Pemberian Hak Cipta Seni Batik Terhadap Perlindungan (IKM) Industri Kecil Menengah Batik

dokumen-dokumen yang mirip
2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki keragaman budaya dari berbagai daerah, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novi Pamelasari, 2013

EKSPRESI KARYA SENI TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL BANGSA. Oleh: Etty S.Suhardo*

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif di Indonesia. Konsep Ekonomi Kreatif merupakan sebuah

MAKALAH HAK DESAIN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai isu internasional, HKI (Hak Kekayaan Intelektual) berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang saat ini dirasakan hampir di seluruh dunia mengakibatkan

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT. Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN INDUSTRI DAN MEREK. Desain Industri merupakan salah satu bidang HKI yang dikelompokan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. Dimana keunikan budaya yang dimiliki Indonesia telah diakui dalam kancah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai keanekaragaman dalam hal seni maupun budaya. Hal ini sejalan

I. PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang perlu digali, dipelihara dilestarikan, dan dilindungi secara

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diproduksi di berbagai daerah di Indonesia dengan motif yang berbedabeda.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini peranan pemerintah sangatlah penting dalam

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI)

BAB I PENDAHULUAN. khas yang mewakili setiap suku bangsa di Indonesia dan dapat disebut juga

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HAK CIPTA BAGI PRODUKSI ALAT PERAGA PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN. Hak kekayaan intelektual merupakan suatu hak milik hasil pemikiran yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk baru atau pengembangan dari produk-produk. penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.

Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Desain Industri;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 PENJELASAN ATAS TENTANG DESAIN INDUSTRI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000

I. PENDAHULUAN. Sejak dasawarsa delapan puluhan (era 1980-an), hak kekayaan intelektual atau

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

Undang-undang Nomor 7/1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (WTO)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami inovasi dalam bentuk dan fungsinya, tidak semata-mata untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion

PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK TIDAK BERITIKAD BAIK DALAM TEORI DAN PRAKTEK DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjanjian internasional tentang aspek-aspek perdagangan dari HKI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DESAIN DAN HAK CIPTA PADA KAIN PRODUKSI PT ISKANDARTEX SURAKARTA

Perkembangan ekonomi global sekarang ini menuntut tiap-tiap negara untuk

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. para pemilik bisnis baik kecil, menengah, maupun besar, benar-benar harus

(a) pembajakan merajalela akibatnya kreativitas menurun;

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbiasa untuk mengasah kemampuan dan intelektualitas pada dirinya. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting. Oleh sebab itu banyak pengusaha asing yang berlomba

RGS Mitra 1 of 10 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

Pengenalan Kekayaan Intelektual Oleh : dr. Gita Sekar Prihanti, M Pd Ked SENTRA KI - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KELEMAHAN HUKUM DALAM UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA. LETAK SIRKUIT TERPADU Rr. Aline Gratika Nugrahani*).

TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. (Intelectual Property Rights Law)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

PERLINDUNGAN HAK CIPTA SENI BATIK CIREBON TESIS

BAB I PENDAHULUAN. menentukan strategi pemberdayaan ekonomi di negaranya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini teknologi merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke:

HAKI PADA TEKNOLOGI INFORMASI

ARTIKEL PPM SOSIALISASI HKI BAGI USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BINAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. Oleh:

BUPATI BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW NOMOR TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian

Aplikasi E-Commerce Batik Trusmi di Kota Cirebon Sebagai Salah Satu Media Promosi dan Transaksi Secara Online

commit to user BAB I PENDAHULUAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

BAB I PENDAHULUAN. Ciptaan batik pada awalnya merupakan ciptaan khas bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut. Sedangkan berdasarkan pasal 28 tentang PAUD menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. baik dibanding dengan tahun lalu. Kondisi ini tidak lepas dari pembangunan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 242, Tam

