BAB 7 PENUTUP. Visi Museum La Galigo belum menyiratkan peran museum sebagai pembentuk identitas Sulawesi Selatan sedangkan misi

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA KHUSUS KURATOR MUSEUM

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

BAB 4 ANALISIS EKSHIBISI DI MUSEUM LA GALIGO

Lokasi yang direkomendasikan Peruntukan lahan Zoning plan Rencana tapak Zona skematik Arsitektur bangunan Tata pamer Program ruang MUSEUM BATIK

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 101 TAHUN 2011 TENTANG

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 4 - MEMUTUSKAN: Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Pemerintah Daerah

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III PERENCANAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadat, agama dan kesenian. Namun di era globalisasi ini banyak budayabudaya

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

BAB I PENDAHULUAN. merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Peran edukasi..., Zahir Widadi, FIB UI, Universitas Indonesia

PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN KESENIAN DAN PERFILMAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... xii. A. Latar Belakang Penelitian...

DINAS KEBUDAYAAN. Tugas Pokok dan Fungsi :

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU

Pameran adalah suatu kegiatan penyajian karya seni rupa untuk dikomunikasikan sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat luas. [1]

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa

RENCANA AKSI DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di bidang kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB VI PENUTUP. tahun Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan

LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010

KEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible)

BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Pamuji, FIB UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SEMARANG LP3A TUGAS AKHIR 138

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum

KEBIJAKAN DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA KEMENTRIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MUSEUM WAYANG NUSANTARA DI SURAKARTA

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 391,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 31,911,581, BELANJA LANGSUNG 91,604,159,680.00

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

KONSEP UMUM KEBUDAYAAN -Data Pokok Kebudayaan-

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Museum Nasional. Rincian Tugas. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) SEKTOR PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan daerah mengenai kerja sama luar negeri di bidang kebudayaan skala daerah.

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 35 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS MUSEUM NASIONAL

Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR...TAHUN... TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

(3) Dalam melaksanakan tugas pokok, Kepala Balai mempunyai fungsi sebagai berikut : a. merencanakan kegiatan operasional Balai; b. menyelia dan member

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan persaingan kualitas dalam dunia pendidikan. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

432.1 / 494 / UPT. MB. Tanggal Pembuatan 26 NOPEMBER Tanggal Revisi 13 SEPTEMBER 2016 Tanggal Efektif 1 DESEMBER 2015.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SILABUS PEMBELAJARAN

Museum Budaya di Nias BAB I, II, III, IV, V, VI. Adrianus Gulo, BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

RENCANA UMUM PENGADAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN. Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan I La Galigo merupakan intangible heritage yang menjadi identitas masyarakat Sulawesi Selatan dan saat ini masih bertahan di tengah arus globalisasi. Salah satu cara untuk melestarikan cerita I La Galigo adalah melalui Museum La Galigo karena museum ini menyimpan berbagai koleksi yang terkait dengan cerita I La Galigo, salah satunya naskah I La Galigo yang tersebar di dunia. Koleksi yang berhubungan dengan cerita I La Galigo tersebut disimpan di ruang penyimpanan maupun diekshibisi di ruang pameran tetap. Akan tetapi, informasi yang disajikan kepada pengunjung tentang cerita I La Galigo masih minim, bahkan beberapa alur cerita tidak dikaitkan dengan cerita I La Galigo. Oleh karenanya perlu dilakukan sebuah analisis terhadap ekshibisi Museum La Galigo untuk pengembangannya menjadi new museum. Hasil analisis terhadap empat elemen ekshibisi Museum La Galigo memunculkan beberapa permasalahan dan upaya penyelesaiannya seperti yang terlihat pada tabel 7.1 Elemen Museum Visi dan Misi Prinsip dasar Struktur organisasi 1. Model organisasi Tabel 7.1 Kesimpulan Analisis Ekshibisi Museum La Galigo Kondisi Saat ini Visi Museum La Galigo belum menyiratkan peran museum sebagai pembentuk identitas Sulawesi Selatan sedangkan misi belum memfokuskan pengembangannya pada aspek eksternal. a. Difokuskan pada perawatan dan pengamanan koleksi; b. Pemaknaan koleksi living heritage cerita I La Galigo tidak dikaitkan dengan masa kini dan cerita I La Galigo. a. Bersifat institutionalization (hirarkis dan top-down). b. Ekshibisi dikerjakan oleh tim Perencanaan Visi Museum La Galigo mencakup tentang konservasi, penelitian, edukasi, dan identitas masyarakat sedangkan misi difokuskan pada aspek eksternal dan internal. a. Difokuskan pada pelayanan kepada publik; b. Pemaknaan koleksi living heritage cerita I La Galigo dikaitkan dengan masa kini dan cerita I La Galigo. a. Bersifat little institutionalization. b. Ekshibisi dikerjakan oleh tim

