Rancang Bangun Sistem Pengaturan Suhu Ruang Inkubator Bayi Berbasis Microcontroller AT89S51

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGONTROLAN INTENSITAS PENERANGAN LAMPU PIJAR MENGGUNAKAN PENGATURAN FASA SILICON CONTROLLED RECTIFIER (SCR)

RANCANG BANGUN INVERTER PENGENDALI KECEPATAN MOTOR AC PADA KONVEYOR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51

RANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGISIAN DAN PENGONTROLAN SUHU AIR HANGAT PADA BATHTUB MENGGUNAKAN DETEKTOR FASA. Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam

BAB III PERANCANGAN. Microcontroller Arduino Uno. Power Supply. Gambar 3.1 Blok Rangkaian Lampu LED Otomatis

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

RANCANG BANGUN PENGUKUR DAN PENGENDALI SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S51 DAN SENSOR SUHU LM 35

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III. Perencanaan Alat

RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL TEMPERATUR BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 PADA RUANG PENGERING

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

SISTEM KENDALI SUHU RUANG BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16

Tugas Akhir PERANCANGAN DAN PEMBUATAN THERMOMETER DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 OLEH : PUTU SEPTIANI UTAMI DEWI

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan

Sistem Perlindungan menggunakan Optical Switching pada Tegangan Tinggi

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN RELE ARUS LEBIH DENGAN KARAKTERISTIK INVERS BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

TERMOMETER 8 KANAL. Kata-kata kunci: LM35, ADC0808, mikrokontroler AT89S51.

RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING SUHU RUANGAN MENGGUNAKAN APLIKASI ISD 1420 BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

BAB IV PEMBAHASAN ALAT

Tugas Akhir Untuk memenuhi persyaratan mencapai pendidikan Diploma III (D III) Disusun oleh : QODARUDIN ROBBANI J0D004047

MAKALAH BENGKEL ELEKTRONIKA PENDETEKSI KEBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM355. Oeh:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808)

PEMBUATAN PERANGKAT SENSOR SUHU DAN CAHAYA BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 TUGAS AKHIR

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa

BAB I PENDAHULUAN. pengontrolan sumber tegangan AC 1 fasa dengan memafaatkan sumber

Pengamatan dilakukan untuk menguji hasil perancangan dan implementasi. terpenting adalah bagian yang cukup kritis. Dengan mendapatkan parameter hasil

Rancang Bangun Sistem Pengontrol Intensitas Cahaya pada Ruang Baca Berbasis Mikrokontroler ATMEGA16 Maulidan Kelana 1), Abdul Muid* 1), Nurhasanah 1)

DAC - ADC Digital to Analog Converter Analog to Digital Converter

REKAYASA CATU DAYA MULTIGUNA SEBAGAI PENDUKUNG KEGIATAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM. M. Rahmad

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Februari Instrumen dan komponen elektronika yang terdiri atas:

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III SISTEM PENGUKURAN ARUS & TEGANGAN AC PADA WATTMETER DIGITAL

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli

ALAT PENCATAT TEMPERATUR OTOMATIS MENGGUNAKAN TERMOKOPEL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan

BAB IV VOLTMETER DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ICL7107

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB II LANDASAN TEORI

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

PENGGUNAAN SENSOR SUHU DAN SENSOR SUARA PADA ALAT PENGAYUN BAYI OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51. Oce Dianova. Abstrak

RANCANG BANGUN KONTROL PERALATAN LISTRIK OTOMATIS BERBASIS AT89S51

BAB III PERANCANGAN SISTEM

ADC-DAC 28 IN-3 IN IN-4 IN IN-5 IN IN-6 ADD-A 5 24 IN-7 ADD-B 6 22 EOC ALE msb ENABLE CLOCK

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

SISTEM OTOMATISASI PENGENDALI LAMPU BERBASIS MIKROKONTROLER

PERANCANGAN SISTEM PEWAKTUAN DAN PENGONTROLAN TEMPERATUR PADA APLIKASI KAMAR TEMPERATUR DENGAN SENSOR LM35DZ BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52

