BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ANALISIS SISTEM

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER

Aplikasi untuk Diagnosis Penyakit pada Anak dan Balita Menggunakan Faktor Kepastian

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS INFLUENZA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING DAN CERTAINTY FACTOR

PENERAPAN METODE CERTAINTY FACTOR DALAM MENDETEKSI DINI PENYAKIT TROPIS PADA BALITA

APLIKASI DIAGNOSIS PENYAKIT HEPATITIS UNTUK MOBILE DEVICES MENGGUNAKAN J2ME

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GIGI DAN MULUT MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR (Study Kasus di Puskesmas Campurdarat Tulungagung) SKRIPSI

SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK DIAGNOSA AWAL PENYAKIT THT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan.

BAB III LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dipaparkan teori-teori yang melandasi di dalam pembangunan sistem pakar yang penulis akan buat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori atau kajian pustaka yang digunakan dalam membangun

Aplikasi Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Gangguan Pernafasan pada Anak Menggunakan Metode CF (Certainty Factor)

DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT INFEKSI VIRUS PADA ANAK MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN METODE PENELUSURAN FORWARD CHAINNING-DEPTH FIRST SEARCH

CERTAINTY FACTOR UTHIE

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Tabel 2.1 Perbandingan Tinjauan Pustaka

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DEMAM PADA BALITA MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR DAN FORWARD CHAINING BERBASIS VISUAL BASIC

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

Diagnosis Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan pada Anak Menggunakan Forward Chaining dan Certainty Factor

TAKARIR. : kumpulan file atau tabel yang saling berhubungan. secara logika. : penalaran yang dimulai dari fakta menuju konklusi

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KELAMIN PADA PRIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING DAN CERTAINTY FACTOR BERBASIS WEB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT ANAKMELALUI SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN JAVA 2 MICRO EDITION YOSEPHIN ERLITA KRISTANTI

ANALISIS METODE SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN JENIS PENYAKIT DALAM DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR

APLIKASI DIAGNOSIS PENYAKIT HEPATITIS MENGGUNAKAN J2ME DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT.

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT PARU-PARU DENGAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR

BAB I PENDAHULUAN. akut, TBC, diare dan malaria (pidato pengukuhan guru besar fakultas

Feresi Daeli ( )

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

SISTEM PENDIAGNOSA PENYAKIT ASMA PADA ANAK DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT SAPI DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR BERBASIS ANDROID

LAPORAN SKRIPSI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT PARU-PARU DENGAN PENGOBATAN OBAT HERBAL MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR (CF) BERBASIS ANDROID

Jurnal Sarjana Teknik Informatika e-issn: Volume 2 Nomor 2, Juni 2014

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 04, No.03(2016), Hal ISSN : X

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. pencarian-pencarian materi pendukung yang penulis lakukan melalui internet. Seorang

4/28/2016. Selasa, 26 April 2016 ^ K10

JURNAL IMPLEMENTASI NET BELIEF CERTAINTY FACTOR PADA SELEKSI PENERIMA BERAS MISKIN

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 7 NO. 2 September 2014

INFERENSI DENGAN KETIDAKPASTIAN. PERTEMUAN 9 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom

IMPLEMENTASI METODE CERTAINTY FACTOR UNTUK PENENTUAN KEPASTIAN ATURAN PENYAKIT PADA ANAK

Jurusan Ilmu Komputer, FMIPA, UNNES, Semarang

TAKARIR. : pelacakan yang dimulai dari tujuan, selanjutnya. dicari aturan yang memiliki tujuan tersebut untuk. kesimpulannya

PEMANFATAN TEOREMA BAYES DALAM PENENTUAN PENYAKIT THT

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT BABI DENGAN METODE BACKWARD CHAINING

SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSA GEJALA DEMAM UTAMA PADA ANAK MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

SISTEM DIAGNOSA PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN METODE CEERTAINTY FACTOR

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE FUZZY LOGIC UNTUK PENENTUAN CERTAINTY FACTOR

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT PADA ANAK USIA 0-36 BULAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR (CF) Kunto Nashiruddin Ahmad ( ) 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Aplikasi Metode ForwardChaining Untuk Mengidentifikasi Jenis Penyakit Pada Kucing Persia

