Situasi Malaria di Kabupaten Lebak

dokumen-dokumen yang mirip
M.Arie w. FKM Undip. M. Arie W, FKM Undip

KEGUNAAN SURVEILANS TUJUAN SUMBER INFORMASI 15/11/2013. PENGERTIAN (Surveilans Malaria)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Distribution Distribution

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014

Hubungan Insidens Malaria dengan Ketersediaan Unit Pelayanan Kesehatan di Kecamatan Bayah, Provinsi Banten pada Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. negara khususnya negara-negara berkembang. Berdasarkan laporan The World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

SKRIPSI ANALISIS SPASIAL KASUS MALARIA DI KELURAHAN PAYA SEUNARA KECAMATAN SUKAKARYA KOTA SABANG PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2008

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN SUKABUMI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

KUESIONER. Petunjuk : Lingkari jawaban yang menurut saudara paling benar. 1. Salah satu upaya pemberantasan malaria dilakukan dengan surveilans

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring

ABSTRAK MANAJEMEN PENANGGULANGAN MALARIA DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN

Yurike Gitanurani¹, Dina Dwi Nuryani² Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI AYAK III KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100

I. PENGANTAR. Separuh dari keseluruhan penduduk dunia, diperkirakan 3,3 miliar orang,

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

: Survei Malariometrik di Kelurahan Kalumata Kecamatan Kota Ternate Selatan Kota Ternate Provinsi Maluku Utara Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

I. PENDAHULUAN. dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

Lambok Siahaan* Titik Yuniarti**

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. penularan malaria masih ditemukan di 97 negara dan wilayah. Saat ini sekitar 3,3

Received date: 23/1/2014, Revised date: 25/3/2014, Accepted date: 1/4/2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sistem..., Levina Ardiati, FKM UI, 2009

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah sejenis penyakit menular pada manusia. Sekitar

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP

Prevalence of Clinical Malaria and Positive Plasmodium spp. Based on the Mass Blood Survey in Rokan Hilir Riau Province

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

Transkripsi:

EPIDEMIOLOGI Situasi Malaria di Kabupaten Lebak Fauzul Hayat* Nia Kurniatillah** Abstrak Pada periode 2002-2006, di Kabupaten Lebak, API tergolong Middle Case Incidence (MCI), dengan nilai rata-rata (2.87%) dan berada pada kisaran 2.04-4.51%. Dari 35 wilayah kerja puskesmas terdapat enam wilayah endemis yang meliputi puskesmas Malimping, Binuangeun, Bayah, Cihara, Panggarangan dan Cilograng. Ada wilayah kerja puskesmas yang dilaporkan dengan klasifikasi MCI. Penderita positif malaria cenderung meningkat secara fluktuatif dengan puncak yang tidak jelas, kasus positif malaria tertingi ditemukan pada bulan Februari, Maret, Mei, Juli dan Desember. Tingkat infeksi malaria yang tinggi pada kelompok populasi ditentukan berdasarkan proporsi sediaan darah positif malaria dari sediaan darah yang diperiksa dengan angka SPR 006 rata-rata 12.64%, dengan kisaran 8.68%-15.87%. Proporsi Annual Blood Examination Rate (ABER) digunakan untuk menentukan cakupan penduduk dilakukan pengambilan dan pemeriksaan sediaan darah. Pada tahun 2004-2006, ABER di Kabupaten Lebak rata-rata (26.03%) tersebar pada kisaran 14.35%-43.49%. Pada tahun 2006, kasus malaria (159 kasus) terdiri dari species P. Palcifarum (34) dan P.Vivax (124). Proporsi P.vivax yang tinggi mengindikasikan transmisi lokal malaria di kabupaten lebak yang rendah dan atau strategi pengobatan yang masih efektif terutama untuk P. palcifarum. Pengobatan malaria masih merupakan pilihan strategi yang tepat pengendalian malaria di Kabupaten lebak. Penemuan kasus secara dini dan pengobatan secara cepat dapat dilakukan dengan peran serta masyarakat dengan metode yang telah dikembangkan dan akan diimplementasikan di Kabupaten Lebak. Kata kunci : Malaria, situasi malaria, endemis, pengendalian malaria Abstract During 2002-2006, API in Distric of Lebak 2004-2006 was categorized in Middle Case Incidence ( MCI) which mean (2.87%) in interval of 2.04-4.51%. From 35 work regions of Public Health Center (puskesmas) in Distrik of Lebak, there are 6 regions of endemic reagent which include Malimping, Binuangeun, Bayah, Cihara, Panggarangan and of Cilograng. The endemic malaria of work regions of Puskesmas in 2002-2006, have reported the existence classified of MCI region. Positive malaria patients in 2001-2006 was fluctuative trend to increase with the higest in Februari, Maret,May, July and December. Level of malaria infection is indicated by the proportion of positive slide bloods malaria with number of SPR in Distric of Lebak in 2004-2006 (12.64%) with interval of 8.68%- 15.87%. Percentage of ABER to determine the level of taken resident coverage and checked [by] his blood slide, where number of Annual Blood Examination Rate ( ABER) in Lebak District in the year 2004-2006 mean equal to 26.03% spread over from 14.35%-43.49%. From malaria case in the year 2006 equal to 159 malaria case consist of 34 species P. Palcifarum and 124 P.Vivax. Height Proportion of P.Vivax give indication that transmission of local malaria [in] Lebak District was low and or medication strategy still effective especially for the P. palcifarum of. effective medication for malaria still is correct strategy choice for the operation of malaria in Lebak District. Quick identification and medication can be done through community-based approach that has been developed and implemented in Lebak District. Key words : Malaria, malaria situation, endemis, operation of malaria *Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Faletehan, Jl. Raya Cilegon Km.06 Pelamunan-Kramatwatu, Serang, Banten (e-mail: fauzulhayat@yahoo.co.id) **Akademi Kebidanan Salsabila Cilegon Jl. Sa Tirtayasa No.30-32 Komplek Istana Cilegon, Cilegon-Banten 42411 (Hp. 081383754900) 259

KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 6, Juni 2009 Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di berbagai daerah tropis di dunia termasuk Indonesia. Kejadian Luar Biasa (KLB) masih sering dilaporkan dari tahun ke tahun di Jawa-Bali maupun luar Jawa-Bali, bahkan di beberapa tempat dengan jumlah kasus sudah sangat menurun, jumlah kasus melonjak naik kembali (emerging/re-emerging). 1 Di Indonesia, sampai saat ini angka kesakitan malaria masih cukup tinggi, terutama di luar Jawa dan Bali. Namun, kini di Jawa dan Bali sudah terjadi peningkatan jumlah penderita malaria. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001 melaporkan 15 juta kasus malaria dengan angka kematian sebesar 1,2% (23.483 orang). Pada tahun 1999, Annual Parasite Incidence (API) di Jawa Bali berkisar antara 0,12-9,97%. Sedangkan Annual Malaria Incidence (AMI) yaitu jumlah kasus klinis malaria dalam 1 tahun per 1000 penduduk, di pulau lain berkisar antara 3% di Aceh hingga 16,8% di NTT. Pada tahun 2003, API sebesar 0,22/1000 di Jawa-Bali dan AMI sebesar 21,8/1000 di luar Jawa- Bali. Sebanyak 42,4% (sekitar 95 juta), penduduk Indonesia tinggal di daerah endemik. 2 Plasmodium merupakan penyebab malaria terdiri dari 4 spesies yaitu P. falsiparum, P. vivax, P. malariae, dan P. ovale. Lebih dari 90% kasus malaria di Indonesia disebabkan oleh P. falsiparum dan P. vivax. P. malariae jarang dijumpai sedangkan P. ovale hanya ditemukan di beberapa tempat di Irian dan Timor. P. falsiparum merupakan parasit berbahaya karena dapat menimbulkan kematian. 3 Pada tahun 2006 jumlah kecamatan endemis malaria di Kabupaten Lebak berjumlah 6 kecamatan. Hampir sama dengan wilayah lain di Indonesia, ekosistem malaria di Kabupaten Lebak beragam, mulai dari ekosistem pantai hingga pegunungan dan hutan. Maka, dengan adanya perubahan lingkungan fisik, lingkungan sosial, pelayanan kesehatan yang tidak maksimal serta kebijakan pengendalian malaria dilakukan berdasarkan pada evidence based dikhawatirkan dapat sebagai pemicu terhadap timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria di Kabupaten Lebak. 4,5 Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan data sekunder. Penulis melakukan rangkuman dan kajian data yang tersedia berdasarkan temuan/data/laporan Subdit Surveilans Epidemiologi dan Laporan Program Pemberantasan Berbasis Binatang (P2B2) Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak tahun 2001-2006. Hasil Gambaran Kabupaten Lebak Kabupaten Lebak berada di ujung barat pulau Jawa dan merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Banten. Bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang, selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Lautan Indonesia sedangkan barat berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Jumlah penduduk Kabupaten Lebak adalah 1.060.981 jiwa, yang tersebar di 23 kecamatan, 300 desa dan 35 puskesmas. Daerah endemis malaria mencakup enam puskesmas di wilayah selatan yang mencakup 60 desa dengan jumlah penduduk 213.438 jiwa. Di wilayah tersebut terdapat langoon-langoon tempat perindukan nyamuk malaria. Jarak dari ibu kota kabupaten ke daerah endemis lebih besar dari 100 km. 4,6 Deskriptif API, SPR dan ABER Hight Case Incidence (HCI) yang merupakan indikator kinerja pemberantasan malaria ditentukan berdasarkan Annual Parasite Incident (API) dengan nilai di atas 5/1000 penduduk per tahun. Selama periode tahun 2004-2006, API di wilayah Kabupaten Lebak memperlihatkan kecenderungan yang menurun, tahun 2004 (4,51); tahun 2005 (2,08); dan tahun 2006 (2,04). Dengan demikian, angka kesakitan malaria di wilayah Kabupaten Lebak berada pada tahap Middle Case Incidence (MCI). Angka Slide Positive Rate (SPR) digunakan untuk melihat tingkat infeksi pada kelompok populasi tertentu. Angka SPR di Kabupaten Lebak meningkat secara fluktuatif, tahun 2004 (8,68%), tahun 2005 (15,87%) dan tahun 2006 (13,36%). Angka Annual Blood Examination Rate (ABER) dijadikan indikator untuk menentukan besar cakupan pengambilan dan pemeriksaan sediaan darah. Cakupan dianggap baik bila nilai ABER > 10%. Untuk ABER di Kabupaten Lebak pada tahun 2004 sebesar 43,49%, menurun pada tahun 2005 sebesar 20,24% dan tahun 2006 sebesar 14,35% (Lihat Tabel 1). Penderita malaria dibedakan atas malaria klinis, positif malaria dan malaria indigenous. Kasus malaria klinis memperlihatkan kecenderungan yang menurun, tahun 2002 (9.988 ), tahun 2003 (14.678), tahun 2004 (7.504) dan tahun 2005 (6.834). Kasus positif malaria berfluktuasi pada tahun 2002 (171); 2003 (163); 2004 (73); 2005 (137); dan 2006 (159). Kasus malaria indigenous juga fluktuatif tahun 2002 (171); 2003 (163); 2004 (73); 2005 (137); 2006 (159) (Lihat Tabel 2). Endemis Malaria di Kabupaten Lebak Kasus endemis malaria dari 35 wilayah kerja puskesmas di Kabupaten Lebak terdapat 6 puskesmas endemis malaria. 2002, kasus malaria tertinggi terjadi di wilayah kerja Puskesmas Bayah (82 kasus) dan terendah di wilayah kerja Puskesmas Malimping (1 kasus) dan Puskesmas Panggarangan tidak ada kasus. Pada tahun 2003, kasus tertinggi ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Bayah sebanyak 148 kasus dan terendah di daerah Binuangen (5 kasus) dan Puskesmas Cilograng (5 260

