BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27).

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.15, No.01 Juni

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :...

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV terdapat salah satu tujuan negara

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang terkena PHK (pengangguran) dan naiknya harga - harga kebutuhan

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan kepada seluruh warga bangsa dengan cara

I. PENDAHULUAN. pola kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan ekonomi desa-kota, sektor

I. PENDAHULUAN. kehidupan bangsa.kesejahteraan umum dapat dicapai jika masalah. kemiskinan dapat ditanggulangi, ketidakmampuan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasan utama dalam penelitian ini. Minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2013

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peranan UMKM. laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. salah satu program percepatan penanggulangan kemiskinan unggulan

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan

I. PENDAHULUAN. Dalam sebuah negara yang berkembang seperti Indonesia, masalah kemiskinan akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan yang semakin meningkat akhir-akhir ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2014

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk dapat mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan mikro, diperlukan suatu sistem yang mengatur segala bentuk kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TUGAS PEMBANTUAN

Membangun Kesejahteraan dan Kemandirian Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. dihindari. Untuk dapat bertahan hidup, sebuah organisasi harus mampu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah kredit berasal dari bahasa yunani credere yang berarti kepercayaan

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

ANGGARAN DASAR DAPM TOMPOBULU

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENETAPAN PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN DIREKTORAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DITJEN PPMD Jakarta, Oktober 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

Perspektif Kemendes No. 3 Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI DESA SONOWANGI KECAMATAN AMPELGADING KABUPATEN MALANG

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Lingkup Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan pada prinsipnya adalah

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PETA JALAN PNPM MANDIRI DAN KEBERLANJUTAN PROGRAM HADI SANTOSO

UU No. 6 Tahun 2014 kesatuan masyarakat hukum berwenang untuk mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Progam Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM- MPd) adalah mekanisme progam yang terfokus pada pemberdayaan masyarakat di perdesaan. PNPM Mandiri dirancang pemerintah untuk merangsang pertumbuhan dan pembangunan dengan salah satu kebijakan yaitu percepatan penanggulangan kemiskinian. Tujuan PNPM Mandiri secara umum adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengembangan kapasitas pemerintah daerah untuk mengurangi pengangguran, memperkuat modal sosial serta inovasi dalam memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27). PNPM Mandiri secara resmi diluncurkan pada tahun 2007. Awal mulanya pada tahun 1998 dengan Progam Pengembangan Kecamatan (PPK). Diikuti dengan progam untuk mendukung seperti Progam Penangulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejateraan ekonomi dan sosial masyarakat miskin. Kemudian progam Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Khusus (P2DTK) untuk pengembangan daerah yang tertinggal. Pada tahun 2008, PNPM Mandiri diperluas dengan partisipasi Infrastruktur perekonomian daerah dalam Program Pembangunan Sosial untuk 1

2 mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi sekitar (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 26) Pengelolaan PNPM-MPd di Kecamatan di bentuk Unit Pengelolaan Kegiatan (UPK) yaitu lembaga di tingkat kecamatan sebagai pengelola kegiatan dana PNPM Mandiri yang dialokasikan untuk berbagai jenis kegiatan pemabangunan desa meliputi kegiatan prasarana /sarana, pendidikan, kesehatan, UEP (Usaha Ekonomi Produktif) dan SPP (Simpan Pinjam Perempuan). Kegiatan UEP dan SPP dikelola dan disalurkan sebagai dana bergulir ditingkat kecamatan yang harus dilestarikan dan dikembangkan. Dalam penyaluranya dilakukan pinjaman secara berkelompok, kelompok usaha bersama ataupun kelompok simpan pinjam. (Petunjuk Teknis Operasional PNPM-MPd, 2007). Berjalanya waktu pada tahun 2015 PNPM-MPd dibidang pembangunan dialihkan oleh era pemerintahan baru menjadi progam pendampingan desa. Pembangunan desa tidak lagi di bawah naungan PNPM tetapi dikelola sendiri oleh desa dengan pembentukan APBDes. Dalam UU Desa pasal 72 ditetapkan bahwa belanja desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang disepakati dalam musyawarah desa dan sesuai dengan prioritas pemerintahan kabupaten/kota, pemerintahan provinsi dan pemerintah pusat. Selanjutnya semua kebutuhan, pelayanan dasar, lingkungan dan kegiatan pemberdayaan masyarakat desa (Ishom,2015:6). Dana bergulir PNPM tetap berlangsung pada Kecamatan dalam bentuk kegiatan pemberdayaan. Pada tahun 2011 kecamatan Selorejo Kabupaten Blitar mendapat penghargaan PNPM Mandiri Perdesaan terbaik se Indonesia.

