BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan pemeriksa (auditor). Seorang auditor pada mulanya bertindak sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unit operasi perusahaan, jenis usaha, melebarnya jaringan distribusi, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor. Pada mulanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Internal Auditor dan Ruang Lingkupnya. Kata internal auditor terdiri dari dua kata yaitu internal dan Auditor.

BAB II URAIAN TEORITIS. Menurut American Accounting Association, internal audit adalah proses sistematis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah auditing dikenal berasal dari bahasa latin yaitu : audire, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya, perbedaan yang begitu mendasar mengenai pengertian audit

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan suatu perusahaan ditandai dengan semakin banyaknya unitunit

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Auditing dan Internal Auditing. memahami pengertian auditing menurut Arens dan Loebecke (2000 : 9) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya audit

KEDUDUKAN DAN FUNGSI INTERNAL AUDITOR PADA PT NINDYA KARYA (PERSERO) CABANG MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Internal Auditing. departemen yang melakukan pemeriksaan khusus untuk menjamin kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi internal audit menurut Sukrisno Agoes (2004: 221) adalah: Definisi Internal Audit menurut Sawyer (2005: 10) adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Auditing merupakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perusahaan atau organisasi yang relatif kecil, pimpinan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Auditing merupakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian suatu

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

KEDUDUKAN DAN FUNGSI INTERNAL AUDITOR PADA PT. EKASURYA MANDIRI BATAM

Daftar Pertanyaan. Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

Jeanne Asteria W. Martinus Sony Ersetiawan Universitas Katolik Darma Cendika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dapat memperoleh kesuksesan hanya dengan mengadopsi teknologi baru dengan

BAB III SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PROSES PENGENDALIAN INTERN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

KUESIONER PEMERIKSAAN INTERNAL VARIABEL INDEPENDEN

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian internal dalam perusahaan besar sangat sulit, dikarenakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. concern) dan tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) (Brigham et al

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi menuntut pertumbuhan perekonomian khususnya dunia usaha

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN. memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh objek

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

SISTEM PENGENDALIAN INTERN

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL

2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Internal Auditing. memerlukan staf yang berkompeten dan independen serta bertanggung

BAB II LANDASAN TEORI. struktur organisasi, metode dan ukuran ukuran yang dikoordinasikan untuk

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Audit Internal mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat dan semakin berkembangnya sumber

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemeriksaan intern atau internal audit merupakan bagian dalam

INTERNAL AUDIT. Materi 1. Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 KUESIONER AUDIT INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG JADI PADA PT. X VARIABEL INDEPENDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani yaitu system yang artinya adalah

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dan pengembangan dunia bisnis di zaman sekarang

PT INDO KORDSA Tbk. PIAGAM AUDIT INTERNAL

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PIAGAM KOMITE AUDIT. ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat ketat antar perusahaan saat ini terjadi di dalam

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen.

Pedoman Kerja Komite Audit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

PIAGAM INTERNAL AUDIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

BAB II LANDASAN TEORI. sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional. perusahaan dan mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem.

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS PENGENDALIAN INTERNAL

BAB II LANDASAN TEORI

KUESIONER PENELITIAN PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN

Klarifikasi Istilah Teknis Auditing Di lingkungan Pengawasan Pemerintah

Internal Audit Charter

yang bertugas melakukan kegiatan pemeriksaaan yang meliputi perencanaan pemeriksaaan, pengujian dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab 1. Pendahuluan. Dalam memasuki era globalisasi, laju perekonomian di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

INTERNAL AUDIT CHARTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Modul ke: AUDIT INTERNAL. Standar Audit Internal. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin kompetitif dan kompleks. Keadaan ini menuntut

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Lingkup Pengawasan Internal Pengertian Auditing pertama kali dikenal dari bahasa latin, yaitu: audire, yang artinya mendengar. Sedangkan orang yang melaksanakan fungsi auditing tersebut dinamakan pemeriksa (auditor). Seorang auditor pada mulanya bertindak sebagai pendengar yang kritis terhadap pertanggungjawaban yang dibacakan oleh penanggung jawab suatu badan usaha. Menurut pendapat Mulyadi (2002:9) pengertian auditing dapat diterangkan sebagai berikut : Auditing adalah suatu proses sistematika untuk memperoleh dan mengevaluasi secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Menurut defenisi ini auditing diartikan sebagai akuntan publik yang kritis atas pengawasan internal dan pembukuan suatu perusahaan atau unit ekonomi lainnya, serta penilaian atas kewajaran laporan keuangan. Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (2004 : 221) mendefinisikan internal audit (pemeriksaan intern) sebagai berikut : Internal audit adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan

ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah misalnya peraturan di bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi dan lain-lain. Ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi misalnya standar akuntansi keuangan. Internal audit yang modern tidak lagi terbatas fungsinya dalam bidang pemeriksaan keuangan tetapi sudah meluas ke bidang lainnya seperti manajemen audit, audit lingkungan hidup, sosial audit dan lain-lain. Bahkan mulai tahun 2000an kegiatan internal audit sudah mencakup konsultasi yang didesain untuk menambah nilai dan meningkatkan kegiatan operasi suatu organisasi, yang pasti bahwa untuk meningkatkan efisiensi dan aktifitas dari kegiatan usahanya, suatu perusahaan sangat memerlukan adanya internal audit departemen yang efektif, terutama di perusahaan menengah dan besar. Apalagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas diantara negara-negara diseluruh dunia, yang tidak lagi memperbolehkan adanya proteksi, maka setiap perusahaan, jika ingin bertahan di dunia bisnis, harus berusaha meningkatkan daya saingnya secara berkelanjutan. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari kegiatan usahanya. Berbeda dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik, yang tujuannya adalah memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang disusun manajemen, maka tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal adalah untuk membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya.

Menurut Hartadi ( 1999 : 24 ) Pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilain yang bebas dalam suatu organisasi guna menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan kegiatan perusahaan guna memberikan saran saran kepada manajemen. Berdasarkan kutipan tersebut dapat dikatakan bahwa tujuan internal auditing adalah membantu semua tingkatan manajer agar tanggung jawab mereka dapat dilaksanakan dengan fungsi pemeriksaan harus dinamis yang mempunyai orientasi atau pandangan jauh ke depan. Karena berkedudukan bebas sebagai penilai bebas, internal auditor harus benar benar dalam sikap dan pemikiran pemikirannya. Menurut pendapat Holmes dan Burn ( 2000 : 154 ) : agar fungsi internal auditor bisa bekerja secara efektif maka perlu adanya sasaran sasaran atau pemeriksaan tertentu yang harus ditetapkan dan harus senantiasa dikaji ulang. Sasaran sasaran yang dimaksud adalah sasaran pengawasan akuntansi dan sasaran pengawasan administrasi. Menurut Holmes dan Burn ( 2000 : 154 ) ada empat tahap yang harus dilalui dan dilaksanakan oleh auditor internal untuk mencapai pengawasan yang baik, yaitu : 1. mengidentifikasikan jenis kekeliruan dan penyelewengan akuntansi yang mungkin terjadi 2. menetapkan prosedur yang harus mencegah dan dapat menemukan kekeliruan dan penyelewengan semacam itu. 3. menguji transaksi serta prosedur prosedur yang menentukan apakah prosedur yang diperlukan sudah digariskan dan dipatuhi secara memuaskan. 4. mengevaluasi semua jenis kekeliruan dan penyelewengan yang tidak dicakup oleh prosedur pengendalian internal yang ada. Ini akan membantu dalam menetukan pengaruhnya terhadap sifat, waktu, atau luasnya prosedur auditing lainnya yang mungkin diperlukan.

Untuk dapat melaksanakan pengawasan dengan baik, internal auditor harus memiliki pengetahuan dan keahlian yang dimaksudkan bukanlah hanya dalam bidang bidang akuntansi dan auditing tetapi juga keahlian kehalian lainnya yang relevan dengan fungsi fungsi yang dilakukan, selain itu, bantuan serta dorongan dari manajemen tertinggi sangat dibutuhkan bagi keberhasilan misi pemeriksaan intern. Kemudian, hasil dari suatu pemeriksaan internal yang dilakukan oleh auditor internal akan diperoleh sebuah laporan yang ditujukan kepada pimpinan perusahaan yang disebut dengan laporan auditor internal. Laporan auditor internal merupakan sarana pertanggungjawaban pelaksanaan tugas auditor internal dan sarana untuk memberikan saran-saran sebagai referensi yang berharga mengenai pekerjaan pemeriksaan untuk pemeriksaan selanjutnya di masa yang akan datang. B. Karakteristik Pengawasan Internal yang Baik Dalam menganalisa karakteristik pengawasan internal yang baik, perlu terlebih dahulu untuk mengetahui pengertian dan tujuan pengawasan internal, standar pengawasan internal, karakteristik atau ciri-ciri pengawasan internal yang baik serta keterbatasan pengawasan internal.. Struktur pengawasan internal dapat mempunyai pengertian yaitu struktur pengawasan internal dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti luas, system pengawasan internal dapat dipandang sebagai system social ( social system ) yang mempunyai wawasan dan makna khusus yang berada dalam organisasi perusahaan.

