1. Tujuan Prosedur ini dimaksudkan sebagai pedoman untuk melakukan pemutusan kontrak, bilamana terjadi cidera janji dari salah satu atau kedua belah pihak sesuai kontrak. 2. Ruang Lingkup Prosedur ini memuat proses pemutusan kontrak dan ketentuanketentuan yang mengatur tentang pemutusan kontrak. 3. Definisi Pemutusan kontrak adalah berakhirnya lebih awal dari jadual perjanjian pekerjaan oleh salah satu pihak akibat dari salah satu pihak melakukan pelanggaran mendasar atas Kontrak. 4. Acuan 1. Keppres RI No.80 /2003 2. Kepmen PU No.257/2004 3. Dokumen Kontrak 5. Ketentuan Umum 1. PPK memiliki tanggung jawab terhadap proses pelaksanaan pekerjaan baik dari segi administrasi, fisik, keuangan, dan fungsional untuk menjamin dapat terpenuhinya ketepatan waktu, mutu dalam pelaksanaan pekerjaan dengan batasan biaya yang telah ditetapkan. 2. Kontraktor sebagai mitra kerja diharapkan mampu melaksanakan pekerjaan sesuai kontrak. Apabila kontraktor dinilai tidak mampu lagi untuk menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya, maka PPK harus mengambil langkah-langkah pengamanan dan penyelamatan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. 3. Pemutusan kontrak dapat dilakukan oleh pengguna barang/jasa atau penyedia jasa/ Kontraktor, jika salah satu pihak melakukan pelanggaran mendasar terhadap Kontrak. 4. Pelanggaran mendasar atas Kontrak termasuk, akan tetapi tidak terbatas pada berikut ini : (a) Kontraktor menghentikan Pekerjaan selama 28 hari, sedangkan penghentian tersebut tidak ditunjukkan dalam Program kerja yang berlaku dan penghentian sedemikian tidak diperintahkan oleh pengguna barang/jasa; (b) PPK memerintahkan Kontraktor menunda kemajuan Pekerjaan dan perintah tersebut tidak ditarik dalam waktu 28 hari; (c) Pengguna barang/jasa atau penyedia jasa/kontraktor dinyatakan pailit atau dilikuidasi yang bukan merupakan perombakan atau penggabungan perusahaannya; (d) Sertifikat Pembayaran yang telah disahkan oleh PPK tidak dibayar oleh KPA sebagaimana diatur didalam kontrak; (e) PPK memberitahukan bahwa kegagalan untuk memperbaiki suatu Cacat Mutu tertentu adalah pelanggaran yang mendasar atas Kontrak dan Kontraktor ternyata gagal memperbaikinya dalam waktu yang wajar dan ditetapkan oleh PPK, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah VI Nias Hal 1 / 6
(f) Kontraktor tidak mempertahankan suatu Jaminan, yang diperlukan; dan (g) Kontraktor terlambat menyelesaikan Pekerjaan melampaui jumlah hari yang menghasilkan jumlah denda keterlambatan maksimum yang dapat dibayar oleh Kontraktor melampaui batas sebagaimana ditetapkan didalam Kontrak. (h) Apabila Kontraktor, menurut pendapat pengguna barang/jasa terlibat dalam praktek korupsi, penipuan atau penggelapan dalam persaingan untuk mendapatkan Kontrak atau dalam pelak-sanaan Kontrak. Maksud dari alinea ini adalah : (i) Praktek Korupsi, artinya perilaku menawarkan, memberikan, menerima atau mengupayakan segala sesuatu yang terencana sedemikian rupa sehingga dapat mempengaruhi suatu keputusan seorang Pejabat Negara di dalam proses pengadaan atau sedang terlibat dalam pelaksanaan kontrak kerja; dan (ii) Praktek Penipuan dan Penggelapan artinya suatu upaya memalsukan fakta untuk mempengaruhi suatu proses pengadaan atau proses pelaksanaan kontrak kerja yang dapat merugikan pihak pengguna barang/jasa, termasuk pula upaya praktek kolusi di antara para Peserta Lelang (yang dilakukan sebelum atau setelah pemasukan penawaran) dengan tujuan yang telah direncanakan untuk menciptakan harga penawaran Lelang yang tidak lagi mengandung unsur persaingan murni dan melenyapkan makna dari suatu Lelang yang terbuka bebas dan sehat sehingga dapat merugikan pihak Pemilik. 5. Jika Kontrak diputuskan, maka Kontraktor harus segera menghentikan Pekerjaan, membuat Lapangan aman dan terjamin, dan meninggalkan Lapangan sesegera mungkin. 6. Sebagai akibat dari ketetapan sanksi pemutusan kontrak kepada kontraktor dikenakan sanksi-sanksi antara lain: 1) Jaminan pelaksanaan dicairkan/ditarik untuk pihak pengguna barang/jasa. 2) Sisa jaminan uang muka dicairkan sekaligus atau sebagai gantinya sisa uang muka harus dilunasi sekaligus kepada pemberi kerja (tidak boleh dicicil). 3) Membayar denda dan ganti rugi kepada negara. 4) Pengenaan daftar hitam untuk jangka waktu tetentu sesuai ketentuan BRR NAD Nias yang berlaku. Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah VI Nias Hal 2 / 6
