S U KE 06. Gambar 3.8 Sketsa Penampang Lintasan E

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

dalam Zonasi Bolli & Saunders (1985), berdasarkan kandungan plangton tersebut maka kisaran umur satuan batuan ini adalah N21 atau Pliosen Atas.

BAB IV ANALISIS SEDIMENTASI

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

Foto 4.9 Singkapan batupasir sisipan batulempung

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Umur Satuan Batupasir-Batulempung berdasarkan hasil analisis foraminifera kecil yaitu N17-N20 atau Miosen

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III Perolehan dan Analisis Data

Subsatuan Punggungan Homoklin

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Raden Ario Wicaksono/

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN

Batupasir. Batulanau. Foto 3.15 Bagian dari Singkapan Peselingan Batulanau dengan Batupasir pada Lokasi Sdm.5 di Desa Sungapan

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH BANTARGADUNG

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

Ciri Litologi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 Tatanan Geologi Daerah Penelitian

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

Batulempung (Gambar 3.20), abu abu kehijauan, lapuk, karbonan, setempat terdapat sisipan karbon yang berwarna hitam, tebal ± 5 30 cm.

BAB IV SIKLUS SEDIMENTASI PADA SATUAN BATUPASIR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

4.2 Pembuatan Kolom Stratigrafi Pembuatan kolom stratigrafi (Lampiran F) dilakukan berdasarkan atas

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Batupasir. Batugamping. Batupasir. Batugamping. Batupasir

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

Supardiono, J. B., Hasan, K., Panggabean, H., Satria, D., Sukardi., Peta Geologi Lembar Surabaya & Sapulu, Jawa, Skala 1:100.

Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

hancuran yang muncul sebagai breksiasi. Tebal batulempung dalam perselingan sangat bervariasi, dari 20 cm hingga 30 cm.

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

BAB I PENDAHULUAN. pada Sungai Kedawung. Secara geologi, menurut Pringgoprawiro (1982) formasi

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

A. Perlapisan batupasir batulempung dengan ketebalan yang homogen B. Antara batupasir dan batu lempung memperlihatkan kontak tegas

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB IV ANALISIS FASIES PENGENDAPAN

Gambar 3.5 Klasifikasi Batugamping berdasarkan Dunham, 1964 ( Loucks et. Al, 2003)

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

3.3 Stratigrafi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto III-11. T.abc sekuen Bouma pada Satuan Batupasir-Batulempung (CKG 11) Foto III-12. T.abc sekuen Bouma pada Satuan Batupasir-Batulempung (CKG 12)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

// - Nikol X - Nikol 1mm

Geologi Daerah Penelitian. III Hubungan Stratigrafi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

Batupasir, berwarna coklat kusam, kondisi agak lapuk ukuran butir pasir sedang, sub rounded, pemilahan baik, kemas tertutup, porositas baik, non karbonatan. Batulempung, abu abu gelap, karbonatan. 3.2.5 Lintasan E Lintasan E (Gambar 3.8) merupakan lintasan yang paling timur dari daerah penelitian, lintasan ini kira kira menempuh jarak ± 5 km. Pengamatan dilakukan mulai dari lokasi KE 01 di utara hingga berakhir di lokasi KE 04 di selatan daerah penelitian. S U KE 07 KE 05 KE 04 KE 10 KE 09 36 KE 01 KE 08 KE 06 KE 02 43 KE 03 43 U S Gambar 3.8 Sketsa Penampang Lintasan E Dalam lintasan E dapat diamati singkapan singkapan batuan sedimen berlapis, dengan kedudukan lapisan batuan di utara kurang lebih N258ºE/36ºN dan kedudukan lapisan batuan di selatan kurang lebih lebih N80ºE/43ºS. Singkapan batuan yang dapat diamati pada lintasan ini mulai dari utara hingga ke selatan adalah berupa perlapisan batupasirbatulempung dan batupasir sisipan konglomerat. Lokasi pengamatan untuk singkapan perlapisan batupasir batulempung, adalah pada lokasi KE 01 (Foto 3.13). Pada lokasi ini singkapan berada pada dinding tebing dari sungai kering berarah utara selatan. Pada lokasi ini dapat diamati litologi batupasir dan batulempung dan dengan kedudukan lapisan N258ºE/36ºS. 24