Sistem tersebut terdiri dari kebijakan, teknik, prosedur, alat-alat listrik, dokumentasi, orang-orang yang berinteraksi satu sama lain diarahkan untuk melindungi harta, menjamin terhadap terjadinya hutang yang tidak layak, menjamin ketelitian dan dapat dipercayainya data akuntansi, dapat diperolehnya operasi yang efisien dan menjamin ditaatinya kebijakan perusahaan. Ikatan Akuntansi Indonesia ( 2009 ) menyatakan bahwa : Struktur pengawasan intern meliputi kebijakan-kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa tujuan satuan usaha yang spesifik akan dapat dicapai. Pengertian tersebut tidak hanya mancakup kegiatan akuntansi dan keuangan tetapi juga meliputi aspek kegiatan perusahaan itu sendiri. Dari definisi-definisi seperti yang dikemukakan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari sistem pengawasan internal adalah sebagai berikut : a. Menjaga keamanan harta milik perusahaan. b. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi c. Meningkatkan efisiensi dalam operasi d. Membantu menjaga agar tidak ada yang menyimpang dari kebijaksanaan manajemen yang ditetapkan terlebih dahulu. Langkah-langkah di atas merupakan tujuan dari sistem pengawasan internal yang baik walaupun pengawasan internal tersebut tidaklah berlaku secara universil. Suatu sistem pengawasan yang baik untuk suatu perusahaan belum tentu baik untuk

perusahaan lain yang sejenis meskipun perusahaan tersebut termasuk dalam bidang usaha yang sejenis. Adapun standar pengawasan internal dapat dilihat melalui buku Sawyers Internal Auditing (2005 : 23) terdapat statement on internal auditing standart (SIAS) atau pernyataan atas standar audit internal. Standar tersebut berisi : 1. kontrol : konsep dan tanggung jawab, 2. mengkomunikasikan hasil, 3. pencegahan, pendeteksian, investigasi, dan pelaporan kecurangan, 4. keyakinan kualitas, 5. hubungan auditor internal dengan auditor luar yang independen, 6. kertas kerja audit, 7. komunikasi dengan dewan direksi, 8. prosedur audit analitis, 9. penentuan resiko, 10. evaluasi pencapaian tujuan dan sasaran operasi atau program, 11. pernyataan Omnibus 1992, 12. perencanakan penugasan audit, 13. menindak lanjuti laporan-laporan audit yang dilaporkan, 14. daftar kata, 15. pengawasan, 16. ketaatan audit terhadap kebijakan, rencana, prosedur, hukum, regulasi dan kontrak, 17. penilaian kinerja auditor eksternal, 18. penggunaan penyedia jasa dari luar. Sedangkan ciri-ciri suatu sistem pengawasan yang baik adalah adanya beberapa unsur seperti berikut ini : 1. Suatu bagan organisasi yang memungkinkan pemisahan fungsi secara tepat. 2. sistem pemberian wewenang serta prosedur pencatatan yang layak agar tercapai pengawasan akuntansi cukup atas aktiva, hutang, hasil dan biaya.

3. Praktek yang sehat harus diikuti dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap bagian organisasi. 4. Suatu tingkat kecakapan pegawai yang sesuai dengan tanggung jawab. Unsur-unsur tersebut di atas masing-masing sama pentingnya merupakan dasar pengawasan internal yang baik, namun tidak dapat menjamin tidak akan terjadinya penyelewengan sama sekali walaupun keseluruhan unsur berjalan dengan baik. Kelemahan yang menyolok dalam salah satu diantaranya dapat menghambat tujuan sistem itu sendiri. Keterbatasan atau kelemahan pengawasan internal merupakan kendala untuk tercapainya pengawasan internal yang baik. Adapun kelemahan pengawasan internal adalah sebagai berikut : 1. Kolusi, adalah kerjasama antara beberapa pegawai dalam suatu perusahaan untuk melakukan penyelewengan atau manipulasi. 2. Keterbatasan biaya penyelenggaraan, maksudnya biaya yang dibutuhkan untuk pengawasan yang baik tidak boleh melebihi manfaat yang diperoleh. Keterbatasan biaya penyelenggara pengawasan internal salah satu factor penghambat terlaksananya pengawasan internal yang memadai. 3. Manusia, maksudnya pelaksana pengawasan internal dilakukan oleh manusia, yang memungkinkan untuk melakukan pengawasan secara tidak baik dikarenakan banyaknya rutinitas serta kebutuhan lainnya. Sehingga hal ini menjadi celah bagi pihak-pihak tertentu untuk mengambil keuntungan dan memanfaatkan keadaan dengan melakukan penyewelengan.

