SINTESIS RPI PUSPROHUT

dokumen-dokumen yang mirip
SINTESA HASIL PENELITIAN PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI LESTARI KOORDINATOR: DARWO

N60 Potensi Nyamplung (Calophyllum spp) untuk Pengembangan Energi Alternatif Pedesaan di Papua

Baharinawati W.Hastanti 2

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

CAPAIAN KEGIATAN LITBANG

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN J A K A R T A

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN LITBANG KEHUTANAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI HHBK

SINTESA RPI: AGROFORESTRY. Koordinator: Encep Rachman

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN

Teknik silvikultur intensif di hutan alam bekas tebangan. Dampak penerapan sistem silvikultur terhadap perubahan lingkungan Hutan Alam Produksi

Demplot sumber benih unggulan lokal

CAPAIAN OUTPUT DAN OUTCOME

BAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

RPI 7 : PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN

SINTESA RPI RPI - 10 BIOTEKNOLOGI HUTAN DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan

KONDISI SAAT INI RPPI 6. OBAT-OBATAN ALTERNATIF TANAMAN HUTAN

MG-6 DAUR DAN ETAT PEMANENAN KAYU

PENGEMBANGAN BIDANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN

KODEFIKASI RPI 12. Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Fem (Food, Energy, Medicine)

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Silvikultur intensif jenis rotan penghasil jernang (bibit, pola tanam, pemeliharaan)

RPI 8: PENGELOLAAN HHBK

BAB I PENDAHULUAN. adalah sengon (Falcataria moluccana). Jenis ini dipilih karena memiliki beberapa

Hutan. Padang, 20 September Peneliti pada Balai Litbang Kehutanan Sumatera, Aek Nauli

Brainstroming Program Litbang Disampaikan oleh: Sekretaris Badan Litbang Kehutanan

VISI, MISI & SASARAN STRATEGIS

KEBUTUHAN BENIH DAN PERMASALAHANNYA DI IUPHHHK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

SINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN

VISI : Menjadi Pusat Keunggulan IPTEK (Centre of Excellence) untuk Peningkatan Produktivitas Hutan dan Mewujudkan Pengelolaan Hutan Lestari.

Evaluasi Kegiatan

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Sintesa Hasil

EVALUASI KEGIATAN LITBANG BOGOR, 13 NOVEMBER 2014

27/05/2015. Bogor, 26 Mei 2015

logo lembaga N 61 INVENTARISASI POTENSI DAN SEBARAN JENIS NIPAH DI PAPUA Ir. Relawan Kuswandi, M.Sc BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN 2012

Wilayah Kerja BPK Makassar : 11/19/2014 EVALUASI CAPAIAN KEGIATAN LITBANG BPK MAKASSAR TAHUN

PROSIDING EKSPOSE HASIL-HASIL PENELITIAN BP2LHK MANOKWARI TAHUN 2015

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi

RUMUSAN SEMINAR NASIONAL BENIH UNGGUL UNTUK HUTAN TANAMAN, RESTORASI EKOSISTEM DAN ANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM YOGYAKARTA, NOPEMBER 2014

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, papan, obat-obatan dan pendapatan

19/11/2014. Disampaikan pada: RAPAT EVALUASI LITBANG HOTEL PERMATA, 13 NOVEMBER 2014 OUTLINE

Oleh : SOENARNO (Ketua) SUKADARYATI (Wakil Ketua) Prof.Riset DULSALAM (Pembina) HOTEL PERMATA, BOGOR MEI 2015

Penjelasan PP No. 34 Tahun 2002 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Silvilkultur. Hasil Hutan Kayu. Pemanfaatan. Pengendalian. Areal.

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 10.1/Kpts-II/2000 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN MENTERI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2 dilakukan adalah redesign manajemen hutan. Redesign manajemen hutan mengarah pada pencapaian kelestarian hutan pada masing-masing fungsi hutan, teru

Peluang dan Tantangan bagi Pemilik Sumber Benih Bersertifikat (Pasca Ditetapkannya SK.707/Menhut-II/2013)

PELUANG PENGEMBANGAN HHBK PRIORITAS DAERAH DI WILAYAH KPH MODEL DI INDONESIA. TIM PENELITI HHBK DR. TATI ROSTIWATI, M.Si. YETTI HERYATI, S.HUT, M.Sc.

LAND AVAILABILITY FOR FOOD ESTATE. Oleh : MENTERI KEHUTANAN RI ZULKIFLI HASAN, SE, MM

Kemandirian Ekonomi Melalui Sertifikasi Hutan Rakyat (Kasus. di Gunungkidul) Ir. Murbani Dishutbun Kab. Gunungkidul. 6 Februari 2009 Bogor - Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

OLEH : SOENARNO PUSAT PENELITIAN KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

Landasan Hukum : SK. Menhut No. SK. 60/Menhut-II/2005 tanggal 9 Maret 2005

GUBERNUR PAPUA. 4. Undang-Undang.../2

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ)


KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH. Oleh : PT.

