BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Dimana laporan keuangan tersebut memiliki tujuan salah satunya yaitu. pengambilan keputusan. (Martani dkk, 2012:8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat. Setiap bank memiliki visi dan misi untuk mencapai sebuah tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).


BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai penggerak perekonomian dalam suatu negara. Menurut Undang-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaaan lembaga perantara keuangan (financial intermediatery institution)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi sebagai intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat. masyarakat yang kekurangan dana (Ismail,2010:13).

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan suatu bidang usaha yang bergerak pada jasa keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KESEHATAN LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) STUDI KASUS PADA LPD DESA ADAT KEDONGANAN KUTA BADUNG TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB III METODE PENELITIAN. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat penyaluran dana-dana dari Surplus Spending Unit (SSU) ke

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian setiap Negara, Bank berfungsi sebagai penghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini, diantaranya:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara dan bank sangat berpengaruh terhadap perekonomian seluruh negara dimana

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

STIE DEWANTARA Manajemen Bank

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

Jacob Abolladaka Pendidikan Ekonomi, FKIP-Undana Kupang-NTT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. baik saat ini maupun untuk masa mendatang, maka kesehatan bank harus

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan menciptakan kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan tersebut tidak lepas dari peranan dalam sektor perbankan. Perbankan memegang peranan penting dalam perekonomian sebab perbankan dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan, khususnya dibidang ekonomi. Pada dasarnya bank merupakan lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Sektor perbankan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang bergerak di bidang perbankan yaitu BUKP (Badan Usaha Kredit Pedesaan). BUKP adalah Badan Usaha Kredit Pedesaan Milik Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, didirikan berdasarkan PERDA DIY Nomor 1 Tahun 1989 tentang Badan Usaha Kredit Pedesaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. BUKP didirikan dengan maksud dan tujuan mengembangkan perekonomian pedesaan dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat pedesaan dengan menyediakan dana pembangunan melalui prosedur sederhana, cepat dan murah. BUKP didirikan di tiap-tiap kecamatan dalam wilayah Kabupaten dan Kota se Provinsi DIY yang pendiriannya ditetapkan dengan keputusan gubernur. BUKP berkedudukan di ibukota 1

kecamatan dengan wilayah usaha yang terbatas pada wilayah kecamatan dimana BUKP tersebut berkedudukan, sedangkan di tingkat desa dapat dibentuk unit-unit pelayanan. (BUKP, 2009) Keberadaan lembaga keuangan mikro Badan Usaha Kredit Pedesaan (BUKP), (BUKP, 2009) masih menjadi primadona masyarakat kelas bawah yang berprofesi sebagai usahawan mikro. Masyarakat lebih memilih BUKP dalam meminjam modal usaha lantaran proses dan persyaratannya tidak berbelit-belit, jika dibandingkan harus berhadapan dengan pihak bank. Dari hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dan fungsi BUKP adalah: 1. Mendekatkan permodalan dengan sistem perkreditan yang mudah dan terarah pada masyarakat pedesaan; 2. Menghindarkan masyarakat pedesaan dari pelepas uang/pengijon dan rentenir; 3. Menciptakan pemerataan dalam kesempatan berusaha bagi golongan ekonomi lemah; 4. Memberikan pelayanan kepada masyarakat pedesaan dengan menyediakan modal melalui sistem perkreditan yang diarahkan pada peningkatan kegiatan ekonomi produktif. BUKP merupakan badan usaha yang dimiliki oleh pemerintah provinsi, modal yang dialokasikan untuk setiap BUKP adalah Rp. 50.000.000,00 yang disetorkan secara bertahap. Modal ini merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan milik pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten, dan pemerintahan desa untuk BUKP di kabupaten atau milik pemerintah provinsi dan kota untuk 2