Kelemahan-kelemahan di atas merupakan indikasi bahwa pengawasan yang baik dapat terjadi apabila adanya suatu sistem pengawasan yang baik dan tingkat kecakapan yang tinggi dari seorang auditor sebagai pelaksana pengawasan itu sendiri. Hal ini dikarenakan manusia sebagai unsur dari pengawasan internal memegang peranan penting dari unsur lainnya. C. Fungsi Auditor Internal Auditor internal merupakan sebagai staf perusahaan yang terkait dengan pengawasan intern, memiliki fungsi utama untuk menilai apakah pengawasan internal telah berjalan sebagaimana yang diharapkan. Internal auditor tidak hanya berfungsi untuk mengurangi kebocoran dan penyelewengan dalam perusahaan, akan tetapi lebih dari itu sebagai penghasil informasi yang tepat dan tidak memihak serta dapat membantu meningkatkan mutu pimpinan dalam pengendalian perusahaan. Fungsi Internal Audit menurut Mulyadi (2002 : 211) adalah sebagai berikut : a. fungsi Internal Audit adalah menyelidiki dan menilai pengendalian intern dan efisiensi pelaksanaan fungsi berbagai unit organisasi. Dengan demikian fungsi internal audit merupakan bentuk pengendalian yang fungsinya adalah untuk mengukur dan menilai efektivitas unsur-unsur pengendalian intern yang lain b. fungsi internal audit merupakan kegiatan penilaian yang bebas, yang terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan dan kegiatan lain, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka. Dengan cara menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar-komentar penting terhadap kegiatan manajemen, internal auditor menyediakan jasa tersebut. Internal auditor berhubungan dengan semua tahap kegiatan perusahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada audit atas catatan akuntansi.

Selanjutnya akan dicoba untuk memaparkan tugas-tugas auditor internal. Penerapan tugas ini bagi tiap perusahaan tidaklah selalu sama, perbedaan tersebut tergantung pada : a. Besarnya perusahaan. b. Tingkat perkembangan sistem akuntansinya. c. Sumber dana keuangan dalam perusahaan. d. Kemampuan manajemen untuk memanfaatkan informasi yang dihasilkan. Menurut Kosasih ( 2000 : 277-278 ) bahwa pada dasarnya fungsi auditor internal adalah sebagai berikut : a. Menentukan baik tidaknya internal control dengan memperhatikan pemisahan fungsi dan prinsip akuntansi benar-benar telah dilaksanakan. b. Bertanggung jawab dalam menentukan apakah pelaksanaannya sesuai dengan policy dan prosedur yang telah ditetapkan sampai menilai apakah hal-hal tersebut perlu diperbaiki atau tidak. c. Memverifikasi keberadaan asset yang termasuk mencegah dan menemukan peyelewengan. d. Memverifikasi dan menilai tingkat kepercayaan terhadap system akuntansi (accounting system) dan pelaporan (reporting). e. Melaporkan secara objektif apa yang diketahuinya kepada manajemen disertai rekomendasi perbaikannya. Selanjutnya menurut Tjitrosudojo ( 2000 : 121 ) Fungsi internal auditor bagi manajemen antara lain : 1. Menemukan berbagai situasi untuk meniadakan pemborosan. 2. Menyarankan perbaikan dalam kebijaksanaan, prosedur dan struktur organisasi. 3. Menciptakan alat-alat penguji bagi terhadap hasil pekerjaan para individu dan berbagai unit organisasi. 4. Mengawasi ketaatan dan syarat-syarat yang ditentukan oleh anggaran dasar dan undang-undang. 5. Mengecek akan adanya tindakan-tindakan yang tidak atau belum disetujui, yang menyeleweng dan yang tidak wajar secara lain.

