BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

dokumen-dokumen yang mirip

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik pada pagi hari. Sarapan pagi termasuk dalam 10 Pedoman Umum Gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. Gizi berasal dari bahasa Arab "ghidzdzi" dan sekarang telah

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan sasaran strategis dari peningkatan gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4.

BAB 1 PENDAHULUAN. kembangnya dapat berlangsung secara optimal. Generasi penerus yang sehat

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat memiliki status gizi yang baik, sehingga anak memiliki tinggi badan. pola makan yang seimbang dalam menu makanannya.

BAB I PENDAHULUAN. makan. Selain itu anak sekolah umumnya tidak pernah lepas dari makanan jajanan, karena anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

KUESIONER PENELITIAN

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

KARAKTERISTIK NUTRISI KORBAN DAN PELAKU BULLYING PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan anak yang berada pada usia sekolah yaitu. antara 6-12 tahun (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Anak membeli jajanan menurut kesukaan mereka sendiri dan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan selain untuk pemuas rasa lapar dan dahaga juga berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pisang ( Musa paradisiaca L) adalah salah satu buah yang digemari oleh

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi belajar merupakan proses pemusatan perhatian dan. untuk memilih dan fokus pada suatu objek yang dipandang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

HUBUNGAN KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KONDISI FISIK ANAK SD DI KECAMATAN KOTANOPAN

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

KUESIONER SEKOLAH. 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah :

BAB I PENDAHULUAN. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang. pedesaan. Salah satu alasan tingginya tingkat kesukaan pada makanan adalah

BAB I PENDAHULUAN. pedagang kaki lima di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum lain yang

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Salah satu cara orang untuk bertahan hidup adalah dengan makan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

HASIL DAN PEMBAHASAN

KUESIONER PENELITIAN

BAB I LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan untuk mengisi lambung yang telah kosong selama 8-10 jam dan bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan konsentrasi belajar dan kemampuan fisik (Martianto, 2006). Oleh karena itu untuk meningkatkan konsentrasi belajar dan kemampuan fisik pada murid atau pelajar, saat sarapan pagi harus diperhatikan pemilihan menu serta kandungan gizi yang baik untuk pemenuhan zat-zat gizi pada pagi hari. Sarapan hanya memenuhi kebutuhan zat-zat gizi pada pagi hari saja dengan pemenuhan asupan zat gizi 15-30% dari kebutuhan sehari-hari yaitu sekitar 450-500 kalori dan 8-9 gram protein. Kebiasaan makan pagi termasuk dalam salah satu tiga belas pesan dasar gizi seimbang. Bagi anak sekolah sarapan yang cukup terbukti dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan stamina sehingga meningkatkan prestasi belajar. Bagi remaja dan orang dewasa sarapan yang cukup terbukti dapat mencegah kegemukan. Membiasakan sarapan juga berarti membiasakan disiplin bangun pagi dan beraktivitas pagi dan mencegah dari makan berlebihan di kala makan kudapan atau makan siang (Depkes, 2014). Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Anak sekolah memiliki banyak aktivitas di sekolah seperti proses belajar yang rutin dilakukan setiap hari, yang diikuti dengan kegiatan seperti bermain, berolahraga, berinteraksi baik individu maupun kelompok yang semuanya membutuhkan energi atau tenaga yang diperoleh dari sarapan pagi (Judarwanto, 2008). 1

