PELATIHAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PONTIANAK BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah meningkatkan sumber daya manusia (SDM).

PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN INOVATIF PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PENEBEL. oleh,

PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA. Dermalince Sitinjak, M.Pd Widyaiswara LPMP Sumatera Utara PENDAHULUAN

MEMBANGUN INTERAKSI EDUKATIF YANG BERNILAI NORMATIF MELALUI PENGAJARAN BERBASIS AKTIFITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1

PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ANIMASI DI SMP NEGERI 2 SIANTAN KABUPATEN MEMPAWAH

JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA PENGGUNAAN ALAT PERAGA METERAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Programme for International Students Assesment (PISA) pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Isna Rafianti Etika Khaerunnisa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG OPERASI HITUNG PECAHAN MELALUI PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

PENGGUNAAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV MATERI BANGUN RUANG

ARTIKEL PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA BLOK DIENES PADA SISWA KELAS 1 MEKAH 2 SDIT MARHAMAH MUARALABUH SOLOK SELATAN

PENGGUNAAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARANMATEMATIKA TENTANG BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V SDN PURWODADI

Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Operasi Pengurangan Bilangan Cacah dengan Menggunakan Blok Dienes Siswa Kelas I SDN 016 Bangkinang Kota

BAB I PENDAHULUAN. pesat saat ini, baik menyangkut materi sebagai penunjang ilmu-ilmu yang

HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA MANIPULATIF DI SDN ARTIKEL PENELITIAN. Oleh: ENI SOFYATI NIM F

PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV MATERI BANGUN RUANG

PENGGUNAAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS III SDN KRADENAN

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang sulit dipahami. Matematika bagaikan momok yang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan. Siswa dituntut untuk

PEMANFAATAN ALAT PERAGA MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN DI SD

PELATIHAN SUPERVISI PENGAJARAN UNTUK SEKOLAH DASAR MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka. 1. Tinjauan tentang tunagrahita ringan

BAB I PENDAHULUAN. disukai oleh siswa. Hal ini sesuai dengan nilai hasil dari Ujian Nasional rata-rata nilai

UPAYA MEMANFAATKAN ALAT PERAGA AGAR PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENYENANGKAN. Agustin Patmaningrum

DESAIN DAN PERENCANAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TINGKAT SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kecerdasan intelektual yang berada di bawah rata-rata dan

BAMBOO DANCING. Dyah Tri Wahyuningtyas Pendidikan Guru Sekalah Dasar Universitas Kanjuruhan Malang

Jannah et al., Penerapan Teori Bruner...

PEMANFAATAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISWA KELAS IV SD NEGERI MAGERSARI 2 MAGELANG

MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BILANGAN BULAT SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BAMBOO DANCING. Dyah Tri Wahyuningtyas

Pendahuluan. Novia Tri Yuniawati et al., Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples...

PENGGUNAAN ALAT PERAGA KEPING PECAHAN DALAM PEMBELAJARAN DERET GEOMETRI TAK HINGGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dwi Ratnasari Dewi SMP Negeri 11 Madiun

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC

PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MELALUI METODE COLEGA MEDIASI. Titin Hartini 18

BAB I PENDAHULUAN. siswa sangat rendah. Hasil penelitian Suryanto dan Somerset terhadap 16

Kemampuan Pemahaman Matematis Melalui Strategi Think Talk Write Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Islam As- Shofa Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan yang sangat besar dalam

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BENDA MANIPULATIF

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang keilmuan maupun sektor kehidupan kita selalu dihadapkan kepada masalahmasalah

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK

PENGGUNAAN MEDIA BLOK PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN SEDERHANA

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Representasi Geometris dari Bentuk Aljabar

IG.A.K. Wardani (2009: 10.7), yang menyatakan bahwa: Pemerintah telah berupaya keras meningkatkan profesionalitas

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PECAHAN CAMPURAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Penggunaan Media Kartu Bilangan untuk Meningkatkan Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERKALIAN BILANGAN BULAT DENGAN MEDIA GARIS. Abstrak