Hayat & Kurniatillah, Situasi Malaria Tabel 1. Annual Parasit Rate, Slide Positive Rate dan Annual Blood Examination Rate di Kabupaten Lebak 2004-2006. Indikator 2004 2005 2006 Keterangan Anuall Parasit Rate 4,51 2,08 2,04 Middle Case Insidence Slide Positive Rate 8,68% 15,87% 13,36% Annual Blood Examination Rate 43,49% 20,24% 14,35% Tabel 2. Kasus Klinis Malaria, Positif Malaria dan Indigenous Malaria di Kabupaten Lebak 2002-2006. Indikator 2002 2003 2004 2005 2006 Klinis Malaria 9.988 14.678 7.504 6.834 4.163 Positif Malaria 171 163 73 137 159 Indigenous Malaria 171 163 73 137 159 Tabel 3. Puskesmas dengan Kasus Malaria Positif Tertinggi di Kabupaten Lebak 2002-2006 Tabel 4. Kasus Positif Malaria Total dan Bulan Kasus Tertinggi di Kabupaten Lebak 2001-2006 Kecamatan Total Kasus Bulan Kasus Tertinggi 2002 2003 2004 2005 2006 Malingping 1 Binuangen 5 41 1 Bayah 82 148 59 38 20 Cilogong 5 1 2 2001 139 Maret (32) 2002 90 Mei (37) 2003 183 Mei (52) 2004 79 Februari (26) 2005 137 Desember (68) 2006 50 Juli (50) kasus). Pada tahun 2004, kasus malaria tertinggi ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Bayah (59 kasus) dan Puskesmas Binuangen (41 kasus) dan kasus terendah ditemukan di Puskesmas Cilogong (1 kasus). 2005, kasus tertinggi dilaporkan di daerah Bayah (38 kasus) dan terendah di Puskesmas Binuangen (1 kasus) dan Puskesmas Cilogong (2 kasus). Pada tahun 2006, kasus malaria tertinggi ditemukan di Puskesmas Bayah (20 kasus) dan terendah di Puskesmas Binuangan dan Puskesmas Cihara (tidak ada kasus). Ekosistem lokasi kejadian malaria di enam daerah endemis tersebut bervariasi mulai meliputi pantai, persawahan dan pegunungan. Kasus kejadian penyakit malaria di beberapa wilayah kerja puskesmas mengalami fluktuasi cenderung meningkat dengan puncak yang tidak jelas. Peningkatan kasus terutama terjadi di wilayah kerja Puskesmas Bayah pada tahun 2002 (82 kasus), tahun 2003 (148 kasus). Di Puskesmas Panggarangan peningkatan kasus terjadi pada tahun 2002 tidak ada kasus dan pada tahun 2004 (29 kasus). Di Puskesmas Binuangen terjadi peningkatan kasus pada tahun 2004 (41 kasus) dari sebelumnya tahun 2003 (5 kasus) (Lihat Tabel 3). Distribusi penderita positif malaria sepanjang tahun menunjukan bahwa dari total kasus positif malaria tahun 2001 (139 kasus) tertinggi terjadi pada bulan Maret (32 kasus), pada tahun 2002 total kasus 90, tertinggi pada bulan Mei (37 kasus). Pada tahun 2003 total kasus positif malaria (183 kasus), tertinggi terjadi pada bulan Mei (52 kasus). Pada tahun 2004 kasus positif malaria (79 kasus), tertinggi pada bulan Februari (26 kasus). Pada tahun 2005, kasus positif malaria (137 kasus) dengan kejadian tertinggi pada bulan Desember (68 kasus). Total kasus malaria pada tahun 2006 (159 kasus) dengan kasus malaria tertinggi pada bulan Juli (50 kasus) (Lihat Tabel 4). Pembahasan Berdasarkan batasan stratifikasi API yang ditetapkan di Indonesia, 4 terlihat bahwa selama periode pengamatan tiga tahun (2004-2006), Kabupaten Lebak berada pada strata MCI (Middle Case Icidence). Apabila angka ke- 261

KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 6, Juni 2009 sakitan Annual Parasite Incident (API) per tahun di suatu daerah/desa berada di atas 5/1000 penduduk mengindikasikan daerah/ desa dengan klasifikasi Hight Case Incidence (HCI). Hal tersebut menjadi indikator kinerja upaya pemberantasan malaria dan perluasan penularan malaria di suatu daerah. 3,7 Berdasarkan data yang ada terlihat bahwa tahun 2004 angka Annual Parasite Incident (API) (4,51%) dan pada tahun 2005 (2,08%) dan tahun 2006 (2,04%) memperlihatkan tren yang menurun. Angka Slide Positive Rate (SPR) digunakan untuk menilai tingkat infeksi pada kelompok populasi tertentu. Hal tersebut dilakukan dengan melihat proporsi sediaan darah positif malaria dari sediaan darah yang diperiksa. Angka SPR di Kabupaten Lebak tahun 2004 (8,68%) memperlihatkan kecenderungan yang meningkat, pada tahun 2005 (15,87%) dan pada tahun 2006 (13,36%). Proporsi ABER digunakan untuk menilai cakupan penduduk yang diambil dan diperiksa sediaan darah. Cakupan yang dianggap baik adalah nilai ABER > 10%. Untuk angka Annual Blood Examination Rate (ABER) di Kabupaten Lebak pada tahun 2004 dilaporkan 43,49%, pada tahun 2005 (20,24%) dan tahun 2006 (14.35%). Meskipun masih tergolong baik cakupan tersebut memperlihatkan tren yang menurun. Seluruh desa di Kabupaten Lebak pada tahun 2006 berjumlah 300 desa yang tersebar dalam 35 wilayah kerja puskesmas. Daerah endemis malaria terdapat di enam Puskesmas yang mencakup 60 desa. Pada tahun 2002, 2003, 2004, 2005 dan 2006 kasus malaria tertinggi ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Bayah. Berdasarkan peningkatan kasus kejadian penyakit malaria, beberapa wilayah kerja puskesmas mengalami peningkatan kasus terutama pada wilayah kerja Puskesmas Bayah pada tahun 2003 (148 kasus) yang meningkat dari tahun sebelumnya 2002 (82 kasus). Wilayah Panggarangan mengalami peningkatan kasus pada tahun 2004 sebanyak 29 kasus yang sebelumnya tahun 2002 tidak ada kasus. Binuangen terjadi peningkatan kasus pada tahun 2004 sebanyak 41 kasus yang sebelumnya tahun 2003 sebanyak 5 kasus. Hal tersebut mengindikasikan upaya pemantauan dan pemberantasan penyakit malaria yang rendah. Selama bertahun-tahun kasus malaria tetap bertahan tinggi tanpa diikuti oleh peningkatan upaya pencegahan dan pengendalian. Banyak interpretasi yang dapat diberikan terhadap fakta empiris tersebut, meliputi resistensi obat anti malaria, perubahan lingkungan dan perilaku yang tidak positif. Dengan demikian, perlu dilakukan penilaian yang cermat untuk melakukan upaya intervensi yang tepat dan efektif. Puskesmas Bayah perlu mendapat prioritas dan perhatian yang mengindikasikan tingkat