Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

dokumen-dokumen yang mirip
Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI - SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PERKERASAN JALAN BETON

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB III LANDASAN TEORI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-48/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang : Baku Tingkat Kebisingan

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL)

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ervianto (2005), suatu proyek konstruksi merupakan suatu

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PANDUAN PENILAIAN DOKUMEN AMDAL

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW)

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

RKL-RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 (2 X MW) DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KUALITAS UDARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTAJAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I STANDAR KOMPETENSI

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

G U B E R N U R JAMB I

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAN EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK DI JAWA TIMUR

GUBERNUR SULAWESI BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

KA atau Andal dan RKL-RPL

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Udara

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 Tentang : Panduan Penilaian Dokumen AMDAL

Dosen: Salmani Saleh Myasien, ST., MS., MT.

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 28 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 54 TAHUN 2008 WALIKOTA BOGOR,

PENDAHULUAN. Dokumen Upaya Pengelolaan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) Pembangunan SPBU Jrengik Sampang

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27

Transkripsi:

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.226.00. Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton 1

HO - 2 2

Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan di tempat kerja agar dapat melakukan pekerjaan dengan kompeten. Pengertian kompeten adalah memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah disetujui. Penjelasan Materi Pelatihan Materi Pelatihan didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual/Mandiri. Isi Materi Pelatihan terdiri dari Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku Penilaian HO - 2 3

Buku Informasi Merupakan sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan. Untuk unit kompetensi dengan kode unit SPL.KS21.226.00, Buku Informasi menjabarkan 4 Elemen Kompetensi yang berisi 12 Kriteria Unjuk Kerja menjadi Materi Pelatihan. Elemen-elemen Kompetensi dan Kriteria-kriteria Unjuk Kerja tersebut diuraikan dalam 5 Sub Bab yaitu Pengertian Umum, Pencemaran Lingkungan Akibat Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton, Pengamanan Lingkungan Pada Tahap Konstruksi, Pengaturan Lalu Lintas di Lingkungan Kegiatan Konstruksi, Pembuatan Catatan Pengendalian Pencemaran Lingkungan dan Pengaturan Lalu Lintas Buku Informasi ini dilengkapi dengan 3 Bab yang mendahuluinya yaitu berturut-turut Kata Pengantar, Standar Kompetensi, dan Strategi dan Metode Pelatihan. Setelah penulisan Bab IV selesai, Buku Informasi diselesaikan dengan Bab V Sumber-sumber Yang Diperlukan Untuk Mencapai Kompetensi HO - 2 4

Buku Kerja Digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan individual/mandiri. Diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi : Kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memantau pencapaian keterampilan peserta pelatihan. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja. HO - 2 5

Buku Penilaian Digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja. Buku Penilaian berisi : Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan. HO - 2 6

Pelaksanaan Materi Pelatihan Pada pelatihan klasikal pelatih akan: Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peeserta pelatihan. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban/tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja. Pada pelatihan individual/mandiri peserta pelatihan akan: Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. Memberikan jawaban pada Buku Kerja. Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih. HO - 2 7

Pengakuan Kompetensi Terkini Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk seluruh elemen kompetensi dari suatu unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini (Recognition of Current Competency - RCC) Anda mungkin telah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah: Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang sama, atau Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama, atau Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama. HO - 2 8

Pengertian-pengertian Istilah Profesi Standardisasi Penilaian / Uji Kompetensi Pelatihan Sertifikat Lulus pelatihan Kompetensi Standar Kompetensi Sertifikat Kompetensi Sertifikasi Kompetensi HO - 2 9

Pengertian Unit Standar Apakah Standar Kompetensi? Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi. Standar yang diperlukan untuik mendemonstrasikan kompetensi. Kondisi dimana kompetensi dicapai. Apa yang akan anda pelajari dari unit kompetensi ini? mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan dipersyaratkan untuk menerapkan prosedur-prosedur mutu. Berapa lama unit kompetensi ini dapat diselesaikan? Fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam keterampilan tertentu. Berapa banyak kesempatan yang anda miliki untuk mencapai kopetensi? Jika anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih anda akan mengatur rencana pelatihan dengan anda. Rencana ini akan memberikan anda kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi anda sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 kali. HO - 2 10

