Analisis Perencanaan Kapasitas Produksi Menggunakan Metode Break Even Point (Studi Kasus pada Usaha Kerajinan Tangan Ardy Craft) JURNAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Sumber Rahayu, Moyudan, Sleman, Yogyakarta.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Point telah banyak dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelitian terdahulu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM PERENCANAAN LABA PADA CV. ANJAS FAMILY

2.2.2 Penggolongan Biaya Menurut sifatnya, biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

JURNAL MEDIA EKONOMI Vol. 21, No.3 Desember 2016 ISSN:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta

ANALISIS BIAYA VOLUME - LABA PADA HOME INDUSTRY KONVEKSI JESSLYN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. datang. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang

ANALISIS BREAK EVEN PADA PERUSAHAAN PABRIK MINUMAN UD. USAHA BARU MAKASSAR ZAINAL ABIDIN STIE YPUP MAKASSAR

BAB II LANDASAN TEORI

PERENCANAAN PENETAPAN LABA MELALUI PENDEKATAN ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) PERUSAHAAN WINGKO UD. TUJUH TUJUH ELOK BABAT LAMONGAN

ANALISA BREAK EVENT POINT

ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA USAHA KERIPIK SINGKONG BAROKAH DESA KARANG REJO KABUPATEN PESAWARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA BIAYA PRODUKSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

COST VOLUME PROFIT (CVP) SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT INDO TAMBANGRAYA MEGAH, Tbk DAN ENTITAS ANAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

66 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA INDUSTRI KUE KHAS TORAJA JAYA PUTRA DI KECAMATAN MAKALE KABUPATEN TANA TORAJA

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI SALAH SATU ALAT PERENCANAAN PENJUALAN DAN LABA

BAB II BAHAN RUJUKAN

ANALISIS BREAK EVENT POINT DALAM KEBIJAKAN PERENCANAAN PENJUALAN DAN LABA (Studi Pada PT Wonojati Wijoyo Kediri)

ANALISIS BREAK EVENT POINT (TITIK IMPAS) DAN BAURAN PEMASARAN

BAB II. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Dan Hipotesis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) MULTI PRODUK DALAM PERENCANAAN LABA PADA INDUSTRI ROTI CHEZINI BAKERY

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.2 No.1 (2013) ISSN X

BREAK EVENT POINT SEBAGAI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PERENCANAAN LABA DAN PENJUALAN PADA PERUSAHAAN ROTI MERAH DELIMA BAKERY KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka akan semakin kompleks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Penetapan Laba melalui Pendekatan Analisis Break Even Point (BEP) Perusahaan Wingko UD. TUJUH TUJUH ELOK Babat - Lamongan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA INVESTASI AKTIVA TETAP TERHADAP BIAYA VOLUME LABA PADA PT BARATA INDONESIA GRESIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

Analisis Perencanaan Laba Terhadap Pengambilan Keputusan Pada PT. Parit Padang Global di Makassar. Oleh: Agus Purnomo. Abstrak

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PABRIK TEMPE YANTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Penjualan Pabrik Kemplang Matahari 222 Palembang Tahun Jenis Produksi

Fungsi biaya. Biaya tetap (fixed cost) Biaya variabel (variable cost) FC = k VC = f (Q) = vq C = g(q) = FC + VC = k + vq

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA UNIT USAHA KONVEKSI KERUDUNG (NADIA COLLECTION)

ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI ALAT PERENCAAN LABA DAN PENJUALAN PADA TOKO BAKPIA SUAN. : Stephanie Lauwrentina : 2A214454

M. Yusuf Universitas Pamulang Abstract

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

47. Kriteria Kelayakan Investasi Kompos & Listrik Akibat Penurunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 MANAJEMEN DAN STRUKTUR ORGANISASI

TUGAS MANAJEMEN KEUANGAN (BAB 16 LEVERAGE OPERASIONAL DAN LEVERAGE KEUANGAN)

Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek Pada Perusahaan Kerupuk Idaman. Nia Nopita Suryani

ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA WARUNG BAKSO MANTAP DALAM PERENCANAAN LABA. Andika Hari Saputro

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Di negara berkembang ilmu dan teknologi merupakan modal utama dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Break Even Point. Suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP)

PERTEMUAN KE-13 ANALISIS BIAYA DAN VOLUME LABA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit

Jurnal Cendekia Vol 10 Nomor 2 Mei 2012 ISSN: PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN SEBAGAI DASAR PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA PRODUKSI

BAB V PENUTUP. 1. Tingkat Break Even Point tahun 2011 dicapai home industry UD Wahyu. Rp atau unit dan untuk rambak sapi sebesar Rp

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISA PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT PADA PT. ASAM JAWA MEDAN. BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

[Type the document title]

PERENCANAAN LABA DENGAN METODE TITIK IMPAS (STUDI KASUS PADA PETERNAKAN AYAM UD. MARKOTA SURYA KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman era globalisasi saat ini, dunia usaha telah berkembang dengan pesat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

Analisis Perencanaan Kapasitas Produksi Menggunakan Metode Break Even Point (Studi Kasus pada Usaha Kerajinan Tangan Ardy Craft) JURNAL Ditulis oleh : Nama : Heri Mardani Nomor Mahasiswa : 11311573 Jurusan Bidang Konsentrasi : Manajemen : Operasional UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2016