BAB III METODA PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

LAPORAN PROYEK AKHIR RANCANG BANGUN ALAT PENGERING JAMUR KUPING DENGAN PEMANAS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER AT89C51

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

PEMBUATAN SISTEM PENGUKURAN SUDUT KEMIRINGAN BIDANG MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PENGATURAN SUHU INKUBATOR BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. paling populer adalah mikroprosesor. Pada prinsipnya mikroprosesor adalah pusat

TRAINER VOLTMETER DIGITAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TEKNIK DIGITAL SEKUENSIAL PADA KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK AUDIO VIDEO DI SMK N 2 YOGYAKARTA

BAB III PERANCANGAN Deskripsi Model Sistem Monitoring Beban Energi Listrik Berbasis

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November

Pembangkit Pulsa Pemicu Berdasarkan Detektor Persilangan Nol yang Diperoleh dari Analog to Digital Converter dan Interrupt

Transkripsi:

Berkala Fisika ISSN : 1410 9662 Vol. 12, No. 2, April 2009, hal 55-62 Rancang Bangun Sistem Pengaturan Suhu Ruang Inkubator Bayi Berbasis Microcontroller AT89S51 Heri Sugito, Suryono Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi Jurusan Fisika FMIPA Undip Semarang Abstrak A room temperature adjustment system for infant incubator has created using electrical sources phase controlling. This device used to create environment temperature which is normal and stabile, as in mother s uterus. The main component of room temperature of infant incubator adjustment which uses electrical sources phase controlling is 100 watt fluorescent hot source, temperature sensor LM 35, ADC 0804, microcontroller AT89S51, DAC 0808, Op-Amp LM 741, Phase detector (IC TCA 785), optical isolator (optocoupler), SCR, Pulse transformator, Coding 74LS47 and seven segment display. The temperature sensor, LM 35, perform data acquisition to room temperature of infant incubator. Furthermore, it strengthened and transformed by ADC 0804 to be digital data and read by microcontroller AT89S51. Reading value compared to accepted value, reading difference use for remove phase activator IC TCA 785 through DAC 0808. IC TCA as phase adjuster through trigger SCR TIC 106, it used to obtain temperature variation in heater lamp. The result is setting poin value with reading value have been as according with extinct indicator of lamp at infant incubator room. Keywords: infant incubator, temperature, phase control, microcontroller. PENDAHULUAN Inkubator bayi sangat dibutuhkan oleh seorang bayi yang baru lahir, baik bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) ataupun bayi yang lahir normal yang kemungkinan mengalami hipotermia. Oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat. Didalam incubator, bayi akan mendapatkan suhu lingkungan yang normal dan stabil serta tidak akan kehilangan panas seperti waktu masih berada dalam kandungan ibunya. Pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Prasetya (2005), telah dirancang pengatur suhu inkubator bayi berbasis mikrokontroler AT89S51 menggunakan kontrol proporsional (On- Off) [1]. Rancangan tersebut masih menunjukkan nilai suhu yang terbaca lebih besar dari nilai suhu yang telah disetting sebelumnya sehingga suhu ruang inkubator bayi tersebut tidak terkontrol secara akurat. Agar suhu ruang inkubator bayi dapat terkontrol secara akurat maka dirancang dan dikembangkan inkubator bayi menggunakan sistem pengontrolan fasa sumber listrik pada pemanas yang dikendalikan oleh fasa sumber dengan SCR yang dapat dikontrol menggunakan mikrokontroler AT89S51 melalui modul IC TCA 785. METODE PENELITIAN Gambar 1 merupakan diagram blok pengontrolan temperatur ruang inkubator bayi menggunakan Pengontrolan fasa sumber listrik. Gambar. 1. Diagram blok sistem alat Fungsi dari masing-masing blok adalah tombol setting suhu, berfungsi untuk mengeset besarnya suhu yang akan dikontrol dalam ruang inkubator bayi, Mikrokontroler MCS-51 berfungsi sebagai pengendali seluruh perangkat 55