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

NI MATUZAHROH, S.PSI, M.SI BAHAN DISKUSI WORKSHOP SENTRA HKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK SENTRA HKI-UMM

URGENSI PENGATURAN EKSPRESI BUDAYA (FOLKLORE) MASYARAKAT ADAT. Oleh : Simona Bustani *

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia sejak terjadinya krisis moneter mengalami

BAB I PENDAHULUAN. memberikan perlindungan hukum terhadap rahasia dagang sebagai bagian. perdagangan dari HKI (The TRIPs Agreement) tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah uang setiap waktu yang ditentukan. Maka dari itu, HKI akan mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I LATAR BELAKANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. 1 No. 3, Oktober 2009 PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) TERHADAP USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA BATIK TRUSMI CIREBON UNTUK MENGUNGKAP NILAI FILOSOFI DAN KONSEP MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. bersama, yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. karakter yang eksklusif. Berdasarkan Undang-undang No. 31 Tahun 2000 hak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan UUDTLST yang menjadi payung hukum DTLST di Indonesia,

SOFYAN ARIEF SH MKn

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam upayanya memperbaiki nasib atau membangun segala

Transkripsi:

Pemberian Hak Cipta Seni Batik Terhadap Perlindungan (IKM) Industri Kecil Menengah Batik (Studi Kasus Kepemilikan Batik Cirebon) M.Ashof Sulaiman ashof.sulaiman77@gmail.com Mahasiswa Ekonomi Pembangunan-FEB Trunojoyo Madura Abstrak Indonesia memiliki berbagai macam keanekaragaman dari segi kultur budaya, suku dan adat istiadatnya. dari tiap daerah tersebut memilki produk khas daerahnya yang menjadi pembeda dari tiap daerah. salah satunya Batik yang sekarang menjadi mendunia baik dari produk dalam negeri maupun luar negeri. Dari banyaknya produk batik, dapat menyebabkan tiap daerah maupun negara lain bisa mengklaim dengan mudah. Dari batik cirebon sendiri merupakan batik nusantara dengan khas pesisiran dan memiliki seni kraton kasepuluhan dan kanoman, dari keunikan batik tersebut memiliki daya tarik tersendiri yang bisa di kembangkan didaerah maupun negara lain. Penelitian ini menggunakan metode normatif yuridis dengan pendekatan kuntitatif terhadap penelitian terdahulu. Dari hasil penelitian ini, peneliti ingin melindungi terhadap hak kepemilikan batik tersebut dengan cara diberikan perlindungan Hak Cipta seni batik yang diatur pada pasal 12 ayat (1) huruf i UU Tentang Hak Cipta No. 19 tahun 2002. Dari isi pasal tersebut memiliki isi dalam melindungi motif batik kreasi baru dan konteporer yang menunjukkan keaslian yang dibuat secara konvensional. Pada tujuan tersebut untuk melindungi terhadap batik cirebon agar tidak di klaim dari daerah maupun negara lain, dan bisa menjadikan perlindungan terhadap (IKM) Industri Kecil Menengah batik yang dikembangkan di cirebon. sebab batik memiliki keunikan yang berbeda dari baik lainya dan sudah terkenal dikalangan nasional maupun internasional.sebab dari industri dari luar bisa membuat produk yang sama dengan menjual dengan harga yang lebih murah, sehingga dapat merugikan dari IKM yang ada di cirebon sendiri. Kata kunci: Batik cirebon, Hak Kepemilikan/Hak Cipta, IKM Batik. Pendahuluan Batik merupakan salah satu hasil yang diciptakan dalam perkembangan dalam pemikiran manusia sendiri, yang didalamnya mencakup berbagai kondisi lingkungan sekitar, budaya, Geografi, keunikan filosofi khas daerah yang timbul 1

