BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Merapi. Ada 8 Desa yang termasuk ke dalam KRB III. Penelitian ini bertujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang rawan terhadap bencana alam. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan the ring of fire. Wilayah ini berupa sebuah zona

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. 10

BAB VI PENUTUP. Pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010, Pemerintah Pusat melalui Badan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS RISIKO BENCANA ERUPSI GUNUNG MERAPI DI KECAMATAN DUKUN KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,


BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG,

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

BAB VI PENUTUP. dilakukan dalam proses pengurangan Risiko bencana di wilayah rawan bencana. Kabuaten Sinjai, dapat disimpulkan temuan sebagai berikut;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK MENGANTISIPASI BENCANA ALAM DI KOTA BENGKULU LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (LIPI), 2006 BENCANA ALAM

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA

PENDAHULUAN Latar Belakang

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

SEKOLAH SIAGA BENCANA & Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana

BAB I PENDAHULUAN. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi Kapasitas Kelembagaan Program Sister Village sebagai Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi. Disusun Oleh: NIA PARAMITHA SARI A Kepada:

ANGGI PRATIWI A

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR, GEMPA BUMI, DAN TANAH LONGSOR DI KECAMATAN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

BAB III METODE PENELITIAN. : Kecamatan Astanaanyar dan Bojongloa Kidul

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2013

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

DAFTAR ISI. Instisari... i Abstrak...ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... v Daftar Tabel... vii Daftar Gambar...viii Daftar Lampiran...

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

Miko Kamal, PhD Miko Kamal & Associates Ins?tut untuk Reformasi Badan Usaha Milik Negara (ireformbumn) 20/12/13 Miko Kamal 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB VI BAB KESIMPULAN VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PELATIHAN TEKNIK PENYELAMATAN DIRI DARI DAMPAK BENCANA ALAM GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SLB B KARNNA MANOHARA YOGYAKARTA

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN DESA YANG BERBASIS PENGURANGAN RISIKO BENCANA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB III LANDASAN TEORI

LAPORAN CAPACITY BUILDING KESIAPSIAGAAN BENCANA BERBASIS SEKOLAH 7 11 SEPTEMBER 2009

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN,

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

KESIMPULAN RISIKO BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. Gunung Merapi merupakan gunung teraktif di Indonesia. Gunung yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

KERENTANAN DAN KESIAPSIAGAAN DI DESA BAWAK KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN TERHADAP BENCANA BANJIR NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO,

KERENTANAN (VULNERABILITY)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 0 15 cm setiap tahunnya. Lempeng Indo-Australia di bagian selatan

KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG)

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut dimensi tempat, ruang dan waktu baik yang terkait dengan keadaan

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Kecamatan Dukun adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Magelang yang letak geografisnya sangat rentan terhadap ancaman bencana erupsi Gunung Merapi. Ada 8 Desa yang termasuk ke dalam KRB III. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan sejauh mana tingkat kesiapsiagaan masyarakat di Kecamatan Dukun dalam menghadapi ancaman bencana erupsi Gunung Merapi yang akan datang serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Hasil analisis tentang kesiapsiagaan masyarakat Kecamatan Dukun dapat disimpulkan bahwa: 1. Pemerintah daerah kabupaten Magelang sudah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat di Kawasan Rawan Bencana khususnya di Kecamatan Dukun. Pembentukan Organisasi Pengurangan Risiko Bencana, Komunitas Wajib Latih Bencana, Rintisan Desa Siaga, serta program Sister Village adalah beberapa upaya yang sudah dilakukan pemerintah Kabupaten Magelang. 2. Indeks Kesiapsiagaan Bencana individu/rumah tangga terdiri dari 4 paramater yaitu : (1) Pengetahuan dan Sikap; (2) Rencana Kesiapsiagaan; (3) sistem Peringatan dini dan (4) Mobilisasi Sumber Daya. Hasil analisa menunjukkan bahwa secara umum Kecamatan Dukun sudah termasuk dalam kategori SIAP dengan Indeks Kesiapsiagaan Bencana yaitu 70,20. Kesiapsiagaan di setiap KRB juga termasuk dalam kondisi siap. Bahkan KRB I memiliki indeks di atas indeks Kecamatan Dukun. Artinya penduduk 141

142 yaitu sangat siap. Kesiapsiagaan di setiap KRB juga termasuk dalam kondisi siap. Bahkan KRB I memiliki indeks di atas indeks Kecamatan Dukun. Artinya penduduk di Kecamatan Dukun telah mengetahui jenis, gejala, dan apa yang perlu dilakukan jika suatu kejadian alam yang dapat menyebabkan bencana terjadi, mereka juga tahu tanda-tanda akan terjadinya bencana alam serta sistem peringatan dini bencana.. Dilihat dari keempat parameter penyusunnya maka parameter rencana kesiapsiagaan dan mobilisasi sumber daya adalah yang paling lemah terutama di lima desa. Kelima desa tersebut terletak di KRB III yaitu desa Mangunsoko yang merupakan satu-satunya desa dari delapan desa di KRB III dengan indeks rencana kesiapsiagaan paling rendah, dan KRB II yaitu desa : Wates, Banyudono, Banyubiru, dan Ngadipuro. Artinya kesadaran masyarakat untuk merencanakan tindakan kesiapsiagaan dan kemampuan memobilisasi sumber daya di kelima desa tersebut masih rendah meskipun pengetahuan kebencanaan mereka sudah tinggi. Parameter Mobilisasi Sumber Daya, seluruh desa berada dalam kondisi tidak siap. Artinya peran serta masyarakat dalam seminar, workshop, pelatihan kesiapsiagaan masih rendah. Kesadaran masyarakat untuk menyisihkan dana cadangan bencana juga masih rendah. Isu kerusakan jalur evakuasi yang disebabkan oleh penambangan pasir ilegal di Kecamatan Dukun semakin memperparah rendahnya indeks rencana kesiapsiagaan masyarakat di Kecamatan Dukun. 3. Kesiapsiagaan masyarakat di Kecamatan Dukun dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi (1) Faktor Internal yang terdiri dari : Pendidikan, Pendapatan dan Pengalaman masa lalu serta (2)