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

PENGENALAN MACAM-MACAM BANGUN RUANG DENGAN MEDIA MANIPULATIF MATEMATIKA SEDERHANA PADA ANAK PAUD

PELATIHAN PENGGUNAAN SOFTWARE PHET DALAM PEMBELAJARAN IPA SEBAGAI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI GURU IPA DI KOTA PONTIANAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V DENGAN MODEL GUIDED TEACHING DI SD NEGERI 23 TAMPUNIK PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelajaran matematika dimata siswa kelas I MI Ittihadil Ikhwan

PENGELOLAAN ALAT PERAGA BENDA MANIPULATIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI SIFAT-SIFAT BANGUN MATA PELAJARAN MATEMATIKA

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

PENGENALAN ALAT PERAGA MATEMATIKA DI SD NEGERI CIBUBUR 01 PAGI JAKARTA TIMUR

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

p-issn : e-issn :

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI PUCANGAN

Djariyo, Joko Sulianto, Jumiati* FIP IKIP PGRI SEMARANG

Diagram 1 Diagram Balok Hasil Belajar Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Kondisi Awal

PENGGUNAAN MODEL THINK TALK WRITE

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME)

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasanah, 2014

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET

Pendahuluan. Handayani et al., Penerapan fase-fase Pembelajaran Geometri... 1

PELATIHAN PENGGUNAAN PUZZEL PADA PEMBELAJARAN PECAHAN BAGI GURU SD DI KKG SAONGULARA KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Linda Syarif 1, Zulfa Amrina 1, Syafni Gustina Sari 1. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

PELAKSANAAN FUNGSI KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DI SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) KECAMATAN SUNGAI TARAB KABUPATEN TANAH DATAR

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh SRIANANINGSIH NIM.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

LABORATORIUM MATEMATIKA DAPAT MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TEOREMA PYTHAGORAS PADA SISWA KELAS VIIIA MTs MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH ALABIO.

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA BLOK PECAHAN SISWA KELAS V

LAPORAN AKHIR HIBAH PENGABDIAN BAGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT. KOMUNITAS IBU BELAJAR MATEMATIKA (IbM) DI SDN CIUMBULEUIT 3

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

PENGGUNAAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 29 PAGARALAM TENTANG SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV DI SDN 10 SUNGAI SAPIH PADANG

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

Transkripsi:

PELATIHAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PONTIANAK BARAT Syarifah Fadillah 1, Utin Desy Susiaty 2, Yadi Ardiawan 3 1,2,3 Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi, IKIP PGRI Pontianak, Jln. Ampera No.88 1 e-mail: atick_fdl@yahoo.co.id Abstrak Kegiatan pengabdian berupa pelatihan penggunaan media pembelajaran matematika untuk guru matematika sekolah dasar. Kegiatan dilaksanakan di SD Negeri 44 Kecamatan Pontianak Barat. Peserta dalam kegiatan pengabdian adalah guru-guru yang tergabung dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) gugus IV Kecamatan Pontianak Barat. Tujuan dari kegiatan pengabdian adalah: (1) Mengidentifikasi konsep-konsep matematika SD yang memerlukan media pembelajaran matematika inovatif untuk memudahkan siswa memahami materi; dan (2) Meningkatkan pengetahuan para guru tentang media pembelajaran matematika yang inovatif dan memiliki kemampuan untuk mengimplementasikannya dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan pengabdian telah menambah pemahaman guru matematika SD mengenai penggunaan media pembelajaran (alat peraga matematika) dalam pembelajaran di kelas untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Kata Kunci: media pembelajaran matematika, konsep matematika. Abstract The community service activity is a forms of training on the use of mathematics learning media for elementary school mathematics teachers. This activity was implemented in SD Negeri 44 sub-district Pontianak Barat. Participants in this the community service are teachers who are members of Teachers Working Groups (KKG) group IV sub-district Pontianak Barat. The objectives of this the community service were: (1) Identifying of elementary school mathematics concepts that require innovative mathematics learning media to facilitate students to understand the material; and (2) Increasing teachers knowledge of innovative mathematics learning media and their ability to implement them in classroom learning activities. This the community service has enhanced the understanding of elementary school mathematics teachers on the use of learning media (mathematical props) in classroom learning to improve their students' understanding of mathematical concepts. Keywords: mathematics learning media, mathematical concepts PENDAHULUAN Belajar matematika harus melalui proses yang bertahap dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Setiap konsep matematika dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam bentuk konkrit. Menurut 1