dari dalam intelektual manusia yang dikembangkan kedalam penilisan batik yang menjadi ke khasan suatu daerah tersebut. Dari perkembangan industri batik sendiri di indonesia yang tercatat Pada direktorat jendral perindustrian perdagangan pada tahun 2009 mencatat, jumlah unit usaha skala kecil Menengah (IKM) sebanyak 48.300 unti yang industri batik skala besar sebanyak 17 unit dengan total tenaga kerja yang terserap berjumlah 797.351 orang terdiri dari IKM 792.300 tenaga kerja industri besar sebanyak 5.051 tenaga kerja dengan nilai produksi mencapai Rp. 3.141 triliun dan total ekspor mencapai US$ 110 juta. Dalam kurun waktu 2005-2009 perkembangan nilai produksi nilai ekspor batik rata-rat pertahun US$ 114,8 juta dan nilai produksi rata-rata pertahun Rp. 3.393.833 milyar. Jika dilihat dari perbandingan kedua nilai ini menunjukkan nilai ekspor batik hanya 3,1% setap tahunnya. Dengan adanya hal tersebut menunjukkan pemasaran batik masih didominasi oleh dalam negeri. Dari indonesia sendiri memiliki peraturan perundang-undangan terhadap Hak Cipta yang diberikan atas seni batik sejak tahun 1987 melalui undang-undang Nomor 7 tahun 1987 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1982 tentang hak cipta, dan dikembangakan pada WTO (World Trade Organization) terhadap persatuan pembentukan organisasi perdagangan dunia atau TRIPs pembuatan aturan yang bertujuan untuk melindungi (HAKI) Hak Atas Kekayaan Intelektual. Denan kata lain indonesia harus mengkordinisir mengenai perlindungan HAKI dan isi terhadap WTO dengan mengetahui standar minimun yang dilaksanakannya. Dari keputusan presiden No. 18 tahun 1997, yaitu menyempurnakan mengenai hak cipta melalui Undang-Undang No. 12 tahun 1997 dan UU No. 19 tahun 2002 tentang hak cipta yang dipakai sampai sekarang dalam memperoleh hak cipta terhadap suatu barang. Salah satunya seni batik merupakan ciptaan yang dilindungi dengan psal 12 ayat (1) huruf i. Dari adanya peraturan dalam kekayaan hak intelektual juga memiliki keuntungan dengan keadaan batik salah satunya pengrajin batik batik yang ada di kabupaten cirebon, dari aturan tersebut pengrajin batik cirebon tersebut dapat menambah peluang terhadap peningkatan pendapatan. sebabbatik cirebon 2

memiliki keunikan yang tersendiri dan produknya banyak sehingga mudah diminati para pecinta batik. Dari batik cirebon yang terkenal dengan kraton kasepuhan dan kanoman yang terdapat batik klasik yang masih dikerjakan masyarakat desa Trusmi, dengan produk batik motif Mega Mendung. Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat Penganten, Ketawono, Gunung Giwur, Simbar Mejangan, Simbar Kendo dan masih banyak dari motif lain yang dipersiapkan di desa trusmi. Dari bermacam-macam jenis motif tersebut Menurut dinas perdagangan dan perindustrian kabupaten cirebon, terdapat 323 unit usaha dan dari 160 unit usaha didominasi oleh pengrajin batik dan didalamnya lebih dari 70 persen warga desa trusmi. Dari banyaknya unit maupun program tersebut masih belum mendapatkan perlindungan memadai sebagai hak paten terhadap potensi budaya tradisional kabupaten cirebon. Dan mudah di tiru/dikleim oleh daerah lain maupun swasta dan dari masyarakat luar negeri. Dengan menimbulkan permasalahan pada tahun 1990 adanya permasalahan pengkleiman jenis batik dari cirebon. Dari kasus terhadap peniruan motif pernah terjadi anatar penguaha batik dikabupaten cirebon, yaitu pada tahu 1990, kasus mengenai penjiplakan motif batik tradisionallereng kembang cirebon, Lereng sirkit dan paksi nagaliman. Yang berakhir dipengadilan dicirebon. Oleh perusahaan batik abed menda dengan mendaftarkan motif lereng kembang cirebon. Untuk seragam PGRI ke direktorat jendral Hak Kekayaan Intelektual Untuk memperkuat bahwa motif itu miliknya (CV. Batik Gunung Jati). Dan kemudian diketahui oleh pengusaha batik yang lain bernama H. Ibnu Hajar bin Mugni yang juga memproduksi seragam batik PGRI dengan motif yang sama dan dituduh dengan penjiplakan. Setelah kasus disidangkan terunggkap bahwa sebenarnya motif tersebut bukan karya abed menda dan nomor register pendaftaran mencantumkan dua nomor register yang berbeda merupakan nomor kelahiran anak-anaknya serta nomor kelahiran usahnya. Dari keterangan saksi ahli dan surat keterangan dari balai besar penelitian dan pengembangan industri kerajinan dan batik. Dan diketahui motif tersebut adalah motif tradisional yang telah menjadi milik seluruh indonesia dan tidak dapat dimiliki perorangan dan hak cipta dipegang oleh negara. 3

