FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. V. L

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

EVALUASI KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIPSIKOTIK ORAL PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN MINUM OBAT DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN

Volume VI Nomor 4, November 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

DUKUNGAN KELUARGA MEMPENGARUHI KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN SKIZOFRENIA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di RSD dr. Soebandi Jember

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Kerangka penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan faktor-faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BIAYA RIIL DAN ANALISIS KOMPONEN BIAYA YANG MEMPENGARUHI BIAYA RIIL PADA KASUS SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RSJ SAMBANG LIHUM

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN KONTROLPASIEN JIWA SKIZOFRENIA DI RAWAT JALAN DI RSJ PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBATPASIEN SKIZOFRENIA DI RSJ. PROF. DR. HB. SAANIN PADANG

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLI KLINIK RUMAH SAKIT JIWA Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

SKRIPSI PENGARUH FREKUENSI PEMBINAAN DAN INTERAKSI PSIKORELIGIUS KELUARGA TERHADAP JANGKA WAKTU KEKAMBUHAN SKIZOFRENIA

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi. konsentrasi yang buruk. Sementara itu depresi merupakan gangguan

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID DI POLIKLINIK RS JIWA DAERAH PROPSU MEDAN

HUBUNGAN KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA TENAGA KEPERAWATAN DI RSJ. PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG MANADO

PERBANDINGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH ANTARA PENGGUNAAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DAN APLIKASI DIGITAL PILLBOX REMINDER

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membuat arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. persepsi, afek, rasa terhadap diri (sense of self), motivasi, perilaku dan

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG PROVINSI SULAWESI UTARA Felly Rawa*, A. Joy. M. Rattu*, J. Posangi** *Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Skizofrenia merupakan gangguan mental yang membuat seseorang secara fisiologis mengalami disfungsi, baik interaksi dengan dirinya sendiri maupun dengan orang--orang di sekelilingnya. Kepatuhan pengobatan antipsikotik memainkan peran kunci pada pasien skizofrenia, dan pengobatan yang teratur telah terbukti memperbaiki gejala dan mengurangi tingkat kekambuhan. Sebuah kajian komprehensif melaporkan bahwa tingkat ketidakpatuhan pada pasien skizofrenia sebesar 40% -50%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki faktor yang terkait dengan kepatuhan terhadap pengobatan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan di RSJ Prof. dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara pada bulan Pebruari April 2017. Populasi pada penelitian ini adalah keluarga inti pada pasien penderita skizofrenia yang menjalani rawat jalan dan tercantum dalam rekam medic di Poliklinik RSJ Prof. dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara dan sampel dalam penelitian ini sebanyak 66 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p value variabel keparahan penyakit (0,033), faktor pengobatan (0,002), lingkungan keluarga (0,002) dan variabel petugas kesehatan (0,628) dengan kepatuhan minum obat penderita skizofrenia dan variabel lingkungan keluarga adalah variabel yang paling dominan terhadap kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia di RSJ Prof. Dr. R. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara. Kesimpulan terdapat hubungan antara keparahan penyakit, faktor pengobatan dan lingkungan keluarga dengan kepatuhan minum obat penderita skizofrenia, sedangkan variabel petugas kesehatan tidak berhubungan dengan kepatuhan minum obat penderita skizofrenia dan variabel lingkungan keluarga adalah variabel yang paling dominan terhadap kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia di RSJ Prof. Dr. R. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara. Kata Kunci: Kepatuhan Minum Obat, Penderita Skizofrenia ABSTRACT Schizophrenia is a mental disorder that makes a person physiological dysfunction, interaction with himself and eith those around him. Antipsychotic medication adherence play a key role in patients of schizophrenia, and regular treatment has been shown to improve symptoms and reduce the recurrence rate However, the treatment of non-compliance remains one of the greatest challenges in psychiatry. A comprehensive assessment report that the level of non-compliance in schizophrenic patients by 40% -50%. Poor adherence to antipsychotic treatment has a negative impact on the course of the disease, resulting in increased risk of recurrence, back in the hospital and suicide, as well as increased costs for the health system. The purpose of this study was to investigate the factors associated with adherence to treatment of patients with schizophrenia in the Mental Hospital Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang in North Sulawesi. This research was a quantitative research conducted in RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang North Sulawesi province in February April 2017. The population in this study is the main family in patients with schizophrenia outpatients and is listed in the record medic at the Polyclinic RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang North Sulawesi province and the sample in this study were 66 respondents. This study showed that P value (0,033), Medication (0,002), Family (0,002) and health worker variable (0,628) with medication adherence schizophrenic and family environment variable is the most dominant variables to medication adherence in patients with schizophrenia in RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang in North Sulawesi. It is concluded there is a relationship between the severity of disease, environmental factors, and treatment with medication adherence families of schizophrenics, while the variable of health workers is not related to medication adherence schizophrenic and family environment variable is the most dominant variables to medication adherence in patients with schizophrenia in RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang in North Sulawesi. Key Words: Medication Adherence, Patients With Schizophrenia 1

