BAB IV PENUTUP. sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

dokumen-dokumen yang mirip
Bola Panas Putusan Pengujian Undang-Undang Pengesahan Piagam ASEAN oleh: Ade Irawan Taufik *

Volume 12 Nomor 1 Maret 2015

URGENSI PENGGANTIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

TEORI / AJARAN TTG HUBUNGAN H.I. DGN. H.N.: TEORI DUALISME, MONISME DAN PRIMAT HI

2. Perundingan: Merupakan tahap awal yang dilakukan oleh kedua pihak yang berunding mengenai kemungkinan dibuatnya suatu perjanjian internasional.

Lex Administratum, Vol.I/No.3/Jul-Sept/2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

PENGUJIAN UU TERHADAP UUD. Riana Susmayanti, SH. MH

RechtsVinding Online

URGENSI MENYEGERAKAN PEMBAHASAN RUU KITAB HUKUM PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 17 Juli 2016; disetujui: 15 September 2016

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibentuk maka ditarik tiga. kesimpulan, yakni:

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 85/PUU-XV/2017 Akses Informasi Keuangan Untuk Kepentingan Perpajakan

keberadaan MK pd awalnya adalah untuk menjalankan judicial review itu sendiri dapat dipahami sebagai and balances antar cabang kekuasaan negara

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar

I.PENDAHULUAN. Perkembangan kehidupan bersama bangsa-bangsa dewasa ini semakin tidak mengenal batas

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pada deskripsi dan analisis yang telah dilakukan diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem norma hukum di Indonesia, norma-norma hukum yang

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi

PENUTUP. 1. Penerapan judicial review di Indonesia berdasarkan ketentuan UUD NRI. yakni Mahkamah Konstitusi menguji undang-undang terhadap Undang-

BAB I PENDAHULUAN. hukum dikenal adanya kewenangan uji materiil (judicial review atau

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KUASA HUKUM Dra. Endang Susilowati, S.H., M.H., dan Ibrahim Sumantri, S.H., M.Kn., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 26 September 2013.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REPOSISI POLITIK HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN TERTIB HUKUM DI INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 6/PUU-XII/2014 Pemberian Manfaat Pasti Pensiun Bagi Peserta Dana Pensiun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) telah melahirkan sebuah

KUASA HUKUM Heru Widodo, S.H., M.Hum., dkk berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 22 Januari 2015.

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

RechtsVinding Online

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan dari permasalah yang penulis teliti, yaitu:

: Treaties Under Indonesian Law: A Comparative Study Penulis buku : Dr. iur. Damos Dumoli Agusman : PT. Remaja Rosda Karya

I. UMUM

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Formil Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota

BAB I PENDAHULUAN. kehakiman diatur sangat terbatas dalam UUD Buku dalam pasal-pasal yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB SATU PENDAHULUAN

RechtsVinding Online. RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu. bersikap untuk tidak ikut ambil bagian. dalam voting tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004

BAB V PENUTUP. dalam bab sebelumnya, Penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: Pertama,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

Penguatan Kerangka Hukum Efek Syariah Melalui Revisi Undang-Undang Pasar Modal Oleh: Muhammad Faiz Aziz *

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

PENGHARMONISASIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

Direktorat Litigasi Peraturan Perundang-undangan Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 109/PUU-XIV/2016 Jabatan Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 19/PUU-XIII/2015 Batas Waktu Penyerahan/Pendaftaran Putusan Arbitrase Internasional

FUNGSI LEGISLASI DPR DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG

DPD RI, BUBARKAN ATAU BENAHI?? Oleh: Moch Alfi Muzakki * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 15 April 2016

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim

Fitra Rizki Yudhaputra. S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya,

RINGKASAN PUTUSAN. Perkara Nomor 17/PUU-V/2007 : Henry Yosodiningrat, SH, dkk

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 68/PUU-XII/2014 Syarat Sahnya Perkawinan (Agama)

PEMBAHASAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER II TAHUN 2014/2015 MATA KULIAH HUKUM TATA NEGARA

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG

MEMAHAMI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. OLEH : SRI HARININGSIH, SH.,MH

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 121/PUU-XII/2014 Pengisian Anggota DPRP