Dienes (Hudoyo, 1998) dikatakan bahwa setiap konsep atau prinsip matematika dapat dimengerti secara sempurna hanya jika pertama-tama disajikan kepada peserta didik dalam bentuk-bentuk kongkret. Dengan demikian sangatlah penting bagi guru matematika memanipulasi objek- objek matematika yang abstrak menjadi konkrit. Russeffendi (1992) mengungkapkan bahwa alat peraga adalah alat untuk menerangkan atau mewujudkan konsep matematika sehingga materi pelajaran yang disajikan mudah dipahami oleh siswa. Anak-anak Sekolah Dasar (SD) yang berumur antara tujuh sampai dengan 12 tahun pada dasarnya perkembangan intelektualnya termasuk dalam tahap operasional kongkret, sebab berfikir logiknya didasarkan atas manipulasi fisik dari objek-objek. Dengan kata lain penggunaan media (termasuk alat peraga) dalam pembelajaran matematika di SD memang diperlukan, karena sesuai dengan tahap berpikir anak. Dengan menggunakan media atau alat peraga tersebut anak akan lebih menghayati matematika secara nyata berdasarkan fakta yang jelas dan dapat dilihatnya. Sehingga anak lebih mudah memahami topik yang disajikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru matematika dan kepala sekolah dasar di Pontianak Barat, diperoleh informasi bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan sangat jarang menggunakan media, khususnya yang berupa alat peraga ataupun media-media inovatif lainnya. Siswa belajar matematika lebih banyak melalui penjelasan secara langsung oleh guru yang didominasi dengan pemberian ceramah. Padahal anak usia SD sangat membutuhkan pembelajaran menggunakan media konkrit untuk lebih memahami materi matematika karena siswa baru sampai tahap berpikir konkrit. Anak usia SD juga masih membutuhkan belajar yang menyenangkan, belajar yang monoton membuat siswa bosan dan tidak berminat dalam belajar. Media pembelajaran yang menarik merupakan salah satu alternatif membuat belajar menjadi menyenangkan. Keterampilan guru untuk merancang media pembelajaran matematika dan juga sangat kurang. Sebagai akibatnya siswa belajar matematika dengan cara-cara yang kurang bermakna. Siswa cenderung menghafal konsep atau prosedur 2

matematis tertentu dan belajar matematika lebih banyak secara mekanistik. Hal tersebut berdampak pada rendahnya prestasi belajar matematika. Mempertimbangkan jumlah guru matematika SD yang cukup banyak, dengan pemahaman yang masih kurang dalam menggunakan media pembelajaran yang inovatif, maka para guru dan kepala sekolah bersama dengan tim pelaksana Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) IKIP PGRI Pontianak memandang perlu untuk mengadakan kegiatan pengabdian yang melibatkan para guru di Kecamatan Pontianak Barat. Tujuan dari kegiatan pengabdian adalah: (1) Mengidentifikasi konsepkonsep matematika SD yang memerlukan media pembelajaran matematika inovatif untuk memudahkan siswa memahami materi; dan (2) Meningkatkan pengetahuan para guru tentang media pembelajaran matematika yang inovatif dan memiliki kemampuan untuk mengimplementasikannya dalam kegiatan pembelajaran di kelas. METODE Kegiatan pengabdian berupa pelatihan penggunaan media pembelajaran matematika untuk guru matematika sekolah dasar. Kegiatan dilaksanakan di SD Negeri 44 Kecamatan Pontianak Barat sebagai mitra dalam kegiatan pengabdian. Peserta dalam kegiatan pengabdian adalah guru-guru yang tergabung dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus IV Kecamatan Pontianak Barat. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian dilakukan dengan mengadopsi langkah-langkah action research yang terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah: (1) Sosialisasi program pengabdian pada sekolah mitra dan ketua KKG; (2) Pertemuan tim pelaksana pengabdian dengan KKG matematika; dan (3) Penyusunan program pelatihan. Selanjutnya dilakukan tindakan berupa implementasi program pelatihan. Pada saat pelaksanaan tindakan dilakukan observasi. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran matematika oleh para guru mitra. Instrumen yang digunakan berupa catatan lapangan. Beberapa hal 3

