Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

dokumen-dokumen yang mirip
Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

Pemodelan Hidrodinamika 3-Dimensi Pola Persebaran Sedimentasi Pra dan Pasca Reklamasi Teluk Jakarta

Analisa Perubahan Kualitas Air Akibat Pembuangan Lumpur Sidoarjo Pada Muara Kali Porong

SIMULASI ARUS DAN DISTRIBUSI SEDIMEN SECARA 3 DIMENSI DI PANTAI SELATAN JAWA

Studi Laju Sedimentasi Akibat Dampak Reklamasi Di Teluk Lamong Gresik

Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan

(Studi Kasus : Kolam 1 Pelabuhan Tanjungpriok, Jakarta)

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

(a). Vektor kecepatan arus pada saat pasang, time-step 95.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pemodelan Hidrodinamika Arus dan Pasut Di Muara Gembong

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

Jurusan Teknik Kelautan - FTK

Analisa Perubahan Garis Pantai Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Kabupaten Tuban

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Analisis Pola Sirkulasi Arus di Perairan Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Suandi a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi

POSITRON, Vol. V, No. 1 (2015), Hal ISSN :

Analisis Karakteristik Fisik Sedimen Pesisir Pantai Sebala Kabupaten Natuna Hendromi 1), Muhammad Ishak Jumarang* 1), Yoga Satria Putra 1)

POLA ARUS DAN TRANSPOR SEDIMEN PADA KASUS PEMBENTUKAN TANAH TIMBUL PULAU PUTERI KABUPATEN KARAWANG

Analisis Pengaruh Pola Arus dan Laju Sedimentasi Terhadap Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas, dirasakan sangat perlu akan kebutuhan adanya angkutan (transport) yang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

STUDI SEBARAN SEDIMEN SECARA VERTIKAL DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

Pengujian Ketelitian Hasil Pengamatan Pasang Surut dengan Sensor Ultrasonik (Studi Kasus: Desa Ujung Alang, Kampung Laut, Cilacap)

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

Identifikasi Sebaran Sedimentasi dan Perubahan Garis Pantai Di Pesisir Muara Perancak-Bali Menggunakan Data Citra Satelit ALOS AVNIR-2 Dan SPOT-4

Aplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin

STUDI PARAMETER OSEANOGRAFI DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

Perbandingan Akurasi Prediksi Pasang Surut Antara Metode Admiralty dan Metode Least Square

STATISTIK PENGUNDUH DATA DAN INFORMASI HASIL LITBANG SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR Status Januari sampai Juni 2015

SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA PROFIL VERTIKAL DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

STATISTIK PENGUNDUH DATA DAN INFORMASI HASIL LITBANG SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR Status Januari sampai Juni 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

. PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PANTAI KENDAL (SHORE PROTECTION SYSTEM PLANNING OF KENDAL)

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

DESAIN STRUKTUR PELINDUNG PANTAI TIPE GROIN DI PANTAI CIWADAS KABUPATEN KARAWANG

Oleh: Ikhsan Dwi Affandi

BAB IV SIMULASI MODEL TUMPAHAN MINYAK (MoTuM) RISK ANALYSIS FLOWCHART Bagan Alir Analisis Resiko

PERMODELAN SEBARAN SUHU, SEDIMEN, TSS DAN LOGAM

Bab III Metodologi Penelitian

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Oleh. Muhammad Legi Prayoga

Pemanfaatan Analisa Spasial Untuk Kesesuaian Lahan Tanaman Jarak Pagar (Studi Kasus: Kabupaten Sumenep Daratan)

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 8. Peta lokasi penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN :

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI PENGUKURAN ANGIN DAN ARUS LAUT PADA DATA SENTINEL-1, DATA BMKG, DAN DATA IN-SITU (Studi Kasus: Perairan Tenggara Sumenep)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Pengukuran Angin dan Arus Laut Pada Data Sentinel-1, Data Bmkg, dan Data In-Situ (Studi Kasus: Perairan Tenggara Sumenep)

PRESENTASI SEMINAR TUGAS AKHIR

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di

PEMODELAN GENESIS. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 5. Desain Pengamananan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara

Karakteristik Oseanografi Dalam Kaitannya Dengan Kesuburan Perairan di Selat Bali

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia Abstract.