Dari adanya permasalahan tersebut perluadanya kebijakan pemerintah adaerah cirebon dalam memberikan hak cipta terhadap batik yang dikembangkan di kebupaten cirebon. Agar tidak merugikan baik dari masyarakat pengrajin IKM batik cirebon dan melindungi khas daerah yang dimiliki daerah cirebon melalui usaha batik. Kajian teori Menurut rescoe poud bahwa hukum dapat berperan sebagai pembaruan masyarakat. Hukum harus memperhatikan kepetinga-kepentingan sosial dan perkembagan masyarakat. Hukum sebagai kaidah tidak bisa dilepaskan dari nilainilai yang berlaku disuatu masyarakat. Dengan adanya hak kekayaan intelektual yang telah berlaku dapat menigkatkan kesadaran masyarakat bahwa betapa pentingnya perlindungan hak kekayaan intelektual dalam masyarakat. Menurut rebert M, Sherwood ada beberapa teori yang mendasar perlu adanya perlindungan hak kekayaan intelektual yaitu. 1. Reward Theory. yaitu kekayaan terhadap intelektual yang telah dihasilkan oleh penemu/pencipta/pendesain sehingga ia harus diberi penghargaan sebagai imbalan atas upaya kreatifnya dalam menemukan/menciptakan karya intelektualnya. 2. Recovery Theory. bahwa penemu/pencipta pendesain yang telah mengeluarkan waktu, biaya, serta tenaga untuk menghasilkan karya intelektualnya harus memperoleh kembali apayang dikeluarkan. 3. Incentive Theory. dalam teori ini dikaitkan dengan pengembangan kan kreatifan dengan memberikan insentif kepada para penemu/pencipta/pendesain untuk mengupayakan terpacunya kegiatankegiatan penulis yang berguna. 4. Risk Theory. bahwa hak keyaan intelektual yang merupakan hasil dari suatu penelitian yang mengandung resiko sehingga yang memungkinkan orang lain yang terlebih dahulu menemukan cara untuk memperbaikinya. Dengan begitu wajar apabila diberi perlindungan hukum terhadap upaya atau kegiatan yang mengandung resiko tersebut. 4