keseriusan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dalam mengendalikan kasus kejadian malaria di wilayah kerjanya. Hal tersebut mengindikasikan ketidakpekaan petugas surveilens terhadap pemberantasan penyakit malaria. Kasus Malaria Klinis, Positif dan Indigenous Penderita malaria tahun 2002 dengan kasus klinis sebanyak 9.988 kasus, dengan positif malaria sebanyak 171 kasus dan kasus indigenous sebanyak 171 kasus. 2003 kejadian kasus klinis sebanyak 14.678 dengan kasus positif malaria sebanyak 163 kasus dan indigenous sebanyak 163. 2004 kejadian kasus klinis sebanyak 7.504 dengan kasus positif sebanyak 73 kasus dan indigenous sebanyak 73 kasus. 2005 kasus klinis sebanyak 6.834 kasus dengan kasus positif malaria sebanyak 137 dan indigenous sebanyak 137. 2006 kejadian kasus klinis sebanyak 4.163 dengan kasus positif malaria sebanyak 159 kasus dan indigenous sebanyak 159 kasus. Distribusi penderita positif malaria di Kabupaten Lebak selama 68 bulan sejak Januari 2001 sampai dengan Agustus 2006, menunjukan kecenderungan yang meningkat secara fluktuatif dengan puncak yang tidak jelas. Pada tahun 2005 puncak kejadian malaria ditemukan pada bulan Desember (68 kasus). Pada tahun 2002, jumlah kasus yang dilaporkan adalah 90 kasus dan jumlah kasus tertinggi terjadi pada bulan Mei (37 kasus). Pada tahun 2003, total kasus positif malaria (183 kasus) dan kasus tertinggi terjadi pada bulan Mei (52 kasus). Pada tahun 2004, kasus positif malaria adalah 79 kasus dengan kasus tertinggi pada bulan Februari (26 kasus). Pada tahun 2005, jumlah kasus positif malaria adalah 137 kasus dengan kasus kejadian malaria tertinggi ditemukan pada bulan Desember (68 kasus). Total kasus malaria pada tahun 2006 (159 kasus) dengan kasus malaria tertinggi pada bulan Juli (50 kasus). Tampaknya hubungan kejadian dengan iklim semakin tidak jelas, mungkin hal tersebut terjadi akibat kondisi musim hujan dan kemarau yang semakin tidak menentu, yang berakibat pada ketersediaan tempat perindungan nyamuk. Hal tersebut dapat berdampak pada perencanaan pemberantasan yang tidak menentu. Kesimpulan API di Kabupaten Lebak 2004-2006 termasuk dalam kategori MCI, selama kurun waktu 2002-2006 API ratarata sebesar 2,87%, tersebar dari 2,04-4,51%. SPR di Kabupaten Lebak tahun 2004-2006 rata-rata 12,64% berada dalam kisaran 8,68%-15,87%. Annual Blood Examination Rate (ABER) di Kabupaten Lebak pada tahun 2004-2006 rata-rata 26,03% tersebar dalam kisaran 14,35%-43,49. Di Kabupaten Lebak terdapat 6 wilayah kerja puskesmas endemis meliputi wilayah kerja Puskesmas Malimping, Binuangeun, Bayah, Cihara, Panggarangan, dan Cilograng. Wilayah kerja puskesmas endemis dalam kurun waktu 2002-2006 ditemukan 262

