PERANAN MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN SILIAN RAYA DALAM PELAKSANAAN (GOOD GOVERNANCE) O l e h : DOLFI AKAY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANAN MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN SILIAN RAYA DALAM PELAKSANAAN (GOOD GOVERNANCE) O l e h : DOLFI AKAY"

Transkripsi

1 PERANAN MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN SILIAN RAYA DALAM PELAKSANAAN (GOOD GOVERNANCE) O l e h : DOLFI AKAY ABSTRAK Dalam UU No. 6 Tahun 2014 mengamanatkan pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan desa mengutamakan pemanfaatan sumber daya manusia dan mendaya gunakan swadaya gotong royong masyarakat. Juga menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Pelaksanaan pemerintahan yang baik semakin berkembang di tengah-tengah masyarakat kita seiring dengan semakin tingginya kompleksitas permasalahan bangsa dalam berbagai aspek penyelenggaraan negara.perkembangan ini ditandai dengan dikembangkannya paradigma baru di bidang politik pemerintahan yang saat ini dikenal secara luas dengan istilah good governance atau sering diartikan secara umum sebagai penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Untuk menghindari masalah yang akan muncul dalam mewujudkan good governance secara utuh dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan maka peranan masyarakat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan pemerintahan yang baik dalam pembangunan desa. Kenyataan yang dapat dilihat sekarang bahwa sampai saat ini pun pelaksanaan kehidupan negara, khususnya dalam konteks pemerintahan desa justru masih menghadapi berbagai masalah dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya guna mewujudkan good governance secara utuh. Dalam mewujudkan good governance secara utuh sangat tergantung kepada kemampuan pimpinan organisasi yang cakap dan terampil mengatasi berbagai masalah secara cepat, tepat dan praktis dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan juga oleh peranan masyarakat dalam berpartisipasi untuk menunjang pelaksanaan pemerintahan yang baik. Kata kunci : Peranan, Masyarakat, Good Governance PENDAHULUAN

2 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 pasal 1 ayat 2 mengemukakan bahwa Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Arbi Sanit (dalam J.R. Kaho, 2002:113) menandaskan apabila kita berbicara mengenai pembangunan sesungguhnya yang diperbincangkan ialah keterlibatan keseluruhan masyarakat sebagai sistem terhadap masalah yang dihadapinya dan pencarian jawaban bagi masalah tersebut. Untuk menggerakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan memerlukan peranan kepemimpinan, dimana pembangunan itu akanberjalan terus menerus dan menjadi kekuatan yang berkembang dalam masyarakat itu sendiri, maka dibutuhkan banyak pemberdayaan terhadap masyarakat itu sendiri. Pelaksanaan pemerintahan yang baik semakin berkembang di tengah-tengah masyarakat kita seiring dengan semakin tingginya kompleksitas permasalahan bangsa dalam berbagai aspek penyelenggaraan negara.perkembangan ini ditandai dengan dikembangkannya paradigma baru di bidang politik pemerintahan yang saat ini dikenal secara luas dengan istilah good governance atau sering diartikan secara umum sebagai penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Penerapan good governance adalah merupakan kebutuhan mutlak mayoritas rakyat demi terciptanya suatu sistem pemerintahan yang lebih berpihak kepada kepentingan rakyat sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi secara universal. Hal ini dapat pula menjadi faktor pendorong terwujudnya political governance yang menghendaki bahwa berbagai proses pemerintahan baik itu dari segi proses perumusan kebijakan publik, penyelenggaraan pembangunan, pelaksanaan birokrasi publik pemerintahan agar berjalan secara transparan, efektif dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk menghindari masalah yang akan muncul dalam mewujudkan good governance secara utuh dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan maka peranan masyarakat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan pemerintahan yang baik dalam pembangunan desa. Menurut pengamatan penulis di Desa di Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara pelaksanaan pemerintahan yang baik perlu terus ditingkatkan pelaksanaannya. Untuk mengetahui peranan masyarakat dalam menunjang pemerintah untuk mewujudkan pelaksanaan pemerintahan yang baik ( good governance), perlu diadakan suatu penelitian ilmiah. Hal tersebut di atas mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang Peranan masyarakat

3 dalam menunjang pelaksanaan pemerintahan yang baik di Desa pada Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. RUMUSAN MASLAH Bertitik tolak pada pemikiran di atas, maka dapatlah dikemukakan rumusan permasalahan penelitian ini sebagai berikut : Bagaimana peranan masyarakat Desa di Kecamatan Silian Raya dalam menunjang good governance? TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana peranan masyarakat dalam menunjang pemerintah untuk mewujudkan pelaksanaan pemerintahan yang baik ( good governance) di Desa pada Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana informasi ilmiah bagi aparat pemerintah desa dalam pelaksanaan kepemimpinan dalam mewujudkan pelaksanaan pemerintahan yang baik di Desa pada Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. TINJAUAN PUSTAKA KONSEP PERANAN Menurut Veger (1981:43) peranan adalah suatu yang menjadi bagian dari aktivitas manusia yang diharapkan mendapat manfaat.jadi pada dasarnya batasanbatasan tersebut menekankan pada aktifitas sesseorang yang membawa manfaat. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1989 : 667) kata peranan mengandung arti, bagian tugas utama yang harus dilakukan. Kemudian menurut Purwadarminta (1989 : 735) arti kata peranan adalah suatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang utama ( dalam hal terjadinya suatu hal dan peristiwa). Pengertian ini menunjuk kepada suatu kelompok sosial tertentu, baik secara sepintas maupun berlangsung lama atau tetap didalamnyaterdapat seseorang atau beberapa orang yang beretindak atau berperan sebagai kepala atau pemimpin kelompoknya. Menurut Miftha Thoha (1995 : 11) peranan sebagai suatu rangkaian prilaku yang teratur yang ditimbulkan karena jabatan tertentu, atau adanya suatu kantor yang dikenal pengertian ini lebih ditentukan dengan jabatan tertentu serta dengan adanya satu kantor. Menurut Soerjono Soekanto (1990 : 146) peranan adalah aspek dinamis dari status. Peranan ini selanjutnya berwujud kegiatan yang merupakan suatu fungsi