143 Faktor eksternal yang terdiri dari : Jarak terhadap bencana, Ketokohan dan Modal sosial. Hasil uji statistika menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan pendapatan maka semakin tinggi pula tingkat kesiapsiagaan. Uji statistika juga menunjukkan pengalaman bencana berpengaruh pada tingkat kesiapsiagaan bencana. Pengalaman bencana di masa lalu menjadikan tingkat kesiapsiagaan semakin tinggi. Hasil analisa spasial dan statistika menunjukkan bahwa semakin jauh dari sumber bencana maka tingkat kesiapsiagaan seseorang cenderung menjadi semakin menurun. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan menunjukkan adanya tokoh panutan dalam masyarakat dan nilai-nilai gotong royong yang juga meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana erupsi yang akan datang. 6.2. Saran Hasil analisis terhadap tingkat kesiapsiagaan masyarakat Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang mempunyai saran kepada beberapa pihak terkait, yaitu: 6.2.1. Saran Praktis 1. Pemerintah Kabupaten Magelang, Ada 8 desa yang termasuk di Kawasan Rawan Bencana III, yang seharusnya dikosongkan dari kawasan permukiman sesuai dengan Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dalam Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007. Pemerintah daerah Kabupaten Magelang hendaknya selalu berupaya untuk merelokasi 8 desa yang terletak di KRB III. Salah satu kebijakan yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

144 Magelang sebagai upaya pembebasan KRB III dari kawasan permukiman adalah dengan kebijakan disinsentif. Pemerintah hendaknya meningkatkan upaya peningkatan kapasitas masyarakat di Kawasan Rawan Bencana berupa pelatihan kesiapsiagaan dan simulasi bencana sehingga pengetahuan dan kesadaran masyarakat menjadi semakin meningkat. Perlu Integrasi pengetahuan kebencanaan dalam pendidikan formal bagi masyarakat Kecamatan Dukun untuk meningkatkan kapasitasnya. Pengetahuan kebencanaan tanpa ditunjang kesadaran untuk melakukan perencanaan kesiapsiagaan akan menjadi sia-sia seperti yang nampak pada desa Mangunsoko, Wates, Banyudono, Banyubiru, dan Ngadipuro. Oleh karena itu pemerintah harus selalu membangkitkan kesadaran masyarakat untuk selalu siap siaga dengan komunikasi yang efektif. Komunikasi akan semakin efektif dalam upaya peningkatan kapasitas dan kesadaran masyarakat, dengan memanfaatkan tokoh setempat dalam penyampaian informasi kebencanaan. Komando terpusat juga sangat penting untuk dilakukan agar tindakan saat bencana menjadi terarah dalam satu komando dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Pemerintah juga perlu mengatur penambangan pasir ilegal di Kecamatan Dukun sehingga kerusakan jalur evakuasi dapat dicegah. Pemantauan terhadap jalur evakuasi juga perlu dilakukan terus menerus sehingga kerusakan yang terjadi dapat diketahui secara dini dan dapat segera diperbaiki. Selain itu untuk mengantisipasi rendahnya parameter mobilisasi sumber daya pemerintah harus mengalokasikan dana cadangan bencana serta penyediaan sarana dan prasarana transportasi sehingga kemampuan mobilisasi masyarakat di kecamatan Dukun akan meningkat.

145 2. Masyarakat Setempat Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat memerlukan upaya dari berbagai pihak. Upaya peningkatan kesiapsiagaan memerlukan dana yang sangat banyak sehingga diperlukan pula swadaya dari masyarakat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana. Kerentanan ekonomi berupa rendahnya pendapatan masyarakat di Kecamatan Dukun dapat diatasi dengan kerja sama dan gotong royong dalam pengadaan dana cadangan bencana yang melibatkan seluruh masyarakat. Selain upaya dari pemerintah hendaknya masyarakat di Kecamatan Dukun memberdayakan diri dan meningkatkan kesadaran agar selalu siaga. 3. Pihak terkait dengan kebencanaan, Termasuk di dalamnya organisasi non pemerintah maupun LSM dan lain sebagainya. Agar selalu mendampingi masyarakat di kawasan rawan bencana untuk meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat setempat. Sinergi antara pemerintah, masyarakat dan berbagai pihak terkait akan mewujudkan wilayah yang siap siaga dalam menghadapi bencana. 6.2.2. Saran Penelitian yang akan datang Pelaku utama kesiapsiagaan menurut LIPI-UNESCO-ISDR (2006) ada tiga yaitu (1) Individu/Rumah Tangga (2) Pemerintah dan (3) Sekolah. Penelitian ini terbatas baru menganalisa kesiapsiagaan Masyarakat/Rumah tangga dikarenakan keterbatasan waktu dan dana. Hendaknya kesiapsiagaan pemerintah dan sekolah juga diteliti secara mendalam pada penelitian selanjutnya sehingga akan nampak tingkat kesiapsiagaan semua stakeholder yang ada di Kecamatan Dukun.