141 2.Sumberd aya manusia 3.Pendanaa n 4.Proses kuratorial Pendekatan 1. Subjek dan ekshibis i yang kurang berkoordinasi a. Sumberdaya manusia terdiri dari pegawai tetap yang dimutasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan. b. Penempatan pegawai tidak sesuai dengan latar belakang ilmunya. c. Belum adanya tenaga fungsional di museum. d. Evaluasi ekshibisi berdasarkan buku tamu dan pembelian karcis. Bersumber dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan. Meliputi a) pengumpulan koleksi regional dan koleksi wawasan nusantara; b) dilakukan registrasi dan inventarisasi sesuai dengan 10 jenis koleksi museum; c) koleksi diekshibisi di ruang pameran tetap. a. Subjeknya adalah koleksi museum; yang saling berkordinasi. a. Sumberdaya manusia terdiri dari pegawai tetap dan tidak tetap yang tidak dipindahtugaskan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan. c. Penempatan pegawai sesuai dengan standar kualifikasi dan sesuai dengan keahliannya. d. Adanya tenaga fungsional yang tercermin melalui kebijakan dan program penelitian. e. Evaluasi ekshibisi meliputi evaluasi sebelum, pada saat, dan setelah penyelenggaraan. Bersumber dari pemerintah, sumberdaya lokal, seperti mencari donatur pribadi, kerjasama dengan instansi lain, dan jasa voluenteer. Meliputi a) formulasikan konsep ekshibisi; b) penelitian kuratorial; c) pemilihan dan pengembangan koleksi; d) dokumentasi koleksi, cerita dibalik koleksi, dan lingkungan sekitar museum; e) konservasi mencakup tangible dan intangible heritage; f) formulasi persiapan ekshibisi. a. Subjeknya complex reality dari masyarakat Sulawesi Selatan. b. Pendekatan ekshibisi adalah b. Pendekatan ekshibisi adalah kronologi dan taksonomi; tematik. c. Informasi (narasi) ekshibisi c. Relevansi pemaknaan koleksi tidak dikaitkan dengan masa dikaitkan dengan masa kini; kini; d. Beberapa koleksi yang d. Koleksi yang bukan dipamerkan adalah merupakan kebudayaan kebudayaan materi dari luar materi dari Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan; disimpan di ruang wawasan nusantara. e. Tidak dikomunikasikannya I e. I La Galigo merupakan salah

142 Disiplin ilmu La Galigo. satu identitas Sulawesi Selatan yang harus dikomunikasikan di museum. f. Kecenderungan menyajikan informasi tentang kelompok tertentu; g. Klasifikasi koleksi dan ekshibisinya masih berpedoman pada buku panduan Direktorat Permuseuman tahun 1980an. Tidak menggunakan pendekatan interdisipliner karena masingmasing ilmu, yaitu subject matter, support discipline, dan museologi berdiri sendiri. f. Menyajikan informasi masyarakat Sulawesi Selatan g. Pedoman Direktorat Permuseuman bukan merupakan sesuatu yang baku Menggunakan pendekatan interdisipliner, sehingga subject matter, support discipline, dan museologi saling bekerja sama. Informasi tentang Museum La Galigo tersebut tentunya dijadikan dasar untuk perencanaan desain ekshibisi I La Galigo. Desain media ekshibisi ini memanfaatkan memori kolektif masyarakat Sulawesi Selatan. Memori kolektif tersebut dapat muncul karena adanya kesamaan antar individu dalam setiap atau antar kelompok dalam cerita I La Galigo. Contohnya kesamaan pengalaman sejarah dan budaya, kesamaan pengetahuan tertentu, kesamaan demografi atau wilayah, dan kesamaan kondisi sosial ekonomi pada cerita I La Galigo dan kehidupan saat ini. Konsep desain ekshibisi I La Galigo tersebut mencakup teknik presentasi dan konsep alur cerita (storyline). Teknik presentasi I La Galigo tersebut akan memperhatikan aspek visual, auditori, dan kinestetik pengunjung. Aspek tersebut diberikan kepada pengunjung melalui pengamatan dengan memperhatikan tingkat daya ingat mereka setelah menerima pesan dari museum. Sesuai dengan konsep ekshibisi new museum maka desain ekshibisi I La Galigo menggunakan struktur pendekatan tematik, yaitu focal thematic structure, sequential thematic structure, dan contextual thematic structure. Pendekatan tematik tersebut disesuaikan dengan media dan tujuan komunikasi I La Galigo melalui ekshibisi. Ekshibisi I La Galigo sebagai identitas budaya Sulawesi Selatan dibagi menjadi tiga tema, yaitu pengantar I La Galigo, I La Galigo dalam keseharian masyarakat Sulawesi Selatan, dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita I La Galigo.