6. Indetifikasi tempat yang mengandung kemungkinan timbulnya kesulitan dalam kegiatan di masa depan. 7. Menciptakan saluran komunikasi antara berbagai tingkat kegiatan dan pimpinan tertinggi. Walaupun penyajian kedua penulis di atas berbeda tetapi pada prinsipnya tujuan mereka dalam menetapkan fungsi internal auditor itu adalah sama yakni menekankan kepada peningkatan hasil guna perusahaan secara umum. Dalam melaksanakan fungsinya, auditor internal tidak memikul tanggung jawab langsung dan tidak mempunyai wewenang atas kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukannya itu. Oleh karena itu, pemeriksaan dan penilaian auditor internal sama sekali tidak membebaskan orang lain dalam perusahaan itu dari tanggung jawabnya. Beberapa pernyataan Bambang Hartadi (1999:21-22) mengenai tanggung jawab yang dipikul oleh oleh bagian internal audit. a. Menilai prosedur dan menilai hal-hal yang berhubungan, yang terdiri: 1) memberi pendapat efisiensi atau kelayakan prosedur, 2) mengembangkan atau memperbaiki prosedur, 3) menilai personalia, 4) ide-ide seperti pembuatan standard/pembuatan metode baik. b. Verifikasi dan analisis data, yang menyangkut : 1) penelaahan data yang dihasilkan sistem akuntansi guna membuktikan bahwa laporan-laporan yang dihasilkan adalah benar (valid) dan, 2) membuat analisis-analisis lebih lanjut untuk memberi dasar/membantu penyimpulan-penyimpulannya. c. Verifikasi kelayakan yaitu untuk menentukan: 1) prosedur akuntansi atau kebijakan lainnya yang telah dilakukan, 2) prosedur operasi/kegiatan yang telah diikuti, 3) peraturan-peraturan pemerintah telah dilaksanakan, 4) kewajiban-kewajiban yang bersangkutan dengan kontrak telah berjalan/dipatuhi. d. Fungsi perlindungan.mengadakan perlindungan untuk : 1) menghindari dan menemukan penggelapan, ketidakjujuran atau kecurangan, 2) memeriksa semua kekayaan perusahaan,

3) meneliti transaksi dengan pihak luar. e. Melatih dan memberi bantuan kepada karyawan perusahaan terutama bidang akuntansi. f. Jasa-jasa lainnya, termasuk penyelidikan khusus dan membantu dengan pihak luar seperti, Kantor Akuntan Publik ( yang memeriksa laporan keuangan secara periodik), atau konsultan lainnya dan yang berkepentingan dengan data kegiatan-kegiatan perusahaan. Dari fungsi-fungsi di atas dapatlah disimpulkan bahwa auditor internal harus mapu menilai dan mengevaluasi secara objektif berbagai hasil yang telah dicapai manajemen. Kemudian juga mengetahui apakah setiap pelaksanaan aktivitas telah sesuai dengan peraturan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Memastikan sistem akuntansi yang ada sesuai dengan yang digariskan oleh perusahaan dan mencocokkan daftar kekayaan perusahaan dengan kenyataannya serta memberikan rekomendasi kepada manajemen untuk diambil suatu tindakan yang bersifat konstruktif. D. Kedudukan Auditor Internal Struktur organisasi perusahaan menggambarkan posisi dan pembagian tugas setiap bagian yang tercakup dalam organisasi tersebut. Demikian juga halnya dengan posisi internal auditor dalam suatu perusahaan, dapat diketahui melalui struktur organisasi perusahaan yang bersangkutan. Kedudukan auditor internal sangat tergantung sekali dari tempatnya di dalam organisasi perusahaan dan dukungan orang yang diperolehnya dalam perusahaan tersebut. Pimpinan perusahaan atau manajemen puncak akan menentukan luasnya

tanggung jawab dan dasar-dasar kebijaksanaan yang mengatur kegiatan-kegiatan dari bagian ini. Struktur organisasi penetapan bagian internal auditor secara jelas disertai dengan job description yang jelas akan membawa dampak yang positif dalam proses komunikasi antara internal auditor dengan pihak pemilik perusahaan atau manajer. Namun sebaliknya penempatan yang tidak jelas akan menghambat jalannya arus pelaporan dari internal auditor karena itu perlu ditentukan secara tegas kedudukan internal auditor ini. Menurut Agoes Sukrisno (2004 : 243) ada empat alternatif kedudukan internal auditor dalam strukutur organisasi yaitu : berikutnya. 1. Kedudukan internal audit berada di bawah direktur keuangan (sejajar dengan bagian akuntansi keuangan), 2. Kedudukan Auditor Internal berada di bawah Direktur Utama, 3. Kedudukan internal audit merupakan staf dari dewan komisaris, 4. Kedudukan internal audit dipimpin oleh seorang internal audit direktur. Keempat alternatif tersebut dapat kita lihat disajikan. Pada halaman yang a.d.1. Kedudukan internal audit berada di bawah direktur keuangan (sejajar dengan bagian akuntansi keuangan) Pada Kedudukan ini terlihat bahwa bagian internal audit berkeduduka n sejajar dengan bagian keuangan dan bagian akuntansi. Bagian internal audit sepenuhnya bertanggung jawab kepada direktur keuangan. Kelemahan dari kedudukan ini adalah bahwa ruang lingkup pemeriksaan internal auditor menjadi lebih sempit hanya ditekankan pada pengendalian atas bagian keuangan saja. Jika dikaitkan dengan

