BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. DARAH Darah adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga mensuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. (http://id.wikipedia.org/wiki/darah). Darah terdiri dari elemen-elemen berbentuk dan plasma dalam jumlah setara. Elemen-elemen berbentuk tersebut adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Sel darah merah, sel darah putih dan trombosit dibentuk di hati dan limfa pada janin, dan di sumsum tulang setelah lahir. Proses pembentukan sel-sel darah disebut hematopoiesis.(elizabeth J.Corwin,-). 2. TROMBOSIT Pembentukan trombosit dimulai dari sel pokok yang berkembang menjadi megakariosit, dimana pada waktu pematangan sitoplasma itu pecah menjadi trombosit-trombosit yang banyak jumlahnya. Intinya adalah poliploid yang berarti berisi kromosom-kromosom antara 16-64 kali n (n=23).ciri-ciri 1
2 dari trombosit adalah tidak berinti, besarnya antara 2-3 mikro meter, berwarna biru muda dan berisi butiran-butiran merah.(wagener dkk,1980). Sel-sel trombosit memegang peranan penting dalam trombosis, (pembekuan darah). Jumlahnya dalam sirkulasi biasanya hanya meningkat sebagai fenomena sementara, misal setelah cedera. Namun terdapat banyak situasi patologis yang menyebabkan jumlah trombosit berkurang. Ini serius karena trombosit vital mencegah perdarahan dari kapiler. Nampaknya sel-sel tersebut diperlukan terus menerus untuk membuat sumbat hemostatik pada pembuluh-pembuluh kecil tersebut. (Spector,1993). Trombositopenia adalah penurunan jumlah trombosit dalam sirkulasi. Kelainan ini berkaitan dengan peningkatan resiko perdarahan hebat, hanya dengan cidera ringan atau perdarahan spontan kecil. Trombositopenia primer dapat terjadi akibat penyakit autoimun yang ditandai oleh pembentukan antibodi terhadap trombosit. Sebab-sebab sekunder trombositopenia adalah berbagai obat atau infeksi virus atau bakteri tertentu. Koagulasi intravaskuler diseminata (Disseminated Intravascular Coagulation,DIC) timbul apabila terjadi trombositopenia akibat pembekuan yang meluas. (Elizabeth J. Corwin,-). Penyebab paling lazim defisiensi trombosit (trombositopenia) adalah kerusakan prekursor trombosit yang berinti banyak di dalam sumsum tulang, yaitu megakariosit disebabkan karena obat-obatan antimetabolisme yang dipakai dalam kemoterapi kanker. Pengaruh terhadap sumsum tulang semacam itu juga dihasilkan oleh agen-agen fisik maupun kimia yang
3 menimbulkan anemia aplastika, misal radiasi pengion atau keracunan benzen. Trombositopenia juga merupakan ciri utama leukemia, kebanyakan karena digantinya megakariosit oleh sel-sel neoplasma. Trombositopenia dijumpai pula pada penyakit ITP (Idiopatika Trombositopenia Purpura), yang diduga disebabkan oleh beredarnya antibody anti trombosit yang sering dapat disembuhkan dengan mengambil limpanya. Penyebab penting penimbul purpura yang potogenitasnya tak jelas ialah kegagalan ginjal kronik. Trombosit jumlahnya normal tetapi terdapat bukti bahwa fungsinya abnormal, yakni luka kecil memerlukan waktu sangat lama untuk menghentikan pendarahannya. (Spector, 1993). Trombositosis adalah peningkatan jumlah trombosit dalam sirkulasi. Trombositosis berkaitan dengan peningkatan resiko trombosis (pembekuan) dalam sistem pembuluh. Trombositosis primer dapat terjadi pada leukemia atau polisitemiavera, penyakit sumsum tulang. Sebab-sebab sekunder trombositosis antara lain adalah infeksi, olahraga, stres, dan ovulasi. (Elizabeth J. Corwin,-). 3. PEMERIKSAAN TROMBOSIT A. Jenis Pemeriksaan a. Cara Langsung Darah dihisap dengan pipet eritrosit sampai angka 0,5. Kemudian dipipet reagen Rees ecker atau Amonium oksalat 1% sampai angka 101.Dikocok horizontal,dibuang 3 tetes pertama, kemudian satu tetes
4 pertama dimasukkan pada bilik hitung, yang sudah ditutup dengan deck glass. Bilik hitung diletakkan pada cawan petri yang dilapisi dengan kapas basah selama 10 menit dan dihitung trombosit pada bilik hitung yang kecil 80 kotak. (Gandasoebrata,1984). b. Cara Tak Langsung Ujung jari tangan diusap dengan kapas alkohol, biarkan kering. Kemudian ditusuk dengan lancet. Diambil darah kemudian dibuat apusan. Dicat dengan Pengecatan larutan giemsa, dihitung jumlah trombosit pada preparat darah hapus. (Gandasoebrata,1984). B. Reagen yang digunakan a. Larutan Rees ecker Komposisi dari larutan Rees ecker terdiri dari: natrium sitrat 3,8 gr, brillian cresyl blue 0,1 gr, larutan formal dehida 40% 2 ml,aquadest ad 100 ml. Larutan pengencer ini tidak menghancurkan eritrosit, larutan tersebut tidak tahan lama dan disimpan dalam lemari es dalam botol yang ditutup gelas serta harus disaring sebelum dipakai. b. Larutan Amonim Oksalat 1% Komposisi dari larutan amonium oksalat terdiri dari : Amonium oksalat 1 gr, aquadest ad 100 ml. Larutan ini bersifat melisiskan eritrosit. Larutan ini harus dibuat dengan menggunakan alat gelas yang benar-benar bersih dan menggunakan air suling/ deionized water yang segar. Setelah larutan selesai dibuat kemudian disimpan pada suhu 4 0 C.
5 c. Prinsip Kerja Pemeriksaan trombosit menggunakan Rees ecker: darah diencerkan dengan larutan Rees ecker dan jumlah trombosit dihitung di kamar hitung. Pemeriksaan trombosit menggunakan amonium oksalat 1%: darah diencerkan, dihitung jumlah trombosit dalam volume pengenceran tertentu dan dikalikan dengan faktor perhitungan. d. Kelebihan dan Kekurangan Larutan Rees ecker dan Amonim oksalat 1% Larutan Rees ecker Kelebihan: trombosit lebih jelas terlihat Kekurangan: - harga Rees ecker Lebih mahal - tidak dapat melisiskan eritrosit - dengan pengeceran kecil,eritrosit menumpuk sehingga menutupi trombosit Larutan Amonium oksalat 1% Kelebihan: - dapat melisiskan eritrosit dan bayangan lekosit lenyap - harga relatif lebih murah Kekurangan: lebih mudah terkontaminasi dan mempunyai latar belakang jernih sehingga trombosit sukar dibaca.
6