menghitung jenis sel, untuk pemeriksaan anti bodi, untuk mengendapkan telur cacing. Sedangkan kecepatan tinggi biasaanya digunakan untuk pemeriksaan dahak, untuk mengendapkan nematoda parasit pada tumbuhan dengan sampel tanah dan pada sampel akar tumbuhan. ( Hutagalung, 1996 ). Kecepatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 2000 rpm, dengan waktu 1 menit, 3 menit, 5 menit, 10 menit dan 15 menit dalam mengendapkan telur cacing. Dengan adanya waktu yang bervariasi diharapkan peneliti bisa mengambil waktu yang tepat dalam mengendapkan telur cacing. C. Kerangka teori Pemusingan 2000 rpm Lama waktu 1, 3, 5, 10 dan 15 menit Jumlah telur Ascaris lumbricoides
D. Kerangka Konsep Lama waktu yang bervariasi. Variabel Independen Jumlah telur Ascaris lumbricoides pada pemusingan 2000 rpm Variabel Dependen.