Foto 3.13 Singkapan batuan pada lokasi KE 01 Batupasir, berwarna coklat kusam, kondisi agak lapuk, ukuran butir pasir sedang, sub rounded, pemilahan baik, kemas tertutup, porositas baik, non karbonatan. Batulempung, abu abu gelap, karbonatan. Sedangkan pada bagian selatan dari daerah penelitian, singkapan dapat diamati pada lokasi KE 02. Pada lokasi ini, singkapan berada pada dasar jalan perkampungan berarah barat timur. Kedudukan lapisan batuan pada singkapan ini adalah N80ºE/43ºN dengan litologi berupa batupasir sisipan konglomerat. Batupasir, berwarna putih kecoklatan atau abu abu gelap, ukuran butir pasir sangat halus hingga pasir sedang, semen non karbonatan dan setempat kerbonatan, sering dijumpai sifat tufaan, kandungan cangkang moluska atau nodul pada bagian bagian tertentu, dengan struktur sedimen yang berkembang adalah: paralel laminasi, ripple, lenticular, wavy, flaser dan graded bedding. Konglomerat, warna coklat terang, dengan fragmen polimik, berupa andesit berukuran kerikil atau setempat dijumpai cangkang moluska, matriks pasir sedang kasar, kemas terbuka dengan setempat kemas tertutup, pemilah buruk, rounded, porositas baik buruk, karbonatan, dijumpai pula struktur sedimen cross bedding. Batulempung, berwarna abu abu gelap atau putih kusam, non karbonatan dan setempat karbonatan, sering dijumpai sifat tufaan pada bagian bagian tertentu, kadang kadang mengandung cangkang moluska. 25

3.3 Stratigrafi Daerah Penelitian Berdasarkan hasil pengamatan pada lintasan geologi, maka stratigrafi daerah penelitian dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) satuan batuan tidak resmi, yaitu: Satuan Batulempung karbonatan, Satuan Batulempung karbonan dan Satuan Batupasir (Gambar 3.9). Gambar 3.9 Kolom stratigrafi umum daerah penelitian 3.3.1 Satuan Batulempung karbonatan 3.3.1.1 Penyebaran dan Ketebalan Satuan ini berada pada bagian tengah dari daerah penelitian, dengan penyebaran memanjang berarah barat timur. Satuan ini menempati + 20% dari luas daerah penelitian. Pada peta geologi satuan ini diberi warna hijau muda (Foto 3.14 dan lampiran E 3). Satuan ini memiliki kedudukan jurus lapisan secara umum berarah barat timur dengan kemiringan lapisan ke arah utara di bagian utara dan ke arah selatan di bagian selatan sebesar 20º 40º. Satuan ini tersingkap dengan baik di sebelah utara perumahan kota damai 26

pada daerah pertambangan galian c. Ketebalan satuan ini diperkirakan lebih dari 165 meter berdasarkan pengukuran penampang geologi. Foto 3.14 Singkapan batuan satuan batulempung karbonatan 3.3.1.2 Ciri Litologi Satuan ini disusun oleh litologi berupa batulempung dengan sisipan batugamping dan batulanau. Pada satuan ini juga banyak dijumpai nodul batulempung yang masif, sangat keras dan karbonatan. Pada bagian bawah satuan ini didapatkan batulempung dengan sisipan batulanau (Foto 3.15 dan 3.16), batulempung, warna abu abu kebiruan, masif, karbonatan, mengandung banyak formaninifera kecil, ditemukan juga cangkang moluska dari kelas pelecypoda. Sisipan batulanau, warna abu abu kebiruan, masif, karbonatan, mengandung banyak foraminifera kecil. Foto 3.15 Singkapan batuan satuan batulempung karbonatan Pada bagian atas satuan ini didapatkan sisipan batugamping, berupa batugamping klastik (lihat Lampiran A), kalkarenit (Grabau, 1962 dalam Koesoemadinata, 1985), masif, ukuran butir pasir kasar, pemilahan baik, kemas tertutup. 27