Perencanaan Kapasitas Produksi Menggunakan Metode Break Even Point (Studi Kasus pada Usaha Kerajinan Tangan Ardy Craft) Heri Mardani Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Maru_dhani@yahoo.com ABSTRAK Analisis Break Even Point (BEP) merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui keadaan dimana perusahaan tidak mengalama rugi maupun laba yang disebut keadaan impas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar kapasitas produksi atau penjualan yang harus dicapai perusahaan agar tidak mengalami kerugian pada tahun 2015. Penelitian ini dilakukan pada Usaha Kerajinan Tangan Ardy Craft yang terletak di Gamplong IV, Sumber Rahayu, Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data perusahaan dari periode tahun 2010 sampai tahun 2014. Hasil penelitian Break Even Point multiproduk tas nilon, tas tikar pandan, dan tas katun menunjukkan bahwa perusahaan berada pada keadaan aman dan tidak mengalami kerugian jika penjualan tahun 2015 sebesar Rp. 323.602.777 dari hasil penjualan produk tas nilon sebesar 956 unit, tas tikar pandan sebesar 657 unit, tas katun sebesar 944 unit, atau dalam rupiah sebesar Rp. 207.796.924 untuk tas nilon, Rp. 28.571.268 untuk tas tikar pandan, dan Rp. 87.234.585 untuk tas katun. Kata kunci: perencanaan kapasitas produksi, Break Even Point PENDAHULUAN Di era globalisasi seperti saat ini hampir semua perusahaan yang bergerak di bidang industry dihadapkan pada suatu masalah yaitu adanya tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk merencanakan kapasitas produksi agar dapat memenuhi permintaan pasar dengan tepat waktu dan jumlah yang sesuai, sehingga diharapkan keuntungan perusahaan selalu stabil dalam berbagai macam permintaan. Perencanaan produksi bertujuan untuk merencanakan tingkat produksi dengan memperhatikan ketersediaan kapasitas sumber daya yang ada. Sebuah rencana produksi harus berada dalam batasan ketersediaan dan harus selalu memperhatikan kapasitas yang dibutuhkan untuk menghindari kelebihan atau kekurangan persediaan. Didalam perencanaan kapasitas produksi, dikenal analisa Break Even Point (BEP). Analisa break even point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. Dengan mengetahui titik BEP, analisis dapat mengetahui pada volume penjualan berapa perusahaan mencapai titik impasnya, yaitu tidak rugi, tetapi juga tidak untung sehingga apabila penjualan melebihi titik itu, maka perusahaan mulai mendapatkan untung. Dalam melakukan analisis BEP diperlukan estimasi mengenal biaya tetap, biaya variabel, dan pendapatan. Usaha tas Ardy Craft merupakan salah satu usaha industry kerajinan tangan tas sandang wanita khas Yogyakarta. Usaha ini berlokasi di Desa Wisata Gamplong sekitar Yogyakarta bagian barat dimana desa tersebut merupakan desa yang memiliki banyak usaha kerajinan tangan sehingga disebut sebagai desa wisata. Usaha ini telah berjalan sekitar kurang lebih 6 tahun. Usaha ini juga merangkap sebagai toko, selain sebagai produsen tas juga sebagai 1

penjual tas bagi wisatawan yang datang ke tempat tersebut. Tidak hanya 1 jenis tas saja yang dijual ditoko ini, tapi juga terdiri dari beberapa bahan, di antaranya nilon, pandan,. Usaha ini melakukan produksinya setiap hari, namun bisa dikatakan fleksibel, karena jam kerjanya tidak ditentukan berdasarkan waktu, tetapi secara home industry, dimana pegawai hanya mengambil bahan-bahan di toko pusat untuk dibawa pulang dan dikerjakan dirumah masing-masing. Jika sudah selesai pengerjaannya pegawai kembali ke toko pusat dan mengembalikan bahan-bahan sebelumnya yang sudah dikerjakan dirumah, kemudian mengambil lagi bahan-bahan baru untuk dikerjakan, begitu seterusnya. Meski usaha ini cukup berkembang, namun usaha tersebut belum mampu menghasilkan laba profit secara konsisten karena mengalami penaikan dan penurunan yang cukup drastis. Oleh karena itu, peran perencanaan kapasitas produksi menjadi sangat penting dalam pelaksanaan operasi dan pengendalian manajemen. Penulis ingin mengetahui seperti apa perencanaan kapasitas produksi yang digunakan oleh usaha kerajinan tangan ini sehingga penulis melakukan penelitian tentang Analisis Perencanaan Kapasitas Produksi Usaha Kerajinan Tangan Ardy Craft. Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah berapa besar kapasitas produksi atau penjualan minimal yang harus dicapai perusahaan sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian ditahun 2015? Adapun tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pada tingkat berapa kapasitas produksi dan penjualan berada pada titik impas, sehingga perusahaan dapat merencanakan kapasitas produksi yang harus dicapai agar tidak mengalami kerugian pada tahun 2015. KAJIAN PUSTAKA Hasil Penelitian Terdahulu Anwar dan Asmawarni (2013) melakukan penelitian tentang analisis perencanaan kapasitas produksi atau Break Even Point minyak kelapa dan ampas pada PT. Bireuen Coconut Oil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan penetapan break even point produksi minyak kelapa dan ampas pada PT. Bireuen Coconut Oil. Untuk mendapatkan data perusahaan, penulis memperoleh data dengan cara melakukan wawancara, observasi dan juga studi pustaka. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, diketahui bahwa penetapan Break Even Point untuk produk minyak kelapa 19 ton atau Rp 154.921.000/hari. Sedangkan untuk produk ampas adalah 15 ton atau Rp 27.885.784/hari. Rahayu dan Husaini (2014) melakukan penelitian analisis Break Even Point terhadap perencanaan volume penjualan dan laba pada PT. Cakra Guna Cipta Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat BEP yang dicapai dalam perencanaan volume penjualan dan laba pada PT. Cakra Guna Cipta Malang periode 2011-2013 dan untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai perusahaan untuk memenuhi target laba yang diinginkan pada periode 2014. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai BEP mix yang dicapai perusahaan untuk tahun 2011 sebesar Rp 3.924.783.972,52. Tahun 2012 BEP mix yang dicapai adalah sebesar Rp 5.309.131.772,23 dan tahun 2013 BEP mix yang didapatkan sebesar Rp 4.067.022.479, 13. Tahun 2013 menjadi tahun dasar untuk perencanaan volume penjualan dan laba di tahun 2014. Dan dari hasil BEP yang diteliti diketahui bahwa hasil penjualan dari tahun 2011 ke 2013 mengalami kenaikan dan penurunan yang cukup drastis. Landasan Teori Pengertian Perencanaan Kapasitas 2