7. Ketentuan Kriteria kesepakatan untuk dinilai kondisi suatu kontrak adalah sebagai berikut : 1) Suatu kontrak dinilai masuk dalam katagori''kritis" apabila: Dalam periode I (rencana pelaksanaan phisik 0-70%) dari kontrak keterlambatan progres phisik lebih dari 15% Atau dalam periode II (rencana pelaksanaan phisik 70-100%) dari kontrak terjadi keterlambatan progres phisik lebih dari 10 %. Atau dalam periode III (rencana pelaksanaan phisik 70-100 %) apabila pekerjaan belum selesai dan waktu pelaksanaan sudah habis dan kontraktor dikenakan denda. 2) Suatu kontrak dinilai dalam katagori "terlambat" apabila : Didalamn periode I (rencana pelaksanaan phisik 0-70 %) dari kontrak terjadi keterlambatan 10 % - 15%. Atau dalam periode II (rencana pelaksanaan phisik 70-100 %) dari kontrak terjadi keterlambatan progres fisik 5 % - 10 %. 3) Dan suatu kontrak dinilai masih dalam batas "wajar" apabila keterlambatan progres phisik masih dibawah nilai 10 %. untuk phisik 0-70 % dan dibawah 5 % untuk phisik antara 70-100 %. 8. Pengamanan terhadap kontrak katagori kritis. a. Dalam rangka penanganan kontrak kritis, sebelum menentukan tindak lanjut, perlu dilakukan rapat pembuktian dengan memberikan uji coba terhadap kontraktor yang lazim disebut Show Cause Meeting (SCM) atau Rapat Pembuktian. Pada saat kontrak dinyatakan kritis PPK menerbitkan surat kepada kontraktor dan menyelenggarakan SCM I tingkat KPA, PPK, Konsultan Pengawas dan Kontraktor.dilakukan uji coba pertama kemampuan kontraktor yang disepakati baik besaran kemajuan fisik yang harus dicapai maupun periode waktu tertentu. Apabila sampai dengan batas waktu yang telah disepakati ternyata kontraktor gagal untuk menunjukan kemajuan prestasi fhisiknya, maka perlu diselenggarakan pertemuan lanjutan SCM II tingkat Distrik Nias/Nisel yang membahas dan mengevaluasi segala permasalahan yang menjadi penyebab kegagalan pekerjaan lapangan,kemudian dilakukan tes uji coba kedua. Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah VI Nias Hal 3 / 6
b. Apabila kontraktor ternyata tidak mampu memenuhi uji coba kedua maka dilanjutkan SCM III tingkat BRR Wilayah VI Nias, dapat mengundang Deputi Operasi dan/atau Deputi Sektor terkait. Apabila sampai dengan SCM III ternyata kontraktor gagal untuk menunjukan kemampuan kerjanya dalam uji coba tersebut, maka langkah pengamanan & penyelamatan pekerjaan yang dapat diusulkan oleh PPK adalah : pemutusan kontrak. Catatan: Pada setiap uji coba yang gagal, PPK harus menerbitkan surat peringatan kepada kontraktor atas keterlambatan realisasi fisik pelaksanaan pekerjaan sehingga tidak terpenuhinya uji coba pekerjaan. c. Kesepakatan tiga pihak ( three parties agreement). Langkah pengamanan dan penyelamatan untuk suatu penyelesaian kontrak yang dinilai lebih luwes yaitu melalui "Three Partites Agreement" atau kesepakatan 3 (tiga) pihak, yakni dengan melibatkan kontraktor lain sebagai penerus pelaksanaan pekerjaan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Kontraktor pertama/semula masih bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan sesuai ketentuan dalam kontrak. 2. Kontraktor pengganti melaksanakan sisa pekerjaan yang belum diselesaikan oleh kontraktor pertama yang ditetapkan/ditunjuk oleh PPK setelah mempertimbangkan kemampuan dan kesanggupan kontraktor pengganti tersebut. Dan tetap mempergunakan harga satuan kontraktor pertama. Namun demikian dalam hal terdapat perbedaan harga satuan, maka selisih harga tersebut akan menjadi tanggung jawab kontraktor pertama. 4. Kesepakatan selisih harga tersebut didapatkan melalui negosiasi antara kontraktor pertama dengan penggantinya, dalam negosiasi dihadiri pula Direksi pekerjaan. 5. Pelaksanaan pembayaran progres fhisik pekerjaan langsung kepada kontraktor pengganti yang diatur dalam addendum kontrak, yang ditanda tangani oleh tiga pihak (PPK, kontraktor pertama dan kontraktor pengganti). 6. Hal lain yang perlu disepakati secara khusus dapat dicanturnkan dalam addendum kontrak tersebut. Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah VI Nias Hal 4 / 6