RINGKASAN EKSEKUTIF POLICY BRIEF PERTIMBANGAN YURIDIS PENGELOMPOKAN PERUMUSAN 9 RPP SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG KEANTARIKSAAN DALAM RPP YANG TERPISAH

KONSEKUENSI PEMBATALAN UNDANG-UNDANG RATIFIKASI TERHADAP KETERIKATAN PEMERINTAH INDONESIA PADA PERJANJIAN INTERNASIONAL *

I. PEMOHON Serikat Pekerja PT. PLN, selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 19/PUU-XIII/2015 Batas Waktu Penyerahan/Pendaftaran Putusan Arbitrase Internasional

Pengujian Ketentuan Penghapusan Norma Dalam Undang-Undang Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

SIARAN PERS. Penjelasan MK Terkait Putusan Nomor 36/PUU-XV/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Sebelum Amandemen Undang-Undang Dasar 1954, MPR merupakan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XIV/2016 Pembatalan Perda Oleh Gubernur dan Menteri

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 117/PUU-VII/2009 Tentang UU MPR, DPR, DPD dan DPRD Pemilihan Pimpinan MPR

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

Analisis Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Mengeluarkan Putusan Yang Bersifat Ultra Petita Berdasarkan Undang-Undangnomor 24 Tahun 2003

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEBIDANAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

Pasal 38 Statuta MI, sumber-sumber HI:

BAB IV KETENTUAN PENGECUALIAN PASAL 50 HURUF a UU NOMOR 5 TAHUN 1999 DALAM KAITANNYA DENGAN MONOPOLI ATAS ESSENTIAL FACILITY

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 18/PUU-IX/2011 Tentang Verifikasi Partai

REFORMULASI PROSES REKRUITMEN HAKIM MAHKAMAH KONSTITUSI INDONESIA Oleh: Meirina Fajarwati * Naskah diterima: 03 Juni 2016; disetujui: 27 Juni 2016

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 47/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

ANALISIS YURIDIS PEMBATALAN PERDA OLEH MENTERI DALAM NEGERI

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian analisa terhadap judul dan topik pembahasan pada bab sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengesahan perjanjian internasional dalam tataran sistem hukum Indonesia sebagaimana ditafsirkan dari persetujuan DPR dalam Pasal 11 UUD 1945 merupakan mekanisme ratifikasi internal negara sebagai upaya approval dan konfirmasi DPR terhadap perjanjian internasional yang sebelumnya telah ditandatangani oleh pemerintah serta bukan merupakan ratifikasi sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (1) huruf b Konvensi Wina 1969. Oleh karena itu, persetujuan DPR terhadap suatu perjanjian internasional yang kemudian dituangkan dalam format undang-undang pengesahan perjanjian internasional tidak lantas menjadikan Indonesia mengikatkan diri terhadap perjanjian internasional, pengikatan diri Indonesia baru akan dimulai pada saat dilakukannya ratifikasi eksternal atau syarat-syarat lain sebagaimana ditentukan dalam perjanjian tersebut. Pasal 11 UUD 1945 tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai bentuk yuridis dari persetujuan DPR, lebih dari itu Pasal 11 Ayat (3) malah mendelegasikan kewenangan pengaturan lebih lanjut kepada undang-undang. Oleh karenanya penuangan persetujuan DPR sebagaimana Pasal 11 UUD 1945 termasuk open legal policy yang 134

penentuannya diserahkan pada pembentuk undang-undang atau badan legislatif. Dengan dituangkannya persetujuan DPR dalam bentuk yuridis undang-undang mengandung konsekuensi terhadap perjanjian internasional itu pun harus tunduk pada ketentuan-ketentuan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam UU No 12 tahun 2011 tentang pembentukan perundang-undangan. Lebih-lebih dinyatakan dalam undang-undang pengesahan tersebut bahwa lampiran yang memuat naskah perjanjian internasional tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari undangundang itu sendiri. Sehingga kemudian kaidah-kaidah perjanjian internasional itu akan berlaku sebagaimana undang-undang pada umumnya. 2. Secara yuridis-konstitutisional, Mahkamah Konstitusi berwenang melakukan pengujian terhadap undang-undang pengesahan perjanjian internasional. Karena sistem pengujian undang-undang dalam UUD 1945 tidak membedakan antara undang-undang materil dan undang-undang formil, tercermin dalam pengaturan kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam Pasal 24C Ayat (1) UUD 1945. Akan tetapi, putusan Mahkamah Konstitusi tidak serta merta dapat membatalkan keterikatan Indonesia terhadap suatu perjanjian internasional. Perjanjian internasional tunduk pada hukum internasional, oleh karena itu pengakhiran terhadap perjanjian internasional harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan hukum internasional. Dengan demikian, untuk menghindari konsekuensi hukum dalam tataran hukum internasional tersebut, Mahkamah Konstitusi dalam 135