Menurut Lalu Sumayang (2003), kapasitas adalah tingkat kemampuan produksi dari suatu fasilitas dan biasanya dinyatakan dalam jumlah volume output per periode waktu. Merancang suatu kapasitas adalah tahapan pertama yang harus dilakukan sebelum perusahaan memutuskan suatu produk baru atau perubahan jumlah volume produk. Besar kapasitas menentukan rancangan sebuah fasilitas baru atau perluasan fasilitas. Jadi perencanaan kapasitas adalah langkah awal yang dilakukan perusahaan untuk menentukan jumlah produk yang akan dihasilkan perusahaan. Pengertian Analisa Break Even Point Menurut Drs. Suyadi Prawirosentono M.B.A (1997), Break Even Point adalah analisis untuk menentukan hal-hal sebagai berikut : Menentukan jumlah minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Jumlah penjualan minimum ini berarti juga jumlah produksi minimum yang harus dibuat. Selanjutnya, menentukan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yabg telah direncanakan. Hal ini berarti tingkat produksi harus ditetapkan untuk memperoleh laba tersebut. Mengukur dan menjaga agar penjualan tidak kurang dari titik impas (BEP), sehingga tingkat produksi juga tidak kurang dari titik impas (BEP). Menganalisa perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil penjualan atau tingkat produksi. Kegunaan Analisa Break Even Point Menurut Garrison et. Al (2006) mengatakan bahwa : Analisis Break Even Point adalah suatu dari beberapa alat yang sangat berguna bagi manajer dalam melaksanakan aktivitas operasionalnya. Alat ini membantu mereka memahami hubungan timbalbalik antara biaya,volume dan laba dalam organisasi dengan memfokuskan interaksi antar lima elemen yaitu hrga pokok, volume / tingkat aktivitas, biya variabel per unit, total biaya tetap dan bauran produk yang dijual. Kegunaan dari Break Even Point menurut Kasmir, S.E., M.M. sebagai berikut : a. Untuk mengetahui pada jumlah berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya. Atau perusahaan beropersidalam kondisi tidak laba dan tidak pula rugi atau laba sama dengan nol. b. Untuk menentukan biaya-biaya yang dikeluarkan dan jumlah produksi. Dengan demikian akan dapat ditentukan diketahui berapa jumlah yang layak untuk dijalankan. c. Untuk membantu manajer mengambil keputusan dalam hal aliran kas, jumlah permintaan (produksi), dan penentuan harga suatu produk tertentu. Intinya kegunaan dari analisis ini adalah untuk menentukan jumlah keuntungan pada berbagai tingkat penjualan. Asumsi-asumsi Dasar Break Even Point Menurut Soehardi Sigit,(2002;2) di dalam menganalisa Break Even Point termasuk menghitung dan mengumpulkan angka-angka yang dihitung itu, analisa Break Even Point menetapkan syarat-syarat tertentu. Inilah yang disebut asumsi, dan asumsi-asumsi yang diperlukan agar dapat menganalisa Break Even Point ialah : 1. Bahwa biaya-biaya yang terjadi didalam perusahaan yang bersangkutan (yang dihitung Break Even-nya) dapat di-identifikasikan sebagai biaya variable, atau sebagai biaya tetap. 2. Bahwa yang ditetapkan sebagai biaya tetap itu akan tetap konstan, tidak mengalami perubahan meskipun volume produksi atau volume kegiatan berubah. 3