BAB I PENDAHULUAN. sama dengan kemampuan seorang pakar dibidang keilmuan tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks. Hal ini yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DIAGNOSA PENYAKIT MANUSIA YANG DIAKIBATKAN OLEH GIGITAN HEWAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit dan Kelamin Dengan Metode Certainty Factor dan Fuzzy Logic

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS KEJIWAAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR (STUDI KASUS RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA)

Sistem Pakar Dasar. Ari Fadli

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN JENIS KULIT WAJAH YANG SESUAI PADA BEDAK VIVA DENGAN MENGGUNAKA METODE CERTAINTY FACTOR

2/22/2017 IDE DASAR PENGANTAR SISTEM PAKAR MODEL SISTEM PAKAR APLIKASI KECERDASAN BUATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PAKAR DETEKSI DINI PENYAKIT PADA BURUNG PUYUH DENGAN METODE FORWARD CHAINING

Mengapa disebut sebagai flu babi?

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT ANAK DENGAN GEJALA DEMAM MENGGUNAKAN NAIVE BAYESIAN CLASSIFICATION

TAKARIR. Aedes aegypti : nyamuk yang menularkan penyakit demam. Database : kumpulan file atau tabel yang saling

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

SISTEM PAKAR PENDETEKSI PENYAKIT MATA BERBASIS ANDROID

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan bagian dari upaya

SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT PADA TANAMAN ANGGREK MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

Penerapan Sistem Pakar Untuk Informasi Kebutuhan Energi Menggunakan Metode Forward Chaining

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Identifikasi Penyakit Sistem Pernafasan Pada Manusia Menggunakan Metode Certainty Factor Berbasis WEB

KETIDAKPASTIAN MACAM PENALARAN

KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN RUMAH ISPA PUSKESMAS DTP CIGASONG

Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Paru-Paru Menggunakan Metode Forward Chaining

BAB I PENDAHULUAN. teratas penyebab kematian dibandingkan stroke, kanker paru-paru, kanker

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak

Sebelumnya... Sistem Pakar berbasis Aturan (Rule-Based Expert System, RBES) Sistem Pakar Representasi Pengetahuan Penalaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. inferensi Forward Chaining dan Backward chaining. Hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari tulang, sendi, dan otot (TSO). Manusia dapat bergerak karena ada

Rahmat Tullah, Arni R Mariani, dan Eric Sendy Christian Jurnal Sisfotek Global ISSN : Vol. 6 No. 1 / Maret 2016

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pakar Sistem pakar merupakan salah satu cabang kecerdasan buatan yang mempelajari bagaimana mengadopsi cara seorang pakar berfikir dan bernalar dalam menyelesaikan suatu permasalahan dan membuat suatu keputusan maupun kesimpulan dari sejumlah fakta yang ada (Kusumadewi, 2003:109). Sistem pakar dapat membantu masyarakat awam untuk menyelesaikan masalah atau hanya sekedar mencari informasi layaknya seorang pakar. Selain itu, sistem pakar juga mempercepat pekerjaan pakar karena mempunyai pengetahuan yang dibutuhkan. 2.1.1 Basis Pengetahuan Basis pengetahuan berisi pengetahuan-pengetahuan dalam penyelesaian masalah. Basis pengetahuan terbagi menjadi 2 bentuk pendekatan, yaitu (Kusumadewi,2003:115) : a. Penalaran berbasis aturan (Rule-based reasoning) Pada penalaran berbasis aturan, pengetahuan direpresentasikan menggunakan aturan berbentuk : IF-THEN. Bentuk ini digunakan apabila memiliki sejumlah pengetahuan dari pakar pada suatu permasalahan tertentu. b. Penalaran berbasis kasus (Case-based reasoning) Pada penalaran berbasis kasus, basis pengetahuan akan berisi solusisolusi yang telah dicapai sebelumnya, kemudian akan diturunkan suatu solusi untuk keadaan yang terjadi sekarang. Bentuk ini digunakan apabila menginginkan untuk tahu lebih banyak lagi pada kasus-kasus yang serupa.