4 kepemimpinan yang berusaha melaksanakanatau menyaksikan sesuatu yang menjadi kepentingan bersama. Peranan yang melekat pada diri seseorang lebih banyak bersumber dari aktivitas yang dilakukan sesuia fungsi atau penyesuaian diri terhadap posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Sebagai suatu fungsi merupakan suatu proses apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran. Dengan demikian kata peranan sebagai bagian dari tugas utama yang harus dilakukan terhadap sesuatu. KONSEP PEMERINTAH DAN PEMERINTAHAN Pamudji, (1987 : 22) memberikan pengertian sebagai berikut : secara etimologis, Pemerintahan berasal dari kata perintah menurut kamus kata-kata tersebut mempunyai arti sebagai berikut : a. Perintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu. b. Pemerintah adalah kekuasaan suatu negara (daerah -daerah) atau badan yang tertinggi yang memerintah suatu negara. c. Pemerintahan adalah suatu perbuatan (cara, hal urusan dan sebagainya), dalam hal memerintah. Jika diadakan pendekatan dari segi bahasa terhadap kata pemerintah atau pemerintahan, ternyata bahwa kedua kata tersebut berasal dari suku kata perintah yang berarti sesuatu yang harus dilakukan. Didalam kata tersebut tersimpul beberapa unsur yang menjadi ciri khas dari perintah: 1. Adanya keharusan menunjukkan kewajiban untuk melaksanakan apa yang diperintahkan; 2. Adanya dua pihak, yaitu yang memberi dan yang menerima perintah; 3. Adanya hubungan fungsional antara yang memberi dan yang menerima perintah; 4. Adanya wewenang atau kekuasaan untuk memerintah (Bayu Suryaningrat, 1981:10). Sumber Saparin (1986:21), mengemukakan bahwa untuk dapat membedakan kedua pengertian tersebut perlu diterangkan menurut segi etimologis yaitu : a. Pemerintah ialah kata nama subyek berdiri sendiri. Contoh : Pemerintah Desa, Pemerintah Daerah, dan sebagainya. b. Pemerintahan adalah kata jadian, yang disebabkan karena subyek mendapat akhiran "an". Artinya pemerintah sebagai subjek melakukan tugas/kegiatan. Sedangkan cara melakukan tugas/kegiatan itu disebut sebagai pemerintahan. Tambahan akhiran dapat juga diartikan sebagai bentuk jamak atau dapat berarti lebih dari satu pemerintah.

5 Pemerintah dalam arti sempit menunjukkan kepada aparat negara, organ atau alat-alat perlengkapan negara yang melaksanakan tugas pemerintahan, dalam arti sempit (eksekutif). Sedangkan Pemerintah dalam arti luas menunjukkan kepada seluruh perlengkapan negara kesatuan yang melaksanakan kekuasaan negara. Pemerintahan dalam arti sempit adalah tugas kewenangan dalam bidang eksekutif saja. Sedangkan Pemerintahan dalam arti luas adalah segala tugas kewenangan dan kekuasaan negara; yang meliputi bidang-bidang legislatif, eksekutif dan yudikatif. Dalam penulisan ini pemerintah yang dijadikan kajian adalah Pemerintah Desa pada Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. Pemerintahan adalah segala tugas kewenangan yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi dari pemerintah desa di Desa pada Kecamatan Silian Raya. KONSEP PELAKSANAAN PEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE) Good dalam good governance mengandung dua pengertian yaitu: Pertama, nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat dan nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional), kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut (Sedarmayanti, 2003:6). Istilah "governance " diambil dari bahasa Inggris yaitu "the act, fact, manner of governing", yang berarti: "tindakan, fakta, pola dan kegiatan atau penyelenggaraan pemerintahan". Dengan demikian "governance" adalah suatu kegiatan (prosesi). Sebagaimana dikemukakan oleh Kooiman (1993) bahwa governance lebih merupakan "...serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintahan dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut". (Sedarmayanti, 2004:2). Istilah "governance" tidak hanya berarti kepemerintahan sebagai suatu kegiatan tetapi juga mengandung arti pengurusan, pengelolaan, pengarahan, pembinaan penyelenggaraan dan bias juga diartikan pemerintahan. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila terdapat istilah public governance.governance sebagai terjemahan dan pemerintahan kemudian berkembang dan menjadi popular dengan sebutan kepemerintahan, sedangkan praktek terbaiknya disebut kepemerintahan yang baik atau good governance (Sedarmayanti, 2004:2). Sarundajang dalam bukunya Birokrasi Dalam Otonomi Daerah (Sarundajang, 2005:152) menjelaskan bahwa tata pemerintahan yang baik atau good governance dewasa ini sedang menjadi acuan dalam mencari tata

6 perbaikan organisasi sesuai dengan tuntutan reformasi. Tata pemerintahan yang baik merupakan sebuah konsep yang akhir-akhir ini dipergunakan secara teratur dalam ilmu politik, terutama ilmu pemerintahan dan administrasi publik.konsep itu lahir sejalan dengan konsep-konsep dan terminologi demokrasi, masyarakat madani ( civil society), partisipasi rakyat, hak asasi manusia dan pembangunan masyarakat secara berkelanjutan. Sarundajang pula merumuskan bahwa istilah governance menunjukkan suatu proses di mana rakyat bisa mengatur ekonominya, institusi dan sumber-sumber sosial dan politiknya tidak hanya dipergunakan untuk pembangunan, tetapi juga untuk menciptakan kohesi, integrasi, dan untuk kesejahteraan rakyatnya. Prinsip-prinsip good governance.kunci utama memahami good governance yaitu pemahaman atas prinsip-prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsipprinsip good governance. Menyadari pentingnya masalah ini, prinsip-prinsip good governance menurut UNDP (UNDP, 1997) diurai satu persatu sebagaimana tertera di bawah ini : 1) Partisipasi Masyarakat. Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembagalembaga Permusyawaratansah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut. dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif. 2) Tegaknya Supremasi Hukum. Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia. 3) Transparansi. Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau. 4) Peduli pada Stakeholder. Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan. 5) Berorientasi pada Konsensus. Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur. 6) Kesetaraan. Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka.