3. Bahwa yang ditetapkan sebagai biaya variabel itu akan tetap sama jika dihitung biaya per unit produknya, berapapun kuantitas unit yang diproduksikan. 4. Bahwa harga jual per unit akan tetap saja, berapapun banyak unit produk yang dijual. Harga jual per unit tidak akan turun meskipun pembeli membeli banyak. Juga sebaliknya harga jual per unit tidak akan naik, meskipun langganan pembeli hanya sedikit. Sedikit ataupun banyak yang dibeli, harga per unit tidak akan mengalami perubahan. 5. Bahwa ada sinkronisasi di dalam perusahaan yang bersangkutan menjual atau memproduksi hanya satu jenis barang. Pengertian Biaya dan Penggolongan Biaya Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (2005 : 8) pengertian biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang diukur dalam satuan uang, yaitu terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Pengertian biaya dalam arti sempit adalah sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva yang disebut dengan istilah harga pokok, atau dalam pengertian lain biaya merupakan bagian dari harga pokok yang dikorbankan di dalam suatu usaha untuk memperoleh penghasilan. Penggolongan Biaya Dalam buku Akuntansi Biaya menurut Supriyono (1999 : 18) menggolongkan biaya sebagai berikut : 1. Penggolongan biaya sesuai dengan tentensi perubahannnya terhadap aktivitas / kegiatan volume. Terdensi perubahannya terhadapa aktivitas dapat dikelompokkan menjadi : a. Biaya Tetap: biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume produksi pada periode dan tingkat tertentu. b. Biaya Variabel: Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding (proporsional) sesuai dengan perubahan volume produksi. c. Biaya Semi Variabel: biaya yang jumlah totalnya akam berubah sesuai dengan perubahan volume produksi, namun perubahannya tidak proporsional. Cara Perhitungan Break Even Point 1. Pendekatan Matematis a. Break even point pada produk tunggal 1. BEP (unit) BEP (Q) = FC P VC P = harga jual VC = biaya variable per unit FC = biaya tetap Q = jumlah unit kuantitas yang dihasilkan dan dijual Untuk mengetahui titik impas, biasanya dilakukan untuk per jenis produk tetapi untuk keseluruhan produk yang dibuat/dijual perusahaan. Rumus BEP untuk produk tunggal tidak dapat langsung digunakan untuk multiproduk karena biaya variabel dan harga jual setiap jenis produk berbeda. Oleh karena itu, rumus tersebut harus dimodifikasi dengan mempertimbangkan kontribusi penjualan dari setiap produk (Eddy, 2008). b. Break even point pada multiproduk P VC = harga jual per unit = biaya variable per unit BEP M = FC [(1 VC P )x(wi)] 4

FC W i = biaya tetap = presentase setiap produk dari total penjualan = masing-masing produk METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diukur baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang berupa sebuah data. Variabel-variabel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah jumlah output atau produk maksimum yang dapat dihasilkan suatu fasilitas produksi dalam suatu selang tertentu. Dalam penelitian ini variabel yang diukur antara lain : a. Harga Jual Harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah presentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang dijual. b. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap tidak terpengaruh oleh aktifitas perusahaan perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Contoh biaya tetap dalam penelitian ini berupa biaya pajak bumi dan bangunan, biaya depresiasi bangunan, biaya tenaga kerja, biaya listrik tetap. c. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya selalu berubah secara proporsional terhadap volume kegiatan. Contoh biaya variabel dalam penelitian ini berupa biaya tenaga kerja langsung, biaya pengadaan bahan baku, biaya listrik, biaya telepon. d. Kapasitas Permintaan Kapasitas permintaan adalah banyaknya jumlah maupun nilai suatu produk yang digunakan untuk mememnuhi permintaan konsumen. Metode Analisis Data Untuk melakukan analis data, maka penulis menggunakan alat analisis sebagai berikut: 1. Metode Break Even Point Analisis Break Even Point adalah alat perencanaan penjualan, sekaligus perencanaan tingkat produksi agar perusahaan secara minimal tidak mengalami kerugian. Analisis break even point pada prinsipnya hanya sekedar menetapkan pada tingkat penjualan dan produksi berapa unit sehingga terjadi keadaan impas, di mana total penghasilan sama dengan total biaya yang telah dikeluarkan. a. Break even point pada multiproduk P VC FC W i BEP M = FC [(1 VC P )x(wi)] = harga jual per unit = biaya variable per unit = biaya tetap = presentase setiap produk dari total penjualan = masing-masing produk 5

HASIL PENELITIAN Tabel 4.1 : Penjualan tas selama 5 tahun terakhir Produk 2010 2011 2012 2013 2014 Harga Jual Nilon 864 unit 1.089 unit 1.598 unit 2.152 unit 2.430 unit Rp. 200.000 Tikar Pandan 636 unit 885 unit 1.012 unit 1.398 unit 1.694 unit Rp. 40.000 Katun 827 unit 1.029 unit 1.508 unit 1.893 unit 2.387 unit Rp. 85.000 Jumlah 2.327 unit 3.003 unit 4.118 unit 5.443 unit 6.511 unit Rp. 325.000 Sumber: Laporan Laba/Rugi Ardy Craft Handmade 2010 2014 1. Forecast Penjualan a) Forecast penjualan tas nilon Tabel 4.2 Data Penjualan Tas Nilon Tahun Volume Penjualan 2010 2011 2012 2013 2014 864 unit 1.089 unit 1.598 unit 2.152 unit 2.430 unit Jumlah 8.133 unit Sumber: Data perusahaan 2010 2014 Dari data diatas dapat dihitung kenaikan rata-ratanya sebagai berikut: 2010 2011 = 1.089 864 864 2011 2012 = 1.598 1.089 1.089 2012 2013 = 2.152 1.598 1.598 x 100% = 26.04% x 100% = 46.74% x 100% = 34.67% 2013 2014 = 2.430 2.152 x 100% = 12.92% 2.152 Kenaikan rata-rata = 26.04%+46.74%+34.67%+12.92% 4 = 30.09% Jadi kenaikan rata-rata volume penjualan tas nilon pada tahun 2010 2014 adalah sebesar 30.09% Perkiraan penjualan tas nilon pada tahun 2015 = volume penjualan 2015 + (volume penjualan 2015 x kenaikan rata-rata tas nilon) = 2.430 unit + (2.430 unit x 30.09%) Perkiraan penjualan tas nilon tahun 2015 = 3.161 unit Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ramalan penjualan produk tas nilon di tahun 2015 adalah sebesar 3.161 unit. b) Forecast penjualan tas tikar pandan Tabel 4.3 Data Penjualan Tas Tikar Pandan Tahun 2010 2011 2012 Volume Penjualan 636 unit 885 unit 1.012 unit 6