Unit Kompetensi Yang Dipelajari Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan untuk dapat: Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan oleh peserta pelatihan. Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan oleh peserta pelatihan. Memeriksa kemajuan peserta pelatihan. Meyakinkan bahwa semua elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian. Judul Unit Melaksanakan Pengendalian Pencemaran Lingkungan Dan Pengaturan Lalu Lintas. Kode Unit SPL.KS21.226.00 Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan untuk mampu melaksanakan pengendalian pencemaran lingkungan dan pengaturan lalu lintas. HO - 2 11

HO - 2 12

HO - 2 13

Batasan Variabel Konteks variabel Perlengkapan dan bahan yang diperlukan Tugas yang harus dilakukan Peraturan-peraturan yang ada Panduan Penilaian Kondisi Pengujian Pengetahuan yang diperlukan Keterampilan yang dibutuhkan Aspek Kritis HO - 2 14

HO - 2 15

Strategi Pelatihan Persiapan / perencanaan Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar anda. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah anda miliki. Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan anda. Permulaan dari proses pembelajaran Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan anda. HO - 2 16

Pengamatan terhadap tugas praktek Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang konsep sulit yang anda temukan. Implementasi Menerapkan pelatihan kerja yang aman Mengamati indikator kemajuan personal melalui kegiatan praktek. Mempraktekkan keterampilan baru yang telah anda peroleh. Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untk penyelesaian belajar anda. HO - 2 17

Metode Pelatihan Belajar secara mandiri Belajar secara mandiri membolehkan anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, anda disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar. Belajar berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja. Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu. HO - 2 18

BAB IV PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS 19

Daftar Isi 20

21

Merupakan ringkasan dari uraian yang dijabarkan dari 4 Elemen Kompetensi yang telah ditentukan dalam SKKNI Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton, kode unit SPL.KS21.226.00 yaitu : Cakupan Pencemaran Lingkungan Akibat Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton Cakupan Pengamanan Lingkungan Pada Tahap Konstruksi Cakupan Pengaturan Lalu Lintas di Lingkungan Kegiatan Konstruksi Cakupan Pembuatan Catatan Pengendalian Pencemaran Lingkungan dan Pengaturan Lalu Lintas 22

Penerapan Baku Tingkat Kebisingan Penerapan Baku Mutu Air Penerapan Baku Mutu Udara 23

Ketentuan yang secara rinci mengatur baku tingkat kebisingan adalah Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, antara lain menyatakan: Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel, disingkat db. Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan, dari usaha atau kegiatan yang tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. 24

25

Metode Pengukuran Tingkat Kebisingan Cara Sederhana Dengan sebuah sound level meter biasa diuklur tekanan bunyi db (A) selama 10 menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 detik. Cara Langsung Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas pengukuran L TM5 yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama 10 menit. Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (L SM ) dengan cara pada siang hari tingkat aktivitas yang paling tinggi selama16 jam (L S ) pada selang waktu 06.00 22.00dan aktifitas malam hari selama 8 jam (L M ) pada selang 22.00 06.00. 26

Tugas pelaksana lapangan perkerasan jalan beton dalam penerapan baku tingkat kebisingan adalah: Memberikan masukan kepada Manajer Lapangan tentang pemilihan lokasi-lokasi di lapangan yang memerlukan pengukuran, penghitungan dan evaluasi tingkat kebisingan, baik pada tahap pelaksanaan persiapan konstruksi, pelaksanaan konstruksi maupun pada tahap pemeliharaan. Pada tahap pelaksanaan kontrak, tingkat kebisingan merupakan fungsi dari beroperasinya alat-alat berat, baik yang beroperasi di sepanjang lokasi trase jalan maupun yang berada di base camp. Dalam memilih lokasi dimaksud perlu ditentukan lokasilokasi yang merupakan representasi dari peruntukannya (peruntukan kawasan/lingkungan kegiatan) untuk kemudian dipastikan, apakah tingkat kebisingan yang terjadi melebihi baku tingkat kebisingan atau tidak. 27