PENDAHULUAN Skizofrenia merupakan suatu sindrom penyakit klinis psikopatologi yang sangat menganggu dan mengakibatkan gangguan pada kehidupan seseorang, yaitu keluarga dan komunitas/masyarakat. Gangguan psikologis ini adalah salah satu jenis gangguan yang paling berhubungan dengan pandangan popular tentang gila atau sakit mental. Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang berat dan dialami manusia sejak usia muda dan dapat berkelanjutan menjadi sebuah gangguan yang kronis bahkan dapat berujung pada kematian, penyakit ini dapat menjadi lebih parah pada usia lanjut (lansia) karena menyangkut pada segi fisik, psikologis dan social budaya. Pada peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tanggal 10 oktober 2014 World Mental Health Day memiliki tema global yaitu Living With Schizophrenia, tema ini bertujuan untuk meningkatkan perhatian seluruh aspek masyarakat mengenai pentingnya penanganan dan perlakuan yang tepat bagi penderita schizophrenia agar dapat kembali aktif serta produktif. Resiko menderita skizofrenia adalah 1% yang berarti bahwa satu orang dari 100 orang akan menderita skizofrenia dalam hidupnya. American Psychiatric Association (2013) menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. Di seluruh dunia muncul 2000 kasus setiap tahun. Di amerika serikat >2000 orang menderita skizofrenia (Sadock dan Sadock, 2010). Menurut World Health Organization (WHO), skizofrenia adalah bentuk yang parah dari penyakit mental yang mempengaruhi sekitar 7 per seribu dari populasi orang dewasa, terutama pada kelompok usia 15-35 tahun, prevalensinya tinggi disebabkan oleh kronisitas. Skizofrenia di seluruh dunia di derita kira-kira 24 juta orang. Sembilan puluh persen penderita skizofrenia berada di Negara berkembang. Dirjen bina kesehatan masyarakat (Depkes) mengatakan jumlah penderita gangguan jiwa di masyarakat sangat tinggi, yakni satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa dari ras cemas, depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja,sampai skizofrenia. Hasil data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 dan dikombinasikan dengan data rutin dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) penduduk Indonesia secara nasional mengalami gangguan jiwa berat (skizofrenia) sebanyak 1,7 permil, sedangkan prevalensi di Sulawesi utara yang mengalami skizofrenia sebanyak 0,8%. Gangguan jiwa berat menimbulkan beban bagi pemerintah, 2

