BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Progam Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM- MPd) adalah mekanisme progam yang terfokus pada pemberdayaan masyarakat di perdesaan. PNPM Mandiri dirancang pemerintah untuk merangsang pertumbuhan dan pembangunan dengan salah satu kebijakan yaitu percepatan penanggulangan kemiskinian. Tujuan PNPM Mandiri secara umum adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengembangan kapasitas pemerintah daerah untuk mengurangi pengangguran, memperkuat modal sosial serta inovasi dalam memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27). PNPM Mandiri secara resmi diluncurkan pada tahun 2007. Awal mulanya pada tahun 1998 dengan Progam Pengembangan Kecamatan (PPK). Diikuti dengan progam untuk mendukung seperti Progam Penangulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejateraan ekonomi dan sosial masyarakat miskin. Kemudian progam Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Khusus (P2DTK) untuk pengembangan daerah yang tertinggal. Pada tahun 2008, PNPM Mandiri diperluas dengan partisipasi Infrastruktur perekonomian daerah dalam Program Pembangunan Sosial untuk 1
2 mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi sekitar (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 26) Pengelolaan PNPM-MPd di Kecamatan di bentuk Unit Pengelolaan Kegiatan (UPK) yaitu lembaga di tingkat kecamatan sebagai pengelola kegiatan dana PNPM Mandiri yang dialokasikan untuk berbagai jenis kegiatan pemabangunan desa meliputi kegiatan prasarana /sarana, pendidikan, kesehatan, UEP (Usaha Ekonomi Produktif) dan SPP (Simpan Pinjam Perempuan). Kegiatan UEP dan SPP dikelola dan disalurkan sebagai dana bergulir ditingkat kecamatan yang harus dilestarikan dan dikembangkan. Dalam penyaluranya dilakukan pinjaman secara berkelompok, kelompok usaha bersama ataupun kelompok simpan pinjam. (Petunjuk Teknis Operasional PNPM-MPd, 2007). Berjalanya waktu pada tahun 2015 PNPM-MPd dibidang pembangunan dialihkan oleh era pemerintahan baru menjadi progam pendampingan desa. Pembangunan desa tidak lagi di bawah naungan PNPM tetapi dikelola sendiri oleh desa dengan pembentukan APBDes. Dalam UU Desa pasal 72 ditetapkan bahwa belanja desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang disepakati dalam musyawarah desa dan sesuai dengan prioritas pemerintahan kabupaten/kota, pemerintahan provinsi dan pemerintah pusat. Selanjutnya semua kebutuhan, pelayanan dasar, lingkungan dan kegiatan pemberdayaan masyarakat desa (Ishom,2015:6). Dana bergulir PNPM tetap berlangsung pada Kecamatan dalam bentuk kegiatan pemberdayaan. Pada tahun 2011 kecamatan Selorejo Kabupaten Blitar mendapat penghargaan PNPM Mandiri Perdesaan terbaik se Indonesia.
3 Kecamatan Selorejo merupakan kecamatan yang sedang berkembang dan mengalami pertumbuhan yang cukup stabil. Namun jika dibandingkan dari kecamatan Kesamben dan Sumberpucung bisa dikatakan cukup tertinggal dan tidak memiliki pasar kabupaten. Walaupun demikian Kecamatan Selorejo mampu mendapatkan penghargaan PNPM terbaik. Memang tidak ada yang istimewa dari Selorejo selain pola gotong royong serta kesadaran pembangunan partisipatif yang cukup kuat. Sehingga PNPM-MPd Kecamatan Selorejo dapat memberikan laporanya secara obyektif dan tertata. Dan ini yang menjadi pertimbangan kecamatan Selorejo mendapatkan penghargaan (Media informasi warga kecamatan Selorejo, 2016). Kecamatan Selorejo memperoleh bantuan dana PNPM-MPd yang dialokasikan untuk kegiatan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP). SPP adalah sebuah wadah untuk memperdayakan kelompok perempuan di desa dengan cara memberikan bantuan kredit dengan syarat yang mudah dan system pengembalian tanggung renteng. Karena pinjaman ini ditujukan untuk masyarakat desa, maka bunga yang ditetapkan rendah yaitu 1,5%. Selain itu syarat pengajuan kredit pun mudah tiap anggota hanya memberikan fotocopy KTP dan proposal per kelompok. Dengan kemudahan tersebut pemerintah mengharapkan perempuan bisa berpartisipasi. Serta memanfaat kan peluang untuk melakukan kegiatan produktif yang mana perempuan ikut membantu perekonomian keluarga dan pembangunan desa (Petunjuk Teknis Operasional PNPM-MPd, 2007).