Agar air dapat bermanfaat secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan, perlu dilakukan pengendalian pencemaran air. Rujukan yang harus digunakan dalam melakukan pengendalian tersebut adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. Penetapan baku mutu air selain merupakan suatu tingkat mutu air yang dikehendaki bagi suatu peruntukan, juga merupakan suatu pengendalian pencemaran air. 28

Pengendalian pencemaran air merupakan kegiatan yang mencakup: Inventarisasi kualitas dan kuantitas air pada sumber air menurut sistem wilayah tata pengairan. Penetapan golongan air menurut peruntukannya, baku mutu air dan baku beban pencemaran untuk golongan air tersebut, serta baku mutu limbah cair untuk setiap jenis kegiatan. Penetapan mutu limbah cair yang boleh dibuang oleh setiap kegiatan ke dalam air pada sumber air dan pemberian ijin pembuangannya. Pemantauan perubahan kualitas air pada sumber air dan mengevaluasi hasilnya. Pengawasan terhadap penataan peraturan pengendalian pencemaran air, termasuk penataan mutu limbah cair, serta penegakan hukumnya. 29

Pasal 1 Butir 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, memberikan batasan-batasan a.l. sebagai berikut: Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang harus ditenggang keberadaannya dalam air pada sumber air tertentu sesuai dengan peruntukannya. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar dan jumlah unsur pencemar yang ditenggang adanya dalam limbah cair untuk dibuang dari suatu jenis kegiatan tertentu. Pelaksanaan perkerasan jalan beton tidak boleh berakibat kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air yang terdapat di dalam atau berasal dari sumber air tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. 30

Penggolongan Peruntukan Air Tugas pelaksana lapangan perkerasan jalan beton dalam penerapan baku mutu air adalah memberikan masukan kepada Manajer Lapangan tentang pemilihan lokasi-lokasi di lapangan (di sekitar trase jalan yang dicakup oleh proyek ) yang memerlukan pendataan mutu air, baik pada tahap pelaksanaan persiapan konstruksi, pelaksanaan konstruksi maupun pada tahap pemeliharaan. 31

Untuk dapat melakukan pendataan mutu air, Manajer Lapangan perlu melakukan konsultasi dengan Manajer lainnya di dalam jajaran organisasi penyelenggara pekerjaan jalan beton dimaksud, sehingga dapat dipastikan bahwa pelaku lapangan untuk kegiatan ini adalah memang petugas yang kompeten di bidang ini. Data hasil pendataan mutu air yang diperoleh akan menjadi bahan masukan untuk keperluan evaluasi lebih lanjut oleh Ahli Lingkungan dalam menindaklanjuti pencegahan dampak, atau setidak-tidaknya dapat meminimalkan akibat dampak terhadap lingkungan hidup di sekitar trase jalan. 32

Baku mutu udara dibedakan atas dua hal, yaitu : Baku mutu udara ambien, yaitu kadar yang dibolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan atau benda hidup lainnya, yang penentuannya dengan mempertimbangkan kondisi udara setempat. Baku mutu udara emisi, yaitu batas kadar yang dibolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara, namun tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, yang penentuannya didasarkan pada sumber bergerak atau sumber tidak bergerak serta dibedakan antara baku mutu berat, sedang dan ringan. 33

Baku Mutu Emisi Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara dari jenisjenis kegiatan sumber tidak bergerak, perlu dilakukan upaya pengendalian pencemaran udara, mengacu pada Keputusan Menteri Negara Kingkungan Hidup Nomor KEP.13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. Baku mutu emisi sumber tidak bergerak ditentukan untuk jenis-jenis kegiatan: Industri besi dan baja. Industri pulp dan kertas. Pembangkit listrik tenaga uap. Industri semen Kegiatan lain. Untuk pekerjaan jalan, baku mutu emisi yang dijadikan acuan adalah baku mutu emisi sumber tidak bergerak untuk kegiatan lain sebagai berikut: 34

35

Tugas pelaksana lapangan perkerasan jalan beton dalam penerapan baku mutu udara adalah memberikan masukan kepada Manajer Lapangan tentang pemilihan lokasi-lokasi di lapangan (di sekitar trase jalan yang dicakup oleh proyek ) yang memerlukan pendataan mutu udara, baik pada tahap pelaksanaan persiapan konstruksi, pelaksanaan konstruksi maupun pada tahap pemeliharaan. Jenis data yang perlu dikumpulkan adalah pencemaran udara dari jenis-jenis kegiatan sumber tidak bergerak yang terdapat di base camp dan di lokasi pekerjaan pada saat kegiatan pekerjaan memerlukan operasi alat-alat berat. 36