keluarga serta masyarakat oleh karena produktivitas penderita tersebut menurun dan akhirnya menimbulkan beban biaya yang besar bagi pasien dan keluarga. Dari sudut pandang pemerintah, gangguan ini menghabiskan biaya pelayanan kesehatan yang besar. Sampai pada saat ini masih terdapat pemasungan serta perlakuan yang salah pada pasien gangguan jiwa berat di Indonesia. Penyebab penderita skizofrenia tidak teratur memakan obatnya adalah karena adanya gangguan realitas dan ketidakmampuan mengambil keputusan, dimana hospitalisasi yang lama memberi konsekuensi kemunduran pada klien yang ditandai dengan hilangnya motivasi dan tanggung jawab, apatis, menghindar dari kegiatan dan hubungan social, kemampuan dasar sering terganggu, seperti perawatan mandiri dan aktifitas hidup seharian. Kontinuitas pengobatan dalam penatalaksanaan skizofrenia merupakan salah satu factor utama keberhasilan terapi. Pasien yang tidak patuh terhadap pengobatan akan memiliki resiko kekambuhan lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang patuh pada pengobatan. Ketidakpatuhan berobat ini yang merupakan alasan pasien kembali dirawat di rumah sakit. Pasien yang kambuh membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kembali pada kondisi semula dan dengan kekambuhan yang berulang kondisi pasien bisa semakin memburuk dan sulit kembali ke keadaan semula. Pengobatan skizofrenia ini harus dilakukan terus menerus sehingga pasiennya nanti dapat dicegah dari kekambuhan penyakit dan dapat mengembalika fungsi untuk produktif serta akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidupnya (medicastore, 2009). Berdasarkan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitiannya untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuh minum obat penderita skizofrenia di RSJ Prof. dr. V. L. Ratumbuysang provinsi Sulawesi Utara. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan di RSJ Prof. dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara pada bulan Pebruari April 2017 dengan sampel 66 responden. Analisis data dimulai dari Univariat, bivariat dan multivariat dan menggunakan uji chi-square. HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Antara Keparahan Penyakit Dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita Skizofrenia Di RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara 3

Tabel 1. Hubungan Antara Keparahan Penyakit Dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita Skizofrenia Di RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara Keparahan Kepatuhan Minum Obat Patuh Tidak Patuh Total n % n % n % Parah 35 55,6 19 30,2 54 87,5 Tidak 9 14,3 0 0,0 9 14,3 Parah Total 44 69,8 19 30,2 63 100,0 Nilai p 0,033 OR Berdasarkan tabulasi silang yang dilakukan antara keparahan penyakit dengan kepatuhan minum obat penderita skizofrenia di RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara, diperoleh data bahwa jumlah responden yang parah sebanyak 59 responden (87,5%) dengan patuh minum obat penderita skizofrenia sebanyak 35 responden (55,6%) dan tidak patuh minum obat penderita skizofrenia sebanyak 19 responden (30,2%), sedangkan jumlah responden yang yang tidak parah sebanyak 9 responden (14,3%) dengan patuh minum obat penderita skizofrenia sebanyak 9 responden (14,3%) dan tidak ada yang patuh minum obat penderita skizofrenia. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,033<α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara keparahan penyakit dengan kepatuhan minum obat penderita skizofrenia di RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara. Purnamisiwi (2015) mengevaluasi kepatuhan minum obat antipsikotik oral pasien skizofrenia di instalasi rawat jalan rumah sakit jiwa daerah X Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian survei deskriptif yang dilakukan dengan pill count untuk menghitung persentase kepatuhan dan melakukan wawancara terstruktur untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat antipsikotik oral pasien skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan RSJD X. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 85 orang dengan kriteria inklusi pasien skizofrenia yang pernah dirawat di RSJD X periode 2010-2015, pasien rawat jalan usia 18-45 tahun yang melakukan kontrol sebelumnya dan bersedia menjadi responden. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 68,24% (58 orang) patuh terhadap pengobatannya. Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang paling berpengaruh dalam kepatuhan pasien 4

