BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Kecamatan Dukun adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Magelang yang letak geografisnya sangat rentan terhadap ancaman bencana erupsi Gunung Merapi. Ada 8 Desa yang termasuk ke dalam KRB III. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan sejauh mana tingkat kesiapsiagaan masyarakat di Kecamatan Dukun dalam menghadapi ancaman bencana erupsi Gunung Merapi yang akan datang serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Hasil analisis tentang kesiapsiagaan masyarakat Kecamatan Dukun dapat disimpulkan bahwa: 1. Pemerintah daerah kabupaten Magelang sudah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat di Kawasan Rawan Bencana khususnya di Kecamatan Dukun. Pembentukan Organisasi Pengurangan Risiko Bencana, Komunitas Wajib Latih Bencana, Rintisan Desa Siaga, serta program Sister Village adalah beberapa upaya yang sudah dilakukan pemerintah Kabupaten Magelang. 2. Indeks Kesiapsiagaan Bencana individu/rumah tangga terdiri dari 4 paramater yaitu : (1) Pengetahuan dan Sikap; (2) Rencana Kesiapsiagaan; (3) sistem Peringatan dini dan (4) Mobilisasi Sumber Daya. Hasil analisa menunjukkan bahwa secara umum Kecamatan Dukun sudah termasuk dalam kategori SIAP dengan Indeks Kesiapsiagaan Bencana yaitu 70,20. Kesiapsiagaan di setiap KRB juga termasuk dalam kondisi siap. Bahkan KRB I memiliki indeks di atas indeks Kecamatan Dukun. Artinya penduduk 141
142 yaitu sangat siap. Kesiapsiagaan di setiap KRB juga termasuk dalam kondisi siap. Bahkan KRB I memiliki indeks di atas indeks Kecamatan Dukun. Artinya penduduk di Kecamatan Dukun telah mengetahui jenis, gejala, dan apa yang perlu dilakukan jika suatu kejadian alam yang dapat menyebabkan bencana terjadi, mereka juga tahu tanda-tanda akan terjadinya bencana alam serta sistem peringatan dini bencana.. Dilihat dari keempat parameter penyusunnya maka parameter rencana kesiapsiagaan dan mobilisasi sumber daya adalah yang paling lemah terutama di lima desa. Kelima desa tersebut terletak di KRB III yaitu desa Mangunsoko yang merupakan satu-satunya desa dari delapan desa di KRB III dengan indeks rencana kesiapsiagaan paling rendah, dan KRB II yaitu desa : Wates, Banyudono, Banyubiru, dan Ngadipuro. Artinya kesadaran masyarakat untuk merencanakan tindakan kesiapsiagaan dan kemampuan memobilisasi sumber daya di kelima desa tersebut masih rendah meskipun pengetahuan kebencanaan mereka sudah tinggi. Parameter Mobilisasi Sumber Daya, seluruh desa berada dalam kondisi tidak siap. Artinya peran serta masyarakat dalam seminar, workshop, pelatihan kesiapsiagaan masih rendah. Kesadaran masyarakat untuk menyisihkan dana cadangan bencana juga masih rendah. Isu kerusakan jalur evakuasi yang disebabkan oleh penambangan pasir ilegal di Kecamatan Dukun semakin memperparah rendahnya indeks rencana kesiapsiagaan masyarakat di Kecamatan Dukun. 3. Kesiapsiagaan masyarakat di Kecamatan Dukun dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi (1) Faktor Internal yang terdiri dari : Pendidikan, Pendapatan dan Pengalaman masa lalu serta (2)
143 Faktor eksternal yang terdiri dari : Jarak terhadap bencana, Ketokohan dan Modal sosial. Hasil uji statistika menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan pendapatan maka semakin tinggi pula tingkat kesiapsiagaan. Uji statistika juga menunjukkan pengalaman bencana berpengaruh pada tingkat kesiapsiagaan bencana. Pengalaman bencana di masa lalu menjadikan tingkat kesiapsiagaan semakin tinggi. Hasil analisa spasial dan statistika menunjukkan bahwa semakin jauh dari sumber bencana maka tingkat kesiapsiagaan seseorang cenderung menjadi semakin menurun. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan menunjukkan adanya tokoh panutan dalam masyarakat dan nilai-nilai gotong royong yang juga meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana erupsi yang akan datang. 