Foto 3.16 Singkapan sisipan batugamping pada satuan batulempung karbonatan 3.3.1.3 Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan analisis mikropaleontologi (Lampiran B) didapatkan spesies spesies foraminifera plankton berupa Globoquadrina altispira dan Globorotalia tosaensis, sehingga menurut Blow (1969) dalam Bolli, et al. (1985) didapatkan kisaran umur dari Satuan Batulempung Karbonatan ini adalah Pliosen Atas (N21). Sedangkan keberadaan foraminifera bentos yang ditemukan adalah Cancris auriculus, Hyalinea sp. Lagena sulcata peculiaris dan Stilostomella sp. sehingga menurut Murray (1991) satuan ini diendapkan pada lingkungan neritik tengah. Satuan Batulempung Karbonatan terdiri atas batuan sedimen klastik halus yang diendapkan dengan pada arus tenang. Satuan ini diendapkan dengan mekanisme suspensi pada lingkungan pengendapan marin. 3.3.1.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri litologi dari Satuan Batulempung Karbonatan ini, maka satuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi Kalibeng Atas (Duyfjes, 1936) atau Formasi Sonde (Pringgoprawiro, 1983). Hubungan satuan ini dengan satuan dibawahnya tidak dapat diketahui karena tidak tersingkap di daerah penelitian. 3.2.2 Satuan Batulempung Karbonan 3.3.2.1 Penyebaran dan Ketebalan Satuan ini berada bagian dalam utara dan selatan dari daerah penelitian, dengan penyebaran memanjang ke arah barat timur. Satuan ini menempati + 20% dari luas daerah penelitian. Pada peta geologi satuan ini diberi warna hijau tua (lampiran E 3). Satuan ini memiliki kedudukan jurus lapisan secara umum berarah barat timur dengan kemiringan lapisan sebesar 20 40. Satuan ini tersingkap dengan baik pada anak sungai S. Banyuurip, di sebelah selatan perumahan Kota Damai. Berdasarkan pengukuran penampang geologi, diperkirakan ketebalan satuan ini adalah ± 272 meter. 28

3.3.2.2 Ciri Litologi Satuan ini disusun oleh litologi berupa batulempung karbonan berwarna kehitaman (Foto 3.17). Batulempung, warna abu abu kehitaman, masif, non karbonatan, karbonan, mengandung foraminifera kecil. Foto 3.17 Singkapan batuan pada satuan batulempung karbonan 3.3.2.3 Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan analisis mikropaleontologi (Lampiran B), pada satuan ini hanya didapatkan satu spesies foraminifera plankton berupa Sphaerodinella dehiscens, yang memiliki rentang umur yang panjang (N23 hingga N12) sehingga diperkirakan umur satuan ini sama dengan satuan sebelumnya (N21) atau lebih muda (N22) berdasarkan hukum superposisi. Sedangkan foraminifera bentos yang ditemukan berupa Ammonia becarii, Bullimina sp. dan Elphidium sp. menunjukkan lingkungan pengendapan neritik dangkal. Satuan Batulempung Karbonan ini terdiri atas batuan sedimen klastik halus yang diendapkan dengan pada arus tenang. Satuan ini diendapkan dengan mekanisme suspensi pada lingkungan pengendapan marin. 3.3.2.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri litologi dari satuan batulempung karbonatan ini, maka satuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi Pucangan Fasies Marin (Duyfjes, 1936) atau Formasi Pucangan Bawah (Pringgoprawiro, 1983). Hubungan satuan ini dengan satuan dibawahnya adalah selaras. 3.3.3 Satuan Batupasir 3.3.3.1 Penyebaran dan Ketebalan Satuan ini berada pada bagian luar, utara dan selatan dari daerah penelitian, dengan penyebaran memanjang ke arah barat timur. Satuan ini menempati + 60% dari luas daerah penelitian. Pada peta geologi satuan ini diberi warna kuning (lampiran E 3). Satuan ini memiliki kedudukan jurus lapisan secara umum berarah barat timur dengan kemiringan lapisan sebesar 21 43 (Foto 3.18). Satuan ini tersingkap dengan baik 29