5. Economics Growth Stmulus Theory. bahwa perlindungan hak kekayaan intelektual merupakan alat pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi adalah seluruh tujuan diangunnya sistem perlindungan atau HKI yang efektif. Dalam intinya hak kekayaan intelektual adalah hal untuk menikmati secara ekonomi hasil atau suatu kreatifitas intelektual dan objek yang diatur dalam hak kekayaan intelektual adalah karya-karya yang timbul atau dilahirkan karena kemampuan intelektual manusia yang penting dalam pembangunan ekonomi dan perdagangan yang diharapkan. Metode penelitian Dari permasalahan yang diteliti, peneliti akan menggunkan dari sudut sifatnya melalui penulisan deskrpitif. Dengan tujuan mengetahui gambaran bagaimana perlindungan hak cipta seni batik cirebn yang telah diatur oleh undang-undang hak cipta No. 19 tahun 2002. Dan kemudian juga melihat bagaiman upaya pemerintah daerah dan pengrajin batik dalam melindungi karya batiknya. Baik dalam batik tradisional maupun batik konteporer. Dalam jenis penelitian yang akn digunaka adalah normatif yuridis. Dengan melakukan menarik asas-asas hukum yang terdapat pada peraturan perundangundangan hak cipta No. 19 tahun 2002 untuk memahami bagaimana perlindungan undang-undang hak cipta tersebut terhadap seni batik khususnya batik cirebon. Dalam penulisan dengan metode melihat penelitian terdahulu yang dilakukan didaerah cirebon dan didukung dengan sumber refresnsi, dokumen tentang batik di daerah cirebon. Dengan penggunaan analisis melalui peraturan mengenai hak cipta seperti undang-undang Hak Cipta No. 19 tahun 2002. Dengan mengetahui bagaimana terhadap perkembangan batik dan bisa menguntungkan pada penrajin batik yang ada di daera cirebon tersebut. Pembahasan Dari perkembangan batik cirebon memiliki banyak penghasil produk batik cirebon diantaranya desa trusmi, plumbon, kali tengah dan kanduruan yang 5

terdapat 323 unit usah batik yang terbesar dikabupaten cirebon terdapat 3.518 tenaga kerja yang setiap harinya menggantungkan nasib pada industri kerajinan ini dengan nilai produksi RP. 63.111.213 dengan mencapai kapasitas produksi batik tulis, cap dan kombinasi mencapai 19, 521 kodi/pertahunya. Dari upaya perlindungan hak cipta seni batik lukis cirebon oleh pemerintah kabupaten cirebon, yaitu sudah mendaftarkan ke direktorat jendral industri kecil menengah. Dari depertemen perindustrian melakukan permohonan pendaftran hak cipta, namun hanya dari 100 motif yang ada hanya sebanyak 23 motif batik cirebon yang dianggap kreasi baru yang terdaftar ke direktorat hak cipta, desain, industri, desai tata letak sirkuit terpadu dan rahasia dagang. Yang dilaksanakan pada direktorat jendral hak kekayaan intelektual pada tanggal 23 Desember 2005. Akan tetap setel dilakukan oleh direktoral jendral hak kekayaan intelektual, kekayaan yang didaftarkan tersebut kekayaan ciptaaan yang dilindungi sebagai mana maksud pada pasal 13 ayat (1) huruf i UU hak Cipta No. 19 tahun 2002. Karena merupakan hasil kebudayaan rakyat yang di eksprsi folkor yang menjadi milik bersama dan secara otomatis dilindungi oleh negara. Dengan adanya hal tersebut diketahui oleh dinas perindustrian dan perdagangan mengenai seni hak cipta batik pada pasal 12 ayat (1) huruf i UU Hak Cipta dengan pasal 10 ayat 2 UU Hak Cipta Tersebut. Dan masih belum adanya peraturan pelaksanaan mengenai UU Hak Cipta yang dipegang oleh negara, maka inventaris karya ekspresi foklor dikembalkan ke wilayah kepada darah atau wilayah masingmasing Dalam meningkatkan terhadap pemahaman hak kekayaan intelektual batik, adanya peran dinas perindustrian an perdagangan kabupaten cirebon telah melakukan sosialisasi mengenai hak kekayaan intelektual kepada industri kecil menengah (IKM) dikabupaten cirebon mengenai IKM batik. Dalam tugasnya dinas perindustrian dan perdagangan melakukan sosilaisasi mengenai kerja sama dengan pusat layanan hak kekayaan intelektual. Den mensosialisasi kan adanya batik mart batik Indonesia meskipun belum memenuhi perrsyratan mendapatkan sertifikat batik mark, sebab belum memenuhi setandart nasional indonesia (SNI) dengan biaya yang cukup mahal. 6