6.2. Saran Hasil analisis terhadap tingkat kesiapsiagaan masyarakat Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang mempunyai saran kepada beberapa pihak terkait, yaitu: 6.2.1. Saran Praktis 1. Pemerintah Kabupaten Magelang, Ada 8 desa yang termasuk di Kawasan Rawan Bencana III, yang seharusnya dikosongkan dari kawasan permukiman sesuai dengan Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dalam Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007. Pemerintah daerah Kabupaten Magelang hendaknya selalu berupaya untuk merelokasi 8 desa yang terletak di KRB III. Salah satu kebijakan yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
144 Magelang sebagai upaya pembebasan KRB III dari kawasan permukiman adalah dengan kebijakan disinsentif. Pemerintah hendaknya meningkatkan upaya peningkatan kapasitas masyarakat di Kawasan Rawan Bencana berupa pelatihan kesiapsiagaan dan simulasi bencana sehingga pengetahuan dan kesadaran masyarakat menjadi semakin meningkat. Perlu Integrasi pengetahuan kebencanaan dalam pendidikan formal bagi masyarakat Kecamatan Dukun untuk meningkatkan kapasitasnya. Pengetahuan kebencanaan tanpa ditunjang kesadaran untuk melakukan perencanaan kesiapsiagaan akan menjadi sia-sia seperti yang nampak pada desa Mangunsoko, Wates, Banyudono, Banyubiru, dan Ngadipuro. Oleh karena itu pemerintah harus selalu membangkitkan kesadaran masyarakat untuk selalu siap siaga dengan komunikasi yang efektif. Komunikasi akan semakin efektif dalam upaya peningkatan kapasitas dan kesadaran masyarakat, dengan memanfaatkan tokoh setempat dalam penyampaian informasi kebencanaan. Komando terpusat juga sangat penting untuk dilakukan agar tindakan saat bencana menjadi terarah dalam satu komando dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Pemerintah juga perlu mengatur penambangan pasir ilegal di Kecamatan Dukun sehingga kerusakan jalur evakuasi dapat dicegah. Pemantauan terhadap jalur evakuasi juga perlu dilakukan terus menerus sehingga kerusakan yang terjadi dapat diketahui secara dini dan dapat segera diperbaiki. Selain itu untuk mengantisipasi rendahnya parameter mobilisasi sumber daya pemerintah harus mengalokasikan dana cadangan bencana serta penyediaan sarana dan prasarana transportasi sehingga kemampuan mobilisasi masyarakat di kecamatan Dukun akan meningkat.
145 2. Masyarakat Setempat Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat memerlukan upaya dari berbagai pihak. Upaya peningkatan kesiapsiagaan memerlukan dana yang sangat banyak sehingga diperlukan pula swadaya dari masyarakat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana. Kerentanan ekonomi berupa rendahnya pendapatan masyarakat di Kecamatan Dukun dapat diatasi dengan kerja sama dan gotong royong dalam pengadaan dana cadangan bencana yang melibatkan seluruh masyarakat. Selain upaya dari pemerintah hendaknya masyarakat di Kecamatan Dukun memberdayakan diri dan meningkatkan kesadaran agar selalu siaga. 3. Pihak terkait dengan kebencanaan, Termasuk di dalamnya organisasi non pemerintah maupun LSM dan lain sebagainya. Agar selalu mendampingi masyarakat di kawasan rawan bencana untuk meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat setempat. Sinergi antara pemerintah, masyarakat dan berbagai pihak terkait akan mewujudkan wilayah yang siap siaga dalam menghadapi bencana. 6.2.2. Saran Penelitian yang akan datang Pelaku utama kesiapsiagaan menurut LIPI-UNESCO-ISDR (2006) ada tiga yaitu (1) Individu/Rumah Tangga (2) Pemerintah dan (3) Sekolah. Penelitian ini terbatas baru menganalisa kesiapsiagaan Masyarakat/Rumah tangga dikarenakan keterbatasan waktu dan dana. Hendaknya kesiapsiagaan pemerintah dan sekolah juga diteliti secara mendalam pada penelitian selanjutnya sehingga akan nampak tingkat kesiapsiagaan semua stakeholder yang ada di Kecamatan Dukun.