Selain itu, pada anak usia sekolah terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Pertumbuhan anak usia sekolah dasar berlangsung secara terus menerus, bersamaan dengan peningkatan asupan makanan secara konstan (Mahan & Escott-Stump, 2004). Agar stamina anak akan tetap terjaga selama mengikuti kegiatan di sekolah maupun kegiatan ekstrakurikuler, maka anak perlu ditunjang dengan pangan yang bergizi dan berkualitas. Tetapi terdapat beberapa alasan bagi anak sekolah untuk tidak sarapan pagi seperti tidak lapar, tidak ada waktu, tidak ada yang menyiapkan makanan, tidak suka makanan yang disiapkan, makanan tidak ada dan sebagainya (Muhilal dan Damayanti, 2006). Kebiasaan sarapan merupakan tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan pagi yang meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan terhadap makanan. Kebiasaan ini meliputi sikap terhadap makanan yaitu kecenderungan bertingkah laku terhadap makanan yang didalamnya terkandung unsur suka atau tidak suka terhadap makanan, kepercayaan terhadap makanan, diterima atau tidak untuk dilakukan dan biasanya berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan agama serta pemilihan terhadap makanan yaitu macam makanan yang biasa dikonsumsi meliputi susunan menu dan porsi untuk sarapan pagi (Khumaidi, 1994). Berdasarkan hasil survei konsumsi pangan pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2010), masih banyak anak yang tidak terbiasa sarapan sehat. Berdasarkan analisis dari hasil survei dapat diketahui bahwa dari 35.000 anak usia sekolah sekitar 26,1% sarapan hanya dengan air minum dan 44,6% memperoleh asupan energi kurang dari 15% kebutuhan gizi per hari. Pada hasil riset Nestle Indonesia (2012), empat dari sepuluh anak Indonesia mengonsumsi sarapan tidak bergizi dan menurut Hardinsyah (2015), tujuh dari sepuluh anak Indonesia kekurangan gizi sarapan. Hal ini terjadi karena pemilihan makanan dan minuman untuk sarapan tidak memenuhi standar gizi yang baik. Riset tersebut diperkuat oleh hasil penelitian sebuah lembaga terhadap 50.000 anak berusia lima sampai 12 tahun. 2

Berdasarkan penelitian hasil survei riset Nestle (2012), jenis makanan yang sering dikonsumsi untuk sarapan pagi adalah nasi, rebusan umbi-umbian, mie, biskuit dan sereal. Pada jenis makanan nasi dan rebusan tidak diimbangi dengan lauk yang mengandung protein dan vitamin. Jenis minuman yang paling sering dikonsumsi untuk sarapan adalah air mineral, sirup, susu dengan kadar gula yang tinggi dan susu dengan kadar gula yang rendah. Hal tersebut karena kecenderungan orang Indonesia melakukan sarapan pagi hanya untuk mengisi tenaga dan belum mengutamakan keseimbangan gizi. Berdasarkan penelitian Hardinsyah dan Aries (2012), sepuluh jenis makanan yang paling favorit dikonsumsi saat sarapan oleh anak 6-12 tahun adalah nasi putih, telur ceplok/dadar, tempe goreng, sayur berkuah, ikan goreng, mie instan, nasi goreng, sayuran (tumis), tahu goreng, serta roti dan turunannya. Lima jenis minuman yang paling favorit dikonsumsi saat sarapan oleh anak 6-12 tahun adalah air putih, teh manis, susu kental manis, susu instan dan air teh. Menurut Hardinsyah (2015), masyarakat kota pada dasarnya mampu untuk sarapan bergizi, namun karena faktor gaya hidup membuat mereka jarang sarapan. Hal ini terjadi karena waktu istirahat terbuang akibat terlalu banyak berjejaring sosial, main games atau menonton televisi hingga larut malam, hasilnya mereka sering telat bangun dan orangtua tidak sempat membuatkan sarapan untuk anak-anaknya. Waktu sarapan yang baik adalah antara pukul 05.00 hingga 09.00 pagi dengan kadar tidak lebih dari 300-400 kilo kalori atau 25% dari kebutuhan kalori harian sebesar 1.400-1.500 kilo kalori. Seorang anak yang sarapan memiliki prestasi akademis yang jauh lebih baik ketimbang yang tidak sarapan. Bagi anak sekolah meninggalkan sarapan membawa dampak yang kurang menguntungkan. Konsentrasi di kelas biasanya buyar karena tubuh tidak memperoleh masukan gizi yang cukup. Sebagai gantinya, siswa jajan di sekolah untuk sekedar mengganjal perut. Tetapi mutu dan keseimbangan gizi tidak seimbang. Oleh karena itu kebiasaan sarapan hendaknya dipertahankan dalam setiap keluarga (Khomsan, 2010). Selain itu, makan pagi berperan penting terutama untuk menyediakan energi serta gairah belajar dan kerja pada awal 3