Heri Sugito, Suryono Rancang Bangun Sistem... keras, Rangkaian DAC berfungsi mengubah sinyal masukan digital (bilangan biner) menjadi sinyal keluaran analog (tegangan), Rangkaian pengontrol fasa, berfungsi untuk menghasilkan tegangan keluaran yang terkendali, Rangkaian SCR, berfungsi sebagai saklar yang digunakan untuk mengatur pemanas, Lampu pijar berfungsi sebagai sumber panas untuk ruang inkubator bayi, Sensor suhu berfungsi untuk mendeteksi suhu dalam ruang inkubator bayi, Op-amp berfungsi sebagai penguat bagi sinyal keluaran dari sensor suhu yang masih kecil sebelum dapat diubah menjadi sinyal digital, Rangkaian ADC berfungsi mengubah masukan sinyal analog menjadi keluaran digital, Display berfungsi sebagai penampil suhu yang telah disetting dan suhu yang terdeteksi dalam ruangan inkubator bayi. Sensor Temperatur LM 35 dan Penguatnya Sistem pengontrolan temperatur dalam ruangan inkubator bayi ini, menggunakan sensor temperatur, yaitu merupakan tranduser yang berfungsi untuk mendeteksi perubahan temperatur menjadi sinyal listrik dalam bentuk tegangan. Komponen yang digunakan adalah IC LM 35 keluaran National Semiconductor sebagai sensor temperatur dengan pertimbangan antara lain kesederhanaan rangkaian, keluaran yang linier terhadap temperatur, terkalibrasi secara langsung dalam derajat celcius serta murah dan mudah didapatkan. IC LM 35 mempunyai kehandalan yang tinggi dengan impedansi masukan yang tinggi dan impedansi keluaran yang rendah. Mempunyai sensitivitas ±10 mv/ºc dan jangkauan operasi temperatur 55 ºC 150 ºC. Tegangan catu yang digunakan 5 Vdc. Tegangan keluaran dari sensor temperatur adalah 10 mv/ºc. Jangkauan pengukuran temperatur yang direncanakan adalah temperatur lingkungan sampai 37ºC. Keluaran dari sensor temperatur selanjutnya dihubungkan kerangkaian penguat (pengkondisi sinyal) [2]. Pada rangkaian penguat ini dapat terjadi penguatan sebesar 50 kali didasarkan pada besarnya R 1 dan R 2 dengan perhitungan R 2 /R 1. Namun nilai R 2 pada rangkaian dapat diubah-ubah karena merupakan suatu variabel resistor, sehingga besar penguatannya dapat diubah-ubah dari 1 hingga 50 kali penguatan [2]. Setelah tegangan keluaran dari sensor suhu dikuatkan selanjutnya diperlukan sebuah rangkaian ADC (Analog digital converter) untuk mengubah tegangan sinyal analog menjadi sinyal digital agar bisa diproses pada mikrokontroler dan bisa ditampilkan pada seven segment. ADC 0804, Mikrokontroler dan DAC 0808 Tegangan keluaran dari sensor LM 35 yaitu berupa sinyal analog diteruskan sebagai sinyal masukan bagi rangkaian analog to digital (ADC) melalui pin 6 (Vin +).dan melalui pin 9 (Vref/2). IC ADC type 0804 ini mendapatkan catu daya sebesar 5 volt, sedangkan untuk mendapatkan tegangan setengah referensi dapat diatur melalui resistor multitune 10 K Ω sehingga menjadi sebesar 2,50 volt. Sinyal keluaran dari rangkaian ini, diteruskan ke mikrokontroler melalui port 1 (pin 1- pin 8) dan diproses secara digital sesuai dengan perintah yang ditulis pada teks editor dalam bahasa assembly, selanjutnya agar dapat dikerjakan oleh sistem mikrokomputer maka perlu diubah menjadi kode biner (bahasa mesin) menggunakan program penterjemah yang disebut compiler dan berekstension ASM 56