PERUBAHAN GARIS PANTAI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT MULTI TEMPORAL DI DAERAH PESISIR SUNGAI BUNGIN MUARA SUNGAI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PENANGGULANGAN SEDIMENTASI DI PELABUHAN DOMESTIK PT. TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pengumpulan Data. Data dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder Data Primer

Pemodelan Perubahan Morfologi Pantai Akibat Pengaruh Submerged Breakwater Berjenjang

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman Online di :

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Perubahan Garis Pantai

HIBAH PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA JUDUL PENELITIAN STUDI ANALISIS PENDANGKALAN KOLAM DAN ALUR PELAYARAN PPN PENGAMBENGAN JEMBRANA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan mengenai

Pengamatan Pasang Surut Air Laut Sesaat Menggunakan GPS Metode Kinematik

STUDI DAMPAK REKLAMASI DI KAWASAN KENJERAN DENGAN PENEKANAN PADA POLA ARUS DAN TRANSPOR SEDIMEN

Pemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur)

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Penyebab Perubahan Garis Pantai

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6 No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-172 Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa Muhammad Ghilman Minarrohman, dan Danar Guruh Pratomo Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: guruh@geodesy.its.ac.id, ghilman13@mhs.geodesy.its.ac.id Abstrak Pantai selatan Jawa merupakan daerah pesisir yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Batas inilah yang secara langsung mempengaruhi karakteristik oseanografi di daerah pantai Selatan Jawa. Fenomena sedimentasi dari tahun ke tahun juga semakin besar, hal ini dibuktikan dengan berubahnya garis pantai di selatan Jawa, banyak pantai yang mengalami abrasi dan banyak juga yang mengalami akresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari proses abrasi dan sedimentasi di daerah pantai selatan Jawa berdasarkan pola sebaran arus yang terdapat di daerah penelitian. Model hidrodinamika digunakan untuk melakukan simulasi pola sebaran arus dan sebaran sedimen. Simulasi ini dilakukan pada dua bulan yaitu bulan Maret (mewakili curah hujan tertinggi) dan bulan Oktober (mewakili curah hujan terendah). Dari hasil simulasi di area penelitian, pola arus yang terjadi di wilayah tersebut memiliki nilai kurang dari 6,921 m/s pada bulan Maret dan 7,60 m/s pada bulan Oktober. Besar konsentrasi sedimen tertinggi yang terjadi di sepanjang lokasi penelitian yaitu pada bulan Maret sebesar 8972,23 g/m3 dan pada bulan Oktober sebesar 4247,26 g/m3. Kata Kunci Pemodelan, Pola Arus, Sedimentasi. I. PENDAHULUAN PANTAI Selatan Jawa merupakan daerah pesisir yang berbatasan langsung dengan laut lepas yaitu Samudera Hindia, batas inilah yang secara langsung membentuk karakteristik dari parameter Oseanografi yang terjadi di daerah pantai Selatan Jawa, selain parameter oseanografi, laut selatan juga membentuk geologi yang unik yang membentuk kondisi oseanografi yang berbeda dibanding dengan laut yang lain. Pantai selatan lebih banyak mengalami abrasi dan memiliki karakteristik perairan yang lebih dalam karena berbatasan dengan Samudera Indonesia yang memiliki arus dan gelombang lebih besar daripada Laut Jawa[1]. Pergerakan sedimen dipengaruhi oleh kecepatan arus dan ukuran butiran sedimen. Semakin besar ukuran butiran sedimen tersebut maka kecepatan arus yang dibutuhkan juga akan