BUKP di Kota Yogyakarta. Modal awal setiap BUKP sebesar Rp. 5.000.000,00. Berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun 1989 untuk BUKP di wilayah kabupaten jumlah itu berasal dari tiga sumber, yaitu Rp. 2.500.000,00 berasal dari pemerintah provinsi, Rp. 500.000,00 berasal dari pemerintah kabupaten dan Rp. 2.000.000 dari pemerintah desa. Modal selanjutnya diambilkan dari dana RAPBD dan bagian keuntungan BUKP yang disetorkan ke pemda yang kemudian dikembalikan lagi ke BUKP sebagai tambahan setoran modal setelah dicatat sebagai pendapatan daerah. (BUKP, 2009) BUKP dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut memiliki usaha yaitu memberikan kredit, menghimpun tabungan, menerima deposito, dan menerima titipan. (BUKP, 2009). Sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2015, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk: Cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari; Pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang; dan Pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain. BUKP dalam menjalankan usahanya tidak lepas dengan adanya risiko kredit. Sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 42/SEOJK.03/2016, 3

Risiko Kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Risiko Kredit mencakup Risiko Kredit akibat kegagalan debitur, Risiko Kredit akibat kegagalan pihak lawan (counterparty credit risk), dan Risiko Kredit akibat kegagalan settlement (settlement risk). Risiko Kredit akibat kegagalan pihak lawan (counterparty credit risk) timbul dari jenis transaksi yang secara umum memiliki karakteristik: Transaksi dipengaruhi oleh pergerakan nilai wajar atau nilai pasar; Nilai wajar dari transaksi dipengaruhi oleh pergerakan variabel pasar tertentu; Transaksi menghasilkan pertukaran arus kas atau instrumen keuangan; dan Karakteristik risiko bersifat bilateral yaitu: o Jika nilai wajar kontrak bernilai positif maka Bank terekspos Risiko Kredit dari pihak lawan; atau o Jika nilai wajar kontrak bernilai negatif maka pihak lawan terekspos Risiko Kredit dari Bank. Risiko Kredit akibat kegagalan settlement (settlement risk) timbul akibat kegagalan penyerahan kas dan/atau instrumen keuangan pada tanggal penyelesaian (settlement date) yang telah disepakati dari transaksi penjualan dan/atau pembelian instrumen keuangan. Dalam SK Direksi Indonesia No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995 ditetapkan bahwa 4

pedoman pemberian kredit tersebut sekurang-kurangnya memuat dan mengatur hal-hal pokok antara lain : 1. Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, 2. Organisasi dan manajemen perkreditan, 3. Kebijakan persetujuan pemberian kredit, 4. Dokumentasi pemberian kredit, pengawasan kredit, penyelesaian kredit bermasalah. Pemberian kredit merupakan kegiatan utama dari BUKP, hal ini mengandung risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan kelangsungan usaha, sehingga dalam pengamanannya diperlukan tindakan-tindakan yang tepat, tertib dan teratur terutama bagi kredit yang dikategorikan bermasalah. BUKP mengalami kerugian ketika timbul tingginya kredit macet dalam usaha perkreditan. Menurut Suharno dalam (Barapadang, 2011), "Kredit macet atau problem loon adalah kredit yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor atau unsur kesengajaan atau karena kondisi di luar kemampuan debitur". Hal ini bisa terjadi karena kurangnya perhatian BUKP dalam memberikan kredit kepada masyarakat, baik sebelum maupun saat kredit tersebut berjalan. Faktor lain yang cukup penting adalah sangat minimnya analisis yang dilakukan BUKP pada saat terjadi perubahan siklus usaha. 5