untuk minum obat adalah faktor penyakit dikarenakan keparahan atau stadium penyakit, pasien merasa sembuh dan tidak mau minum obat. (Purnamisiwi, 2015) Faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan minum obat antipsikotik oral paling tinggi adalah faktor penyakit sebesar 51,85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyakit yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien dalam minum obat dikarenakan pasien tidak yakin dengan pengobatan yang dijalani akan dapat menyembuhkan penyakitnya dan ketika pasien merasa lebih baik memilih untuk menghentikan pengobatannya tanpa rekomendasi dokter. Kepatuhan (complience), juga dikenal sebagai ketaatan (adherence) adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya. Contoh dari kepatuhan adalah mematuhi perjanjian, mematuhi dan menyelesaikan program pengobatan, menggunakan medikasi secara tepat, dan mengikuti anjuran perubahan perilaku atau diet.perilaku kepatuhan tergantg pada situasi klinis tertentu, sifat penyakit dan program pengobatan (Kaplan & Sadock, 2010) Terapi yang dapat diberikan pada pasien Skizofrenia beragam bentuknya. Terapi psikososial dimaksudkan agar pasien mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya, mampu merawat diri dan tidak bergantung pada orang lain (Hawari, 2007). Sedangkan pasien gangguan jiwa Skizofrenia yang berulang kali kambuh dan berlanjut kronis serta menahun maka selain program terapi seperti tersebut diatas diperlukan program rehabilitasi (Hawari, 2007). Hubungan Antara Faktor Pengobatan dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita Skizofrenia Di RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara Tabel 2. Hubungan Antara Faktor Pengobatan Dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita Skizofrenia Di RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara Faktor Pengobatan Kepatuhan Minum Obat Patuh Tidak Patuh Total n % n % n % Baik 39 61,9 10 15,9 49 77,8 Kurang Baik 5 7,9 9 14,3 14 22,2 Total 44 69,8 19 30,2 63 100,0 Nilai p OR 0,002 7,020 Berdasarkan tabulasi silang yang dilakukan antara faktor pengobatan dengan kepatuhan minum obat penderita skizofrenia di RSJ Prof. Dr. V. L. 5

Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara, diperoleh data bahwa jumlah responden yang menjawab baik sebanyak 49 responden (77,8%) dengan patuh minum obat penderita skizofrenia sebanyak 39 responden (61,9%) dan tidak patuh minum obat penderita skizofrenia sebanyak 10 responden (15,9%), sedangkan jumlah responden yang menjawab kurang baik sebanyak 14 responden (22,2%) dengan patuh minum obat penderita skizofrenia sebanyak 5 responden (7,9%) dan tidak patuh minum obat penderita skizofrenia sebanyak 9 responden (14,3%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,002<α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara faktor pengobatan dengan kepatuhan minum obat penderita skizofrenia di RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara. Pengobatan untuk mengatasi gejala-gejala skizofrenia membutuhkan waktu yang lama. Pada umumnya perilaku pasien skizofrenia sulit untuk diarahkan. Mereka cenderung mudah bosan dan malas melakukan sesuatu. Lamanya penyakit tampaknya memberikan efek negative terhadap kepatuhan pasien minum obat. Semakin lama pasien menderita skizofrenia, maka makin kecil pasien tersebut patuh pada pengobatannya (Anonim, 2006). Samalin (2010) menjelaskan hubungan obat yang dikonsumsi mempengaruhi kepatuhan diantaranya teruatama terkait dengan kemanjuran dan tolerabilitas antipsikotik. Pasien skizofrenia tidak segera kambuh setelah putus obat, sehingga pasien beranggapan kekambuhannya tidak ada hubungannya dengan putus obat. Selain itu jumlah obat dan kerumitan cara meminumnya mempengaruhi kepatuhan pasien skizofrenia meminum obatnya. Makin banyak jenis obat yang harus diminum tiap harinya, maka pasien akan merasakan kesulitan mematuhi program pengobatan. Pratiwi (2011) meneliti Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di Poliklinik RSJ Prof. Dr Hb Saanin Padang Tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor pengobatan dengan kepatuhan minum obat. Dalam penatalaksanaan skizofrenia, kontinuitas pengobatan merupakan salah satu faktor utama keberhasilan terapi. Menurut Ashwin (2009), pasien yang tidak patuh pada pengobatan akan memiliki resiko kekambuhan lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang patuh pada pengobatan. Ketidakpatuhan berobat ini yang merupakan alasan pasien kembali 6