2013 1.398 unit 2014 1.694 unit Jumlah 5.625 unit Sumber: Data perusahaan 2010 2014 Dari data di atas dapat dihitung kenaikan rata-ratanya sebagai berikut: 2010 2011 = 885 636 636 2011 2012 = 1.012 885 885 2012 2013 = 1.398 1.012 1.012 x 100% = 39.15% x 100% = 14.35% x 100% = 38.14% 2013 2014 = 1.694 1.398 x 100% = 21.17% 1.398 Kenaikan rata-rata = 39.15%+14.35%+38.14%+21.17% 4 = 28.2% Jadi kenaikan rata-rata volume penjualan tas tikar pandan pada tahun 2010 2014 adalah sebesar 28.2% Perkiraan penjualan tas tikar pandan pada tahun 2015 = volume penjualan 2014 + (volume penjualan 2014 x kenaikan rata-rata tas tikar pandan) = 1.694 unit + (1.694 unit x 28.2%) Perkiraan penjualan tas tikar pandan tahun 2015 = 2.171,7 unit = 2.172 unit Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ramalan penjualan produk tas tikar pandan di tahun 2015 adalah sebesar 2.172 unit. c) Forecast penjualan tas katun Tabel 4.4 Data Penjualan Tas Katun Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Volume Penjualan 827 unit 1.029 unit 1.508 unit 1.893 unit 2.387 unit Jumlah 7.644 unit Sumber: Data perusahaan 2010 2014 Dari data di atas dapat dihitung kenaikan rata-ratanya sebagai berikut: 2010 2011 = 1.029 827 x 100% = 24.42% 827 2011 2012 = 1.508 1.029 x 100% = 46.55% 1.029 2012 2013 = 1.893 1.508 1.508 x 100% = 25.53% 2013 2014 = 2.387 1.893 x 100% = 26.62% 1.893 Kenaikan rata-rata = 24.42%+46.55%+25.53%+26.62% 4 = 30.78% Jadi kenaikan rata-rata volume penjualan tas katun pada tahun 2010 2014 adalah sebesar 30.78% Perkiraan penjualan tas katun pada tahun 2015 = volume penjualan 2014 + (volume penjualan 2014 x kenaikan rata-rata tas katun) 7

= 2.387 unit + (2.387 unit x 30.78%) Perkiraan penjualan tas katun pada tahun 2015 = 3.121,7 unit = 3.122 unit Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ramalan penjualan produk tas katun di tahun 2015 adalah sebesar 1.743 unit. Hasil ramalan penjualan ditahun 2015 adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil ramalan penjualan 2015 Produk Prediksi Penjualan Nilon 3.161 unit Tikar Pandan 2.172 unit Katun 3.122 unit Sumber: Data Diolah, 2015 2. Harga Jual Produk dan Analisis Penyusunan Budget Penerimaan Produk Tahun 2015. Untuk mengetahui harga jual produk tahun 2015 maka terlebih dahulu harus mengetahui rata-rata kenaikan tingkat inflasi selama 5 tahun terakhir. Tingkat inflasi selama tahun 2010 2014 adalah sebagai berikut : Tabel 4.6 Tingkat Inflasi Tahun 2010 2014 Tahun Tingkat Inflasi 2010 6.96 % 2011 3.79 % 2012 4.3 % 2013 8.38 % 2014 8.36 % Sumber: Bank Indonesia, 2015 Dari data diatas dapat dihitung sebagai berikut: I. 2010 2011 = 3.79 % - 6.96 % = -3.17 % (turun) II. 2011 2012 = 4.3 % - 3.79 % = 0.51 % (naik) III. 2012 2013 = 8,38 % - 4,30 % = 4,08 % (naik) IV. 2013 2014 = 8,36 % - 8,38 % = -0,02 % (turun) V. Kenaikan rata-rata = 3.17%+0.51%+4.08%+( 0.02%) = 0.35 % 4 Jadi kenaikan rata-rata tingkat inflasi tahun 2010 2014 adalah sebesar 0.35 %. Perkiraan tingkat inflasi 2015 = tingkat inflasi 2014 + kenaikan rata-rata = 8.36 % + 0.35 % Perkiraan tingkat inflasi 2015 = 8.71 % Jadi perkiraan tingkat inflasi di tahun 2015 adalah 8.71 % Sedangkan harga jual produk adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Harga Jual Produk Tahun 2014 Produk Harga per Unit Nilon Rp. 200.000 Tikar Pandan Rp. 40.000 8