Berkala Fisika ISSN : 1410 9662 Vol. 12, No. 2, April 2009, hal 55-62 adalah tegangan dari mikrokontroler (V 11 ) dan V st merupakan V 10 biasanya bernilai 10 Volt [4]. Pada TCA 785, jika V ramp, V 10 melebihi tegangan kontrol V 11, maka sebuah sinyal diproses dalam logika. Proses ini dapat dilakukan berdasarkan besarnya tegangan kontrol V 11 sehingga didapatkan sudut α dari 0 sampai 180. Keluaran dari IC ini adalah pada kaki 14 (positif) dan 15 (negatif). Gambar 2. Rangkaian ADC, mikrokontroler dan DAC [3] Penggeser Fasa IC TCA 785 Rangkaian penggeser fasa pada penelitian ini menggunakan IC TCA 785, isolasi optik menggunakan optocoupler dan gerbang NAND menggunakan IC 4093. TCA 785 adalah modul IC yang di dalamnya sudah terintegrasi detektor sebrangan nol (Zero Crossing Detector/ZCD) dan penggeser pulsa dari 0 sampai 180 [4]. Sumber tegangan masukan IC TCA 12 volt bekerja pada frekuensi antara 10 Hz sampai 500 Hz. Prinsip kerja TCA 785 yaitu sinkronisasi dari tegangan sumber yang dihubungkan dengan kaki nomor 5 melalui resistor hambatan tinggi. ZCD akan menentukan letak titik nol dan disimpan dalam memori sinkron. Detektor ini kemudian akan mengendalikan gelombang tinggi yang sesuai dengan frekuensi sumber tegangan. Kapasitor C 10 dan resistor R 9 akan menentukan kemiringan dan bentuk gelombang yang dihasilkan. Nilai kapasitansi kapasitor antara 500 pf sampai 1 μf dan R 9 dapat diperoleh dari resistor dengan resistansi antara 3 kω sampai 100 kω. Bila tegangan referensi pada kaki 11 pada posisi terendah, maka sudut penyulutan akan menunjukkan α = 0 sehingga untuk mengatur sudut pemicuan dapat dilakukan dengan menggeser V 11 (kontrol tegangan) dengan o V kontrol α = 180 x, V Kontrol V st Pemicu SCR Isolasi kedua dan pemicuan langsung pada SCR dilakukan oleh rangkaian pemicu SCR yang mendapat masukan dari rangkaian penggeser fasa modul IC TCA 785. Rangkaian tersebut terdiri dari buffer, transistor BD 139 dan transformator pulsa. Pulsa dari rangkaian detektor fasa dengan tegangan yang mencukupi, dengan fasa positif (0-180 ) dan fasa negatif (180-360 ) diberikan masingmasing ke basis transistor BD 139 melalui resistor 1KΩ. Transistor akan saturasi dan tegangan DC V cc akan terlihat sepanjang lilitan primer transformator, yang memberikan tegangan pulsa pada lilitan sekunder transformator kemudian diberikan ke gate dan katoda SCR melalui dioda dan resistor [5]. Rangkaian Daya (SCR) Input rangkaian daya (gambar 3) adalah keluaran rangkaian pemicuan kontrol tegangan AC 1 fasa yang ditunjukkan dengan titik-titik G dan K. Tegangan keluaran rangkaian penggeser fasa menjadi input untuk rangkaian pemicuan kontrol tegangan AC 1 fasa (rangkaian detektor fasa). Tegangan keluaran rangkaian penggeser fasa yang level tegangannya (0 12V) ini diubah oleh rangkaian detektor fasa menjadi pulsa pemicuan fasa pada rangkaian daya, dalam hal ini adalah SCR. Untuk rangkaian pemicuan kontrol tegangan AC 1 fasa ini disusun dengan 57