7 7) Efektivitas dan Efisiensi. Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin. 8) Akuntabilitas. Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan. 9) Visi Strategis. Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang Was dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut. METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di depan dan sesuai tujuan yang ingin dicapai, maka metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif, yang dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya (Nawawi, 1990:22). Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian yang non hipotesis sehingga dalam rangka penelitiannya bahkan tidak perlu merumuskan hipotesisnya (Arikunto, 1996:7). Pelaksanaan metode penelitian deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interprestasi tentang arti data tersebut, selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti (Moleong, 1997:172). FOKUS PENELITIAN Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah peranan masyarakat yaitu kegiatan masyarakat desa dalam berperanserta untuk mempengaruhi pemerintah desa agar dalam pelaksanaan pemerintahan dapat dilaksanakan dengan prinsip pemerintahan yang baik (good governance). Pelaksanaan prinsip good governance : Pelaksanaan Good Governance adalah sebagai tata pemerintahan yang baik dengan indikatornya dilihat dari : penerapan prinsip partisipasi masyarakat, prinsip supremasi hukum, prinsip transparansi, prinsip responsiveness, (cepat tanggap) kebutuhan masyarakat, prinsip

8 akuntabilitas, dalam pelaksanaan tugas pada penyelenggaraan pemerintahan desa di Desa pada Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. INFORMAN PENELITIAN Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Pemerintah desa, dan masyarakat yang terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat, anggota Badan Permusyawaratan Desadi Desa pada Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 50 orang yang diambil dari permerintah desa dan anggota Badan Permusyawaratan Desa, tokoh-tokoh masyarakat dan anggota masyarakat di setiap jaga. Penentuan sampel informan dilakukan secara purposive sampling dimana penulis/peneliti menentukan atau memilih secara sengaja terhadap sampel informan Pemerintah desa, dan tokohtokoh masyarakat, anggota Badan Permusyawaratan Desa dan secara acak terhadap anggota masyarakat desa. INSTRUMEN DAN CARA PENGUMPULAN DATA Instrumen atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer adalah pedoman wawancara atau daftar pertanyaan yang disusun berdasarkan pada fokus penelitian.sedangkan untuk mengumpulkan data sekunder digunakan formulir isian untuk pengisian data-data statistik di Desa pada Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengadakan wawancara secara terpimpin terhadap informan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui pencatatan atau pengisian formulir pada kantor desa di Desa pada Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. TEKNIK ANALISIS DATA Analisis yang digunakan dalam penelitian digunakan dengan cara mendeskripsikan hasil penelitian yang berkaitan dengan peranan masyarakat dalam menunjang pemerintah untuk mewujudkan pelaksanaan pemerintahan yang baik ( good governance) di Desa pada Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil wawancara terhadap para informan tentang peranan masyarakat Desa dalam menunjang pelaksanaan pemerintahan yang baik di Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara dikaitkan dengan prinsip partisipasi masyarakat adalah : Dari 50 orang informan yang diwawancara; 31 informan menyatakan sangat baik Masyarakat Desa berperan dalam memotivasi dan

9 menggerakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan pemerintahan DesadiKecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, 11 informan menyatakan baik MasyarakatDesa berperan dalam memotivasi dan menggerakan masyarakat nuntuk berpartisipasi dalam pelaksanaan pemerintahan Desadi Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, 8 informan menyatakan cukup baik MasyarakatDesaberperan dalam memotivasi dan menggerakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan pemerintahan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. Peranan Masyarakat Desa dalam penegakan aturan-aturan (supremasi hukum) dalam pelaksanaan pemerintahan Desa di Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara dapat dilihat sebagai berikut : Dari 50 orang informan yang diwawancara : 25 menyatakan Masyarakat Desa sangat baik peranan dalam penegakan aturan-aturan (supremasi hukum) dalam pelaksanaan pemerintahan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, 12 menyatakan baik Masyarakat Desa berperan dalam penegakan aturan-aturan (supremasi hukum) pada pelaksanaan pemerintahan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, 9 menyatakan cukup baik Masyarakat Desa berperan dalam penegakan aturan-aturan (supremasi hukum) pada pelaksanaan pemerintahan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, dan 4 menyatakan Masyarakat Desa kurang berperan dalam penegakan aturan-aturan (supremasi hukum) pada pelaksanaan pemerintahan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. Peranan Masyarakat Desa dalam keterbukaan menyampaikan informasi atau transparansi dalam pelaksanaan pemerintahan Desa pada Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara adalah : 13 menyatakan sangat baik Masyarakat Desa berperan menunjukan keterbukaan menyampaikan informasi atau transparansi dalam pelaksanaan pemerintahan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, 12 menyatakan baik Masyarakat Desa berperan menunjukan keterbukaan menyampaikan informasi atau transparansi dalam pelaksanaan pemerintahan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, 10 menyatakan cukup baik Masyarakat Desa berperan menunjukan keterbukaan menyampaikan informasi atau transparansi dalam pelaksanaan pemerintahan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, dan 15 menyatakan Masyarakat Desa kurang berperan menunjukan keterbukaan menyampaikan informasi atau transparansi dalam pelaksanaan pemerintahan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. Peranan Masyarakat Desa dalam melaksanakan prinsip responsiveness atau seluruh proses pemerintahan Desa harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil wawancara berikut : Dari hasil wawancara terlihat bahwa dari 50 oranginforman yang diwawancara; 19

10 informan menyatakan sangat baik Masyarakat Desa berperan dalam melaksanakan prinsip responsivenes atau seluruh proses pemerintahan Desa harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan pemerintahan Desa pada Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, 13 informan menyatakan baik Masyarakat Desa berperan dalam melaksanakan prinsip responsiveness atau seluruh proses pemerintahan Desa harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan pemerintahan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, 12 informan menyatakan cukup baik Masyarakat Desa berperan dalam melaksanakan prinsip responsiveness atau seluruh proses pemerintahan Desa harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan pemerintahan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, dan 6 informan menyatakan Masyarakat Desa kurang berperan dalam melaksanakan prinsip responsiveness atau seluruh proses pemerintahan Desa harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan pemerintahan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. Peranan Masyarakat Desa dalam menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu consensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat dalam pelaksanaan pemerintahan Desa di Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara dapat adalah : 18 informan menyatakan sangat baik Masyarakat Desa berperan menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu consensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat dalam pelaksanaan pemerintahan Desa Kecamatan Silian Raya, 16 informan menyatakan baik Masyarakat Desa berperan menjembatani kepentingankepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu consensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat dalam pelaksanaan pemerintahan DesaKecamatan Silian Raya, 8 informan menyatakan cukup baik Masyarakat Desa berperanmen jembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu consensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa di Kecamatan Silian Raya, dan 8 informan menyatakan Masyarakat Desa kurang berperan menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu consensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. Peranan Masyarakat Desa dalam prinsip kesetaraan (Equity) yaitu memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki maupun perempuan dalam pelaksanaan pemerintahan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara adalah sebagai berikut : dari 50 orang informan yang diwawancara;