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. IKH termuat di dalam Akte Pendirian Perseroan. Akte ini telah disahkan oleh

PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI RINGKASAN EKSEKUTIF

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN TANAMAN NYAMPLUNG (CALOPHYLLUM INOPHYLLUM L) Oleh H. Marthias Dawi

Tabel 7.1. Keadaan pegawai Badan Litbang Kehutanan berdasarkan jabatan tahun

KONTRIBUSI (PERAN) SEKTOR KEHUTANAN DALAM PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM

3 METODOLOGI PENELITIAN

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus

E ROUP PUROBli\1 .IURUSAN TEKNOLOGI BASIL HUTAN E C\KULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR. Oleh :

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI)

STRATEGI PENYELAMATAN EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI ANCAMAN KEPUNAHAN. Edi Kurniawan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

STRUKTUR ORGANISASI BPTPTH

Penyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat.

RAPAT EVALUASI KEGIATAN BADAN LITBANG KEHUTANAN

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI

KATA PENGANTAR. Ciamis, Januari 2012 Kepala Balai, Ir. Harry Budi Santoso S.,MP. NIP Rencana Strategis BPTA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 08.1/Kpts-II/2000 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HASIL HUTAN DALAM HUTAN PRODUKSI SECARA LESTARI

PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DAN EKOSISTEM PANTAI

Transkripsi:

RAPAT PEMBAHASAN SINTESA SINTESIS RPI PUSPROHUT 2010-2014 Oleh : Kepala Balai Penelitian Kehutanan Manokwari Bogor, 13 November 2014

MANDAT RPI 2010-2014 PUSKONSER (5 RPI; 9 KEG) RPI 2010-2014 14 RPI PUSPROHUT (4 RPI; 10 KEG; 1 DEMPLOT) 24 KEGIATAN PENELITIAN PUSPIJAK (4 RPI; 4 KEG) PUSTEKOLAH (1 RPI; 1 KEG)

RENSTRA/THEMA PENELITIAN KEGIATAN Eselon II BPK MANOKWARI Eselon II : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan 1. Pengelolaan Hutan Alam 2. Pengelolaan Hutan Tanaman 3. Pengelolaan HHBK Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan 4 RPI dilaksanakan 1. Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari 2. Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu 3. Pengelolaan HHBK FEMO 4. Bioteknologi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Luaran: Teknologi rehabilitasi dan pembinaan hutan alam lahan kering Kajian Efektivitas Siistem Sivikultur TPTI terhadap kelestarian produksi hutan alam lahan kering di IUPHHK PT MAM dan PT TTL Papua Tahun 2011-2014 Oleh: Baharinawati WH, S.Sos, M.Sc HASIL RPI Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari TPTI, masih layak dilakukan karena secara ekologis produktivitas hutan masih dapat dipertahankan berdasarkan keberadaan pohon inti dan kondisi permudaannya, karena melimpahnya ketersediaan jenis komersial maupun non komersial baik di areal hutan primer maupun areal bekas tebangan (LoA). Implementasi TPTI yang diterapkan mendatangkan manfaat melalui pembangunan fisik (pembukaan akses jalan), penyerapan tenaga kerja dan pemberdayaan masyarakat sekitar areal kerja. Implementasi TPTI juga memberikan kontribusi yang nyata dengan penghormatan pada hak-hak masyarakat adat melalui kontribusi kubikasi kayu, pembangunan sarana dan prasarana kampung adat, pembayaran denda dan ganti rugi pemberian beasiswa pada anakanak sekolah serta kontribusi sosial lainnya. Hasil penelitian di areal PT Tunas Timber Lestari di Kabupaten Boven Digoel menunjukkan bahwa secara umum tahapan teknis kehutanan telah dilaksanakan dengan baik oleh perusahaan, namun ada beberapa catatan dalam penelitian ini, diantaranya : pemasanganan plang untuk penataan areal kerja tidak lengkap, kurangnya pemeliharaan jalan setelah pemanenan, tingkat kegagalan tanaman yang tinggi, kurang tersedianya benih tanaman dan tidak adanya pemeliharaan dalam kegiatan penanaman yang telah dilakukan. Outcome : Prosiding dan Jurnal Wallacea