disepanjang torehan jalan, dan proyek pembangunan perumahan di Dusun Karangandong, Dusun Karangasem, Dusun Mojosari dan Dusun Tanjungan. Ketebalan satuan ini diperkirakan ±776 meter. Foto 3.18 Singkapan perlapisan batupasir dan batulempung pada satuan batupasir 3.3.3.2 Ciri Litologi Satuan ini disusun oleh litologi berupa batupasir, batupasir tufaan, batulempung, batulempung tufaan, konglomerat dan sisipan batugamping coquina. Pada satuan ini juga banyak ditemukan fosil cangkang moluska (Foto 3.19). Pada bagian bawah satuan ini didapatkan, perselingan tipis dari batupasir tufaan dan batulempung tufaan, kemudian di atasnya diendapkan perselingan batupasir tufaan dan batulempung tufaan yang lebih tebal, konglomerat, batupasir hingga diendapkan batugamping coquina. Batulempung tufaan berwarna putih kecoklatan, non karbonatan, kompak (Foto 3.19 d). Batupasir tufaan, warna coklat terang, ukuran butir pasir halus hingga sedang, butir subangular sub rounded, kemas tertutup, porositas baik, pemilahan baik, non karbonatan (Foto 3.19 d), lapisan tertentu banyak dijumpai cangkang moluska. konglomerat berwarna hitam dengan fragmen monomik batuan beku andesitis dan matriks berupa pasir kasar (Foto 3.19 a). Sedangkan batugamping coquina (lihat Lampiran A), berwarna abu abu, masif, kompak, terdiri dari cangkang cangkang moluska sebagai fragmen dalam matrix pasir sedang halus, terpilah buruk. Sekurang kurangnya terdapat 3 genus moluska dalam batugamping coquina ini, yaitu : Placuna sp., Anadara sp. dan Trisidos sp. (Foto 3.19 e). Sedangkan pada bagian atas dari satuan ini, didapatkan batupasir dengan sisipan konglomerat. Batupasir (lihat Lampiran A), berwarna coklat terang, ukuran butir sedangkasar, butir sub angular, pemilahan baik, kemas tertutup, porositas sedang, non karbonatan. Dan konglomerat (lihat Lampiran A) berwarna coklat terang, dengan fragmen monomik batuan beku andesitis dan matriks berupa pasir kasar. Struktur sedimen yang berkembang pada satuan ini berupa paralel lamination, flaser, wavy, lenticular, graded bedding dan cross bedding (Foto 3.19 b, c, d dan f) 30

a.) Konglomerat dengan kontak erosional pada bagian bawahnya b.) Struktur sedimen planar crossbedding dan paralel laminasi c.) Batupasir dengan struktur sedimen planar crossbedding d.) Batupasir dengan struktur flaser e.) Batugamping coquina yang tersusun atas f.) Batulempung dengan struktur berlapis fragmen moluska Foto 3.19 Singkapan pada Satuan Batupasir 3.3.3.3 Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan analisis mikropaleontologi (Lampiran B), pada conto batulempung dan batulempung tufaan yang diambil dari satuan ini didapatkan foraminifera plankton berupa Globorotalia tosaensis dan Sphaerodinella dehiscens, yang memiliki rentang umur N21 N22. Berdasarkan analisis foraminifera plankton dan posisi stratigrafinya maka umur satuan ini 31

diperkirakan adalah N21. Sedangkan foraminifera bentos yang ditemukan berupa Triloculina trigonula, Quinqueloculina reticulata, Quinqueloculina biscotoides vella, Quenquiloculina lamarckiana, Operculina complanata, Eponides procerus, Elphidium sp., Cibicides sp., Asterorotalia multispina, Ammonia yabei, Ammonia anectens menunjukkan lingkungan pengendapan neritik dangkal hingga transisi. Satuan Batupasir ini terdiri atas batuan sedimen klastik kasar dengan struktur sedimen yang berkembang berupa paralel lamination, flaser, wavy, lenticular, graded bedding dan cross bedding. Sedimen dengan butiran yang kasar dengan struktur sedimen cross bedding menunjukan bahwa sedimen tersebut diendapkan dengan mekanisme arus traksi pada lingkungan dengan energi yang tinggi. Sedangkan struktur sedimen paralel lamination menunjukan arus dengan energi yang lemah. Berkembangnya struktur sedimen flaser, wavy dan lenticular menunjukan adanya arus yang berubah ubah antara arus traksi dan pengendapan secara suspensi. Berdasarkan interpretasi mekanisme pengendapan dan kandungan foraminifera kecil, dapat disimpulkan bahwa satuan ini diendapkan pada daerah transisi. Arah sedimentasi ditafsirkan menuju ke utara dengan sumber sedimen berasal dari selatan, hal ini berdasarkan kondisi geologi regional daerah penelitian. Kandungan material vulkanik pada satuan ini berupa tufa, fragmen litik andesit, pumice dan sifat tufaan diperkirakan berasal dari aktifitas vulkanisme berumur kuarter. Hal ini didasarkan pada hubungan antara umur satuan dan aktifitas vulkanik yang terjadi pada kala itu. Sumber vulkanik tersebut diperkirakan berasal dari kompleks gunung api Arjuna Welirang Argopuro berumur kuarter yang berada kira kira 40 km di selatan daerah penelitian. 3.3.3.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri litologi dari satuan batupasir ini, maka satuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi Pucangan Fasies Gunung Api (Duyfjes, 1936) atau Formasi Pucangan Atas (Pringgoprawiro, 1983). Hubungan satuan ini dengan satuan dibawahnya adalah selaras. 3.4 Struktur Geologi Daerah Penelitian 3.4.1 Interpretasi Struktur Geologi Berdasarkan analisis kelurusan pada daerah penelitian, maka didapatkan pola kelurusan bukit dan pola kelurusan sungai (Gambar 3.10) yang digambarkan dalam diagram bunga. Pola kelurusan bukit yang dominan yaitu pada arah E W yang ditafsirkan sebagai arah jurus kedudukan lapisan dan sumbu perlipatan. Sedangkan pola kelurusan sungai yang berkembang adalah pada arah NNW SSE, WNW ESW, NE SW dan ENE WSW yang ditafsirkan sebagai kedudukan rekahan dan sesar sebagai bidang bidang lemah (Gambar 3.11). 32