independensi, maka tingkat kebebasan internal auditor kecil dan sempit. Keuntungan posisi ini adalah laporan internal auditor dapat segera dipelajari dan ditanggapi. a.d.2. Bagian internal audit merupakan staf direktur utama Pada Kedudukan ini terlihat bahwa kedudukan internal audit adalah merupakan staf direktur utama. Dalam hal ini internal auditor mempunyai tingkat independensi yang tinggi, karena internal auditor dapat melakukan pemeriksaan ke seluruh bagian, kecuali pimpinan perusahaan atau direktur utama. Kelemahan fungsi internal auditor pada struktur ini, bahwa direktur utama mempunyai tugas yang banyak, sehingga direktur utama tidak dapat mempelajari hasil internal audit secara mendalam, sehingga tindakan perbaikan yang diperoleh tidak dapat diambil dengan segera. a.d.3. Kedudukan internal audit merupakan staf dari dewan komisaris Pada Kedudukan ini terlihat bahwa bagian internal auditor berfungsi sebagai staf bagian Dewan Komisaris, dan posisinya berada diatas Direktur Utama. Kedudukan ini, memberikan tingkat independensi yang tinggi sekali karena internal auditor dapat memeriksa seluruh aspek organisasi. Kelemahannya bahwa anggota Dewan Komisaris, tidak setiap saat ditemui, juga mungkin kurang menguasai masalah operasi sehari-hari sehingga tidak dengan cepat dapat mengambil tindakan atau menanggapi saran-saran yang diajukan oleh internal auditor untuk pencegahan dan perbaikan.

a.d.4. Kedudukan internal audit dipimpin oleh seorang internal audit direktur Pada Kedudukan ini dilihat bahwa kedudukan bagian internal audit dipimpin oleh Direktur Internal Audit. Direktur Internal Audit mengarahkan personil dan aktivitas-aktivitas departemen audit intern dan mempunyai tanggung jawab terhadap program dan pelatihan staff audit. Direktur Audit Intern mempunyai akses yang bebas terhadap dewan komisaris. Tanggung jawab direktur audit intern adalah menyiapkan rencana tahunan untuk pemeriksaan semua unit perusahaan dan menyajikan program tersebut untuk persetujuan. Auditing Supervisor membantu direktur audit intern dalam mengembangkan program audit tahunan dan membantu dalam mengkoordinasi usaha auditing dengan akuntan publik agar memberikan cakupan audit yang sesuai tanpa duplikasi usaha. Senior Auditor menerima program audit dan instruksi untuk area audit yang ditugaskan dari Auditing Supervisor. Senior Auditor mempunyai staf auditor dalam pekerjaan lapangan audit. Staff Auditor melaksanakan tugas audit pada suatu lokasi audit. Kedudukan ini, kelemahannya adalah ketika direktur internal audit tidak dapat mengelola departemen audit intern dengan baik, sehingga pekerjaan audit tidak dapat memenuhi tujuan umum dan tanggung jawab yang telah disetujui manajemen, sumber daya dari departemen audit intern tidak digunakan secara efektif dan efisien. Keempat alternatif di atas dapat dilihat pada gambar-gambar berikut :

Direktur Utama Direktur Keuangan Bagian Akuntansi Bagian Keuangan Bagian Audit Sumber : Sukrisno Agoes, 2004 Gambar 1.1 Ad. 1 Kedudukan internal audit berada di bawah direktur keuangan

Dewan Komisaris Direktur Utama Auditor Internal Bagian Personalia Bagian Keuangan Bagian Produksi Bagian Akuntansi Sumber: Sukrisno Agoes, 2004 Gambar 1.2 Ad. 2 Kedudukan Auditor Internal berada di bawah Direktur Utama

Dewan Komisaris Direktur Utama Bagian Internal Audit Direktur Keuangan Bagian Akuntansi Bagian Keuangan Bagian Anggaran Sumber : Sukrisno Agoes, 2004 Gambar 1.3 Ad. 3 Kedudukan internal audit merupakan staf dari dewan komisaris

Sumber : Sukrisno Agoes, 2004 Gambar 4.4 Ad. 4 Kedudukan internal audit dipimpin oleh seorang internal audit direktur