semakin besar untuk mengangkut partikel sedimen tersebut[2]. Arus juga merupakan kekuatan yang menentukan arah dan sebaran sedimen. Kekuatan ini juga yang menyebabkan karakteristik sedimen berbeda sehingga pada dasar perairan disusun oleh berbagai kelompok populasi sedimen. Secara umum partikel berukuran kasar akan diendapkan pada lokasi yang tidak jauh dari sumbernya, sebaliknya jika halus akan lebih jauh dari sumbernya[3]. Sedimen adalah material-material yang terbentuk dari perombakkan batuan tua atau dari proses pengikisan batuan yang terbawa air, udara, dan es, atau material yang diendapkan oleh proses yang terjadi secara alami seperti precipitasi kimia atau sekresi oleh organisme, yang kemudian membentuk suatu lapisan di permukaan bumi[2]. Sedimen dipengaruhi oleh kecepatan arus dan ukuran butiran sedimen. Semakin besar ukuran butiran sedimen tersebut maka kecepatan arus yang dibutuhkan juga akan semakin besar untuk mengangkut partikel sedimen tersebut[4]. Arus juga merupakan kekuatan yang menentukan arah dan sebaran sedimen. Kekuatan ini juga yang menyebabkan karakteristik sedimen berbeda sehingga pada dasar perairan disusun oleh berbagai kelompok populasi sedimen. Di pantai Selatan Jawa fenomena sedimentasi dari tahun ke tahun juga semakin besar, hal ini dibuktikan dengan berubahnya garis pantai di Selatan Jawa, banyak pantai yang mengalami abrasi dan banyak juga yang mengalami akresi. Namun dari pemerintah maupun masyarakat masih belum mengetahui seberapa besar sedimentasi yang terjadi di pantai Selatan Jawa. Perlu ada informasi mengenai sedimentasi yang terjadi di pantai Selatan Jawa dan bagaimana pola arah sebaran sedimennya sehingga pemerintah maupun masyarakat dapat mengetahui daerah mana yang akan mengalami sedimentasi yang besar. Pada penelitian ini dilakukan simulasi dan analisis pola sebaran arus dan arah distribusi sebaran sedimen di pantai selatan Jawa. Dalam penelitian ini disajikan hasil pemodelan pola arus dan arah distribusi sebaran sedimen yang terjadi di sepanjang pesisir pantai Selatan Jawa dengan program pengolah arus dan sedimen secara 3D. II. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Data yang digunakan Penelitian ini berlokasi di sepanjang kawasan Pantai Selatan Jawa yang terletak pada posisi geografis 9 49'3.71"S - 114 50'54.46"T sampai dengan 7 2'33.22"S - 104 30'38.63"T dengan batas wilayah sebelah utara adalah Pulau Jawa, sebelah timur, barat dan selatan adalah Samudera Hindia. Area tersebut selanjutnya dilakukan pemodelan hidrodinamika menggunakan pendekatan numeric finite volume dengan model barotropik. Data garis pantai yang didapatkan dari Coastal Extraction dan data batimetri yang diperoleh dari GEBCO (General Bathymetric Chart of the Ocean) digunakan untuk pembuatan mesh.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6 No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-173 lapangan dan data hasil model. Model dikatan diterima apabila nilai RMSE kurang dari 1. Setelah model arus diakatakan valid maka selanjtnya dilakukan simulasi model transpor sedimen. Dalam simulasi model transpor sedimen digunakan parameter dari karakteristik sedimen yaitu grain size sediment. Untuk durasi pemodelan dimasukkan timestep yang sama dengan pemodelan arus yaitu 19 hari. Output pada simulasi model transpor sedimen yaitu area series. Gambar 1. Peta Pulau Jawa, Sumber : (BNPB, 2009) Pada area batas dibangkitkan dengan data pasang surut dari 11 stasiun di sepanjang pantai selatan Jawa yang didapatkan dari