Hayat & Kurniatillah, Situasi Malaria wilayah kerja puskesmas dengan klasifikasi MCI. Kasus malaria pada tahun 2006, meliputi 34 infeksi spesies P. palcifarum dan 124 P. vivax. Penderita positif malaria pada tahun 2001-2006 berfluktuasi meningkat dengan puncak yang tidak jelas, dari total kasus positif malaria tertinggi terjadi pada bulan Februari, Maret, Mei, Juli dan Desember. Saran Kasus P. vivax yang tinggi dapat menjadi indikasi/ dugaan penularan setempat yang rendah dan atau pengobatan yang masih efektif atau resistensi terhadap OAM masih tergolong rendah. Dengan demikian, penanggulangan malaria setempat masih cukup dengan program pengobatan yang tepat sasaran. Perlu ada monitoring lingkungan terutama daerah endemis sehingga pengendalian malaria dapat dilakukan dengan baik. Daftar Pustaka 1. Harijani AM. Situasi malaria Jawa Timur 1989-2002. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2007; XVII:3. 2. Direktorat Jendral PPMPL. API Jawa Bali 1989-2002. Laporan an Sub Dit Pemberantasan Malaria. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2002. 3. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Modul manajemen pemberantasan penyakit malaria. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 1999. 4. Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak. Situasi Malaria tahun 2001-2006. Laporan Program Pemberantasan Berbasis Binatang (P2B2). Banten: Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak; 2006. 5. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Modul penemuan penderita dan pengobatan malaria. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 1999. 6. Pemerintah Kabupaten Lebak Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak. Profil kesehatan Kabupaten Lebak tahun 2006. Banten: Pemerintah Kabupaten Lebak Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak; 2006. 7. Sahat MO. Situasi malaria di Kabupaten Nias, Sumatra Utara selama satu tahun sesudah gempa bumi dan tsunami. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2008; 7: 1. 263