Untuk dapat melakukan pendataan mutu udara, Manajer Lapangan perlu melakukan konsultasi dengan Manajer lainnya di dalam jajaran organisasi penyelenggara pekerjaan jalan beton, sehingga dapat dipastikan bahwa pelaku lapangan untuk kegiatan ini adalah memang petugas yang kompeten di bidang ini. Data yang diperoleh dari pendataan mutu udara akan menjadi bahan masukan untuk keperluan evaluasi lebih lanjut oleh Ahli Lingkungan dalam menindaklanjuti pencegahan dampak pencemaran udara, atau setidak-tidaknya dapat meminimalkan akibat dampak pencemaran udara terhadap lingkungan hidup di sekitar trase jalan. 37

Indeks Standar Pencemaran Udara Untuk memberikan kemudahan dan keseragaman informasi kualitas udara ambien kepada masyarakat di lokasi dan waktu tertentu, serta sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran udara, digunakan Indeks Standar Pencemaran Udara yang ditentukan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Rentang Indeks Standar Pencemaran Udara ditetapkan dalam Lampiran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemaran Udara tersebut di bawah: 38

39

Inventarisasi Komponen Pekerjaan Konstruksi Yang Menimbulkan Dampak Pemilihan Pendekatan Metodologi Pengelolaan Lingkungan Pengelolaan Lingkungan 40

Yang dimaksud dengan dampak adalah dampak lingkungan hidup, yaitu pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh usaha dan atau kegiatan. Untuk mengetahui pengaruh perubahan pada lingkungan hidup dimaksud, diperlukan kajian yang disebut Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). AMDAL didefinisikan sebagai kajian mengenai dampak besar dan penting dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. (Pasal 1 ayat 21 Bab I Ketentuan Umum Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup) 41

Produk-produk AMDAL Untuk proyek-proyek yang akan dilaksanakan Penyiapan Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) Pembuatan Studi ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan) atas dasar kerangka acuan yang harus disetujui sebelumnya. Pembuatan RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) dan RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan) serta realisasi pemantauannya Untuk proyek-proyek yang sudah diwujudkan Penyiapan Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL). Pembuatan Studi Evaluasi Lingkungan (SEL) Pembuatan RKL (bila diperlukan) dan RPL serta realisasi pemantauannya. 42

Pekerjaan jalan dan jembatan yang termasuk dalam jenis kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang wajib dilengkapi dengan AMDAL adalah sebagai berikut: 43

Bagan Alir Integrasi Aspek Lingkungan Dalam Siklus Kegiatan Pekerjaan Jalan dan Jembatan Sumber : Permen PU No. 69/PRT/1995 tentang Pedoman Teknis Amdal Proyek Bidang PU 44

Kegiatan Konstruksi Yang Menimbulkan Dampak Tahap Persiapan Konstruksi Mobilitas alat-alat berat, terutama untuk jenis kegiatan konstruksi yang memerlukan banyak alat-alat berat, dan terletak atau melintas areal permukiman, serta kondisi prasarana jalan yang kurang memadai. Pembuatan dan pengoperasian bengkel, base camp dan barak kerja yang besar dan terletak di areal pemukiman. Pembukaan dan pembersihan lahan untuk lokasi kegiatan yang cukup luas dan dekat areal pemukiman. 45

Tahap Pelaksanaan Konstruksi Pekerjaan tanah, mencakup pekerjaan galian maupun timbunan tanah. Pekerjaan pembuatan badan jalan (untuk jalan baru) Pembuangan hasil pekerjaan galian tanah yang tidak terpakai. Pengangkutan tanah. Pengambilan dan pengangkutan material pekerjaan jalan dari sumber material (quarry). Pengoperasian mesin pemecah batu. Pengoperasian alat-alat berat untuk pembuatan bangunan drainase (pembuatan selokan samping dan pemasangan gorong-gorong). Pengoperasian alat-alat berat untuk pembuatan perkerasan jalan beton. Tahap Pemeliharaan Pengoperasian alat-alat berat untuk pemeliharaan jalan. Lewatnya lalu lintas karena jalan sudah dibuka untuk lalu lintas umum 46