6 2.1.2 Mesin Inferensi (Inference Engine) Inferensi adalah suatu proses untuk menghasilkan informasi berdasarkan fakta yang diketahui. Dalam sistem pakar proses inferensi dilakaukan dalam suatu modul yang disebut Inference Engine. Ada dua metode inferensi dalam sistem pakar yaitu : a. Forward Chaining Pencocokan fakta atau pernyataan dimulai dari bagian sebelah kiri (IF dulu). Dengan kata lain, penalaran dimulai dari fakta terlebih dahulu untuk menguji kebenaran hipotesis (Kusumadewi,2003:116). b. Backward Chaining Pencocokan fakta atau pernyataan dimulai dari bagian sebelah kanan (THEN dulu). Dengan kata lain, penalaran dimulai dari hipotesis dahulu, dan untuk menguji kebenaran hipotesis harus dicari fakta-fakta yang ada dalam basis pengetahuan (Kusumadewi,2003:118). 2.1.3 Faktor Kepastian (Certainty Factor) Certainty Factor (CF) menunjukkan ukuran kepastian terhadap suatu fakta atau aturan, Notasi Faktor Kepastian (Kusumadewi,2003:96) : CF[h,e] = MB[h,e] - MD[h,e] (2.1) dengan: CF[h,e]= factor kepastian. MB[h,e]= ukuran kepercayaan terhadap hipotesis h, jika diberikan evidence e (antara 0 dan 1). MD[h,e]= ukuran ketidakpercayaan terhadap evidence h, jika diberikan evidence e (antara 0 dan 1).

7 Terdapat 3 kombinasi aturan ketidakpastian (Kusumadewi,2003:97) : e1 e2 h h1 h2 A B C (1) (2) (3) Gambar 2.1 Kombinasi Aturan Ketidakpastian 1. Beberapa evidence dikombinasikan untuk menentukan CF dari suatu hipotesis. Jika e1 dan e2 adalah observasi, maka: [ ] J k [ ] 1 (2.2) [ ] + [ ]. 1 [ ] l nny [ ] J k [ ] 1 (2.3) [ ] + [ ]. 1 [ ] l nny 2. CF dihitung dari kombinasi beberapa hipotesis. Jika h1 dan h2 adalah hipotesis, maka : [ ] m n [ ] [ ] (2.4) [ ] m [ ] [ ] (2.5) [ ] m n [ ] [ ] (2.6) [ ] m n [ ] [ ] (2.7) 3. Beberapa aturan saling bergandengan, ketidakpastian dari suatu aturan menjadi input untuk aturan yang lainnya, maka: [ ] [ ] m [ ] (2.8)

8 Dengan MB'[h,s] adalah ukuran kepercayaan h berdasarkan keyakinan penuh terhadap validitas s. 2.2 Batuk Batuk adalah refleks yang sangat penting untuk menjaga napas tetap terbuka dengan cara menyingkirkan hasil sekresi lendir, benda asing dan gumpalan darah yang menumpuk pada jalan napas. Batuk merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada infeksi jalan napas atas (Djojodibroto, 2009:53). Penyakit yang mempunyai gejala batuk diantaranya, ialah : 1. Pertussis Pertussis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh Bordetella pertussis atau sering disebut batuk rejan. Pertussis adalah penyakit menular yang pada tahap lanjut, kondisi ini ditandai dengan batuk yang parah diikuti dengan napas yang terdengar memekik. Penyakit ini bisa terjadi pada usia berapapun, terutama pada anak-anak yang berusia sangat muda dan belum memiliki imunitas yang baik (Bakry dkk,1981:613). 2. Selesma Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran napas atas (hidung sampai tenggorokan) dan menimbulkan gejala ingus meler atau hidung mampet dan batuk, sering disertai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot dan menelan(arifianto,2009:45). Penyakit selesma bisa berkembang menjadi penyakit saluran pernapasan yang lebih berat, seperti bronkiolitis, bronchitis, pneumonia, asma, dll. 3. Influensa Influensa adalah infeksi pada paru-paru dan saluran nafas oleh virus influensa. Infeksi ini menyebabkan demam, hidug meler,sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk, nyeri otot dan rasa tidak enak badan. Virus influenza dapat ditularkan melalui percikan air liur yang terinfeksi, yang keluar saat penderita batuk atau bersin, atau melalu kontak langsung dengan sekret hidung penderita.

9 4. Bronkitis Penyakit bronkitis merupakan penyakit yang disebabkan karena infeksi yang terjadi pada bronkus dan biasanya berasal dari hidung juga tenggorokan. Gejala yang ditunjukkan oleh penyakit bronkitis adalah batuk pilek, namun batuk akan menjadi lebih parah jika terjadi infeksi pada paru dan menyebar ke bronkus. 5. Pneumonia Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Bakry dkk, 1981 : 1114).