E. Laporan Auditor Internal Hasil akhir dari suatu pemeriksaan internal adalah berupa laporan hasil pemeriksaan. Laporan tersebut merupakan sarana pertanggung jawaban auditor internal kepada pimpinan perusahaan. Melalui laporan ini diungkapkan temuantemuan, baik itu kelemahan atai kecurangan yang ditemui dan juga memberikan rekomendasi perbaikan atas kesalahan yang ada. Laporan internal auditor menurut Sukrisno Agoes (2004 : 241) bisa dibuat dalam beberapa bentuk/format, namun harus mencakup elemen-elemen berikut: 1. summary, 2. foreward, 3. purpose, 4. scope, 5. opinion, 6. findings, 7. recomendations. Sedangkan Menurut Hiro Tugiman (2002 : 70) bahwa laporan auditor internal harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut: 1. Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat, konstruktif dan tepat waktu. 2. Laporan haruslah mengemukakan tentang maksud, lingkup dan hasil pelaksanan pemeriksaan, dan bila dipandang perlu, laporan harus pula berisikan pernyataan tentang pendapat pemeriksa. 3. Laporan-laporan dapat mencantumkan berbagai rekomendasi dari berbagai perkembangan yang mungkin dicapai, pengakuan terhadap kegiatan yang dilaksanakan secara meluas dan tindakan korektif.

ad 1. Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat, konstruktif dan tepat waktu. Maksud dari laporan yang objektif, singkat, konstruktif dan tepat waktu dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Laporan yang objektif adalah laporan yang faktual, tidak berpihak dan terbebas dari distorsi, berbagai temuan, kesimpulan dan rekomendasi haruslah dilakukan tanpa ada suatu prasangka, seperti : 1) Bila telah ditentukan bahwa dalam suatu laporan pemeriksaan akhir terdapat kesalahan atau error, pimpinan audit niternal harus mempertimbangkan perlunya pembuatan laporan tambahan yang menyebutkan tentang berbagai informasi yang diperbaiki. Laporan tambahan harus dibagikan kepada seluruh pihak yang telah menerima laporan akhir sebelumnya. 2) Suatu kesalahan atau error didefenisikan sebagai penulisan suatu pernyataan secara salah atau tidak dicantumkannya informasi yang penting dalam laporan pemeriksaan akhir, yang tidak disengaja terjadi. b. Laporan yang jelas dan mudah dimengerti dan logis. Kejelasan suatu laporan dapat ditingkatkan dengan cara menghindari penggunaan bahasa teknis yang tidak diperlukan dan pemberian berbagai informasi yang cukup mendukung. c. Laporan yang diringkas langsung membicarakan pokok permasalahan dan menghindari berbagai perincian yang tidak diperlukan. Laporan tersebut disusun dengan menggunakan kata-kata secara efektif.

d. Laporan yang konstruktif adalah laporan yang berdasarkan isi dan sifatnya akan membantu pihak yang akan diperiksa dan organisasi serta menghasilkan berbagai perbaikan yang dibutuhkan. e. Laporan yang tepat waktu adalah laporan yang penerbitannya tidak memerlukan penundaan dan mempercepat kemungkinan berbagai tindakan yang efektif. Ad 2. Laporan haruslah mengemukakan tentang maksud, lingkup dan hasil pelaksanan pemeriksaan, dan bila dipandang perlu, laporan harus pula berisikan pernyataan tentang pendapat pemeriksa. Maksud dari pengertian salah satu kriteria laporan auditor internal di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Walaupun bentuk dan isi laporan pemeriksaan dapat bermacam-macam, tergantung pada pengaturan atau jenis pemeriksaan, laporan tersebut paling tidak harus mengemukakan maksud, lingkup dan hasil pemeriksaan. b. Dalam laporan pemeriksaan dapat pula mencantumkan informasi latar belakang dan ringkasan laporan. Informasi latar belakang antara lain menjelaskan tentang unit-unit organisasi dan kegiatan yang diperiksa dan memberikan berbagai informasi relevan yang bersifat menjelaskan. Dalam laporan pemeriksaan dapat pula dicantumkan keadaan berbagai temuan, kesimpulan, rekomendasi pada pemeriksaan terdahulu. Hal tersebut dapat menunjukkan apakah laporan mencakup pemeriksaan yang direncanakan atau tanggapan terhadap suatu permintaan atau perintah. Apabila dicantumkan, ringkasan laporan haruslah dibuat sesuai dengan isi yang dikemukakan pada laporan pemeriksaan.