Heri Sugito, Suryono Rancang Bangun Sistem... menggunakan 1 buah rangkaian kontrol tegangan AC 1 fasa yang masingmasing akan dihubungkan dengan sumber tegangan. Pada titik G dan K rangkaian ini akan dihubungkan langsung pada gate dan katoda SCR, sehingga beban lampu secara otomatis langsung bisa terkontrol [5]. Gambar 3. Rangkaian SCR yang terhubung beban [5]. Perangkat Lunak Mikrokontroler Perangkat lunak yang digunakan dalam mikrokontroler AT89S51 dibuat menggunakan bahasa Assembly. Perangkat lunak tersebut berfungsi sebagai protokol dalam proses pengiriman data sehingga data dapat ditampilkan pada seven segment. Pada bagian software, proses dimulai yaitu sistem mulai bekerja (sensor mendeteksi suhu ruang inkubator). Dilanjutkan dengan pengambilan nilai ADC yang berupa besaran analog tegangan LM 35 yang telah dikonversi ke dalam bentuk biner. Proses tersebut dilakukan dengan mengambil datadata yang telah tersusun dalam suatu tabel berdasarkan kode-kode biner yang diterima. Sebelum ditampilkan ke seven segment, data-data biner ini terlebih dahulu harus diubah menjadi nilai-nilai tegangan analog dengan sebuah proses konversi. Proses konversi dilakukan oleh DAC 0808. Flow chart pengontrolan temperatur ruang inkubator bayi secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 4 Flow chart pengontrolan temperatur ruang inkubator bayi HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Rangkaian Penguat Sensor LM 35 dan ADC 0804 Pengujian rangkaian penguat sensor LM 35 dan ADC 0804 dimaksudkan untuk melihat besarnya tegangan keluaran pada IC LM 35 berdasarkan responnya terhadap perubahan suhu yang diberikan. Sensor LM 35 ditempatkan bersamaan dengan termometer standar. Termometer standar tersebut akan menunjukkan pengukuran suhu pada ruang inkubator bayi kemudian disesuaikan dengan tegangan keluaran LM 35. Sensor LM 35 akan merubah besaran suhu menjadi besaran listrik yang berupa tegangan. Kemudian tegangan ini akan dikuatkan oleh penguat operasional. Penguatan diperlukan oleh sensor LM 35 agar keluaran sensor ini sesuai dengan resolusi yang dibutuhkan oleh ADC. Resolusi pada rangkaian ADC adalah 19.6 mv/bit, sehingga dibutuhkan penguatan dengan faktor sebesar 1.96 kali. Untuk mencapai penguatan sebesar 1.96 kali digunakan satu hambatan dengan nilai 10 KΩ dan hambatan variabel sebesar 50 KΩ. Pada ADC 0804 diberikan tegangan input analog keluaran dari penguat, pengujian ini dilakukan dengan mengamati 58