Jenis Pencemaran Lingkungan Akibat Kegiatan Konstruksi (dampak primer) Meningkatnya Pencemaran Udara (Debu dan Kebisingan) Pencemaran kualitas air Terjadinya erosi dan longsoran tanah serta genangan air Kerusakan prasarana jalan dan fasilitas umum Gangguan Lalu Lintas Berkurangnya keaneka-ragaman flora dan fauna Selain dampak primer tersebut diatas masih dampakdampak sekunder akibat pekerjaan konstruksi yang perlu mendapat perhatian bagi pelaksana lapangan, seperti : Terjadinya interaksi sosial (positif/negatif) antara penduduk setempat dengan para pekerja pendatang dari luar daerah. Dapat meningkatkan peluang kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat setempat, serta meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat. 47

Tugas pelaksana lapangan perkerasan jalan beton terkait dengan dampak pekerjaan konstruksi adalah memberikan masukan kepada Manajer Lapangan mengenai: Penetapan jadwal pengukuran, penghitungan dan evaluasi tingkat kebisingan di lapangan untuk keperluan penerapan baku tingkat kebisingan, baik pada tahap pelaksanaan persiapan konstruksi, pelaksanaan konstruksi maupun pada tahap pemeliharaan. Penetapan jadwal pendataan mutu air di lapangan untuk keperluan penerapan baku mutu air, baik pada tahap pelaksanaan persiapan konstruksi, pelaksanaan konstruksi maupun pada tahap pemeliharaan. Penetapan jadwal pendataan mutu udara di lapangan untuk keperluan penerapan baku mutu udara, baik pada tahap pelaksanaan persiapan konstruksi, pelaksanaan konstruksi maupun pada tahap pemeliharaan. 48

Prinsip Pengelolaan Lingkungan Preventif (pencegahan), didasarkan atas prinsip untuk mencegah timbulnya dampak yang tidak diinginkan Kuratif (penanggulangan), didasarkan atas prinsip menanggulangi dampak yang terjadi atau yang diperkirakan akan terjadi, namun karena keterbatasan teknologi, hal tesebut tidak dapat dihindari. Insentif (kompensasi), didasarkan atas prinsip dengan mempertemukan kepentingan 2 pihak yang terkait, disatu pihak pemrakarsa/pengelola kegiatan yang mendapat manfaat dari proyek tersebut harus memperhatikan pihak lain yang terkena dampak, sehingga tidak merasa dirugikan. 49

Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Pendekatan Teknologi Merupakan cara atau teknologi yang digunakan untuk mengelola dampak penting lingkungan, antara lain teknologi untuk menangani limbah bahan berbahaya dan beracun, dan teknologi untuk mencegah, mengurangi, atau memperbaiki kerusakan sumber daya alam. Pendekatan Sosial Ekonomi Merupakan upaya menanggulangi dampak penting melalui tindakan-tindakan yang bermotifkan sosial dan ekonomi. Pendekatan Institusi Merupakan mekanisme kelembagaan yang ditempuh pemrakarsa dalam rangka menanggulangi dampak penting lingkungan 50

Mekanisme Pengelolaan Lingkungan Pada prinsipnya pengelolaan lingkungan menjadi tugas dan tanggung jawab pemrakarsa/pengelola kegiatan, dilaksanakan selama pelaksanaan yang berdampak negatif, maupun pengembangan yang berdampak positif. Terkait dengan berbagai instansi, dan masyarakat setempat. Perlu ditetapkan unit kerja yang bertanggungjawab melaksanakan pengelolaan lingkungan, serta tata cara kerjanya. Pembiayaan merupakan faktor yang penting atas terlaksananya pengelolaan lingkungan, untuk itu sumber dan besarnya biaya harus dijabarkan dalam RKL. Pada prinsipnya pemrakarsa/pengelola kegiatan harus bertanggung jawab atas penyediaan dana untuk pengelolaan lingkungan yang diperlukan. 51