Katun Rp. 85.000 Sumber: Data Perusahaan, 2015 Dari tabel di atas, dapat disimpulkan harga jual produk tahun 2015 adalah sebagai berikut: Perkiraan harga jual produk = harga jual tahun 2014 + (harga jual tahun 2014 x tingkat inflasi ) a) Harga jual tas nilom = Rp. 200.000 + (Rp. 200.000 x 8.71 %) = Rp. 217.420 b) Harga jual tas tikar pandan = Rp. 40.000 + (Rp. 40.000 x 8.71 %) = Rp. 43.484 c) Harga jual tas katun = Rp. 85.000 + (Rp. 85.000 x 8.71 %) = Rp. 92.403 Dengan diketahui prediksi harga jual dan volume penjualan di tahun 2015, maka dapat diketahui total penjualan produk di tahun 2015adalah sebagai berikut : Total penjualan 2015 = perkiraan harga jual tahun 2015 x perkiraan penjualan 2015 a) Total penjualan tas nilon = Rp. 217.420 x 3.161 unit = Rp. 687.264.620 b) Total penjualan tas tikar pandan = Rp. 43.484 x 2.172 unit = Rp. 94.447.248 c) Total penjualan tas katun = Rp. 92.403 x 3.122 unit = Rp. 288.482.166 d) Total penjualan produk tahun 2015 = Rp. 687.264.620 + Rp. 94.447.248 + Rp.288.482.166 = Rp. 1.070.194.034 3. Biaya-biaya A. Biaya Variabel a. Nilon Tabel 4.8 Data Biaya Variabel Tas Nilon Tahun 2014 1. Biaya Bahan Baku Benang Nilon Rp. 90.000 x 2110 kg Rp. 189.900.000 Benang jahit 320 ps x Rp. 10.000 Rp. 3.200.000 Total biaya bahan baku Rp. 193.100.000 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 10 Penjahit Rp. 45.000 x 2.430 unit Rp. 109.350.000 5 Finishing Rp. 35.000 x 2430 unit Rp. 60.750.000 Total biaya tenaga kerja langsung Rp. 170.100.000 3. Biaya Listrik Rp. 1.687.500 Total biaya variable tas nilon 2014 Rp. 364.887.500 Sumber: Data Perusahaan, 2014 Total Biaya Variabel Total biaya variable per unit = Volume Penjualan 2014 Biaya variable tas nilon per unit = Rp364.887.500 2.430 unit = Rp. 150.159 Biaya variable per unit tas nilon di tahun 2015 = Rp. 150.159 + (8.71% x Rp.150.159) = Rp. 163.237,8 = Rp. 163.238 b. Tikar pandan 9

1. Biaya Bahan Baku Tabel 4.9 Data Biaya Variabel Tas Tikar Pandan Tahun 2014 Tikar Pandan 2000 lembar x Rp. 14.000 Kayu hias 400 ps x Rp. 10.000 Rp. 23.800.000 Rp. 4.000.000 Benang jahit 40 ps x Rp. 10.000 Rp. 400.000 Total biaya bahan baku Rp. 32.400.000 2. Biaya tenaga kerja langsung 6 orang penjahit Rp. 10.000 x 1.694 unit 6 orang hias kayu Rp. 1.500 x 1.694 unit 4 orang menyulam Rp. 4.000 x 1.694 unit Rp. 16.940.000 Rp. 2.541.000 Rp. 6.776.000 Rp. 1.694.000 5 orang finishin melamin Rp. 1.000 x 1694 unit Total biaya tenaga kerja langsung Rp. 27.951.000 3. Biaya Listrik Rp. 1.366.875 Total biaya variabel tas tikar pandan 2014 Rp. 61.717.875 Sumber: Data Perusahaan, 2014 Total Biaya Variabel Total biaya variabel per unit = Volume Penjualan 2014 Biaya Variabel tas tikar pandan per unit = Rp.61.717.875 1.694 unit = Rp. 36.433 Biaya variabel per unit tas tikar pandan tahun 2015 = Rp. 36.433 + (8.71% x Rp. 36.433) = Rp. 39.606 c. Katun Tabel 4.10 Data Biaya Variabel Tas Katun 2014 1. Biaya Bahan Baku Kain katun 4.000 m x Rp. 30.000 Benang jahit 50 ps x 10.000 Rp. 120.000.000 Rp. 500.000 Total biaya bahan baku Rp. 120.500.000 2. Biaya tenaga kerja langsung 12 penjahit Rp. 20.000 x 2.387 Finishing (setrika, aksesoris) Rp. 6.000 x 2.387 Rp. 47.740.000 Rp. 14.322.000 Total biaya tenaga kerja langsung Rp. 62.062.000 3. Biaya Listrik Rp. 1.518.750 Total biaya variabel tas katun tahun 2014 Rp. 184.080.750 Sumber: Data Perusahaan, 2014 Total Biaya Variabel Total biaya variabel per unit = Volume Penjualan 2014 Biaya variabel tas katun per unit = Rp.184.080.750 Rp.2.387 unit 10