pengamatan BIG dan 5 stasiun di lepas pantai yang didapatkan dari data prediksi pasang surut BIG. Data angin daerah pantai selatan Jawa yang dikeluarkan oleh BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) yang digunakan untuk input data angin pada pemodelan arus. Data nilai grain size diasumsikan nilainya seragam 1,4 mm yaitu berupa pasir. Untuk validasi model digunakan data arus hasil pengolahan data altimetri. B. Tahap Pengolahan Data Pemodelan diawali dengan memasukkan batas tertutup, yaitu garis pantai seluruh pulau yang termasuk ke dalam domain model. Selanjutnya garis pantai ini di-redistribute untuk mengatur jarak titik-titik pembentuk garis pantai. Batas terbuka model dibuat di perairan terbuka sehingga domain telah menjadi sistem tertutup. Batas terbuka model ini juga perlu di-redistribute. Setelah batas domain di permukaan terbentuk maka langkah selanjutnya adalah melakukan gridding berupa unstructered mesh. Grid berbentuk segitiga yang ukurannya berbeda-beda. Selanjutnya sepanjang batas terbuka dan sepanjang waktu simulasi di-input data pasang surut per jam. Pembuatan domain model diakhiri dengan menginput batimetri. Sehingga domain model terbentuk berupa ruang perairan tiga dimensi. Batimetri diinterpolasi terhadap grid yang sudah dibuat. Data angin per hari digunakan di seluruh permukaan domain model dan sepanjang waktu simulasi. Hasil simulasi berupa arus tiga dimensi dan elevasi tiap jam selama waktu simulasi di setiap lapisan domain model. Arus terdiri dari tiga komponen yaitu u dan v mewakili arus horisontal dan w mewakili arus vertikal. Hasil simulasi model arus yang digunakan sebelumnya dilakukan validasi kualitas data arus antara data arus hasil pengolahan altimetri dan hasil pemodelan. Jika kualitas data memenuhi dapat disimpulkan bahwa algoritma pengolahan data berjalan baik dan data arus tersebut dapat digunakan untuk pemodelan arus dan pemodelan transpor sedimen. Verifikasi data didapat dengan menghitung nilai RMSE (Root Mean Square Error) yang menunjukkan tingkat kesalahan suatu data dalam persentase nilai. Perhitungan untuk mencari nilai tersebut adalah : A. Hasil Pemodelan Batimetri III. HASIL DAN ANALISIS Pada proses pemodelan sebaran sedimen terlebih dahulu dilakukan messing area dan plotting kedalaman dari wilayah pantai selatan Jawa dengan menggunakan modul Mesh Generator. Untuk boundary condition seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3 ditentukan berdasarkan garis pantai dan koordinat stasiun pengamatan pasang surut BIG pada bagian atas yang ditunjukan dengan simbol titik hitam, sedangkan batas bagian bawah menggunakan batas buatan serta ditentukan berdasarkan lokasi koordinat pasang surut prediksi yang didapatkan dari BIG yang berada di lepas pantai. Gambar 2. Model Batimetri Pantai Selatan Jawa Gambar 3. Pembuatan Boundary Condition Dan Lokasi Stasiun Pasang Surut B. Pemodelan Hidrodinamika Proses ini menggunakan parameter pasang surut untuk pembuatan model hidrodinamika dan dibuat dalam 2 model yaitu model bulan Maret yang dimulai tanggal 26 Februari 2016 pukul 00:00:00 sampai 16 Maret pukul 00:00:00 dan bulan Oktober yang dimulai tanggal 27 September 2016 pukul 00:00:00 sampai 16 Oktober pukul 00:00:00. Model tersebut akan menggunakan durasi waktu selama 19 hari, dimana waktu warming up selama 4 hari dan waktu simulasi selama 15 hari. Pemodelan ini memiliki timestep sebanyak 456 dengan interval waktu per 3600 detik. dengan n, X obs, X model berturut-turut adalah jumlah data, data