Lingkup Rencana Pengelolaan Lingkungan Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) merupakan dokumen yang memuat upaya-upaya mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan yang bersifat negatif dan meningkatkan dampak positif yang timbul sebagai akibat dari suatu rencana usaha atau kegiatan. Upaya pengelolaan lingkungan mencakup 4 kelompok aktivitas pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk: menghindari atau mencegah dampak negatif lingkungan melalui pemilihan atas alternatif, tata letak (tata ruang mikro) lokasi, dan rancang bangun proyek. menanggulangi, meminimalisasi, atau mengendalikan dampak negatif yang timbul di saat usaha atau kegiatan beroperasi, maupun hingga saat usaha atau kegiatan berakhir (misalnya rehabilitasi lokasi proyek). meningkatkan dampak positif sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar baik kepada pemrakarsa maupun pihak lain terutama masyarakat. memberikan pertimbangan ekonomi lingkungan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas sumber daya yang tidak dapat pulih, hilang atau rusak baik dalam arti sosial ekonomi dan atau ekologis 52

Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Mencakup: Latar Belakang Pengelolaan Lingkungan Menguraikan latar belakang yang menjelaskan mengapa dan untuk apa dokumen RKL disusun. Rencana Pengelolaan Lingkungan Menguraikan Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting Menguraikan Tolok Ukur Dampak Menguraikan Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Menguraikan Pengelolaan Lingkungan Periode Pengelolaan Lingkungan Menguraikan Institusi Pengelolaan LingkunganPembiayaan Pengelolaan Lingkungan 53

Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP- 12/MENLH/3/1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan dan Upaya Pemantauan Lingkungan, rencana usaha atau kegiatan yang tidak ada dampak pentingnya, dan atau secara teknologi sudah dapat dikelola dampak pentingnya, diharuskan melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) sesuai dengan yang ditetapkan di dalam syarat-syarat perizinannya menurut peraturan yang berlaku. UKL bukan merupakan bagian dari AMDAL, oleh sebab itu UKL tidak diniliai oleh Komisi AMDAL, melainkan diarahkan langsung oleh instansi teknis yang membidangi dan bertanggungjawab atas pembinaan usaha atau kegiatan tersebut melalui suatu petunjuk teknis sesuai jenis usaha atau kegiatannya. UKL bersifat spesifik bagi masing-masing jenis usaha kegiatan yang dikaitkan dengan dampak yang ditimbulkannya. 54

Pembuatan Jalan Alih Darurat (Detour) Penyiapan Petugas dan Perlengkapan Untuk Pengaturan Lalu Lintas Pengawasan atas Pengaturan Lalu Lintas Koordinasi Dengan Instansi Terkait 55

Tujuan pengaturan lalu lintas adalah untuk menjamin bahwa: Selama pelaksanaan pekerjaan, semua jalan lama tetap terbuka untuk lalu lintas dan dijaga dalam kondisi aman dan dapat digunakan, dan Pemukiman di sepanjang dan yang berdekatan dengan pekerjaan disediakan jalan masuk yang aman dan nyaman ke pemukiman mereka. Yang dimaksudkan dengan lalu lintas disini adalah semua kendaraan dan pejalan kaki. 56

Lahan Yang Diperlukan Sebelum membuat jalan atau jembatan sementara, Kontraktor perlu melakukan semua pengaturan yang diperlukan, termasuk pembayaran kepada pemilik tanah yang bersangkutan atas pemakaian tanah itu dan harus memperoleh persetujuan dari pejabat yang berwenang dan Direksi Pekerjaan. Setelah pekerjaan selesai, Kontraktor perlu membersihkan dan mengembalikan kondisi tanah itu ke kondisi semula sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan dan pemilik tanah yang bersangkutan. Jalan Alih Sementara atau Detour Detour perlu dibangun sebagaimana yang diperlukan untuk kondisi lalu lintas yang ada, dengan memperhatikan ketentuan keselamatan dan kekuatan struktur. Semua jalan alih yang demikian tidak boleh dibuka untuk lalu lintas umum sampai alinyemen jalan, drainase dan pemasangan rambu lalu lintas sementara telah disetujui Direksi Pekerjaan. Selama digunakan untuk lalu lintas umum Kontraktor harus memelihara pekerjaan yang telah dilaksanakan, drainase dan rambu lalu lintas sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan. 57