Lebih lanjut mengenai penyaluran kredit oleh BUKP kepada masyarakat, dapat dilihat melalui tabel 1.1 sebagai berikut : Tabel 1.1 REKAPITULASI LAPORAN PERHITUNGAN TAHUNAN BUKP No URAIAN Ket KOTA YOGYAKARTA KAB.BANTUL KAB.KULONPROGO KAB.GUNUNGKIDUL KAB.SLEMAN 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 I STATISTIK KREDIT YANG DIBERIKAN 1. Saldo kredit yang diberikan awal tahun Rp. 13227639375 14078242675 30795876496 29647378137 17935661851 15820631076 21396010425 18968764325 22356995042 105712183189 Org. 5583 5779 13028 10262 5602 9118 6698 6472 6637 37548 2. Pencairan kredit selama 1 tahun Rp. 21873760500 18584669000 58035619500 50360000000 47517800000 35891300000 47179050000 39151650000 35557995400 210164225400 Org. 5125 4507 10169 10464 7753 6856 7700 6841 5000 35747 3. Angsuran kredit selama 1 tahun Rp. 20184626650 19454638300 54598109188 49211501641 43211264000 33776269225 43157949050 36724403900 32859530800 194011479688 Org. 28311 27472 82226 47446 40510 39259 56136 56547 39248 246431 4. Saldo kredit yang diberikan akhir tahun Rp. 14916773225 13206273375 34233386808 30795876496 22242197851 17935661851 25417111375 21396010425 25055459642 121664928901 Org. 5486 5583 9472 13028 10191 5602 6768 6698 6556 38473 5. Tunggakan kredit Rp. 6015960102 4726607775 8457990419 8375810079 4288970056 2573764376 3401915180 2944425751 7259943142 29424798898 Org. 3245 3183 5757 6028 2735 2144 2686 2792 3298 17721 % 40.33 35.79 24.71 27.20 19.28 14.35 13.38 13.76 28.98 24.15 II KOLEKTIBILITAS KREDIT YANG DIBERIKAN 1. LANCAR Rp. 8487670725 8205587100 23781473350 20971590533 17510325757 15124710753 21540627400 16543784000 16640948557 87961045789 Org. 3409 2656 6538 5806 5091 3933 5051 4685 3770 23859 % 56.90 62.12 69.47 68.10 78.73 64.33 84.75 0.87 66.42 72.18 2. KURANG LANCAR Rp. 763782100 1106589150 2249121598 2522846876 1606044893 1490665000 1147886500 1064103600 1379941292 7146776383 Org. 261 277 1641 1104 672 590 991 279 260 3825 % 5.12 8.38 6.57 8.19 7.22 8.31 4.52 5.07 5.51 5.86 3. DIRAGUKAN Rp. 1026467300 760915900 2227068000 2141372625 957465636 588676183 633383900 606066350 1837062461 6681447297 Org. 153 257 462 525 291 257 160 161 218 1284 % 6.88 5.76 6.51 6.95 4.30 3.28 2.49 2.83 7.33 5.48 4. MACET Rp. 4638815600 2721782075 5975723760 5103982712 2168361565 726909915 2095243575 1080475510 5197507332 20075651832 Org. 2377 2115 3010 2962 1334 620 1630 1456 2631 10982 % 31.10 20.16 17.46 16.57 9.75 4.05 8.24 5.05 20.74 16.47 Sumber : Laporan Keuangan Provinsi DIY tahun 2013 (audited) Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kolektibilitas kredit dengan kategori lancar dari tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami fluktuasi. Kolektibilitas kredit di kota Yogyakarta turun sebesar 5.22 %, di Kabupaten Bantul naik sebesar 1.37 %, sedangkan di Kabupaten Sleman turun sebesar 5.76 %. Kategori kurang lancar dari tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami penurunan. Kredit pada kategori diragukan terjadi fluktuasi seperti pada tahun 2012 pada kota Yogyakarta mengalami peningkatan di tahun 2013 sebesar 1.12 %, di Kabupaten Bantul dari tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 0.44 %, sedangkan di Kabupaten Sleman dari tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 6