11 13 informan menyatakan sangat baik Masyarakat Desa berperan prinsip kesetaraan (Equity) yaitu memberikan kesempatan yang sama bagi laki -laki maupun perempuan dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, 20 informan menyatakan baik Masyarakat Desa berperan prinsip kesetaraan (Equity) yaitu memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki maupun perempuan dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, 11 informan menyatakan cukup baik Masyarakat Desa berperan prinsip kesetaraan (Equity) yaitu memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki maupun perempuan dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, 6 informan menyatakan kurang baik Masyarakat Desa berperan prinsip kesetaraan (Equity) yaitu memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki maupun perempuan dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. Secara keseluruhan bahwa peranan Masyarakat Desa dalam penerapan prinsip-prinsip good governance dalam pelaksanaan pemerintahan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara adalah sebagai berikut : dari 50 orang informan yang diwawancara; 16 informan menyatakan bahwa Masyarakat Desa sangat baik berperan melaksanakan prinsip-prinsip good governance dalam pelaksanaan pemerintahan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, 14 informan menyatakan bahwa Masyarakat Desa baik berperan melaksanakan prinsip-prinsip good governance dalam pelaksanaan pemerintahan Desa Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, 12 informan menyatakan bahwa Masyarakat Desa cukup baik berperan melaksanakan prinsip-prinsip good governance dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa di Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, dan 8 informan menyatakan bahwa MasyarakatDesa kurang berperan melaksanakan prinsip-prinsip good governance dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa di Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. PENUTUP KESIMPULAN 1) Peranan Masyarakat Desa dalam menerapkan prinsip-prinsip good governanceatau tata kelola pemerintahan yang baik pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa di Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara dikaitkan dengan prinsip partisipasi masyarakat adalah : 31 informan menyatakan sangat baik Masyarakat Desa berperan dalam memotivasi dan menggerakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam

12 pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa di Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, 11 informan menyatakan baik, 8 informan menyatakan cukup baik Masyarakat Desa berperan dalam memotivasi dan menggerakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa di Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. 2) Peranan Masyarakat Desa dalam penegakan aturan-aturan (supremasi hukum) dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa di Kecamatan Silian Raya; 26 informan menyatakan Masyarakat Desa sangat baik, 12 informan menyatakan baik, 9 informan menyatakan cukup baik, dan 4 informan menyatakan Masyarakat Desa kurang berperan dalam penegakan aturan-aturan (supremasi hukum) pada pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa di Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. 3) Peranan Masyarakat Desa dalam keterbukaan menyampaikan informasi atau transparansi dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa di Kecamatan Silian Raya; 13 informan menyatakan sangat baik, 12 informan menyatakan baik, 10 informan menyatakan cukup baik, dan 15 informan menyatakan Masyarakat Desa kurang berperan menunjukan keterbukaan menyampaikan informasi atau transparansi dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan. 4) Peranan Masyarakat Desa dalam melaksanakan prinsip responsiveness atau seluruh proses pemerintahan Desa harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan,; 19 informan menyatakan sangat baik, 13 informan menyatakan baik, 12 informan menyatakan cukup baik, dan 6 informan menyatakan Masyarakat Desa kurang berperan. 5) Peranan Masyarakat Desa dalam menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu consensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa di Kecamatan Silian Raya; 18 informan menyatakan sangat baik, 16 informan menyatakan baik, 8 informan menyatakan cukup baik, dan 8 informan menyatakan Masyarakat Desa kurang berperan. 6) Peranan Masyarakat Desa dalam prinsip kesetaraan (Equity) yaitu memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki maupun perempuan dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa; 13 informan menyatakan sangat baik, 20 informan menyatakan baik, 11 informan menyatakan cukup baik, 6 informan menyatakan kurang baik. 7) Peranan Masyarakat Desa dalam memberikan laporan pertanggung jawaban atau akuntabilitas pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa di

13 Kecamatan Silian Raya; 8 informan menyatakan sangat baik, 18 menyatakan baik, 14 informan menyatakan cukup baik, dan 2 informan menyatakan Masyarakat Desa kurang baik berperan. 8) Peranan Masyarakat Desa dalam melaksanakan prinsip efisiensi dan efektifitas dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa di Kecamatan Silian Raya; 4 informan menyatakan sangat baik, 12 informan menyatakan baik, 25 informan menyatakan cukup baik, dan 3 informan menyatakan Masyarakat Desa kurang baik berperan. 9) Secara keseluruhan bahwa peranan Masyarakat Desa dalam penerapan prinsip-prinsip good governance dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa di Kecamatan Silian Raya ; 16 informan menyatakan bahwa Masyarakat Desa sangat baik, 14 informan menyatakan bahwa Masyarakat Desa baik, 12 informan menyatakan bahwa Masyarakat Desa cukup baik, dan 5 informan menyatakan bahwa Masyarakat Desa kurang berperan melaksanakan prinsip-prinsip good governance dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa di Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. SARAN 1) Agar pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desalebih baik, maka disarankan agar Hukum Tualebih meningkatkan perannya dalam mengaplikasikan penerapan prinsip-prinsip good governance dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa di Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. 2) Hukum Tua perlu lebih meningkatkan peranan dalam menyampaikan informasi/keterbukaan atau transparansi dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa di Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, hal ini perlu dilakukan karena masyarakat masih menilai kurang terhadap keterbukaan menyampaikan informasi anggaran dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa di Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. 3) Hukum Tua perlu lebih meningkatkan peranan dalam memberikan laporan pertanggungjawaban atauakuntabilitas pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa di Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara, hal ini perlu ditingkatkan karena cukup banyak informan memberikan penilaian kurang tentang pemberian laporan pertanggungjawaban atau akuntabilitas pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa di Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara.