yang diobservasi adalah kendala-kendala dan kelemahan-kelemahan yang muncul dalam proses penggunaan media pembelajaran di kelas. Tahap terakhir adalah refleksi. Hal-hal yang dilakukan dalam tahap refleksi adalah: (1) Mengevaluasi kendala-kendala dan kelemahan-kelemahan yang muncul dalam penggunaan media pembelajaran matematika pada penerapan pembelajaran di kelas; dan (2) Hasil evaluasi digunakan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dalam media pembelajaran. HASIL DAN PEMBAHASAN Tahapan kegiatan pengabdian terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kegiatan pertama yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sosialisasi program PKM pada sekolah mitra yaitu SD Negeri 14 Pontianak Barat. Sosialisasi dilakukan dalam bentuk koordinasi dengan mengundang kepala sekolah mitra dan ketua Kelompok Kerja Guru (KKG) matematika SD gugus IV kecamatan Pontianak Barat yang berkenaan dengan perencanaan program yang akan dilaksanakan. Kegiatan kedua dalam perencanaan adalah pertemuan tim pelaksana PKM IKIP PGRI Pontianak dengan guru-guru matematika SD yang tergabung dalam KKG Gugus IV Kecamatan Pontianak Barat. Pertemuan tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi pokok bahasan apa saja yang dirasakan sulit bagi guru matematika SD dalam pembelajaran dan guru tidak mengetahui alat peraga yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil identifikasi, hasil analisis permasalahan yang ada, hasil analisis kebutuhan, dan hasil analisis potensi sekolah, selanjutnya disusun program pelatihan. Setelah perencanaan dilakukan dengan baik, selanjutnya dilakukan tindakan. Tindakan dalam kegiatan pengabdian berupa implementasi program. Kegiatankegiatan yang dilakukan dalam implementasi program adalah kegiatan pelatihan dan praktik penggunaan media pembelajaran. Kegiatan pelatihan diikuti oleh 25 orang guru-guru matematika SD yang tergabung dalam KKG Gugus IV Kecamatan Pontianak Barat. Kegiatan yang dilakukan dalam pengabdian adalah: (1) Menginformasikan atau mengenalkan pada guru tentang media pembelajaran 4

matematika untuk memudahkan pemahaman siswa; (2) mendemonstrasikan teknologi atau cara pembuatan media pembelajaran matematika; dan (3) pelatihan cara penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran matematika. Setelah kegiatan pelatihan berakhir, selanjutnya beberapa orang guru melakukan praktik penggunaan media pembelajaran di kelas pada sekolah mitra dengan guru-guru lainnya sebagai pengamat. Beberapa alat peraga yang digunakan dalam pengabdian adalah: (1) Blok dienes untuk mengajarkan konsep atau pengertian tentang banyak benda, membandingkan dan mengurutkan banyak benda, nilai tempat suatu bilangan (satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan) serta operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian; (2) Bangun ruang balok, kubus, prisma, tabung, bola, dan kerucut untuk mengajarkan konsep volume dan luas permukaan bangun ruang; (3) Timbangan bilangan untuk mengajarkan konsep operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian pada bilangan asli; (4) Blok pecahan untuk mengajarkan konsep atau pengertian pecahan, membandingkan pecahan, pecahan senilai, penjumlahan dan pengurangan pecahan; (5) Papan berpaku untuk mengajarkan konsep geometri seperti pengenalan bangun datar, keliling bangun datar, dan luas bangun datar; dan (6) Garis bilangan untuk mengajarkan konsep operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Gambar 1 memperlihatkan tim pengabdian memperagakan penggunaan timbangan bilangan untuk mengajarkan konsep perkalian bilangan asli. 5