143 7.2 Saran Saran yang diberikan pada tesis ini mencakup saran untuk manajemen Museum La Galigo dan konsep desain ekshibisi I La Galigo sebagai identitas budaya. 7.2.1 Penyelenggaraan ekshibisi I La Galigo Beberapa saran yang sebaiknya dilakukan oleh Museum La Galigo untuk penyelenggaraan ekshibisi I La Galigo, yaitu sebagai berikut: 1. Ekshibisi I La Galigo seperti yang telah dijelaskan pada tesis ini dapat diselenggarakan di dua tempat. Pertama, di ruang atau gedung baru yang berbeda dengan gedung pameran tetap saat ini. Ekshibisi I La Galigo ini dapat dikaitkan dengan ekshibisi di ruang pameran tetap saat ini dengan menempatkannya sebagai informasi awal di ruang pengenalan. Kedua, di ruang pameran tetap gedung 10. Gedung ini menyimpan berbagai koleksi yang mendukung pameran I La Galigo sebagai identitas budaya Sulawesi Selatan. Berbagai jenis koleksi yang telah disebutkan pada bab 6 sebagian besar didominasi oleh koleksi yang saat ini diekshibisi di gedung 10. Oleh karenanya, konsep desain ekshibisi I La Galigo ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk perbaikan pameran tetap di gedung 10 saat ini. 2. Ekshibisi I La Galigo sebagai identitas budaya Sulawesi Selatan harus dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu tahap konseptual, tahap pengembangan, tahap fungsional, dan tahap penilaian. Penelitian ini dibatasi pada tahap konseptual dan tahap pengembangan. Tahap konseptual meliputi pengumpulan ide tentang I La Galigo yang akan dikomunikasikan kepada pengunjung sedangkan tahap pengembangan terdiri atas tahap perencanaan dan produksi. Pada tahap perencanaan tersebut dilakukan penentuan tujuan komunikasi, penulisan alur cerita, penentuan struktur tema dan media yang digunakan, pembuatan rencana edukatif, dan pengkajian strategi promosi. Oleh karenanya hasil penelitian ini harus dilanjutkan pada tahap fungsional dan tahap penilaian. Tahap fungsional terdiri tahap operasional berupa aktivitas yang diperlukan dalam ekshibisi seperti penyelenggaraan ekshibisi, pelaksanaan program publik, evaluasi pengunjung, pengamanan dan pembongkaran ekshibisi. Sementara tahap penilaian merupakan evaluasi atas penyelenggaraan ekshibisi yang menghasilkan sebuah laporan evaluasi

144 menyuluruh mulai dari awal penyelenggaraan sampai akhir ekshibisi. Keempat tahap tersebut mengacu pada model penyelenggaraan ekshibisi yang telah dibuat oleh David Dean. Bagan 7.1 Exhibition Project Model David Dean, 1996:9 3. Ekshibisi I La Galigo menyangkut ekshibisi identitas budaya Sulawesi Selatan sehingga informasi tersebut harus merepresentasikan masyarakat Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, evaluasi atau studi pengunjung untuk menjaring pendapat masyarakat Sulawesi Selatan tentang I La Galigo harus dilakukan. 4. Perekaman cerita I La Galigo sebagai memori kolekif. Hal ini sesuai dengan konsep new museum bahwa museum harus melestarikan dan mengkomunikasikan intangible dan tangible heritage. Perekaman ini penting karena tokoh-tokoh masyarakat yang masih mengingat tentang cerita I La Galigo saat ini telah sangat minim. 5. Ekshibisi I La Galigo ini didukung oleh program publik. Beberapa program publik yang dapat diselenggarakan adalah pameran temporer yang berhubungan dengan cerita I La Galigo, program film/video, workshops untuk anak-anak dan keluarganya, pertunjukan atau pementasan teater cerita I La Galigo di berbagai versi, pertunjukan pelisanan cerita I La Galigo, pertunjukan musik tradisional yang terdapat dalam cerita I La Galigo yang dikolaborasi dengan musik kontemporer, pertunjukan tarian, workshop perekaman tradisi lisan, hari pengunjung asing (foreign visitor days), demonstrasi kehidupan bissu, demonstrasi kehidupan Sawerigading, ekshibisi cinderamata atau kerajinan yang berhubungan dengan cerita I La Galigo, penerbitan atau publikasi (katalog, buku panduan, ensiklopedi, material ekshibisi, dll), dan kuliah tentang cerita I La Galigo.