Petugas Bendera Untuk Pengaturan Lalu Lintas Petugas dari Kontraktor yang ditugasi untuk melakukan pengaturan lalu lintas disebut petugas bendera, jumlahnya sesuai dengan kebutuhan. Tugas utama petugas bendera adalah mengarahkan dan mengatur arus lalu lintas yang melewati dan di sekitar Pekerjaan. Kontraktor harus menyediakan dan menempatkan petugas bendera di semua tempat kegiatan pelaksanaan yang mengganggu arus lalu lintas, terutama pada pengaturan lalu lintas satu arah. Perlengkapan Untuk Pengaturan Lalu Lintas Perlengkapan yang lazim digunakan untuk pengaturan lalu lintas adalah rambu, kerucut lalu lintas sebagai penghalang, barikade, bendera, lampu kedip dan lampu penerangan sementara, lampu kabel. 58

Mencakup: Pengaturan Lalu Lintas Menurut Spesifikasi Perencanaan Perambuan Sementara Pengawasan Pengaturan Lalu Lintas Pada Lokasi Pekerjaan Pengawasan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memerlukan Penutupan Jalan Pengawasan Terhadap Penutupan Sebagian Lajur Lalu Lintas Pengawasan Terhadap Penutupan Lajur Jalan Pengawasan Terhadap Pekerjaan di Tengah Jalan Pengawasan Terhadap Pengalihan Arus Lalu Lintas Pengawasan Terhadap Pekerjaan Pada Tikungan Jalan Pengawasan Terhadap Pekerjaan Pada Persimpangan Jalan Pengaturan Pejalan Kaki 59

Pengertian Koordinasi Koordinasi adalah usaha menyatukan kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan kerja (unit-unit) organisasi, sehingga organisasi bergerak sebagai kesatuan yang bulat guna melaksanakan seluruh tugas organisasi, untuk mencapai tujuannya. Untuk membantu tercapainya koordinasi diperlukan adanya komunikasi administrasi yang disebut sebagai hubungan kerja. Dengan demikian koordinasi dan hubungan kerja merupakan dua pengertian yang saling kait mengait, karena koordinasi hanya dapat dicapai dengan sebaikbaiknya dengan melakukan hubungan kerja yang efektif. 60

Cakupan bahasan terkait koordinasi : Ciri-ciri Koordinasi Hakikat Koordinasi Fungsi Koordinasi Metode dan Teknik Koordinasi Jenis-jenis Koordinasi Koordinasi Untuk Pengaturan Lalu Lintas 61

Pembuatan Catatan Pengendalian Pencemaran Lingkungan dan Pengaturan Lalu Lintas Pembuatan Catatan Pelaksanaan Pengaturan Lalu Lintas 62

Merupakan catatan pelaksanaan pengendalian pencemaran lingkungan, menguraikan pencemaran lingkungan yang mempengaruhi tingkat kebisingan, mutu air dan mutu udara akibat pelaksanaan pekerjaan jalan beton, serta pengamanan lingkungan pada tahap konstruksi, tahap pelaksanaan konstruksi dan tahap pemeliharaan. Mencakup: Catatan Penerapan Baku Mutu Kebisingan Catatan Penerapan Baku Mutu Air Catatan Penerapan Baku Mutu Udara Catatan Inventarisasi Komponen Pekerjaan Konstruksi Yang Menimbulkan Dampak Catatan Pemilihan Pendekatan Metodologi Pengelolaan Lingkungan Catatan Pengelolaan Lingkungan 63

Merupakan catatan pelaksanaan pengaturan lalu lintas, mencakup pembuatan jalan alih darurat, penyiapan petugas dan perlengkapan untuk pengaturan lalu lintas, pengawasan pelaksanaan pengaturan lalu lintas dan mekanisme koordinasi dengan instansi terkait. Mencakup: Pembuatan Jalan Alih Darurat Penyiapan Petugas dan Perlengkapan Untuk Pengaturan Lalu Lintas Perencanaan Perambuan Sementara Pengawasan Pengaturan Lalu Lintas Pada Lokasi Pekerjaan Koordinasi Dengan Instansi Terkait 64

65