HASIL RPI Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari Luaran: Informasi dinamika pertumbuhan tegakan di hutan alam lahan kering Kajian Penyusunan Model Pendugaan Volume pohon di hutan alam lahan kering di Papua Tahun 2010-2014 Oleh: Ir. Relawan Kuswandi, M.Sc Hasil: Model penduga volume lokal yang terbaik pada areal IUPHHK PT. Wijaya Sentosa dengan jumlah skor terendah adalah log V = - 3,59 + 1,16 log d 2 Model penduga volume lokal yang terbaik pada areal IUPHHK PT. Kurniatama Sejahtera dengan skor terendah adalah log V = - 3,51 + 2,27 log d Struktur tegakan: PT MML : N = 1299.e -0,08D Nilai R2 : 96,4 % PT TTL : N = 893,2.e -0,07D Nilai R2 : 98,3 % PT Wapoga: N = 199.4e -0,50D Nilai R2 : 86,3 % Outcome : Prosiding dan Draf Jurnal of Forestry, Dasar perhitungan RKU

HASIL RPI Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari Luaran: Informasi dinamika pertumbuhan tegakan di hutan alam lahan kering Formulasi dinamika pertumbuhan hutan alam lahan kering di Papua Hasil: struktur tegakan dapat digunakan untuk menduga bentuk struktur tegakan pada areal IUPHHK PT. MML, PT. TTL, PT. Wapoga dan PT. MAM. Besarnya laju pertumbuhan tegakan relatif berbeda pada setiap lokasi. Rata-rata riap tahun berjalan (CAI) tertinggi pada PT. MML dan PT. Wapoga sebesar 0,61 cm/th dan terendah pada PT. TTL sebesar 0,50 cm/th. Tahun 2011-2014 Oleh: Ir. Relawan Kuswandi, M.Sc Outcome : Prosiding dan Disertasi

HASIL RPI Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Luaran: Teknik silvikultur intensif jneis unggulan dan alternatif penghasil kayu pertukangan Teknik silvikultur intensif penghasil kayu pertukangan jenis endemik Papua ( Instia bijuga, Palaqium amboinensis, Mastixiodendron pachyclados, Gmelina moluccana, Pterocarpus indicus, Celtis latifolia, dan inocarpus sp) di lahan bekas tebangan Hasil: Informasi habitat tumbuh jenis Instia bijuga, Palaqium amboinensis, Mastixiodendron pachyclados, Gmelina moluccana, Pterocarpus indicus, Celtis latifolia, dan inocarpus sp Teknik pembibitan jenis-jenis Instia bijuga, Palaqium amboinensis, Mastixiodendron pachyclados, Gmelina moluccana, Pterocarpus indicus, Celtis latifolia, dan inocarpus sp Tahun 2010 Oleh: Ir. Batseba AS, M.Sc

HASIL RPI Pengelolaan HHBK FEMO Luaran: Paket informasi potensi, sebaran dan pengelolaan kearifan lokal HHBK andalan setempat Inventarisasi potensi tegakan dan eksplorasi sebaran jenis-jenis Mytragina sp (Kratom). Tahun 2010-2011 Oleh: Timotius T Siriwa, S.Hut Hasil: Sebaran Mitragyna speciosa di wilayah sekitar kampung Dabra Distr ik memberamo Hulu pada daerah yang terkena pasang surut sehingga penyebarannya mengelompok. Dilokasi Sungai Furu, memiliki dominansi pada tingkat semai dan pohon. Sedangkan pada tingkat pancang dan pohon menempati urutan 3 dan 4. Struktur populasi menunjukan struktur yang tidak normal ( miskin jumlah individu pada tingkat pancang dan tiang) Pemanfaatan untuk kayu bakar dan pancang jaring ikan

HASIL RPI Pengelolaan HHBK FEMO Luaran: Paket informasi sumber benih dan bioteknologi serta pemuliaan untuk peningkatan kuantitas dan kualitas HHBK jenis prioritas sebagai sumber pangan, energi dan obat-obatan serta kosmetik Uji Penanaman Sagu (Metroxyllon ssp) Hasil: Demplot uji penanaman Sagu di Koyani Papua Barat seluas kurang lebih 1 ha Data morfologis 6 (enam) jenis Sagu ( Antar Hawar, Noiin, Makbon, Yeriran dan Huwor ) Data pertumbuhan tanaman sagu Data dan informasi gulma paling dominan Tahun 2010-2014 Oleh: Ir. Basteba AS, M.Sc Outcome : Prosiding dan Demplot