c. Pernyataan tentang maksud pemeriksaan haruslah menggambarkan tujuan pemeriksaan dan bila perlu menjelaskan pada pembaca sebab-sebab pelaksanaan pemeriksaan dan hal-hal apa saja yang diinginkan dicapai. d. Pernyataan tentang lingkup pemeriksaan harus menjelaskan tentang kegiatan yang diperiksa dan mencakup pula berbagai informasi pendukung yang dianggap perlu, seperti periode waktu yang diperiksa. Berbagai kegiatan lain yang berhubungan, tetapi tidak diperiksa, harus pula diidentifikasi, bila dianggap perlu, untuk menjelaskan batas-batas pemeriksaan. Sifat dan luas pemeriksaan yang dilaksanakan harus pula digambarkan. e. Hasil pemeriksaan dapat pula berbagai temuan, kesimpulan, pendapat dan rekomendasi. f. Temuan pemeriksaan adalah hal-hal yang berkaitan dengan pernyataan tentang fakta. Berbagai temuan yang diperlukan untuk mendukung atau menghindari kesalahan pengertian tentang kesimpulan dan rekomendasi yang dibuat oleh pemeriksa internal harus dicantumkan dalam laporan pemeriksaan akhir. Berbagai informasi atau temuan yang kurang penting dapat diberitahukan secara lisan atau melalui korespondensi informasi. g. Temuan pemeriksaan dihasilkan dari proses perbandingan antara apa yang seharusnya terdapat dan apa yang ternyata terdapat. Dari hasil perbandingan tersebut, auditor internal memiliki dasar untuk membuat laporan. Apabila berbagai keadaan yang terdapat ternyata sesuai dengan kriteria, dalam laporan

pemeriksaan dapat dibuat pernyataan tentang pengakuan atas hasil pekerjaan yang memuaskan.temuan-temuan haruslah didasarkan pada berbagai hal berikut ini : 1) kriteria : yaitu berbagai standar, ukuran, atau harapan yang digunakan dalam melakukan evaluasi dan atau verifikasi (apa yang seharusnya terdapat), 2) kondisi : yaitu berbagai bukti nyata yang ditemukan oleh pemeriksa dalam pelaksanaan pemeriksaan (apa yang ternyata terdapat), 3) sebab : yaitu alasan yang dikemukakan atas terjadinya perbedaan antara kondisi yang diharapkan dan kondisi yang sesungguhnya (mengapa terjadi perbedaan), 4) akibat : yaitu berbagai resiko atau kerugian yang dihadapi oleh unit organisasi dari pihak yang diperiksa dan atau unit organisasi lain karena terdapatnya kondisi yang tidak sesuai dengan kriteria (dampak dari perbedaan). Dalam menentukan tingkat resiko atau kerugian, pemeriksa internal harus mempertimbangkan pula akibat-akibat yang ditimbulkan oleh berbagai temuan tersebut terhadap pernyataan keuangan (financial statement) organisasi. 5) dalam laporan tentang berbagai temuan dapat pula dicantumkan berbagai rekomendasi, hasil yang dicapai oleh pihak yang diperiksa dan informasi lain bersifat membantu yang tidak dicantumkan di tempat lain.

Ad 3. Laporan-laporan dapat mencantumkan berbagai rekomendasi dari berbagai perkembangan yang mungkin dicapai, pengakuan terhadap kegiatan yang dilaksanakan secara meluas dan tindakan korektif Maksud pengertian dari kriteria laporan aditor internal di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Rekomendasi didasarkan pada berbagi temuan dan kesimpulan pemeriksaan. Rekomendasi dibuat dengan tujuan untuk meminta tindakan guna perbaikan terhadap kegiatan yang ada atau meningkatkan operasional. Dalam rekomendasi dapat disarankan berbagai pendekatan yang diperlukan untuk memperbaiki atau meningkatkan pelaksanaan kegiatan. Saran tersebut akan digunakan sebagai pedoman bagi manajemen dalam mencapai hasil yang dikehendaki. Rekomendasi dapat bersifat khusus atau umum. Sebagai contoh, dalam keadaan tertentu, perlu dilakukan rekomendasi tentang suatu tindakan umum dan saran khusus bagi penerapan tindakan tersebut. Dalam keadaan lain, saran bagi pelaksanaan penyelidikan atau penelitian lebih lanjut, sudah tepat. b. Hasil yang telah dicapai oleh pihak yang diperiksa, dalam arti kemajuan yang dicapai sejak pemeriksaan terakhir atau pelaksanaan suatu operasional yang terawasi dengan baik, dapat dicantumkan dalam laporan pemeriksaan. Informasi ini perlu dicantumkan untuk menggambarkan keadaan yang secara adil dan memberi sudut pandang yang tepat serta menjaga keseimbangan laporan pemeriksaan.