= Rp. 77.118 Biaya variabel per unit tas katun tahun 2015 = Rp. 77.118 + (8.71% x Rp. 77.118) = Rp. 83.834,9 = Rp. 83.835 Setelah dilakukan penggolongan biaya, maka anggaran dapat dikerjakan untuk menganalisis biaya untuk tahun 2015 adalah sebagai berikut : 1. Biaya Bahan Baku Biaya bahan baku per produk = biaya bahan baku 2014 + (biaya bahan baku 2014 x tingkat Inflasi) a) Biaya bahan baku tas nilon = Rp. 193.100.000 + (Rp. 193.100.000 x 8.71%) = Rp. 209.919.010 b) Biaya bahan baku tas tikar pandan = Rp. 32.400.000 + (Rp. 32.400.000 x 8.71%) = Rp. 35.222.040 c) Biaya bahan baku tas katun = Rp. 120.500.000 + (Rp. 120.500.000 x 8.71%) = Rp. 130.995.550 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja langsung per produk = biaya tenaga kerja langsung 2014 + ( biaya tenaga kerja langsung 2014 x tingkat inflasi ) a) Biaya tenaga kerja langsung tas nilon = Rp. 170.100.000 + (Rp. 170.100.000 x 8.71%) = Rp. 184.915.710 b) Biaya tenaga kerja langsung tas tikar pandan = Rp. 27.951.000 + (Rp. 27.951.000 x 8.71%) = Rp. 30.385.532 c) Biaya tenaga kerja langsung tas katun = Rp. 62.062.000 + (Rp. 62.062.000 x 8.71%) = Rp. 67.467.600 3. Biaya Listrik Biaya listrik per produk = biaya listrik 2014 + (biaya listrik 2014 x tingkat inflasi) a) Biaya listrik tas nilon = Rp. 1.687.500 + (Rp. 1.687.500 x 8.71%) = Rp. 1.834.481 b) Biaya listrik tas tikar pandan = Rp. 1.366.875 + (Rp. 1.366.875 x 8.71%) = Rp. 1.485.929,8 = Rp. 1.485.930 c) Biaya listrik tas katun = Rp. 1.518.750 + (Rp. 1.518.750 x 8.71%) = Rp. 1.651.033 4. Biaya telepon Jika sedang mengalami tingginya volume kegiatan, maka semakin besar jumlah biaya yang harus dilakukan. Dari hasil data yang di peroleh biaya telepon yang dikeluarkan pada tahun 2014 sebesar Rp. 2.611.858. Setelah dilakukan penggolongan biaya, maka anggran dapat dikerjakan untuk menganalisis biaya untuk tahun 2015 adalah sebagai berikut : 1. Biaya telepon = Rp. 2.611.858 + ( Rp 2.611.858 x 8.71 % ) = Rp. 2.839.350,8 = Rp. 2.839.351 B. Total Biaya Variabel Tahun 2014 a) Tas Nilon Total biaya variabel tas nilon = biaya variabel tas nilon + biaya telpon = Rp. 396.669.201 + Rp. 2.839.351 = Rp. 399.508.552 11

b) Tas Tikar Pandan Total biaya variabel tas tikar pandan = biaya variabel tas tikar pandan + biaya telpon = Rp. 67.093.502 + Rp. 2.839.351 = Rp. 69.932.853 c) Tas Katun Total biaya variabel tas katun = biaya variabel tas katun + biaya telepon = Rp. 214.973.487 + Rp. 2.839.351 = Rp. 217.812.838 Tabel 4.12 Data Biaya Tetap 1. Biaya pajak bangunan Rp. 150.000 2. Biaya Depresiasi Rp.60.000.000 Bangunan 3. Biaya tenaga kerja 3 orang x Rp. 600.000 Rp. 1.800.000 4. Biaya Listrik Rp. 285.120 Total biaya tetap tahun 2014 Rp. 62.235.120 Sumber: Data Perusahaan, 2014 Setelah dilakukan penggolongan biaya, maka anggaran dapat dikerjakan untuk menganalisis biaya untuk tahun 2015 adalah sebagai berikut: 1) Biaya pajak bumi dan bangunan adalah sebesar Rp. 150.000 2) Biaya Depresiasi Bangunan adalah sebesar Rp. 60.000.000 3) Biaya tenaga kerja = Rp. 1.800.000 + (Rp. 1.800.000 x 8.71%) = Rp. 1.956.780 4) Biaya listrik = Rp. 285.120 + (Rp. 285.120 x 8.71%) = Rp. 309.953,9 = Rp. 309.954 Total biaya tetap tahun 2015 = Rp. 150.000 + Rp. 60.000.000 + Rp. 1.956.780 + Rp. 309.954 = Rp. 62.416.734 4. Rekapitulasi Perkiraan Biaya Tahun 2015 Dari perhitungan ramalan masing-masing biaya tahun 2015, maka dapat diklasifikasikan ke dalam biaya-biaya, perkiraan penjualan dan harga jual untuk mempermudah perhitungan berdasarkan masing-masing produk adalah sebagai berikut : Tabel 4.13 Rekapitulasi Perkiraan Biaya-biaya Tahun 2015 Produk Biaya Tetap Total Biaya Perkiraan Biaya Variabel Harga Jual Variabel penjualan per unit Tas Nilon Rp. 62.416.734 Rp. 396.669.201 3.161 unit Rp. 163.238 Rp. 217.420 Tas Tikar Rp. Rp. 2.172 unit Rp. 39.606 Rp. 43.484 Pandan Tas Katun 62.416.734 Rp. 62.416.734 67.093.502 Rp. 3.122 unit Rp. 83.835 Rp. 92.403 214.973.487 Sumber: Data Diolah, 2015 12