14 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 1996, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Bandung. Hartoyo, dkk., Pembangunan Masyarakat Desa. ModulUT. Karunika, Jakarta. Kaho Josef Riwuh, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. PT. Rajawali Grafindo Persada, Jakarta. Moleong. L.J. 1997, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung. Nawawi, H. 1990, Metode Penelitian Kualitatif, UGM Press, Yogyakarta. Ndraha Taliziduhu, Partisipasi Masyarakat Desa di Beberapa Desa. Bina Aksara, Jakarta. Pamudji, S., 1995, Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta. Purwadarminta, W.J.S. 1989, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Saparin S., Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa, Ghalia Indonesia, Jakarta. Sarundajang, S.H, 2005, Birokrasi Dalam Otonomi Daerah, Kata Hasta Pustaka, Jakarta Sedarmayanti, 2003, Pemerintahan Yang Efektif dan Efisien, PT. Gramedia, Jakarta. Soekanto Soerjono., 1990 Sopsiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta. Surianingrat, Bayu., Menenal Ilmu Pemerintahan, Aksara Baru, Jakarta. Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung Thoha Miftha., Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Tindakan Prilaku, P.T. Eraja Grafindo Persada, Jakarta. United Nation Development Program, Dokumen PrinsipprinsipGood Governance, PT. Sinar Abadi, Jakarta Verger K.J., Sosiologi Pengetahuan, FISIP UI, Jakarta. Sumber Lain : Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014Tentang Desa.

IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN

IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN Arpi R. Rondonuwu Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro)

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) Oleh MELANI DWIYANTI SELAMAT Abstraksi Berkembangnya

Lebih terperinci

Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik

Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik KOSKIP, KAJIAN RUTIN - Sejak lahir seorang manusia pasti berinteraksi dengan berbagai kegiatan pemerintahan hingga ia mati. Pemerintahan merupakan wujud

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI FUNGSI KOORDINASI PEMERINTAHAN PADA KANTOR DISTRIK ALAMA KABUPATEN MIMIKA. Oleh : Eneas Mulugol 1 Arpi.R.Rondonuwu 2 Ventje Kasenda 3

IMPLEMENTASI FUNGSI KOORDINASI PEMERINTAHAN PADA KANTOR DISTRIK ALAMA KABUPATEN MIMIKA. Oleh : Eneas Mulugol 1 Arpi.R.Rondonuwu 2 Ventje Kasenda 3 IMPLEMENTASI FUNGSI KOORDINASI PEMERINTAHAN PADA KANTOR DISTRIK ALAMA KABUPATEN MIMIKA Oleh : Eneas Mulugol 1 Arpi.R.Rondonuwu 2 Ventje Kasenda 3 Abstrak Implementasi Fungsi Koordinasi Pemerintahan Pada

Lebih terperinci

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN:

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN: Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN: 2407-3881 PENGARUH PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN E-KTP PADA KANTOR KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN KATINGAN Oleh

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) Oleh MELANI DWIYANTI SELAMAT Abstraksi Berkembangnya

Lebih terperinci

PERANAN PERANGKAT KECAMATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN CAMAT PADA PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DI KECAMATAN MALALAYANG. Oleh Andika Lontoh

PERANAN PERANGKAT KECAMATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN CAMAT PADA PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DI KECAMATAN MALALAYANG. Oleh Andika Lontoh PERANAN PERANGKAT KECAMATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN CAMAT PADA PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DI KECAMATAN MALALAYANG Oleh Andika Lontoh Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan perangkat

Lebih terperinci

PERANAN BPD DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN DI DESA BARATAKU KECAMATAN LOLODA KABUPATEN HALMAHERA BARAT 1. Oleh : Merson 2. Abstrak

PERANAN BPD DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN DI DESA BARATAKU KECAMATAN LOLODA KABUPATEN HALMAHERA BARAT 1. Oleh : Merson 2. Abstrak PERANAN BPD DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN DI DESA BARATAKU KECAMATAN LOLODA KABUPATEN HALMAHERA BARAT 1 Oleh : Merson 2 Abstrak Salah satu karakteristik demokratisasi dalam pemerintahan desa adalah terdapatnya

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: GOOD GOVERNANCE. Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: GOOD GOVERNANCE. Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN. KEWARGANEGARAAN Modul ke: GOOD GOVERNANCE by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Pokok Bahasan : 1. Pengertian, Konsep dan Karakteristik Good Governance. 2. Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja instansi pemerintah kini menjadi sorotan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik. Masyarakat sering

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan

Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan PENERAPAN KONSEP GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA Oleh ARISMAN Widyaiswara Muda BPSDM Kementerian Hukum dan HAM RI A. Latar Belakang Secara umum, Good Governance adalah pemerintahan yang baik. Dalam versi

Lebih terperinci

PERANAN PEMERINTAH DESA DALAM MENUNJANG PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Suatu Studi di Desa Bawoleu Kecamatan Tagulandang Utara)

PERANAN PEMERINTAH DESA DALAM MENUNJANG PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Suatu Studi di Desa Bawoleu Kecamatan Tagulandang Utara) PERANAN PEMERINTAH DESA DALAM MENUNJANG PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Suatu Studi di Desa Bawoleu Kecamatan Tagulandang Utara) Jenifer Lanto 1 Arpi Rondonuwu 2 Josef Kairupan 3 Abstrak Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatkan peranan publik ataupun pembangunan, dapat dikembangkan melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita yang kompleks namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah berdampak pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi, yaitu dari pemerintah pusat kepada

Lebih terperinci

OLEH : DR. SURANTO DOSEN JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN UMY

OLEH : DR. SURANTO DOSEN JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN UMY OLEH : DR. SURANTO DOSEN JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN UMY SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS EVALUASI PILKADA SERENTAK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO 09 APRIL 2016 Pemilu merupakan salah satu amanah

Lebih terperinci

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM TATA KELOLA PENYELENGGARAAAN DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA YANG BERBASIS PELAYANAN Oleh Dr. I Nyoman Gede Remaja, S.H., M.H. 3 Abstrak: Dalam era globalisasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Good governance (tata pemerintahan yang baik) sudah lama menjadi mimpi buruk banyak orang di Indonesia. Kendati pemahaman mereka tentang good governance berbeda-beda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah merubah tatanan demokrasi bangsa Indonesia dengan diberlakukannya sistem otonomi daerah,

