Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik KOSKIP, KAJIAN RUTIN - Sejak lahir seorang manusia pasti berinteraksi dengan berbagai kegiatan pemerintahan hingga ia mati. Pemerintahan merupakan wujud rangkaian berbagai proses pembuatan hingga pelaksanaan kebijakan yang berdampak luas bagi masyarakat. Dalam sejarah perjalanannya, bangsa ini telah mengalami tiga kali pergantian rezim mulai dari Orde Lama dibawah kepemimpinan Presiden Soekarno, Orde Baru dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto dan Orde Reformasi yang diawali oleh kepemimpinan Presiden BJ Habibie hingga saaat ini oleh Presiden Joko Widodo. Perjalanan bangsa yang cukup panjang ini nampaknya belum membawa kehidupan bangsa dan negara ke arah yang lebih baik khususnya dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pemeritahan saat ini mengalami berbagai permasalahan yang tak kunjung terselesaikan mulai kualitas pelayanan publik yang secara langsung menyentuh masyarakat hingga pengelolaan pembangunan yang terus digerogoti tindakan memperkaya diri sendiri dan kelompok oleh oknum-oknum pemerintah yang tidak bertanggungjawab. Proses penyelenggaraan pemerintahan terus mencari bentuk baru untuk mengatasi berbagai permasalah tersebut. Salah satu konsep yaitu Good Governance yang sering kali kita dengarkan kini telah dicoba untuk diterapkan dalam proses penyelenggaraan pemerintahan bangsa ini. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, pemerintahan juga dikenal dengan istilah governance. Efendi (2010:113) menyebutkan istilah governance sudah dikenal dalam literatur administrasi dan ilmu politik hampir 120 tahun, sejak Woodrow Wilson memperkenalkan bidang studi tersebut kira-kira 125 tahun yang lalu. Tetapi selama itu governance hanya digunakan dalam konteks pengelolaan organisasi korporat dan lembaga pendidikan tinggi serta dalam literatur ilmu politik secara sempit. Wacana tentang governance kembali mengemuka terutama setelah berbagai lembaga pembiayaan internasional seperti International Monetary Fund mempersyaratkan Good Governance dalam berbagai program bantuannya dan World Bank memperkenalkan istilah tersebut sebagai salah satu pendekatan baru dalam proses pembangunan. Dalam beberapa literatur dalam mendeskripsikan konsep Good Governance, World Bank lebih menekankan pada cara pemerintah mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan masyarakat. Menurut World Bank yang dikutip Wahab (2002:34) menyebut Good Governance adalah suatu konsep dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan
pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan investasi yang langka dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administrasi, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Selain itu, Bank Dunia juga mensinonimkan Good Governance sebagai hubungan sinergis dan konsturktif diantara negara, sektor swasta dan masyarakat. Tata laksana pemerintahan yang baik (Good Governance) adalah seperangkat proses yang diberlakukan dalam organisasi baik swasta maupun negeri untuk menentukan keputusan. Meutia Ganie Rachman Good Governance dalam sebuah artikelnya yang di muat dalam buku HAM: Penyelenggaraan Negara Yang Baik dan Masyarakat Warga, Komnas HAM menyebutkan Good Governance sebagai mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor negara dan sektor non-pemerintah dalam suatu usaha kolektif. Billah (1996:40) menyebutkan istilah Good Governance merujuk pada arti asli kata governing yang berarti mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik dalam suatu negeri. Karena itu Good Governance dapat diartikan sebagai tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik untuk mewujudkan nilainilai itu dalam tindakan dan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian istilah Good Governance tidak terbatas pada negara atau pemerintahan, tetapi juga pada masyarakat seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan juga sektor swasta. Singkatnya tuntutan terhadap Good Governance tidak selayaknya ditujukan hanya kepada penyelenggara negara atau pemerintahan, melainkan juga kepada masyarakat di luar struktur birokrasi pemerintahan yang bersemangat menuntut penyelenggaraan Good Governance pada negara. Dari beberapa pengertian Good Governance diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah konsep penyelenggaraan pemerintahan yang baik merupakan serangkaian upaya bersama dalam kerangka kenegaraan untuk mengelola berbagai sember daya menuju pembangunan yang bertanggungjawab dan berkelanjutan secara efektif dan efisien melalui pembuatan kebijakan yang absah demi terwujudnya kesejahteraan rakyat dan tata kelola pemerintahan yang baik. Pada umumnya pemahaman dasar tentang konsep Good Governance dipahami sebagai wujud pemerintahan yang baik namun secara sederhana konsep ini dapat dipahami sebagai kepengelolaan dan kepengarahan yang baik. Dalam dokumen kebijakan United Nation Development Programme (UNDP) lebih jauh menyebutkan ciri-ciri Good Governance yang dikutip oleh Sumarto (2003:3) yaitu:
1. Mengikut sertakan semua, transparansi dan bertanggung jawab, efektif dan adil; 2. Menjamin adanya supremasi hukum; 3. Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik, sosial dan ekonomi didasarkan pada konsesus masyarakat; 4. Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya pembangunan. Prinsip-prinsip Good Governance (tata pemerintahan yang baik) menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 7 tahun 2005 dalam Sedarmayanti (2007:9), yaitu : 1. Berkurangnya secara nyata praktek korupsi di birokrasi, dan dimulai dari tataran (jajaran) pejabat yang paling atas; 2. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih, efisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel; 3. Terhapusnya aturan, peraturan dan praktek yang bersifat diskriminatif terhadap warga negara, kelompok atau golongan masyarakat; 4. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik.; 5. Terjaminnya konsistensi seluruh peraturan pusat dan daerah, dan tidak bertentangan dengan peraturan dan perundangan di atasnya. Prinsip-prinsip Good Governance menurut United Nation Development Program (UNDP, 1997) dalam Mardiasmo (2004:24) memberikan beberapa karaktertik pelaksanaan good governance, meliputi : 1. Partisipasi (Partisipation). Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif. 2. Aturan Hukun (Rule of Law). Kerangka aturan hukum dan perundang-undangan harus berkeadilan, ditegakkan dan dipatuhi secara utuh tanpa pandang bulu. 3. Transparansi (Transparancy). Transparansi harus dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan. 4. Daya Tanggap (Responsiveness). Lembaga-lembaga publik harus cepat tanggap dalam melayani stakeholder. 5. Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation. Berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas, berperan sebagai penengah atas berbagai kepentingan
masyarakat untuk mencapai kebijakan yang terbaik atas kepentingan masing-masing pihak. 6. Berkeadilan (Equity). Pemerintah yang baik akan memberikan kesempatan yang sama terhadap masyarakatnya dalam upaya mereka untuk meningkatkan kualitas hidupnya. 7. Efektif dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency). Pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif). 8. Akuntabilitas (Accountability). Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan berdasarkan dampak dari keputusan yang diambil. 9. Visi Strategis (Strategic Vision). Penyelenggaraan pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi jauh ke depan. Setiap stakeholder memiliki perspektif yang luas dan panjang tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik khususnya dalam hal pembangunan manusia dan memahami dasar kultur, historis, dan kompleksitas sosial yang mendasari perspektif itu. Dalam berbagai penelitian telah mencoba melihat penerapan Good Governance dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Atensi dan harapan publik agar terlaksananya konsep ini sangat tinggi berbanding lurus dengan upaya intitusi pemerintahan hendak menerapkannya. Namun, masih mengahadapi berbagai permasalahan seperti pengembangan sumberdaya manusi yang terbilang cukup secara kuantitas tetapi distribusi dan kapabilitasnya yang kurang memadai sehingga terjadi ketimpangan antara kuantitas dan kualitasnya. Selain itu, pergeseran paradigma pelayanan publik yang relatif lamban semakin menghambat terlaksananya penyelengaraan pemerintahan dengan baik dibidang pelayanan publik hingga pembangunan bangsa. Paradigma pelayanan yang lama tidak mampu memenuhi sistem pelayanan dan standar pelayanan yang diberlakukan dalam Good Governnace. Makassar, 4 September 2016 Fasilitator: Erwin Penyunting: Tim Kajian dan Penulis Internal Badan Pengurus Himapem FISIP Unhas Referensi Hetifah Sj Soemarto, 2003, Inovasi, Partisipasi dan Good Governance. 20 Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Mardiasmo. 2004, Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance, Meuthia Ganie-Rochman. 2000, dalam artikel berjudul Good governance : Prinsip, Komponen dan Penerapannya, Jakarta: yang dimuat dalam buku HAM : Penyelenggaraan Negara Yang Baik & Masyarakat Warga, Komnas HAM.
MM Billah. 1996, Membalik Kuasa Negara Ke Kendali Rakyat, Jakarta : Pusat Studi Pengembangan Kawasan. Sedarmayanti. 2007, Good Governance dan Good Corporate Governance, Bandung: Mandar Maju. Solichin Abdul Wahab. 2002. Analisis Kebijakan Negara. Jakarta: Rieneka Cipta.