Berkala Fisika ISSN : 1410 9662 Vol. 12, No. 2, April 2009, hal 55-62 keluaran bobot biner ADC pada beberapa variasi tegangan input analog. Bobot biner pada terminal keluaran ini kemudian dibandingkan dengan tegangan input analog yang diukur dengan voltmeter. Pengujian rangkaian ADC dilakukan dengan cara menghubungkan dengan LED sebagai tampilan keluarannya. Gambar 5 menunjukkan rangkaian pengujian penguat sensor LM 35 dan ADC 0804 menghasilkan tegangan keluaran analog sesuai dengan masukannya. Hasil pengujian rangkaian mikrokontroler AT89S51 dan DAC 0808 ditunjukkan oleh gambar 7 dengan persamaan Y=1,8+0,03*X. Variabel X menunjukkan besarnya input mikrokontroler (biner), variabel Y menunjukkan besarnya tegangan keluaran DAC 0808 (V). 12 11 10 9 Y = 1.84874 + 0.03618 * X Tegangan Keluaran (V) (DAC) 8 7 6 5 4 3 2 1 Gambar 5. Skematik pengujian rangkaian penguat sensor LM 35 dan ADC 0804 Hasil pengujian rangkaian penguat sensor LM 35 dan ADC 0804 ditunjukkan oleh gambar 6. Dari gambar 6 didapatkan persamaan Y = 0 + 0,05 * X. Variabel Y menunjukkan keluaran ADC (bobot biner), sedangkan variabel X menunjukkan besarnya tegangan input ADC (keluaran penguat) (mv). Keluaran ADC (Bobot biner) 41 40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 Y = 0 + 0.05102 * X 600 620 640 660 680 700 720 740 760 780 800 Tegangan M asukan ADC (keluaran penguat) (m V) Gambar 6. Hubungan antara tegangan input ADC dengan nilai output ADC yang telah diubah dalam bentuk desimal Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 dan DAC 0808 Pada pengujian rangkaian mikrokontroler AT89S51 dan DAC ini digunakan dipswitch untuk memberikan data masukan biner (digital) bagi mikrokontroler. Data biner (digital) tersebut akan diolah oleh DAC sehingga 0 0 50 100 150 200 250 300 Input Mikrokontroler (Biner) Gambar 7. Hubungan antara masukan rangkaian mikrokontroler AT89S51 dengan keluaran DAC Gambar 7 menunjukkan bahwa nilai interval masukan dari dipswitch sebanding dengan penambahan nilai tegangan keluaran yang dihasilkan. Pada saat diberikan inputan data biner dari dipswitch 0000 0000 dengan nilai desimal 0 maka output tegangan yang dihasilkan 1.888 V, demikian pula sebaliknya jika inputan dipswitch sebesar 1111 1111 dengan nilai desimal 255 maka output tegangan yang dihasilkan 11.10 V, mendekati nilai referensi DAC (mendekati 12 Volt). Pengujian Rangkaian Penggeser Fasa IC TCA 785 Rangkaian pengujian penggeser fasa IC TCA 785 akan aktif jika diberikan tegangan 12 Volt DC dan 6 Volt AC. Hasil output tegangan dari rangkaian mikrokontroler dan DAC digunakan sebagai masukan rangkaian penggeser fasa. Output dari rangkaian penggeser fasa berupa pulsa gelombang. Untuk mengetahui keluaran bentuk pulsa, rangkaian dihubungkan dengan osciloscope dengan menghubungkan 59