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6 No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-174 C. Simulasi Data Pasang Surut Pasang surut yang dihasilkan dari pemodelan menunjukan bahwa secara grafik sesuai dengan data pasang surut di 15 lokasi stasiun pasang surut yang didapat dari BIG, dan data tersebut dapat digunakan untuk proses pemodelan. Referensi data pasang surut dihitung dari MSL. Berikut adalah perbandingan grafik antara pasang surut pemodelan dan pasang surut BIG di 15 stasiun Pasang Surut : D. Hasil Simulasi Pola Sebaran Arus dari Model Hidrodinamika 3 Dimensi Hasil dari pemodelan disajikan dalam keadaan pasang tertinggi dan surut terendah pada bulan Maret dan Oktober yang ditampilkan pada Gambar 5-8. Pada keadaan pasang tertinggi bulan Maret (Gambar 5) terlihat bahwa arus bergerak menuju daratan dan pada keadaan surut terendah bulan Maret (Gambar 6) terlihat bahwa arus semakin besar bergerak menjauhi arah daratan dan elevasi muka air menurun. Gambar 4. Grafik Pasang Surut Perbandingan Antara Hasil Perbandingan Dengan BIG Stasiun Sadeng Bulan Maret 2016. Gambar 5. Kondisi Pasang Tertinggi Bulan Maret 2016 Dari data pasang surut BIG dan pasang surut hasil model, dapat dilakukan validasi hasil pemodelan. Validasi dilakukan dengan menghitung Root Mean Square Error (RMS Error). Berikut adalah nilai RMSE dari masing-masing stasiun: No Stasiun Tabel 1. Nilai RMSE validasi arus. Maret RMSE Oktober 1 Binuangeun 0.29954 0.234123 2 Pelabuhan Ratu 0.1688 0.13586 3 Ciagra 0.339305 0.276237 4 Pameungpeuk 0.19792 0.124707 Gambar 6. Kondisi Surut Terendah Bulan Maret 2016 Pada keadaan pasang tertinggi bulan Oktober (Gambar 7) terlihat bahwa arus bergerak menuju daratan dan pada keadaan surut terendah bulan Oktober (Gambar 8) terlihat bahwa arus semakin besar bergerak menjauhi daratan dan elevasi muka air menurun. 5 Cilacap 0.349799 0.45667 6 Purworejo 0.245271 0.270215 7 Sadeng 0.103519 0.112213 8 Pacitan 0.196668 0.115403 9 Prigi 0.321498 0.315751 10 Sendang Biru 0.484761 0.35621 11 Banyuwangi 0.304879 0.295413 12 Stasiun 1 0.262217 0.259259 Gambar 7. Kondisi Pasang Tertinggi Bulan Oktober 2016 13 Stasiun 2 0.324893 0.232294 14 Stasiun 3 0.117191 0.126285 15 Stasiun 4 0.160527 0.15129 16 Stasiun 5 0.350156 0.28541 Dari perhitungan didapatkan bahwa nilai RMSE < 1, dan mendekati 0. Sehingga, dapat dikatakan bahwa hasil pemodelan yang dijalankan adalah baik dan valid. Gambar 8. Kondisi Surut Terendah Bulan Oktober 2016 Dari pemodelan terlihat besar kecepatan arus maksimum dari hasil simulasi adalah 6,92 m/s pada bulan Maret dan 7,60 m/s pada bulan Oktober.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6 No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-175 E. Pemodelan Transpor Sedimen Simulasi transpor sedimen dilakukan untuk mengetahui pola penyebaran sedimen yang terjadi. Hasil dari simulasi ini adalah pola sebaran sedimen untuk kondisi pasang tertinggi, dan surut terendah, besar suspended sedimen concentration dan bed level change (perubahan dasar perairan). Parameter yang digunakan pada pembuatan simulasi model transpor sedimen sama dengan parameter yang digunakan pada pemodelan hidrodinamika. Hanya saja pada pembuatan simulasi pola sebaran sedimen dimasukkan nilai grain size sedimen. F. Perbandingan Arus Sebelum melanjutkan kedalam simulasi transpor sedimen, hasil kecepatan arus pemodelan dibandingkan dengan data arus pengamatan. Untuk mengidentifikasi nilai arus model dilakukan dengan membandingkan data arus model dengan arus geostropik yang telah diolah dari satelit Altimetri dengan melakukan perhitungan nilai RMS Error. Perhitungan ini menggunakan 8 titik arus model dan 8 titik arus geostropik. Gambar 10. Kondisi Pasang Tertinggi Bulan Maret 2016 Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa karena luasnya daerah yang dimodelkan sehingga untuk melihat pola sebaran sedimen di pantai selatan Jawa maka harus di zoom daerah yang terlihat perubahan pola sebaran sedimennya signifikan. 1 5 Gambar 9. Lokasi titik uji validasi arus. 6 2 Tabel 2 Hasil RMSE Arus Bulan Maret dan oktober No LONG (dec. LAT (dec. RMSE Degree) Degree) Maret Oktober 1 105.375-7.625 0.037 0.310 2 107.875-8.375 0.695 0.997 3 110.125-8.875 0.900 0.125 4 114.375-9.625 0.754 0.270 5 105.375-9.125 0.465 0.064 6 107.625-9.875 0.359 0.457 7 109.875-10.375 0.116 0.731 8 112.375-10.625 0.091 0.856 Dari hasil nilai RMS Error yang telah didapatkan pada kedua data tersebut dapat dikatakan pemodelan yang dilakukan valid karena nilai RMSE < 1. Pada bulan Maret nilai RMSE terkecil adalah 0.037 dan yang terbesar 0.900. Sedangkan nilai RMSE pada bulan Oktober yang terkecil dan terbesar adalah 0.064 dan 0.997. G. Hasil Pemodelan Transpor Sedimen 7 3 Untuk model transpor sedimen terlihat pada Gambar 10 dan 11 menjelaskan model pada saat pasang tertinggi dan surut terendah pada bulan Maret dan Oktober 2016. Dari hasil simulasi terlihat sebaran sedimen dipengaruhi oleh pola arus yang dibangkitkan oleh pasang surut namun tidak terlalu berpengaruh besar. 8 4 Gambar 12. Penentuan Lokasi Pola Sebaran Sedimen Lokasi A adalah lokasi di wilayah Binuangeun, Banten. Lokasi B adalah lokasi di wilayah Cilacap, dan lokasi C adalah lokasi di wilayah Malang. Pada kondisi pasang tertinggi bulan Maret dimana arus bergerak ke arah pesisir, sedimen terangkut menuju pesisir dan konsentrasi sedimen yang masuk terbawa arus pada saat pasang tertinggi pada lokasi B lebih besar daripada konsentrasi sedimen yang keluar. Gambar 13. Pola Sebaran Sedimen Di Lokasi A Pantai Selatan Jawa Saat Kondisi Pasang Tertinggi Bulan Maret 2016 Gambar 14. Pola Sebaran Sedimen Di Lokasi B Pantai Selatan Jawa Saat Kondisi Pasang Tertinggi Bulan Maret 2016