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: 14 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Good Governance : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan sebelumnya. Apabila diterapkan secara formal dalam organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan sebelumnya. Apabila diterapkan secara formal dalam organisasi 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Administrasi Negara 2.1.1 Pengertian Administrasi Administrasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan secara kerjasama untuk mencapai tujuan bersama

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus di Kantor Kepala Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)

IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus di Kantor Kepala Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen) IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus di Kantor Kepala Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah desa merupakan simbol formil kesatuan masyarakat desa. Pemerintah desa sebagai badan kekuasaan terendah selain memiliki wewenang asli untuk mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paradigma baru yang berkembang di Indonesia saat ini. Menurut Tascherau dan

BAB I PENDAHULUAN. paradigma baru yang berkembang di Indonesia saat ini. Menurut Tascherau dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Good governance atau tata kelola pemerintahan yang baik merupakan paradigma baru yang berkembang di Indonesia saat ini. Menurut Tascherau dan Campos yang dikutip Thoha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi di Indonesia yang masih berlangsung hingga sekarang telah menghasilkan berbagai perubahan khususnya dalam hal tata kelola pemerintahan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah pembangunan yang bertumpu pada peningkatan sumber daya aparatur pemerintah sebagai kunci pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat peraturan perundang-undangan),

Lebih terperinci

TRANSPARANSI PEMERINTAHAN DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DI KELURAHAN BUHA KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO. Oleh: Hendrarto M.A. Uno.

TRANSPARANSI PEMERINTAHAN DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DI KELURAHAN BUHA KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO. Oleh: Hendrarto M.A. Uno. TRANSPARANSI PEMERINTAHAN DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DI KELURAHAN BUHA KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO Oleh: Hendrarto M.A. Uno Abstrak Transparansi harus dapat dibangun atas dasar arus informasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Good Governance Good governance merupakan tata kelola dalam suatu pemerintahan yang meliputi penggunaan wewenang dalam hal ekonomi, politik, serta administrasi

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI KANTOR KELURAHAN TELUK LERONG ULU KOTA SAMARINDA

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI KANTOR KELURAHAN TELUK LERONG ULU KOTA SAMARINDA ejournal Ilmu Administrasi Negara, 5 (3) 2014 : 1555 1566 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.ac.id Copyright 2014 PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI KANTOR KELURAHAN TELUK LERONG ULU KOTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. publik. Pemahaman mengenai good governance berbeda-beda, namun sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. publik. Pemahaman mengenai good governance berbeda-beda, namun sebagian 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Masalah Konsep good governance muncul karena adanya ketidakpuasan pada kinerja pemerintahan yang selama ini dipercaya sebagai penyelenggara urusan publik. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai

Lebih terperinci

PERANAN HUKUM TUA DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

PERANAN HUKUM TUA DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE PERANAN HUKUM TUA DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (Suatu studi Di Desa Blongko Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan). 1 Oleh : Raomly Antahari. 2 ABSTRAK Dilihat dari sistem pemerintahan Indonesia,

Lebih terperinci

KINERJA HUKUM TUA DALAM MENJALANKAN FUNGSI DAN PERANNYA DI DESA SEA KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA. Oleh HASANUDDIN UMACINA.

KINERJA HUKUM TUA DALAM MENJALANKAN FUNGSI DAN PERANNYA DI DESA SEA KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA. Oleh HASANUDDIN UMACINA. KINERJA HUKUM TUA DALAM MENJALANKAN FUNGSI DAN PERANNYA DI DESA SEA KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA Oleh HASANUDDIN UMACINA Abstrak Dalam konteks sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia yang

Lebih terperinci

Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik RINA KURNIAWATI, SHI, MH

Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik RINA KURNIAWATI, SHI, MH Modul ke: GOOD GOVERNANCE Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik Fakultas FAKULTAS www.mercubuana.ac.id RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi Pengertian Istilah good governance lahir sejak berakhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah menjadi salah satu paradigma dalam penyelenggaran untuk mengelola urusan-urusan publik. Menurut

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara, peranan Negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (Government) menjadi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, tuntutan terhadap paradigma good governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakkan lagi. Istilah good

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik. Salah satu agenda reformasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik. Salah satu agenda reformasi yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta ekonomi sehingga menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta ekonomi sehingga menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu perubahan secara mendasar, terencana dan terukur. Upaya

Lebih terperinci

GOOD GOVERNANCE & TRANSPARANSI

GOOD GOVERNANCE & TRANSPARANSI GOOD GOVERNANCE & TRANSPARANSI Ari Wibowo, M.Pd LATAR BELAKANG Reformasi 1998 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Perkembangan teknologi Informasi dan Komunikasi PRINSIP GOOD GOVERNANCE Partisipasi Masyarakat

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: Pendidikan Kewarganegaraan Good Governance Fakultas Ekonomi Bisnis Ari Sulistyanto, S.Sos., M. I.Kom Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi A. Pengertian Good Governance B. Pilar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Good Corparate Governance Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam pengertian yang dikembangkan oleh UNDP. Berdasarkan dokumen kebijakan

Lebih terperinci

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Konon sangat sulit mencari kader-kader pemimpin pada berbagai tingkatan. Reformasi dilakukan

Lebih terperinci

Good Governance. Etika Bisnis

Good Governance. Etika Bisnis Good Governance Etika Bisnis Good Governance Good Governance Memiliki pengertian pengaturan yang baik, hal ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan pelaksanaaan etika yang baik dari perusahaan Konsep

Lebih terperinci

Implementasi Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa Di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder

Implementasi Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa Di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder Implementasi Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa Di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder Oleh : Reyvan Pandey ABSTRAKSI Salah satu ukuran keberhasilan pelaksanaan otonomi

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021 VISI TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021 MISI 1 Menigkatkan kerukunan keharmonisan kehidupan masyarakan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dalam masyarakat saat itu. Pemimpin-pemimpin formal, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dalam masyarakat saat itu. Pemimpin-pemimpin formal, bahkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Krisis multidimensi yang menghantam bangsa Indonesia yang dimulai tahun 1997 lalu telah mencerminkan adanya kegamangan masyarakat dalam mensikapi perubahan