Keterangan : Kelurusan bukit Kelurusan sungai Gambar 3.10 Kelurusan pada Peta Topografi 0 0 330 25 315 45 20 30 15 300 60 10 5 270 25 20 15 10 5 5 10 15 20 25 90 270 90 5 10 15 240 120 225 20 135 25 210 150 180 180 a.) Diagram bunga kelurusan bukit b.) Diagram bunga kelurusan sungai Gambar 3.11 Diagram bunga kelurusan bukit dan kelurusan lembah 3.4.2 Analisis Struktur Geologi Berdasarkan pengamatan di daerah penelitian, maka struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah berupa antiklin dan sesar geser mengiri (lihat Lampiran C). 3.4.2.1 Antiklin Guyangan Antiklin ini terletak di tengah daerah penelitian, dengan sumbu antiklin berarah barat timur. Puncak antiklin ini dapat diamati dengan baik, di sebelah utara perumahan Kota Damai 33

pada daerah pertambangan bahan galian c. Gejala struktur antiklin ini dapat diamati dengan adanya perubahan kedudukan lapisan yaitu N35ºE/ 35ºSE dan N250º E/ 20ºNW. Foto 3.20 Singkapan yang menunjukan sumbu antiklin Berdasarkan analisa dinamik (lihat Lampiran C) dari antiklin guyangan ini, didapatkan besar sayap antiklin N79ºE/42ºS dan N281ºE/30º N, bidang sumbu N268ºE/85ºN serta sumbu antiklin 7º E, N87ºE (Foto 3.20). Berdasarkan analisa dinamik ini, didapatkan arah tegasan utamanya adalah berarah relatif utara selatan. 3.4.2.2 Sesar Kedamean Sesar ini merupakan sesar geser mengiri yang memotong struktur antiklin. Sesar ini berarah NE SW dan memanjang dari selatan, mulai dari Desa Karangandong, Desa Mojosarirejo hingga Desa Wedoroanom di Utara. Sesar ini ditafsirkan melalu interpretasi citra satelit dan peta topografi serta pengukuran kekar gerus di lapangan. Secara kuantitatif pada diagram bunga (lihat Gambar 3.30 b) didapatkan kelurusan yang berarah NE SW, kemudian pada pola aliran sungai (lihat Gambar 3.1) terjadi pergeseran garis pemisah air yang arah pergeserannya mengiri. Begitu pula pada citra satelit (lihat Gambar 3.4), terlihat nampak adanya pergeseran kelurusan yang berarah barat timur. Pada model elevasi digital (lihat Gambar 3.5) terlihat punggungan yang dipisahkan oleh kelurusan lembah yang berarah NE SW. Pada pengamatan di lapangan juga dijumpai gejala struktur berupa flexure (Foto 3.21) dan shear fracture (Foto 3.22). Foto 3.21 Singkapan yang menunjukan adanya flexure 34

Foto 3.22 Shear fracture pada batupasir Berdasarkan analisis kinematik dan dinamik (lihat Lampiran C) dari Sesar Kedamean ini, maka didapatkan kedudukan bidang sesar yaitu N32ºE/57ºNW dengan arah pergerakan 32º, N136ºE dan pitch 25º. Menurut arah pergerakannya, sesar ini dinamakan sesar mengiri turun. Berdasarkan analisis dinamik ini didapatkan arah tegasan utamanya relatif utara selatan. 35