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6 No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-176 Gambar 15. Pola Sebaran Sedimen Di Lokasi C Pantai Selatan Jawa Saat Kondisi Pasang Tertinggi Bulan Maret 2016 Gambar 19. Pola Sebaran Sedimen Di Lokasi A Pantai Selatan Jawa Saat Kondisi Pasang Tertinggi Bulan Oktober 2016 Pada kondisi surut terendah dimana arus bergerak menjauhi daratan, konsentrasi sedimen yang keluar menjauhi pantai pada lokasi A dan C lebih besar daripada konsentrasi sedimen yang masuk. Gambar 20. Pola Sebaran Sedimen Di Lokasi B Pantai Selatan Jawa Saat Kondisi Pasang Tertinggi Bulan Oktober 2016 Gambar 16. Pola Sebaran Sedimen Di Lokasi A Pantai Selatan Jawa Saat Kondisi Surut Terendah Bulan Maret 2016 Gambar 21. Pola Sebaran Sedimen Di Lokasi C Pantai Selatan Jawa Saat Kondisi Pasang Tertinggi Bulan Oktober 2016 Gambar 17 Pola Sebaran Sedimen Di Lokasi B Pantai Selatan Jawa Saat Kondisi Surut Terendah Bulan Maret 2016 Pada kondisi menuju surut dan surut terendah dimana arus bergerak menjauhi daratan, konsentrasi sedimen yang keluar menjauhi pantai pada lokasi B dan C lebih besar daripada konsentrasi sedimen yang masuk. Gambar 18. Pola Sebaran Sedimen Di Lokasi C Pantai Selatan Jawa Saat Kondisi Surut Terendah Bulan Maret 2016 Pada kondisi pasang tertinggi bulan Oktober dimana arus bergerak ke arah pesisir, sedimen terangkut menuju pesisir dan konsentrasi sedimen yang masuk terbawa arus pada saat pasang tertinggi pada lokasi A lebih besar daripada konsentrasi sedimen yang keluar. Gambar 22. Pola Sebaran Sedimen Di Lokasi A Pantai Selatan Jawa Saat Kondisi Surut Terendah Bulan Oktober 2016