Gambar 1 Alat Peraga Timbangan Bilangan dan Balok Gambar 2 memperlihatkan tim pengabdian memperagakan penggunaan papan berpaku untuk mengajarkan konsep keliling bangun datar. Gambar 2 Alat Peraga Papan Berpaku Kegiatan tindakan berikutnya setelah pelatihan oleh tim pengabdian adalah kegiatan praktik penggunaan media pembelajaran matematika oleh beberapa orang guru mitra di kelas. Selama pelaksanaan praktik penggunaan media pembelajaran matematika, tim pengabdian melakukan observasi bersama beberapa guru mitra lainnya yang bertugas sebagai pengamat. Dalam observasi diamati kendala-kendala dan kelemahan-kelemahan yang muncul dalam proses penggunaan media pembelajaran di kelas. Dalam pelaksanaan praktik penggunaan media pembelajaran terdapat beberapa kelemahan antara lain pembelajaran dengan alat peraga masih banyak yang dikelola secara klasikal, artinya penggunaan alat peraga masih didominasi guru. Pada umumnya hanya sebagian kecil dari siswa yang dapat memanfaatkan alat peraga tersebut. Pembelajaran klasikal merupakan pembelajaran yang paling disenangi oleh guru karena cara tersebut mudah dilaksanakan. Pada pembelajaran klasikal umumnya komunikasi terjadi searah, yaitu dari guru ke siswa, dan hampir tidak terjadi sebaliknya. Untuk meminimalisasi dominasi guru dalam penggunaan alat peraga, maka perlu direncanakan dan dikembangkan alat peraga untuk 6

kelompok atau individu. Ada beberapa keuntungan bila alat peraga digunakan untuk kelompok, antara lain: (1) Adanya tutor sebaya dalam kelompok, akan dapat membantu guru dalam menerangkan pemanfaatan alat peraga kepada temannya; (2) Kerja sama yang terjadi dalam penggunaan alat peraga kelompok akan membuat suasana kelas lebih menyenangkan; (3) Banyaknya anggota kelompok yang relatif kecil akan memudahkan peserta didik untuk berdiskusi dan bekerja sama dalam pemanfaatan alat (Sukayati dan Suharjana, 2009: 9). Dari kelemahan tersebut, tim pengabdian melakukan refleksi bahwa beberapa alat peraga dapat dibuat sederhana untuk menekan biaya yang diperlukan dalam pembuatan alat peraga, sehingga alat peraga dapat dibuat lebih banyak dan dapat dimanfaatkan oleh sebagian besar siswa. Ruseffendi (Sukayati, 2009: 10) menyatakan bahwa ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki alat peraga agar fungsi atau manfaat dari alat peraga tersebut sesuai dengan yang diharapkan dalam pembelajaran, yaitu: (1) sesuai dengan konsep matematika; (2) Dapat memperjelas konsep matematika, baik dalam bentuk real, gambar, atau diagram dan bukan sebaliknya (mempersulit pemahaman konsep matematika); (3) Tahan lama (dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat); (4) Bentuk dan warnanya menarik; (5) Dari bahan yang aman bagi kesehatan peserta didik; (6) Sederhana dan mudah dikelola; (7) Ukuran sesuai atau seimbang dengan ukuran fisik dari peserta didik; (8) Alat peraga diharapkan menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir abstrak bagi peserta didik, karena alat peraga tersebut dapat dimanipulasi (dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dipasangkan, dan sebagainya) agar peserta didik dapat belajar secara aktif baik secara individual maupun kelompok; dan (9) bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah banyak. Berdasarkan pendapat tersebut, alat peraga yang dibuat tim pengabdian telah mempertimbangkan aspek tahan lama atau dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat, namun dalam kenyataannya membuat alat peraga seperti yang dimaksudkan tersebut membutuhkan biaya yang cukup mahal. Aspek lainnya yang ternyata juga harus menjadi bahan evaluasi adalah penggunaan alat peraga 7