dirawat di rumah sakit (Medicastore, 2009). Kontuinitas pengobatan dalam penatalaksanaan skizofrenia merupakan salah satu faktor keberhasilan terapi. Pasien yang tidak patuh dalam pengobatan akan memilki resiko kekambuhan lebih tinggi di bandingkan dengan pasien yang patuh dalam pengobatan. Ketidakpatuhan berobat ini yang merupakan alasan kembali dirawat dirumah sakit. Pasien yang kambuh membutuhkan waktu yang lebih lama dan dengan kekambuhan yang berulang, kondisi pasien bisa semakin memburuk dan sulit untuk dikembalikan ke keadaan semula. Pengobatan skizofrenia ini harus dilakukan terus menerus sehingga pasien nantinya dapat dicegah dari kekambuhan penyakit dan dapat mengembalikan fungsi untuk produktif serta akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup (Yuliantika dkk, 2012). Kaunang, dkk (2015) meneliti hubungan kepatuhan minum obat dengan prevalensi kekambuhan pada pasien skizofrenia yang berobat jalan di ruang Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Prof Dr. V. L. Ratumbuysang Manado. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum obat dengan prevalensi kekambuhan pasien skizofrenia di Poliklinik RumahSakit Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang. Populasi dalam penelitian ini keluarga dari pasien skizofrenia dan sampel yang di dapatkan sebanyak 88 responden. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat dengan prevalensi kekambuhan pasien skizofrenia. Kepatuhan minum obat pasien skizofrenia yang berobat jalan di poliklinikjiwa, membawa dampak yang baik bagi pasien skizofrenia sehingga prevalensi kekambuhan pasien skizofrenia selam 1 tahun tidak pernah, hal ini di karenakan rutinnya pasien melakukan pengobatan. Hubungan Antara Lingkungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita Skizofrenia Di RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara Tabel 3. Hubungan Antara Lingkungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita Skizofrenia Di RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara Lingkungan Kepatuhan Minum Obat Keluarga Patuh Tidak Patuh Total Nilai p OR n % n % n % Baik 28 44,4 4 6,3 32 50,8 0,002 6,562 Kurang Baik 16 25,4 15 23,8 31 49,5 otal 44 69,8 19 30,2 63 100,0 7

Berdasarkan tabulasi silang yang dilakukan antara lingkungan keluarga dengan kepatuhan minum obat penderita skizofrenia di RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara, diperoleh data bahwa jumlah responden yang menjawab baik sebanyak 32 responden (50,8%) dengan patuh minum obat penderita skizofrenia sebanyak 28 responden (44,4%) dan tidak patuh minum obat penderita skizofrenia sebanyak 4 responden (6,3%), sedangkan jumlah responden yang menjawab kurang baik sebanyak 31 responden (49,5%) dengan patuh minum obat penderita skizofrenia sebanyak 16 responden (25,4%) dan tidak patuh minum obat penderita skizofrenia sebanyak 15 responden (23,8%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,002<α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara lingkungan keluarga dengan kepatuhan minum obat penderita skizofrenia di RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara. Kepatuhan minum obat terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan serta pemberiannya diikuti dengan benar. Jika terapi ini akan dilanjutkan, penting agar pasien mengerti dan dapat meneruskan pengobatan itu dengan benar dan tanpa pengawasan (Purnamasari et all, 2013). Ketidakpatuhan minum obat merupakan salah satu penghambat pemulihan. Kepatuhan minum obat terkait erat dengan aspek psikologis, misalnya masalah kebiasaan dan diperlukan juga suatu motivasi yang kuat untuk sembuh. Oleh sebab itu, berdasarkan pendekatan psikososial, dalam pemberian treatment, terapi media atau biologis tidak dapat berdiri sendiri. Salah satu cara agar pasien dapat patuh minum obat yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien juga keluarga tentang skizofrenia (Saputra & Hidayat, 2010). Ambari (2010) meneliti Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Keberfungsian Sosial Pada Pasien Skizorenia Pasca Perawatan Di Rumah Sakit Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien Skizofrenia pasca perawatan di rumah sakit. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini berupa skala, yaitu Skala Dukungan Keluarga dan Skala Keberfungsian Sosial. Dari analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,836 dengan p = 0,00 (p< 0.05. Angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara variabel dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial. Sumbangan efektif dukungan keluarga terhadap 8