4 Partisipasi masyarakat di Kecamatan Selorejo dikatakan tergolong cukup tinggi untuk mengikuti progam PNPM-MPd dalam progam pemberdayaan kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Kecamatan Selorejo sendiri terdapat 10 Desa dengan jumlah 60 klompok yang terdiri dari 5-20 anggota. Menurut UPK Kecamatan Selorejo, pinjaman sebagian besar digunakan untuk usaha tani 25%, usaha dagang 20%, UMKM 20%, jasa 20% dan perikanan 15% (Laporan UPK Kecamatan Selorejo, 2016). Sektor perekonomian yang menonjol pada kecamatan Selorejo terletak pada sektor pertanian dan perkebunan. Hal ini didukung oleh lahan yang digunakan untuk bercocok tanam masih luas, area luas tanaman bahan pangan kecamatan Selorejo mencapai 3.612 Ha, luas tanaman sayuran seluas 92 Ha dan luas area tanaman perkebunan sebesar 771.13 Ha. Jika dilihat dari distribusi luas pengunaan lahan menurut penggunaanya di kecamatan Selorejo terbagi menjadi bangunan, perkarangan dan hutan negara sebesar 30,30%, hutan rakyat seluas 1,1%, sawah seluas 19,19 %, tegal atau kebun seluas 32,329 % dan lainya (tambang, kolam, emppang dan lainya) seluas 18,18%. Hal ini dapat disimpulakan bahwa tegal atau kebun merupakan lahan yang terluas menurut penggunaanya (BPS Kecamatan Selorejo,2016:9). Umumnya sektor pertanian dan perkebunan banyak dikerjakan oleh kaum pria. Sebesar 25% anggota SPP walaupun mereka perempuan namun mereka memiih menjalankan usaha tani. Hal ini menarik untuk diadakanya penelitian apakah bantuan kredit PNPM-MPd di Kecamatan Selorejo dapat meningkatkan perekonomian Usaha Tani anggota SPP.
5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaaan hasil produksi usaha tani anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) sebelum dan sesudah menerima kredit PNPM-MPd. 2. Apakah ada pebedaan pendapatan usaha tani anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) sebelum dan sesudah menerima kredit PNPM-MPd. C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas permasalahan yang ingin diteliti agar lebih terfokus dan mendalam, mengingat luasnya permasalahan yang ada. Untuk itu peneliti hanya meneliti terkait Analisis ekonomi yaitu perbedaan hasil produksi dan pendapatan usaha tani anggota SPP sebelum dan sesudah menerima kredit PNPM-MPd di Kecamatan Selorejo Kabupaten Blitar. D. Tujuan & Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis perbedaaan hasil produksi usaha tani anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) sebelum dan sesudah menerima kredit PNPM-MPd.
6 2. Untuk menganalisis pebedaan pendapatan usaha tani anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) sebelum dan sesudah menerima kredit PNPM-MPd. 2. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara praktis, diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Blitar dalam pengambilan kebijakan yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat perdesaan. 2. Secara akademis, diharapkan bermanfaat sebagai referensi dan bahan kajian bagi peneliti selanjutnya yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat perdesaaan.