dalam pembelajaran di kelas adalah alat peraga harus dapat digunakan secara langsung oleh siswa untuk belajar, oleh karenanya kuatitas alat peraga juga perlu dipertimbangkan, sehingga pembelajaran tidak didominasi oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sanjaya (2008: 224) yang menyatakan bahwa salah satu pertimbangan dalam membuat media pembelajaran adalah cost (biaya). Secara umum Sanjaya (2008: 224) menyatakan bahwa sejumlah pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang tepat dirumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu: (1) Access, kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam pemilihan media; (2) Cost, biaya juga harus dipertimbangkan; (3) Technology, ketersediaan dan kemudahan dalam menggunakannya; (4) Interactivity, media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas; (5) Organization, pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi; dan (6) Novelty, kebaruan dari media. Hal lainnya yang menjadi bahan refleksi bagi tim pengabdian adalah penggunaan model-model pembelajaran dalam penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika di kelas, juga perlu dipertimbangkan. Pengunaan pembelajaran klasikal kurang efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa. Dalam pembelajaran klasikal, guru yang mempraktikkan penggunaan alat peraga, siswa tidak bekerja dengan alat peraga sampai siswa memahami sendiri yang konsep matematika yang diajarkan. Penggunaan alat peraga akan efektif apabila dengan alat peraga tersebut siswa dapat memahami sebuah konsep matematika melalui pengamatan dan bekerja dengan alat peraga tersebut. Ratumanan (2000) menyarankan agar dalam belajar matematika, seharusnya guru berpandangan bahwa matematika merupakan proses, sehingga pengajaran matematika merupakan suatu usaha membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga pengetahuan tersebut terkonstruksi kembali. Dengan demikian pembelajaran matematika bukanlah suatu transfer pengetahuan, tetapi lebih menekankan bagaimana siswa membangun pemahamannya dengan bantuan guru. 8

SIMPULAN Simpulan dari kegiatan PKM adalah sebagai berikut: (1) Kegiatan pelatihan penggunaan media pembelajaran matematika sangat bermanfaat bagi guru-guru matematika SD di Gugus IV Kecamatan Pontianak Barat. Hal tersebut karena dapat menambah pemahaman guru matematika mengenai penggunaan alat peraga dalam pembelajaran di kelas untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa; dan (2) Kegiatan pelatihan perlu diadakan kembali untuk alat-alat peraga lainnya sehingga dapat menambah pengetahuan yang lebih banyak lagi, serta menambah profesionalitas guru. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih diucapkan kepada IKIP PGRI Pontianak atas dana Pengabdian kepada Masyarakat tahun anggaran 2017 yang diberikan dan SD Negeri 44 sebagai mitra dalam kegiatan pengabdian. DAFTAR PUSTAKA Hudojo, H. 1998. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud. Ratumanan, T.G. 2000. Pengajaran Interaktif: Arah Baru dalam Pengajaran Matematika. Dimuat dalam Prosiding Seminar Nasional Matematika Instintut Teknologi Surabaya, 2 November 2000. Russeffendi, E.T. 1992. Pembelajaran Matematika Inovatif. Jakarta: Bina Aksara. Sanjaya, W. 2008. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Predana Media Group. Sukayati & Suharjana, A. 2009. Pemanfaaatan Alat Peraga Matematika dalam Pembelajaran di SD. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika. 9