keberfungsian sosial pada pasien Skizofrenia pasca perawatan di rumah sakit sebesar 69,9 % dan faktor-faktor lain memberi pengaruh sebesar 30,1 %. Pratiwi (2011) meneliti Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di Poliklinik RSJ Prof. Dr Hb Saanin Padang Tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor lingkungan responden dengan kepatuhan minum obat. Sejalan dengan penelitian, Natalia dkk, tahun 2013, menjelaskan bahwa ada 56,4 % responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai pengobatan pasien skizofrenia, 43,5 % responden memiliki pengetahuan sedang mengenai pengobatan pasien skizofrenia, 84,6 % responden patuh dalam menjalankan pengobatan dan sebanyak 15,4 % tidak patuh dalam pengobatan. Disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat pasien skizofrenia. Pendidikan kesehatan tentang skizofrenia sangat penting diberikan kepada pasien dan keluarga. Oleh karena kepatuhan minum obat dipengaruhi oleh berbagai aspek psikologis, antara lain persepsi pasien mengenai pengobatan medis, kaitan antara manfaat minum obat dengan harapan hidup, dukungan keluarga, preokupasi terhadap ketakutan, serta semangat hidup. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Saputra dan Hidayat (2010) yang menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan tentang skizofrenia memberikan dampak positif terhadap kepatuhan minum obat. Pendidikan kesehatan keluarga diharapakan dapat menjadi sarana peberdayaan kelurga, baik ketika pasien masih dirawat dirumah sakit maupun setelah pulang kerumah. Pendidikan kesehatan individu keluarga adalah pendidikana kesehatan yang diberikan kepada keluarga pasien. Pendidikan kesehatan keluarga jenis ini merupakan bagian dari asuhan keperawatan pasien (anggota keluarga yang sedang dirawat). Materi pendidikan ini adalah cara mengatasi masalah keperawatan yang dialami oleh pasien yang dapat dilakukan oleh keluarga, baik dirumah sakit maupun dirumah. Keluarga sebagai orang yang dekat dengan pasien, harus mengetahui prinsip lima benar dalam minum obat yaitu pasien yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, cara/rute pemberian yang benar, dan waktu pemberian obat yang benar dimana kepatuhan terjadi bila aturan pakai dalam obat yang diresepkan serta pemberiannya di di rumah sakit di ikuti dengan benar. Ini sangat penting 9

terutama pada penyakitpenyakit menahun termasuk salah satunya adalah penyakit gangguan jiwa. Faktor pendukung pada klien, adanya keterlibatan keluarga sebagai pengawas minum obat pada keluarga dengan klien dalam kepatuhan pengobatan (Butar Butar, 2012). Berdasarkan hasil studi terdahulu yang dilakukan oleh peneliti kepada salah satu perawat di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan dengan melakukan wawancara, perawat mengatakan bahwa masih banyak pasien skizofrenia yang masih tidak patuh untuk minum obat, dilihat dari bulan Januari sampai bulan Mei Tahun 2014 masih ada 37 orang pasien yang masih kambuh, tiap bulannya pun pasien yang mengambil obat kurang maksimal. Peneliti juga menanyakan kepada perawat disitu tentang pendidikan kesehatan apa saja yang dilakukan kepada pasien skizofrenia, perawat menanggapinya dengan mengatakan 4 tidak pernah melakukan pendidikan kesehatan kepada pasiennya, tapi perawat hanya menasehati keluarga pasien agar rajin untuk minum obat. Yoga (2011) meneliti hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien minum obat di poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Instrumen penelitian terdiri dari (1) kuesioner karakteristik responden, (2) kuesioner dukungan keluarga, dan (3) kuesioner kepatuhan minum obat. Uji reliabilitas cronbach alpa pada kuesioner dukungan keluarga r=0,755 dan kuesioner kepatuhan minum obat r = 0, 767. Hasil penelitian menunjukan bahwa 65,6% responden memberikan dukungan keluarga berada pada tingkatan yang baik 65,6%, 12,5% cukup dan 21,9% kurang. Sementara itu 62,5% pasien gangguan jiwa patuh meminum obat dan 37,5% tidak patuh meminum obat. Hasil analisa statistik menunjukan bahwa dukungan keluarga berhubungan secara positif dengan kepatuhan pasien minum obat (r = 0,566; p = 0,01). Hal ini bermakna bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien minum obat. Dapat disimpulkan semakin tinggi dukungan keluarga dalam pengawasan minum obat maka kepatuhan pasien dalam minum obat juga semakin tinggi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perawat dan keluarga untuk memberikan informasi yang benar dan mendukung perawatan pasien dengan gangguan jiwa. Interaksi di dalam keluarga sangat mempengaruhi tingkat kekambuhan pada pasien skizofrenia. Sebagai contoh, istilah schizophrenogenic mother digunakan 10