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6 No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-177 Beberapa hal yang dapat disarankan pada akhir penelitian ini adalah: 1. Perlu mengambil sampel sedimen agar mengetahui nilai grain size sedimen yang akurat. 2. Sebaiknya menggunakan pemodelan hidrodinamika baroklinik dengan memasukkan data suhu, salinitas, dan parameter lain. Gambar 23. Pola Sebaran Sedimen Di Lokasi B Pantai Selatan Jawa Saat Kondisi Surut Terendah Bulan Oktober 2016 DAFTAR PUSTAKA [1] Pradipta, Gede Y. 2012. Perairan Jawa Barat. <URL: http://anucara-gdyatha.blogspot.co.id/2012/04/perairan-jawabarat.html>. Diakses pada tanggal 20 Desember 2016, jam 13.00. [2] Daulay, A.B. 2014. Karakteristik Sedimen Di Perairan Sungai Carang Kota Rebah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji. [3] Munandar, R.K. 2013. Karakteristik Sedimen Di Periran Desa Tanjung Momong Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas. Riau : Universitas Maritim Raja Ali Haji. [4] Hutabarat Sahala dan Evans Stewart M. 2006. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Gambar 24. Pola Sebaran Sedimen Di Lokasi C Pantai Selatan Jawa Saat Kondisi Surut Terendah Bulan Oktober 2016 Dari pemodelan terlihat konsentrasi sedimen maksimum pada bulan Maret sebesar 8972,23 g/m3 dan konsentrasi sedimen pada bulan Oktober sebesar 4247,26 g/m3. VI. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: 1. Model pola arus di pantai selatan Jawa pada saat kondisi pasang tertinggi bulan Maret dan bulan Oktober arus bergerak ke arah pesisir dan pada kondisi surut terendah bulan Maret dan bulan Oktober arus bergerak ke arah yang berlawanan. Besar kecepatan arus maksimum dari hasil simulasi adalah 6,92 m/s pada bulan Maret dan 7,6 m/s pada bulan Oktober. Hal ini menunjukan bahwa kondisi perairan pantai selatan Jawa memiliki arus yang cukup besar dan berubah sesuai pasang surut. 2. Model pola sebaran sedimen di pantai selatan Jawa dapat dilihat pada bulan Maret dan bulan Oktober. Konsentrasi sedimen pada bulan Maret memiliki nilai maksimal sebesar 6484,19 g/m 3 (lokasi A), 774,534 g/m 3 (lokasi B), dan 8972,23 g/m 3 (lokasi C). Sedangkan besar konsentrasi sedimen pada bulan Oktober memiliki nilai maksimal sebesar 4247,26 g/m 3 (lokasi A), 864,887 g/m 3 (lokasi B), dan 854,038 g/m 3 (lokasi C). Konsentrasi sedimen pada lokasi A mengalami penurunan dan cenderung bergerak kearah timur, pada lokasi B mengalami peningkatan, dan pada lokasi C mengalami penurunan yang signifikan. 3. Jenis sedimen pada pantai selatan Jawa yang berupa pasir dengan nilai Grain Size 0.2, sesuai dengan diagram Hjulstrom akan ter transport jika kecepatan arusnya 2-20 cm/s atau 0.02-0.2 m/s. Dan berdasarkan kecepatan arus hasil pemodelan dengan kecepatan maksimum 7,6 m/s, maka sedimen di pantai selatan Jawa akan ter transport mengkuti arah arus.