Dalam peran pemerintah sendiri Dalam upaya yang dilakukan pemerintah terhadap seni batik salah satunya terhadap penkliman kebudayaan batik. Agar lebih menfokuskan pada potensi daerah cirebon mengenai batik. Sebab batik tersebut meudah ditiru baik segi motif maupun warna dan lainsebagainya apabila masih belum dipatenkan dan terdaftar kedalam hak kekayaan intelektual daerah dan diakui oleh negara. Dan pemerintah juga harus ikut membantu dalam pengembangan produk batik tersebut. Melalui pendirian musium batik, sistem pemasaran dan membantu dalam pengembangan batik cirebon tersebut. Agar dapa menguntungkan pada IKM Industri Kecil Menengah Batik Daerah khas Cirebon. Dan menajadikan pelestraian terhadap batik cirebon dari masa sekarag sampai masa generasi akan datang semakin berkembang. Kesimpulan dari hasil penelitian diatas telah dipaparkan dengan kesimpulan sebagai berikut: pada sisitem di ini donesia melalui hak kekayaan intelektual terhadap seni batik yaitu harus mencakup UU Hak Cipta NO. 19 Tahun 2002 yag diataru pada pasal 12 ayat 1 huruf i dan pasal 10 ayat 2 agar dapat memenuhi persyaratan terhadap hak cipta dan diakui oleh negara. Selajutnya batik dilindungi pada pasal 10 ayat 2 sebagai motif tradisional yang dimiliki oleh masyarakat cirebon. Dan dengan adanya hak paten tersebut diharapkan dapat memberikan peran positif terhadap masyarakat pengrajin batik atau IKM Industri Kecil Menengah di daerah cirebon. Sebab Apabila batik tersebut sudah dipatenkan maka pihak yang lain tidak bisa ikut meng klaim dari batik tersebut. Dan masyarakat pengrajin batik cirebon bisa menjual dengan harga yang menguntungkan, sebab tidak ada pesaingan dalam penjualan batik yang sama khas dari cirebon dan sudah dilindungi akan kekhasan nya. Dan dari adanya hak paten juga bisa menguntungkan pada pemerintah daerah, sebab daerah tersebut memiliki kekayaan khas batik cirebon dan tidak mudah ditiru oleh daerah lain maupun masyarakat sekitar. 7

Saran Dengan adanya penelitian ini, diharapkan peran pemerintah harus tegas dalam mengambil kebjakan dalam memberikan hak paten pada batik di daearah cirebon tersebut. Sebab peran pemerintah sangat penting dalam mendaftarkan hak kekayaan intelektualnya melalui hak cipta agar tidak mudah diklaim oleh daerah maupun negara lain. Referensi Haki, M. P., Haki, P., & Cipta, H. (n.d.). HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (HaKI). Indonesia, U., Seliriana, M., Hukum, F., Studi, P., Ilmu, M., & Ekonomi, K. H. (2012). PERLINDUNGAN HAK CIPTA SENI BATIK CIREBON. Kasus, S., & Kota, D. I. (n.d.). Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Hak Kekayaan Intelektual, Batik A. PENDAHULUAN Latar Belakang, (2). Mapson, L. C. (2010). Kesenian, Identitas, dan Hak Cipta : Kasus Pencurian Reog Ponorogo. Persyaratan, M., Meraih, G., Sarjana, D., & Belakang, A. L. (2010). No Title. World Trade Organization 1. (n.d.), 379178(158), 1 7. Wulansari, N. (2013). PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENCIPTA BATIK BOLA ( Studi di Kampoeng Batik Laweyan Surakarta ). indonesia. Undang-Undang tentang Hak Cipta Nomor 19 LN No. 85 Tahun 2002, TLN No. 4220 8