Enam Jenis Sagu pada dmeplot sagu di Koyani TERIMA KASIH

Plot Penanaman Sagu di Koyani

HASIL RPI Pengelolaan HHBK FEMO Luaran: Paket IPTEK budidaya tepat untuk peningkatan produksi HHBK FEM jenis prioritas (Tier 2 dan Tier 3) Kuantifikasi empulur sagu untuk bioetanol di beberapa wilayah wilayah sebaran di Papua Hasil: Ada 12 jenis Sagu yakni Antar, Kuraw, Noiin, Hawar, Huwor, Makbon, Wimir, Ananggemo, Anangga, Witime, Wimama dan Anamoa yang telah dianalisa produksi sagunya Jenis Sagu yang dianalisas mempunyai nilai karbohidrat yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bioetanol Tahun 2010-2014 Oleh: Ir. Basteba AS, M.Sc Outcome : Prosiding dan Disertasi

HASIL RPI Pengelolaan HHBK FEMO Luaran: Paket informasi potensi, sebaran dan pengelolaan kearifan lokal HHBK andalan setempat Eksplorasi Jenis-Jenis Nyamplung (Calophyllum spp) Tahun 2013-2014 Hasil: Ada 5 jenis Nyamplung yang berhasil diidentifikasi yaitu: C. cf. papuanum Lauterb, C. bifurcatum P.F. Stevens, C. pseudovitiensis L, C. peekelii Lauterb dan C. inophyllum L. Dari analisis berat buah kering berat biji yang dihasilkan dari 1 kg buah kering : C. peekelii Lauterb mempunyai berat biji yang lebih besar. Oleh: Ezrom Batorinding, S.Hut, M.Sc

Buah Kering C. bifurcatum C. inophyllum C. peekelii Biji Siap Olah C. bifurcatum C. inophyllum C. peekelii

Luaran: Paket analisis kelembagaan dan tata niaga serta finansial untuk peningkatan nilai ekonomi jenis HHBK prioritas sebagai sumber pangan, energi dan bahan obat-obatan serta kosmetik Analisis tata niaga dan kelembagaan Sagu di Papua (2012) Analisis kelembagaan dan tataniaga pemanfaatan dan pemungutan sagu di Papua (2013-2014) Oleh: Susan T Salosa, S.Hut, MA HASIL RPI Pengelolaan HHBK FEMO Hasil: Sudah ada kelompok bersama pemarut sagu yang dibagi menurut marga Alur tataniaga masih pendek Sebagian sagu untuk dikonsumsi sendiri, sebagian lagi diperjualbelikan Masyarakat tradisional masih mengkonsumsi sagu namun karena pengerjaannya yang rumit maka memilih sumber pandapatan lain Faktor penyebab sagu sebagai sumber pencaharian: transportasi, kebutuhan keluarga dan lama waktu pengerjaan sagu Keberadaan dusun sagu dan hutan sagu terancam karena pemukiman Outcome : Prosiding dan Disertasi

HASIL RPI Pengelolaan HHBK FEMO Luaran: Paket informasi potensi, sebaran dan pengelolaan kearifan lokal HHBK andalan setempat Eksplorasi potensi, sebaran dan biofisik jenis HHBK Masoi di Papua (2010-2012) Kajian teknik konservasi insitu jenis HHBK Masoi di Papua (2013-2014) Hasil: Data potensi Masoi terbesar di 3 Kabupaten di Papua Barat Informasi sebaran: tumbuh baik pada topografi 10 s.d 700 mdpl, curah hujan 2000-4000 mm. pada topografi yg relatif tinggi tegakan umumnya kecil tinggi <12 m dan diameter < 30 cm. Potensi Benih Masoi dapat ditemukan di Wasior Barat, Peg. Wondiboy, Rado, dan Wasior utara Oleh: Wilson Rumbiak, S.Hut

Luaran: Tersedianya demplot sumber benih jenis unggulan lokal Pembangunan demplot sumber benih jenis unggulan lokal Papua Tahun (2013-2014) Oleh: Ir. Bateba AS, M.Sc Rifki El Halim, S.Hut Dr. Pudja Mardi Utomo, MP HASIL RPI Bioteknologi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan Hasil: Ada empat jenis komoditas sumber benih TBT : Matoa, Dao, Sengon, Merbau yang tersebar di Sorong, Bintuni, Memberamo dan Bonggo 1 lokasi untuk Merbau seluas 87,04 ha sudah bersertifikat TBS. Binuang dan Sengon @ 5 Ha status TBT Matoa (di Memberamo): 100 Ha TBT, Matoa (di Bintuni) 60,5 ha TBT, Matoa di Bonggo 100 ha status TBT Merbau di Bintuni 60,5 ha, Merbau Bonggo 100 ha status TBT Dao di Bintuni 60,5 ha status TBT Rencana sertifikasi belum mendapat tanggapan dari BPTH Ambon dan Papua Outcome : Demplot