1.85 %. Hal ini disebabkan karena usaha yang dijalankan debitur belum banyak membawa keuntungan yang mempengaruhi kemampuan sebagian debitur dalam melunasi kewajibannya. Kolektibilitas kredit dengan kategori kredit macet terdapat peningkatan yang signifikan di Kota Yogyakarta dari tahun 2012 ke tahun 2013 yaitu sebesar 10.67 %, di Kabupaten Bantul naik sebesar 0.89 %, sedangkan di Kabupaten Sleman naik 4.27 %. Data dari tabel tersebut menunjukkan kredit macet diatas 10 % terjadi di Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Hal ini menunjukkan bahwa adanya masalah kredit yang sedang terjadi di BUKP baik di Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman pada kurun waktu tahun 2012 dan 2013. Menurut Taswan dalam paket kebijaksanaan 28 Februari 1991 Klasifikasi Colektibilitas credit sebagai Tool of management perkreditan bank oleh Bank Indonesia : Rendah apabila tidak ada penyimpangan atau pelanggaran terhadap perkreditan yang sehat atau terjadi penyimpangan tetapi persentase jumlah debitur yang melanggar terhadap jumlah debitur yang diperiksa Bank Indonesia tidak lebih dari 2% Sedang apabila % jumlah debitur yang melanggar terhadap jumlah debitur yang diperiksa Bank Indonesia antara 2% hingga 5% Tinggi apabila % jumlah debitur yang melanggar terhadap jumlah debitur yang diperiksa Bank Indonesia antara 5% hingga 10% Sangat tinggi apabila % jumlah debitur yang melanggar terhadap jumlah debitur yang diperiksa Bank Indonesia lebih dari 10% 7

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia NOMOR: 8/19/PBI/2006, kualitas Kredit dengan masa angsuran 1 (satu) bulan atau lebih ditetapkan sebagai berikut: 1. Lancar, apabila: a. tidak terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga; atau b. terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga tidak lebih dari 3 (tiga) kali angsuran dan Kredit belum jatuh tempo. 2. Kurang Lancar, apabila: a. terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga lebih dari 3 (tiga) kali angsuran tetapi tidak lebih dari 6 (enam) kali angsuran; dan/atau b. kredit telah jatuh tempo tidak lebih dari 1 (satu) bulan. 3. Diragukan, apabila: a. terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga lebih dari 6 (enam) kali angsuran tetapi tidak lebih dari 12 (dua belas) kali angsuran; dan/atau b. kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan tetapi tidak lebih dari 2 (dua) bulan. 4. Macet, apabila: a. terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga lebih dari 12 (dua belas) kali angsuran; b. kredit telah jatuh tempo lebih dari 2 (dua) bulan; c. kredit telah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang Negara (BUPN); dan/atau 8

d. kredit telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi Kredit. Dapat diketahui dari uraian diatas dan data yang ada bahwa keberadaan BUKP saat ini masih sangat dibutuhkan, sementara keadaan dari sisi pengelolaan kredit memperlihatkan adanya kredit macet. Tingginya tingkat kredit macet (diatas 10%) di wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman menyebabkan penulis berkeinginan untuk menganalisis faktor-faktor penyebab kredit macet di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa munculnya risiko kredit berupa kredit macet dari masyarakat akan berpengaruh terhadap keseimbangan keuangan suatu entitas. Faktor yang mempengaruhi munculnya kredit macet berasal dari risiko kredit yang diukur dengan NPL (Non Performing Loan), likuiditas yang diukur dengan LDR (Loan to Deposit Ratio), solvabilitas yang diukur dengan CAR (Capital Adequacy Ratio), dan Suku Bunga Studi empiris yang telah dilakukan oleh (Lv & Tang, 2014), ( Wandera, 2013), (Abdullah et al., 2012), (Nawaz et al., 2012) dan (Yesi & Dewi, 2012) menujukkan bahwa adanya pengaruh secara signifikan NPL, LDR, CAR, dan ROE terhadap risiko kredit. Akan tetapi, penelitian sebelumnya juga menunjukkan hasil yang tidak signifikan terhadap variabel tersebut. Penelitian tersebut dilakukan oleh (Nym et al., 2014), (Sudiyatno & Fatmawati, 2013) dan (Prasetya & Khairani, 2014). Mereka menyatakan bahwa NPL, LDR, CAR, dan suku bunga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap risiko kredit. Menurut Nym et al., 2014 variabel risiko 9