3 Kecamatan Selorejo merupakan kecamatan yang sedang berkembang dan mengalami pertumbuhan yang cukup stabil. Namun jika dibandingkan dari kecamatan Kesamben dan Sumberpucung bisa dikatakan cukup tertinggal dan tidak memiliki pasar kabupaten. Walaupun demikian Kecamatan Selorejo mampu mendapatkan penghargaan PNPM terbaik. Memang tidak ada yang istimewa dari Selorejo selain pola gotong royong serta kesadaran pembangunan partisipatif yang cukup kuat. Sehingga PNPM-MPd Kecamatan Selorejo dapat memberikan laporanya secara obyektif dan tertata. Dan ini yang menjadi pertimbangan kecamatan Selorejo mendapatkan penghargaan (Media informasi warga kecamatan Selorejo, 2016). Kecamatan Selorejo memperoleh bantuan dana PNPM-MPd yang dialokasikan untuk kegiatan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP). SPP adalah sebuah wadah untuk memperdayakan kelompok perempuan di desa dengan cara memberikan bantuan kredit dengan syarat yang mudah dan system pengembalian tanggung renteng. Karena pinjaman ini ditujukan untuk masyarakat desa, maka bunga yang ditetapkan rendah yaitu 1,5%. Selain itu syarat pengajuan kredit pun mudah tiap anggota hanya memberikan fotocopy KTP dan proposal per kelompok. Dengan kemudahan tersebut pemerintah mengharapkan perempuan bisa berpartisipasi. Serta memanfaat kan peluang untuk melakukan kegiatan produktif yang mana perempuan ikut membantu perekonomian keluarga dan pembangunan desa (Petunjuk Teknis Operasional PNPM-MPd, 2007).

4 Partisipasi masyarakat di Kecamatan Selorejo dikatakan tergolong cukup tinggi untuk mengikuti progam PNPM-MPd dalam progam pemberdayaan kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Kecamatan Selorejo sendiri terdapat 10 Desa dengan jumlah 60 klompok yang terdiri dari 5-20 anggota. Menurut UPK Kecamatan Selorejo, pinjaman sebagian besar digunakan untuk usaha tani 25%, usaha dagang 20%, UMKM 20%, jasa 20% dan perikanan 15% (Laporan UPK Kecamatan Selorejo, 2016). Sektor perekonomian yang menonjol pada kecamatan Selorejo terletak pada sektor pertanian dan perkebunan. Hal ini didukung oleh lahan yang digunakan untuk bercocok tanam masih luas, area luas tanaman bahan pangan kecamatan Selorejo mencapai 3.612 Ha, luas tanaman sayuran seluas 92 Ha dan luas area tanaman perkebunan sebesar 771.13 Ha. Jika dilihat dari distribusi luas pengunaan lahan menurut penggunaanya di kecamatan Selorejo terbagi menjadi bangunan, perkarangan dan hutan negara sebesar 30,30%, hutan rakyat seluas 1,1%, sawah seluas 19,19 %, tegal atau kebun seluas 32,329 % dan lainya (tambang, kolam, emppang dan lainya) seluas 18,18%. Hal ini dapat disimpulakan bahwa tegal atau kebun merupakan lahan yang terluas menurut penggunaanya (BPS Kecamatan Selorejo,2016:9). Umumnya sektor pertanian dan perkebunan banyak dikerjakan oleh kaum pria. Sebesar 25% anggota SPP walaupun mereka perempuan namun mereka memiih menjalankan usaha tani. Hal ini menarik untuk diadakanya penelitian apakah bantuan kredit PNPM-MPd di Kecamatan Selorejo dapat meningkatkan perekonomian Usaha Tani anggota SPP.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaaan hasil produksi usaha tani anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) sebelum dan sesudah menerima kredit PNPM-MPd. 2. Apakah ada pebedaan pendapatan usaha tani anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) sebelum dan sesudah menerima kredit PNPM-MPd. C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas permasalahan yang ingin diteliti agar lebih terfokus dan mendalam, mengingat luasnya permasalahan yang ada. Untuk itu peneliti hanya meneliti terkait Analisis ekonomi yaitu perbedaan hasil produksi dan pendapatan usaha tani anggota SPP sebelum dan sesudah menerima kredit PNPM-MPd di Kecamatan Selorejo Kabupaten Blitar. D. Tujuan & Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis perbedaaan hasil produksi usaha tani anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) sebelum dan sesudah menerima kredit PNPM-MPd.

6 2. Untuk menganalisis pebedaan pendapatan usaha tani anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) sebelum dan sesudah menerima kredit PNPM-MPd. 2. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara praktis, diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Blitar dalam pengambilan kebijakan yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat perdesaan. 2. Secara akademis, diharapkan bermanfaat sebagai referensi dan bahan kajian bagi peneliti selanjutnya yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat perdesaaan.