6. Prosedur dan Tanggungjawab No Pelaku Penanggungjawab 1 Konsultan Pengawas Kegiatan a. Melaporkan kepada PPK permasalahan, keterlambatan (kontrak dalam kategori kritis) atau pelanggaran yang sangat mendasar terhadap perjanjian kontrak oleh Kontraktor yang akan mengakibatkan kegagalan pencapaian target atau sasaran pekerjaan. Rekaman Laporan konsultan pengawas 2 PPK a. Mengadakan rapat penelitian dengan Konsultan pengawas untuk membahas permasalahan yang menyebabkan keterlambatan. b. Membuat laporan secara tertulis kepada KPA dan meminta untuk diadakan rapat Show Cause Meeting I (SCM I) yaitu tingkat KPA, PPK, Konsultan Pengawas dan Kontraktor. Notulen rapat 3 KPA a. Mengundang PPK, Konsultan Pengawas dan Kontraktor untuk mengadakan Rapat Show Cause Meeting I (SCM I). (bila permasalahan itu diduga benar). b. Memberikan kesempatan uji coba pertama kepada kontraktor untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan dalam kurun waktu tertentu. Show Cause Meeting (SCM) I 4 Kontraktor a. Melaksanakan Uji coba pertama (Test Case I ) 5 Konsultan a. Mengawasi pelaksanaan Test Case I 6 KPA a. Mengadakan rapat evaluasi Test Case I setelah berakhir waktu test case yang ditentukan. b. Menginstruksikan Kontraktor melanjutkan pekerjaan bila Kontraktor dapat memenuhi kewajibannya pada Test Case I. c. Menaikkan SCM ke tingkat BRR Distrik Nias/Nisel apabila hasil Test Case I masalah tidak teratasi oleh Kontraktor. BA Evaluasi Test Case I KPA membuat surat usulan SCM II 7 Kepala BRR Distrik Nias/Nisel a. Mengundang dan Mengadakan rapat SCM II, yang dihadiri oleh unsur KPA, PPK, kontraktor dan konsultan pengawas b. Memberi kesempatan untuk kedua kalinya kepada kontraktor untuk menunjukkan kemampuannya SCM II Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah VI Nias Hal 5 / 6
dengan memberikan uji coba kedua, pencapaian target tertentu dalam waktu yang ditentukan. 8 Kontraktor a. Melanjutkan pekerjaan sesuai dengan test case II 9 Konsultan a. Mengawasi pelaksanaan test case II 10 Kepala BRR Distrik Nias/Nisel 11 Kepala BRR Wil VI Nias a. Mengevaluasi Test Case II setelah berakhirnya waktu test case yang ditentukan dan dituangkan dalam Evaluasi Test Case II b. Menginstruksikan Kontraktor melanjutkan pekerjaan bila kewajiban pada test case II terpenuhi. c. Menaikkan SCM ke tingkat BRR Wilayah VI Nias yang melibatkan Deputi Operasi dan Deputi Sektor terkait, bila Kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya pada uji coba kedua. a. Megundang dan mengadakan SCM III tingkat BRR Wilayah VI. b. Rapat SCM III dengan pihak-pihak terkait dengan pelaksanaan proyek dan hasilnya dituangkan dalam SCM III. c. Memberi kesempatan terakhir kepada kontraktor untuk menunjukan kemampuannya dengan memberikan uji coba ketiga (test case III). BA Evaluasi Test Case II Surat Kepala BRR Distrik Nias/Nisel usulan SCM III SCM III 13 Kontraktor a. Melanjutkan pekerjaan sesuai dengan test case III. 14 Konsultan a. Mengawasi pelaksanaan test case III 15 Kepala BRR Wil VI a. Mengevaluasi Test Case III dan dituangkan dalam evaluasi SCM III b. Bila kontraktor dapat memenuhi test case III, pekerjaan dapat dilanjutkan c. Bila kontraktor gagal untuk memenuhi target test case III, Kepala BRR Wilayah dapat merekomendasikan pemutusan kontrak atau Three Parties Evaluasi SCM III 7. Pengecualian Tidak ada 8. Lampiran Tidak ada Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah VI Nias Hal 6 / 6