145 6. Tradisi lisan I La Galigo menyebar hampir di berbagai suku bangsa yang ada di Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan Semenanjung Melayu. Oleh karena itu, pada penyelenggaraan ekshibisi I La Galigo ini perlu ditekankan bahwa cerita I La Galigo yang dikomunikasikan adalah cerita I La Galigo versi 4 (empat) suku bangsa yang ada di Sulawesi Selatan, yaitu Suku Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja. 7. Salah satu kendala yang akan dihadapi dalam penyelenggaraan ekshibisi I La Galigo ini adalah perasaan etnosentrisme dan prasangka dari setiap suku bangsa tentang kepemilikian I La Galigo sebagai identitasnya masing-masing. Pemunculan sikap etnosentrisme dan prasangka ini harus dihindari dengan memberikan pemahaman melalui ekshibisi I La Galigo kepada pengunjung bahwa I La Galigo adalah warisan bersama dan milik masyarakat Sulawesi Selatan khususnya dan milik Indonesia umumnya. 7.2.2 Manajemen Museum La Galigo Berdasarkan hasil analisis terhadap pameran tetap Museum La Galigo, maka saran untuk perbaikan manajemen Museum La Galigo untuk menjadi new museum adalah: 1. Visi dan misi Museum La Galigo harus menyiratkan peran museum sebagai pembentuk identitas Sulawesi Selatan yang difokuskan pada masyarakat yang dilayaninya. 2. Pada awal pendiriannya, koleksi Museum La Galigo bersumber dari hibah masyarakat, namun hibah tersebut terhenti. Tidak adanya hibah yang diberikan oleh masyarakat mengindikasikan bahwa kurangnya kepercayaan dan kepedulian masyarakat terhadap museum ini. Oleh karena itu, Museum La Galigo harus mengembalikan kepercayaan masyarakat. 3. Museum La Galigo harus membuat kebijakan penelitian dan standarisasi pegawai. Kebijakan ini harus disertai dengan penerapannya, misalnya kebijakan penelitian disertai dengan fungsionalisasi pegawai dan kebijakan standarisasi disertai dengan penerimaan pegawai berdasarkan kualifikasinya. 4. Museum La Galigo dapat mencari sumber pendanaan lain di luar dana dari pemerintah. Sumber pendanaan tersebut dapat berasal dari sumberdaya lokal,

146 berupa perusahaan yang peduli akan kebudayaan Sulawesi Selatan, LSM seni dan kebudayaan, komunitas pecinta kebudayaan, dan donatur pribadi. 5. Museum La Galigo agar dapat mengikuti perkembangan paradigma ilmu permuseuman, khususnya dari traditional museum menjadi new museum serta mengikuti perkembangan masyarakat yang bersifat dinamis dan selalu berubah, maka buku pedoman Direktorat Permuseuman tahun 1980an tidak dapat lagi dijadikan sebagai acuan utama. Pedoman Direktorat Permuseuman yang dimaksud adalah pedoman tentang pendekatan taksonomik dan klasifikasi jenis koleksi yang dijadikan sebagai acuan dalam ekshibisi. 6. Perubahan paradigma museum yang semula berorientasi pada koleksi kini berorientasi pada pengunjung, sehingga Museum La Galigo harus mengubah orientasinya pula. Perubahan ini terlihat pada kebijakan dan program museum yang lebih menekankan kepada publik yang dilayaninya, yaitu masyarakat Sulawesi Selatan. 7. Ekshibisi new museum lebih menekankan pada informasi dan koleksi yang berasal dari daerah dimana museum tersebut berada. Oleh karena itu, koleksi Museum La Galigo yang tidak berasal dari Sulawesi Selatan dapat dipindahkan ke ruang wawasan nusantara yang saat ini berada di gedung 10. Hal ini dapat memberikan nuansa baru untuk display di ruang wawasan nusantara yang semula hanya menampilkan baju adat dari berbagai daerah. 8. Museum La Galigo memiliki pegawai dengan keahlian yang bervariasi, yang dimulai dari subject matter dicipline, support dicipline, dan museologi. Oleh karena itu, dalam pengelolaan museum ketiga kelompok disiplin ini harus bekerjasama untuk perbaikan Museum La Galigo ke depan.