hari baru (Soekirman, 2000). Anak usia sekolah (10-12 tahun) merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab dan pada usia ini sudah termasuk remaja. Keadaan kesehatan gizi anak sekolah tergantung dari tingkat konsumsi, yaitu kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Apabila tingkatan kesehatan gizi tidak baik, maka akan timbul defesiensi gizi dengan yang paling menonjol adalah kurang energi atau kalori, kurang protein, kurang vitamin A, vitamin C, zat besi, kalsium dan lainnya (Adriani & Wirjatmadi, 2012). Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Kandungan karbohidrat, lemak dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya. Bagi anak sekolah protein dibutuhkan untuk membangun dan memperbaiki sel-sel tubuh dan menjadi penghasil energi bagi tubuh yang jika kekurangan akan menghambat pertumbuhan, daya tahan tubuh menjadi lemah serta menyebabkan penyakit kwarshiorkor dan marasmus (Almatsier, 2009). Mineral seperti zat besi pada anak sekolah dibutuhkan untuk mencegah anemia dan membantu meningkatkan kebugaran tubuh anak. Sedangkan kalsium berperan dalam pembentukan tulang dan gigi. Vitamin juga dibutuhkan pada anak sekolah seperti vitamin A yang berfungsi bagi kesehatan mata, kulit dan menjaga imunitas anak yang jika kekurangan akan menyebabkan rabun senja dan kebutaan. Vitamin lain seperti vitamin C juga berperan penting untuk meningkatkan ketahanan tubuh anak dan mencegah penyakit infeksi yang jika kekurangan akan menyebabkan sariawan dan gusi berdarah (Almatsier, 2009) Menurut Rohayati (2001), perilaku makan pagi anak sekolah harus mendapat perhatian yang serius karena hal ini berkaitan erat dengan status gizi dan kesehatan. Mengingat pentingnya kebiasaan sarapan terutama pada kalangan anak sekolah menuntut siswa lebih selektif dalam memilih makanan dan lebih memperhatikan pentingnya sarapan. Oleh karena itu perlu dikaji bagaimana perilaku sarapan pagi siswa sekolah dasar sebagai 4

bentuk kepedulian mereka terhadap prestasi dan sebagai penerapan pengetahuan yang mereka peroleh. Penelitian Kurniasari (2005) menemukan sebesar 25% anak sekolah dasar di Yogyakarta jarang mempunyai kebiasaan sarapan. Menurut penelitian Djusmaidar (1991), sebanyak 18,8% anak sekolah dasar tidak melakukan sarapan sebelum berangkat sekolah. Beberapa faktor yang menyebabkannya antara lain : faktor sosiologis (55,6%), faktor waktu (33,3%) dan faktor kesehatan (11,1%). Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Rohayati (2003), faktor yang mempengaruhi kebiasaan sarapan dan prestasi belajar siswa di Kudus, Semarang, yaitu peranan ibu, tingkah laku orang terdekat (keluarga) dan selera makan pada anak. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan diketahui bahwa konsumsi sarapan murid di SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal kurang memenuhi kecukupan gizi dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Dari survei terhadap 20 murid di SDN tersebut sebanyak 13 orang (65%) yang sarapan dan 7 orang (35%) yang tidak sarapan. Dari 13 orang yang sarapan, ada 5 orang (38,5%) sarapan hanya dengan teh manis dan roti, 5 orang (38,5%) sarapan dengan nasi dan lauk dan 3 orang (23%) sarapan dengan nasi, lauk, sayur ditambah susu. Dalam survei tersebut, alasan para murid tidak sarapan adalah karena tidak sempat (57,1%), tidak ada yang menyiapkan (28,6%) dan tidak lapar atau tidak selera makan (14,3%). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pola konsumsi sarapan pagi pada murid sekolah dasar di SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015. 1.2 Rumusan Masalah Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : bagaimana pola konsumsi sarapan pagi pada murid sekolah dasar di SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015. 5

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran pola konsumsi sarapan pagi pada murid sekolah dasar di SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Mengetahui jenis sarapan pagi yang dikonsumsi oleh murid SDN 060921. 2. Mengetahui jumlah energi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi dan kalsium dari sarapan pagi yang dikonsumsi oleh murid SDN 060921. 3. Mengetahui sumbangan sarapan pagi terhadap anjuran kecukupan energi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi dan kalsium pada murid SDN 060921 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai informasi bagi pihak SDN 060921 tentang pola konsumsi sarapan pagi murid pada tahun 2015. 2. Sebagai bahan masukan bagi guru di SDN 060921 agar memberikan informasi dan tentang pentingnya sarapan pagi kepada muridnya. 3. Sebagai informasi bagi pihak Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya bidang Gizi Kesehatan Masyarakat dan sebagai bahan referensi yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya. 6