kredit yang diukur dengan NPL dan likuiditas yang diukur dengan LDR serempak berperan dalam upaya perolehan profitabilitas yang seharusnya NPL dan LDR tersebut berperan signifikan negatif terhadap profitabilitas. Sudiyatno & Fatmawati, 2013 berpendapat bahwa CAR dan LDR tidak signifikan terhadap profitabilitas dan risiko kredit. Prasetya & Khairani, 2012 berpendapat bahwa LDR dan suku bunga BI rate secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat risiko kredit. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terdapat penelitian yang tidak konsisten pada hasil dan ketidaksignifikan variabel bebas. Penelitian tersebut dilakukan oleh (Sudiyatno & Fatmawati,2013) dan (Prasetya & Khairani,2012). Ketidakkonsistenan hasil dan ketidaksignifikan variabel bebas pada penelitian sebelumnya disebabkan oleh perbedaan penekanan pada dasar teori yang digunakan. Dasar teori yang digunakan oleh Sudiyatno & Fatmawati,2013 lebih menekankan terhadap aspek penilaian dengan metode CAMEL (Capital, Assets Quality, Management, Earnings, and Liquidity). Capital mengukur permodalan yang dimiliki oleh bank yang didasarkan pada kewajiban penyediaan modal minimum bank, Assets Quality untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank, management juga dilihat dari segi pendidikan dan pengalaman dari karyawannya dalam menangani berbagai kasus-kasus yang terjadi, earnings merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan, dan liquidity untuk mengukur tingkatan bank dalam kemampuan membayar semua utangnya, terutama utang-utang jangka pendek. Sedangkan (Prasetya & Khairani, 2012) di dalam penelitiannya lebih 10

menekankan terhadap aspek tingkat risiko kredit secara langsung yang diukur dengan NPL (Non Performing Loan). NPL merupakan rasio untuk mengukur risiko terhadap kredit yang disalurkan dengan membandingkan kredit macet dengan kredit yang disalurkan. Metode ini merupakan langkah langsung dalam menilai tingkat risiko kredit melalui data kuantitatif yang diperoleh bank. Datadata tersebut dapat berupa jumlah kolektibilitas pembayaran hutang oleh debitur. Kedua penelitian tersebut terlihat bahwa adanya penekanan dasar teori yang berbeda sehingga tentunya akan sangat berpengaruh terhadap hasil akhir dalam penelitian. Mengacu dari ketidak konsistenan hasil penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk lebih mengulas mengenai tingkat risiko kredit yang dipengaruhi oleh LDR, CAR, dan Suku Bunga yang dilakukan oleh (Prasetya & Khairani, 2012) dan (Sudiyatno & Fatmawati, 2013). Peneliti tertarik meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh LDR, CAR, dan Suku Bunga terhadap tingkat risiko kredit yang akan diimplementasikan pada Badan Usaha Kredit Pedesaan (BUKP) yang berada di Provinsi DIY. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka judul yang diambil dalam penelitian ini adalah Analisis Pengaruh LDR, CAR, dan Suku Bunga terhadap tingkat risiko kredit pada Badan Usaha Kredit Pedesaan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 11

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah : 1. Apakah LDR (Loan to Deposit Ratio) berpengaruh terhadap tingkat risiko kredit pada Badan Usaha Kredit Pedesaan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Apakah CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh terhadap tingkat risiko kredit pada Badan Usaha Kredit Pedesaan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta? 3. Apakah Suku Bunga berpengaruh terhadap tingkat risiko kredit pada Badan Usaha Kredit Pedesaan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio) terhadap tingkat risiko kredit pada Badan Usaha Kredit Pedesaan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio) terhadap tingkat risiko kredit pada Badan Usaha Kredit Pedesaan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 12

3. Untuk mengetahui pengaruh Suku Bunga terhadap tingkat risiko kredit pada Badan Usaha Kredit Pedesaan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa Penelitian ini dapat dijadikan acuan awal untuk mendapatkan data lainnya yang lebih komprehensif dalam penelitian masalah yang sama atau penelitian yang bersinggungan dengan pokok-pokok bahasan yang ada dalam penelitiaan ini. 2. Bagi BUKP (Badan Usaha Kredit Pedesaan) Penelitian ini diharapkan menjadi masukan yang konstruktif bagi BUKP terutama didalam menangani risiko kredit. 13