untuk mendeskripsikan tentang sifat ibu yang dingin, menolak, dan sikap dominan yang dapat menyebabkan skizofrenia pada anaknya. Di samping itu, istilah double bind communication digunakan untuk menggambarkan gaya komunikasi yang menghasilkan pesanpesan saling bertentangan yang pada akhirnya mengakibatkan perkembangan skizofrenia. Dukungan keluarga sangatlah penting dalam hal memberikan kontribusi bukan pada onset skizofrenia tetapi pada kekambuhan yang terjadi setelah gejala-gejala awalnya terobservasi. Adanya expressed emotion dari keluarga seperti sikap bermusuhan, kritik, dan keterlibatan yang terlalu dalam yang diberikan kepada anggota keluarga yang mempunyai Universitas Sumatera Utara gangguan psikologis sering kali dapat menunjukkan kontribusi terhadap kekambuhan yang terjadi pada orang tersebut (Durand, 2007). Hubungan Antara Petugas Kesehatan Dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita Skizofrenia Di RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara Tabel 4. Hubungan Antara Petugas Kesehatan Dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita Skizofrenia Di RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara Petugas Kesehatan Kepatuhan Minum Obat Nilai p Patuh Tidak Patuh Total OR n % n % n % Mendukung 39 61,9 16 25,4 55 87,3 0,628 1,462 Kurang Mendukung 5 7,9 3 4,8 8 12,7 Total 44 69,8 19 30,2 63 100,0 Berdasarkan tabulasi silang yang dilakukan antara petugas kesehatan dengan kepatuhan minum obat penderita skizofrenia di RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara, diperoleh data bahwa jumlah responden yang menjawab mendukung sebanyak 55 responden (787,3%) dengan patuh minum obat penderita skizofrenia sebanyak 39 responden (61,9%) dan tidak patuh minum obat penderita skizofrenia sebanyak 16 responden (25,4%), sedangkan jumlah responden yang menjawab kurang mendukung sebanyak 8 responden (12,7%) dengan patuh minum obat penderita skizofrenia sebanyak 5 responden (7,9%) dan tidak patuh minum obat penderita skizofrenia sebanyak 3 responden (4,8%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,628>α=0,05 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara petugas kesehatan dengan 11