5. Analisis Break Even Point Multi Produk Tahun 2015 Setelah menghitung/meramalkan biaya-biaya, volume penjualan dan harga jual tahun 2015. Maka perhitungan Break Even Point (BEP) untuk tahun 2015 adalah sebagai berikut : BEP M = FC [(1 VC P )x(wi)] Rp.62.416.734 BEP M = [(1 Rp.163.238 Rp.217.420 )x(64.22%)]+[(1 Rp.39.606 Rp.43.484 )x(8.83%)]+[(1 Rp.83.835 Rp.92.403 )x(26.96%)] BEP (Rp) = Rp. 323.570.419,9 = Rp. 323.570.420 6. Perhitungan Break Even Point Per Produk BEP masing-masing produk dalam rupiah. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut: BEP (Rp) = Total BEP 2015 x prosentase proporsi penjualan 2015 BEP (unit) = BEP (Rp) Harga Jual a) Tas Nilon BEP (Rp) = Rp. 323.570.420 x 64.22% = Rp. 207.796.923,7 = Rp. 207.796.924 BEP (unit) = Rp 207.796.924 Rp 217.420 = 955.7 unit = 956 unit b) Tas Tikar Pandan BEP (Rp) = Rp. 323.570.420 x 8.83% = Rp. 28.571.268 BEP (unit) = Rp 28.571.268 Rp 43.484 = 657 unit c) Tas Katun BEP (Rp) = Rp. 323.570.420 x 26.96% = Rp. 87.234.585 BEP (unit) = Rp. Rp 87.234.585 Rp 92.403 = 944 unit Tabel 4.14 Break Even Point Multiproduk Produk BEP (unit) BEP (Rp) Tas Nilon 956 unit Rp. 207.796.924 Tas Tikar Pandan 657 unit Rp. 28.571.268 Tas Katun 944 unit Rp. 87.234.585 Sumber: Data Diolah, 2015 Dari data yang diambil oleh peneliti, setelah dihitung menggunakan metode Break Even Point maka hasilnya berubah. Perusahaan dapat menggunakan perhitungan BEP untuk melakukan perencanaan kapasitas agar tidak mengalami kerugian ketika melakukan proses produksi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan analisis Break Even Point, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan prediksi dari tahun 2010 sampai dengan 2014, maka pada tahun 2015 besar biaya variabel perunit tas nilon Rp. 163.238, tas tikar pandan Rp. 39.606, dan tas katun Rp. 83.835, biaya tetap sebesar Rp. 62.416.734, volume penjualan tas nilon sebesar 3.161 13

unit, tas tikar pandan sebesar 2.172 unit, dan tas katun sebesar 3.122 unit, serta harga jual tas nilon Rp. 217.420, tas tikar pandan Rp. 43.484, dan tas katun Rp. 92.403. 2. Hasil penelitian Break Even Point multiproduk tas nilon, tas tikar pandan, dan tas katun menunjukkan bahwa perusahaan berada pada keadaan aman dan tidak mengalami kerugian jika penjualan tahun 2015 sebesar Rp. 323.602.777 dari hasil penjualan produk tas nilon sebesar 956 unit, tas tikar pandan sebesar 657 unit, tas katun sebesar 944 unit, atau dalam rupiah sebesar Rp. 207.796.924 untuk tas nilon, Rp. 28.571.268 untuk tas tikar pandan, dan Rp. 87.234.585 untuk tas katun. Saran 1. Dengan melihat kesimpulan dari penelitian ini, maka saran yang diberikan oleh peneliti untuk perusahaan adalah sebaiknya perusahaan menggunakan analisis Break Even Point sebagai strategi alternatif dalam menetapkan keputusan perencanaan kapasitas produksi karena analisis ini memberikan perincian yang detail mulai dari menganalisis biaya-biaya yang dikeluarkan sampai perincian volume penjualan dan penetapan harga jual. 2. Diharapkan kepada pemilik usaha untuk membuat catatan keuangan pengeluaran dan pemasukan lebih rapi dan tertata agar lebih mudah dalam menganalisis setiap transaksi yang dilakukan dalam setiap waktu. 14

Daftar Pustaka Heizer, Jay dan Barry Render (2005). Manajemen Operasi, Edisi 7. Jakarta: Salemba 4. Prawirosentono, Suyadi (1997), Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi pertama, Jakarta: Bumi Aksara. Prasetya, Hery,. dan Fitri Lukiastuti (2011), Manajemen Operasi, Edisi Pertama, Jakarta: CAPS Sumayang, L. (2003), Dasar dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi pertama, Jakarta: Salemba Empat Patris. Yamit, Zulian (2004), Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi pertama, Yogyakarta: Ekonisia. Stevenson, William J. (2013), Manajemen Operasi Perspektif Asia, Edisi Sembilan, Jakarta: Salemba Empat Anwar & Asmawarni (2013), Penetapan Break Even Point Produksi Minyak Kelapa dan Ampas pada PT. Bireuen Coconut Oil, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Malikussaleh Lhokseumawe, 2(1) : 37 44 Rahayu & Husaini (2014), Analisis Break Even Point Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Manajemen Terhadap Perencanaan Volume Penjualan dan Laba pada PT. Cakra Guna Cipta Malang, Jurnal Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya, 11 (1). Zulhidayat, Muhammad Iqbal (2014), Analisis Perencanaan Kapasitas Produksi Pada Pabrik Pengolahan Karet Remah PT. Perkebunan Nusantara VII, Skripsi Mahasiswa Universitas Islam Indonesia 15