putusannya harus ditangguhkan sementara waktu sehingga dapat memberikan ruang bagi pemerintah untuk melakukan segala tindakan yang harus dilakukan dalam rangka mengakhiri suatu perjanjian internasional sebagaimana ketentuan hukum internasional. 3. Mekanisme judicial review bukan merupakan jalan terbaik dan kurang efektif untuk mengantisipasi terjadinya pertentangan norma antara konstitusi dan perjanjian internasional, karena masih berpotensi menimbulkan permasalahan dalam hukum internasional. Selain itu juga dapat mengganggu integritas Indonesia dalam dunia internasional. Oleh karena itu dalam tulisan ini, penulis memprawacanakan mekanisme judicial preview sebagai mekanisme verifikasi konstitusionalitas hasil ratifikasi perjanjian internasional. Judicial preview terhadap perjanjian internasional merupakan mekanisme pengujian yang dilakukan oleh pengadilan sebelum perjanjian itu disahkan oleh pemerintah. Dengan demikian, perjanjian internasional yang disahkan oleh pemerintah akan terjamin secara konstitusional sehingga dapat menghindari pertentangan antara perjanjian internasional dengan Undang-Undang Dasar 1945. Demikian pula permasalahan yang berpotensi timbul dari pembatalan perjanjian internasional melalui mekanisme pengujian judicial review dapat dihindari dan dielakkan. B. Saran-saran 1. Mengamandemen Pasal 11 UUD 1945 dengan memperjelas status dan kedudukan perjanjian internasional dalam sistem hukum nasional. Dalam 136

hal ini penulis lebih cenderung menginginkan agar hukum Indonesia menganut primat hukum nasional agar supaya dapat melindungi kepentingan nasional dari tekanan-tekanan politik dunia internasional 2. Melakukan perubahan terhadap UU No. 24 tahun 2000 tentang perjanjian internasional karena sudah tidak sesuai dengan kebutuhan hukum Indonesia di masa sekarang. Terlebih dalam undang-undang tersebut terdapat kerancuan mengenai pengertian pengesahan dalam arti prosedur internal dan pengesahan dalam arti prosedur internal. Selain itu, meninjau kembali penuangan persetujuan DPR terhadap perjanjian internasional ke dalam format undang-undang/peraturan presiden. Namun terlepas dari pilihan kebijakan hukum dalam penuangan persetujuan DPR dalam perundang-undangan nasional tersebut, yang lebih penting adalah melakukan penegasan terhadap kedudukan perjanjian internasional dalam sistem hukum nasional. Sehingga tidak menimbulkan kebingungan manakala terjadi pertentangan antara hukum nasional dan perjanjian internasional. 3. Melakukan penambahan kewenangan Judicial Preview terhadap Mahkamah Konstitusi sebagai upaya melakukan constitutional approval atau constitutional preview terhadap pengesahan perjanjian internasional, mengingat mekanisme judicial review yang dilakukan Mahkamah Konstitusi terhadap hasil ratifiksi perjanjian internasional kurang begitu 137

efektif sebagai upaya proteksi terhadap kepentingan nasional, terutama berkaitan dengan konstitusionalitas suatu perjanjian internasional. 4. Mengingat penambahan kewenangan terhadap Mahkamah Konstitusi mengharuskan terjadinya Amandemen UUD 1945 secara formal, yang pada praktiknya sulit sekali dilakukan. Maka untuk sementara waktu, pengikutsertaan peran Mahkamah Konstitusi dapat dilakukan dengan mengujikan undang-undang pengesahan perjanjian internasional sebelum dilakukannya ratifikasi (prosedur ekternal) perjanjian internasional. Dengan demikian, perjanjian internasional yang diratifikasi oleh pemerintah lebih terjamin secara konstitusional sehingga dapat menghindari pertentangan antara hukum nasional dan perjanjian internasional. 138