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN IX GOOD GOVERNANCE

POKOK BAHASAN IX GOOD GOVERNANCE POKOK BAHASAN IX GOOD GOVERNANCE A. Definisi dan Pengertian Tata pemerintahan yang baik (good governance) merupakan konsep yang kini sangat populer di Indonesia. Pembicaraan tentang good governance tidak

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT (Suatu Studi Di Kelurahan Pondang Kecamatan Amurang Timur)

PERAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT (Suatu Studi Di Kelurahan Pondang Kecamatan Amurang Timur) PERAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT (Suatu Studi Di Amurang Timur) Selina Sambenga 1 Sarah Sambiran 2 Neni Kumayas 3 Abstrak Permasalahan yang terlihat dalam pelaksanaan pemerintahan

Lebih terperinci

GOOD GOVERNANCE. Sedarnawati Yasni

GOOD GOVERNANCE. Sedarnawati Yasni GOOD GOVERNANCE PENGERTIAN GOOD GOVERNANCE Tindakan/tingkah laku yg didasarkan pada nilai-nilai yg bersifat mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik untuk mewujudkan nilai-nilia tsb

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI KANTOR CAMAT SUNGAI PINANG KOTA SAMARINDA

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI KANTOR CAMAT SUNGAI PINANG KOTA SAMARINDA ejournal Administrasi Negara, Volume 4, Nomor 2, 2016 : 4119-4131 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI KANTOR CAMAT SUNGAI PINANG KOTA

Lebih terperinci

REVIEW ILMU ADM NEGARA

REVIEW ILMU ADM NEGARA ILMU ADMINISTRASI NEGARA dalam PERSPEKTIF KEKINIAN SEPTI SRI REJEKI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA REVIEW ILMU ADM NEGARA Ilmu Administrasi Negara adalah ilmu yang mempelajari semua kegiatan mengenai hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, yang disebut dengan Desentralisasi adalah penyerahan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, yang disebut dengan Desentralisasi adalah penyerahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang disebut dengan Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi ini, pemerintah dituntut untuk melakukan perubahan mendasar pada sistem pemerintahan yang ada. Salah satu perubahan mendasar yang dimaksud

Lebih terperinci

PENGARUH PEMERINTAH KELURAHAN PONDANG UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN. Oleh JEANY KAPARANG

PENGARUH PEMERINTAH KELURAHAN PONDANG UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN. Oleh JEANY KAPARANG PENGARUH PEMERINTAH KELURAHAN PONDANG UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN Oleh JEANY KAPARANG ABSTRAK Pembangunan yang ada di kelurahan Pondang tidak terlepas dari peranan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum yang berlandaskan Pancasila dan Undang-undang 1945, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, serta menjamin semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena yang terjadi dalam perkembangan otonomi daerah di Indonesia saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan tata kelola pemerintahan

Lebih terperinci

PERILAKU HUKUM TUA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN (SUATU STUDI DI DESA KANONANG I KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA) Oleh DAVID V.

PERILAKU HUKUM TUA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN (SUATU STUDI DI DESA KANONANG I KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA) Oleh DAVID V. PERILAKU HUKUM TUA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN (SUATU STUDI DI DESA KANONANG I KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA) Oleh DAVID V. MUMU Abstrak Hakekat pembangunan nasional yang dilandasi dengan

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KAMPUNG MOSKONA DI DISTRIK BINTUNI KABUPATEN TELUK BINTUNI 1. Oleh : Penina Yettu.

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KAMPUNG MOSKONA DI DISTRIK BINTUNI KABUPATEN TELUK BINTUNI 1. Oleh : Penina Yettu. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KAMPUNG MOSKONA DI DISTRIK BINTUNI KABUPATEN TELUK BINTUNI 1 Oleh : Penina Yettu. M 2 ABSTRAK Usaha pemerintah pelaksanaan pembangnan daerah diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-an. Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun dan berapapun bantuan

Lebih terperinci

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN Untuk memberikan gambaran yang jelas pada visi tersebut, berikut ada 2 (dua) kalimat kunci yang perlu dijelaskan, sebagai berikut : Masyarakat

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Menurut Koiman (2009:273), governance merupakan serangkaian proses interaksi

LANDASAN TEORI. Menurut Koiman (2009:273), governance merupakan serangkaian proses interaksi II. LANDASAN TEORI 1. Good Governance Menurut Koiman (2009:273), governance merupakan serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi diawal 1998 dapat dikatakan tonggak perubahan bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi diawal 1998 dapat dikatakan tonggak perubahan bangsa Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada era Orde Baru, pemerintah daerah tidak mempunyai kemandirian untuk berkembang. Semua kebijakan pemerintah daerah dikontrol oleh pemerintah pusat. Reformasi diawal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma pembangunan masa lalu yang menempatkan pemerintah sebagai aktor utama pembangunan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi terbukti tidak mampu mensejahterakan rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta caracara

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta caracara V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Akuntabilitas Akuntabilitas juga merupakan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam pencapaian hasil pada pelayanan publik. Dalam hubungan ini, diperlukan evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good Governance begitu popular. Hampir di setiap peristiwa penting yang menyangkut masalah pemerintahan,

Lebih terperinci

Oleh : JELLY MAMANGKEY (NIM : , JUR : ILMU PEMERINTAHAN)

Oleh : JELLY MAMANGKEY (NIM : , JUR : ILMU PEMERINTAHAN) PERANANAN KEPEMIMPINAN HUKUM TUA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI PERANGKAT DESA DI DESA PAKUURE KINAMANG KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN Oleh : JELLY MAMANGKEY (NIM

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia PARADIGMA BARU PELAYANAN INFORMASI DALAM ERA KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK *) Oleh : Amin Sar Manihuruk, Drs,

Lebih terperinci

Oleh : Nopyandri, S.H., LL.M.