kepatuhan minum obat penderita skizofrenia di RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara. Kepercayaan sangat mempengaruhi kepatuhan minum obat. Menurut Buchanan (1992) semakin tinggi kepercayaan pasien terhadap obat yang dikonsumsinya maka semakin tinggi pula kepatuhannya terhadap minum obat (Chi-Mei, 2003). Kualitas interaksi antara pasien dengan petugas kesehatan menentukan derajat kepatuhan. Kegagalan pemberian informasi lengkap tentang obat dari tenaga 16 kesehatan bisa menjadi penyebab ketidakpatuhan pasien meminum obatnya. Menurut Fleischhacker (2003) pemberian perawatan lanjutan ketika dirumah, keyakinan tenaga kesehatan terhadap suksesnya pengobatan, hubungan yang baik pasien dan tenaga kesehatan dan efektivitas dari perawatan pada rawat jalan mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalani program pengobatan. Hubungan terapetik yang dibangun tenaga kesehatan dengan pasien merupakan suatu landasan atau dasar dari kepatuhan terhadap pengobatan. Pasien dan keluarga diberi informasi tentang penyakitnya dan rencana pengobatan yang dilakukan. Tenaga kesehatan dapat melakukan perubahan dalam berkomunikasi dengan pasien baik itu dengan gaya atau bahasa yang dapat dimengerti pasien sehingga sehingga dapat meningkatkan kepatuhan (Loebis, 2007). Pratiwi (2011) meneliti faktor faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia di poliklinik RSJ Prof. Dr Hb Saanin Padang Tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor pelayanan kesehatan dengan kepatuhan minum obat Hubungan Secara Bersama-Sama antara Keparahan Penyakit, Faktor Pengobatan, Lingkungan Keluarga, dan Faktor Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di RSJ Prof. Drr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara Hasil analisis dalam tabel diatas menunjukan bahwa lingkungan keluarga adalah variabel paling dominan dengan nilai wald 7,712 dengan antara petugas kesehatan dengan kepatuhan minum obat penderita skizofrenia di RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara Pratiwi, (2011) meneliti Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di Poliklinik Rsj Prof. Dr HB Saanin Padang Tahun 2011. Peneliti menyimpulkan Berdasarkan hasil 12

penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia di Poliklinik RSJ Prof. Dr. HB Saanin Padang Tahun 2011 dapat diambil kesimpulan Lebih dari separuh responden patuh minum obat; Sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang skizofrenia dan pengobatannya; Lebih dari separuh responden memiliki sikap yang positif terhadap pengobatannya; Lebih dari separuh responden percaya terhadap penyakit yang dideritanya dan pengobatan yang dijalankannya; Lebih dari separuh responden memiliki faktor lingkungan yang baik. Lebih dari separuh responden mendapatkan pelayanan yang baik dari tenaga kesehatan; Lebih dari separuh responden merasakan ada masalah terhadap obat yang diminumnya. Terdapat hubungan yang bermakna antara faktor lingkungan responden dengan kepatuhan minum obat; Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor pelayanan kesehatan dengan kepatuhan minum obat; Terdapat hubungan yang bermakna antara faktor pengobatan dengan kepatuhan minum obat; Faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat pasien skizofrenia adalah faktor lingkungan KESIMPULAN 1. Terdapat hubungan antara keparahan penyakit dengan kepatuhan minum obat penderita skizofrenia di RSJ Prof. dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara 2. Terdapat hubungan antara faktor pengobatan dengan kepatuhan minum obat penderita skizofrenia di RSJ Prof. dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara 3. Terdapat hubungan antara lingkungan keluarga dengan kepatuhan minum obat penderita skizofrenia di RSJ Prof. dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara 4. Tidak terdapat hubungan antara petugas kesehatan dengan kepatuhan minum obat penderita skizofrenia di RSJ Prof. dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara 5. Variabel lingkungan keluarga adalah variabel yang paling dominan terhadap kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia di RSJ Prof. drr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara. DAFTAR PUSTAKA Butar, B.O.D. 2011. Hubungan pengetahuan keluarga dengan tingkat kepatuhan pasien skizofrenia di rumah sakit 13

daerah provinsi Sumatra utara medan. Di unduh dari http://repository.usu.ac.id/bitst ream /123456789/32884/5/Chapter2 0I.pd f (15 mei 2013) Kaunang, I., E. Kanine, dan V. Kallo. 2015. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Prevalensi Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Yang Berobat Jalan Di Ruang Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Prof Dr. V. L. Ratumbuysang Manado. Jurnal Keperawatan, Vol 3, No 2 Pratiwi, I. 2011. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di Poliklinik Rsj Prof. Dr HB Saanin Padang Tahun 2011 Purnamisiwi, S. A., E. M. Sutrisna, dan R. Yuliani. 2015. Evaluasi Kepatuhan Minum Obat Antipsikotik Oral Pasien Skizofrenia Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah X. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Yoga, M. I. S. 2011. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Pasien Minum Obat Di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2011 14