Heri Sugito, Suryono Rancang Bangun Sistem... chanel 1 pada jalur masukan dan chanel 2 pada titik output akhir maka pergeseran fasa bisa diketahui. Jika bentuk pulsa yang tampil pada osciloscope sudah mengalami pergeseran sesuai dengan masukannya maka rangkaian sudah benar. Pengujian rangkaian penggeser fasa bertujuan untuk mengetahui besarnya sudut pemicuan SCR. Apabila diambil data hubungan antara masukan dari rangkaian penggeser fasa atau pengontrol tegangan terhadap sudut pemicuan dari rangkaian penggeser fasa dengan masukan dari sensor, maka di dapatkan hasil seperti pada gambar 8 dengan persamaan Y=-0,7+15,9*X. Sudut Pemicuan (Derajat) 200 180 160 140 120 100 80 60 40 Y = -0.73754 + 15.92095 * X 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tegangan Input (Volt) Gambar 8. Hubungan masukan rangkaian penggeser fasa terhadap sudut pemicuan rangkaian SCR Gambar 8 menunjukkan bahwa tegangan input sebanding dengan sudut pemicuan. Pada saat tegangan input bernilai 1.888 V maka sudut pemicuan akan bernilai 28.8º demikian pula sebaliknya jika tegangan input sebesar 11,10 Volt maka sudut pemicuan mencapai 180º. Pengujian SCR terhadap Sudut Pemicuan Pada rangkaian pemicu SCR travo pulsa digunakan sebagai pengaman atau isolasi tegangan tinggi dan sebagai penghubung arus serta tegangan pada beban yang dihubungkan pada sumber AC dan mengatur jumlah daya yang diberikan pada beban agar mempunyai output yang variabel digunakan SCR. Output dari rangkaian pemicu SCR dihubungkan dengan gate dan katoda SCR, SCR akan aktif jika gate sudah terpicu, anoda SCR terhubung dengan fasa PLN, katoda terhubung dengan beban dan netral PLN. Sehingga output dari rangkaian pemicu SCR digunakan untuk memicu gate SCR sebagai pengontrol tegangan yang masuk pada lampu. Pada pengujian dengan beban lampu 100 Watt di dapatkan hasil seperti pada gambar 9 dengan persamaan Y=286,4+(-1,5)*X. Tegangan Pemicu SCR (mv) 300 250 200 150 100 50 Y = 286.46679 + (-1.59266) * X 0 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Sudut Fasa (Derajat) Gambar 9. Pengaruh penambahan sudut pemicuan terhadap tegangan pemicu gate SCR Gambar 9 menunjukkan pengaruh penambahan sudut pemicuan terhadap tegangan terbeban. Pada masukan tegangan 0 sampai 1.5 Volt, sudut pemicuan masih menunjukkan nilai nol dan pada masukan tegangan 2 sampai 7.5 Volt sudut pemicuan mulai nampak dan dapat digeser samapi 174º. Pengujian Keseluruhan Sistem Pengujian seluruh sistem dilakukan dengan menggabungkan seluruh bagian-bagian sistem baik hardware maupun software serta ditampilkan pada seven segment. Sistem yang telah dibuat digunakan untuk mengatur temperatur ruang inkubator bayi agar selalu berada dalam keadaan stabil dan terkontrol dengan melihat perubahan nyala lampu pijar sebagai pemanas dan indikator suhu sehingga dapat dipastikan bahwa suhu telah sesuai dengan settingan sebelumnya. 60

Berkala Fisika ISSN : 1410 9662 Vol. 12, No. 2, April 2009, hal 55-62 Untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu yang sama antara suhu yang disetting dengan suhu yang terbaca serta perubahan suhu setelah tercapai, dapat dilihat pada gambar 10. Suhu (Derajat Celsius) 34 33 32 31 30 0 100 200 300 400 500 600 700 800 t (D e tik ) Gambar 10. Perubahan suhu selama 720 detik pada setting 34ºC KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Telah terealisasi pembuatan sistem pengatur temperatur pemanas ruang inkubator bayi yang dikendalikan oleh fasa sumber listrik dengan SCR yang dapat dikontrol menggunakan mikrokontroler AT89S51 melalui modul IC TCA 785 2. Penggunaan pengontrolan fasa sumber listrik pada inkubator bayi mampu memberikan suhu yang terkontrol dan stabil sesuai dengan settingan suhu yang telah ditentukan. DAFTAR PUSTAKA [1] Latib Prasetya, 2005, Rancang Bangun Pengatur Suhu Pada Inkubator Bayi Berbasis Mikrokontroler AT89S51, Skripsi S-1 Jurusan Fisika Fakultas MIPA, UNDIP Semarang. [2] Budiharto, W., 2004, Belajar Sendiri 12 Proyek Mikrokontroler Untuk Pemula, Elex Media Komputindo, Jakarta. [3] Malik, M. I. dan Anistardi, 1997, Bereksperimen dengan Mikrokontroler 8031, Elex Media Komputindo, Jakarta. [4] Malvino, A. P 1996, Prinsipprinsip Elektronika, Penerbit Erlangga, Jakarta. [5] Wasito S. 2001, Vademekum Elektronika Edisi Kedua, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 61

Heri Sugito, Suryono Rancang Bangun Sistem... 62