Oleh : Nopyandri, S.H., LL.M. 33 HAK ATAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KAITANNYA DENGAN PERAN SERTA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PERSPEKTIF OTONOMI DAERAH Oleh : Nopyandri, S.H., LL.M. Abstrak Hak atas lingkungan hidup yang baik

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP GOOD ENVIROMENTAL GOVERNANCE DALAM RANGKA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP. Oleh : Nopyandri 1

PENERAPAN PRINSIP GOOD ENVIROMENTAL GOVERNANCE DALAM RANGKA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP. Oleh : Nopyandri 1 PENERAPAN PRINSIP GOOD ENVIROMENTAL GOVERNANCE DALAM RANGKA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Oleh : Nopyandri 1 ABSTRAK Pelaksanaan pembangunan pada dasarnya tidak terlepas dari pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara, peranan negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (government)

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Birokrasi merupakan instrumen untuk bekerjanya suatu administrasi, dimana birokrasi bekerja berdasarkan pembagian kerja, hirarki kewenangan, impersonalitas

Lebih terperinci

PERAN HUKUM TUA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DI BIDANG PEMBANGUNAN (Suatu Studi Di Desa Pakuure Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan)

PERAN HUKUM TUA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DI BIDANG PEMBANGUNAN (Suatu Studi Di Desa Pakuure Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan) PERAN HUKUM TUA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DI BIDANG PEMBANGUNAN (Suatu Studi Di Desa Pakuure Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan) Oleh : Meyer Kenedi Egeten ABSTRAKSI Pembangunan desa merupakan

Lebih terperinci

Dr. Samodra Wibawa. Diklatpim Tingkat IV Angkatan XXIX Pusdiklat Kemendagri Regional Yogyakarta 14 Mei 2011

Dr. Samodra Wibawa. Diklatpim Tingkat IV Angkatan XXIX Pusdiklat Kemendagri Regional Yogyakarta 14 Mei 2011 Diklatpim Tingkat IV Angkatan XXIX Pusdiklat Kemendagri Regional Yogyakarta 14 Mei 2011 Dr. Samodra Wibawa Email: samodra03@yahoo.com Hp. 081328 001383 Negara Pengurus, pemerintah Eksekutif/ DPR Birokrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan Pancasila sila ke

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan Pancasila sila ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan bangsa Indonesia merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan yakni terciptanya kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usaha untuk meningkatkan status dan kemandirian desa sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 sebagaimana yang telah diubah

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POLEWALI MANDAR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Implikasi otonomi daerah terhadap akuntansi sektor publik adalah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang mendapat perhatian besar dari berbagai pihak semenjak reformasi pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dipercaya sebagai kunci utama dalam sistem informasi manajemen. Teknologi informasi ialah seperangkat alat yang sangat penting untuk bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 5 memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 5 memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berlakunya peraturan pemerintah mengenai otonomi daerah, hal tersebut merupakan sebuah indikasi bahwa rakyat menghendaki sebuah keterbukaan dan kemandirian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era reformasi yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era reformasi yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah sebagai lembaga yang bertanggungjawab penuh terhadap masyarakat atau publik, karena pemerintah mempunyai kewajiban dalam menyediakan pelayanan publik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selaku pejabat publik dengan masyarakat. Dan komunikasi tersebut akan berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. selaku pejabat publik dengan masyarakat. Dan komunikasi tersebut akan berjalan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi adalah kebutuhan pokok bagi setiap manusia untuk dapat mengembangkan hidupnya baik secara politik, hukum, ekonomi, dan sosial budaya serta keamanan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula.. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan di era globalisasi dan dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat bersaing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai hal yang melekat di dalamnya seperti kartu tanda penduduk atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai hal yang melekat di dalamnya seperti kartu tanda penduduk atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kependudukan Banyak hal yang terkait bilamana kita akan membahas topik kependudukan terlebih pada wilayah administrasi kependudukan dengan berbagai hal yang melekat di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan, dimana didalam negara kesatuan dibagi menjadi 2 bentuk, yang pertama adalah negara kesatuan dengan sistem sentralisasi

Lebih terperinci

BAB I KEBIJAKAN KEPEGAWAIAN NEGARA SETELAH PEMERINTAHAN REFORMASI

BAB I KEBIJAKAN KEPEGAWAIAN NEGARA SETELAH PEMERINTAHAN REFORMASI BAB I KEBIJAKAN KEPEGAWAIAN NEGARA SETELAH PEMERINTAHAN REFORMASI Dasar-dasar kebijakan kepegawaian negara yang akan menjadi landasan pikiran dalam penyempurnaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi membawa konsekuensi terhadap makin besarnya

Lebih terperinci

BAHAN PENUNJANG MATERI MATA DIKLAT SANKRI

BAHAN PENUNJANG MATERI MATA DIKLAT SANKRI BAHAN PENUNJANG MATERI MATA DIKLAT SANKRI Oleh : Ir. Supriyanto, M.Si Disampaikan pada Diklat Kepemimpinan Tk. IV angkatan 101 Provinsi Jawa Tengah tanggal 10 Mei 2017 BADAN PENGEMBANGAN SDM DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1994: 136 ) mengatakan tujuan dari welfere state ( negara kesejahteraan ) pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. 1994: 136 ) mengatakan tujuan dari welfere state ( negara kesejahteraan ) pada hakikatnya BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sebagai negara berkembang, indonesia sedang giat- giatnya melakukan pembangunan baik dikota maupun di pedesaan. Pembangunan yang dilakukan merupakan rangkaian gerakan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis multidimensional yang telah melanda bangsa Indonesia telah menyadarkan kepada bangsa Indonesia akan pentingnya menggagas kembali konsep otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25 tahun 1999 merupakan titik awal berjalannya otonomi daerah (reformasi pemerintahan daerah dan reformasi

Lebih terperinci

PENGAWASAN PERATURAN DAERAH BERDASARKAN PERUNDANG- UNDANGAN (KAJIAN POLITIK HUKUM)

PENGAWASAN PERATURAN DAERAH BERDASARKAN PERUNDANG- UNDANGAN (KAJIAN POLITIK HUKUM) Volume 15, Nomor 2, Hal. 73-80 Juli Desember 2013 ISSN:0852-8349 PENGAWASAN PERATURAN DAERAH BERDASARKAN PERUNDANG- UNDANGAN (KAJIAN POLITIK HUKUM) Meri Yarni Fakultas Hukum Universitas Jambi Kampus Pinang

Lebih terperinci