BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI42 NAMA: MARIA ANGELINA TANUMIHARDJA NPM : PEMBIMBING: A~ S.1'., M.A.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

diberikan Tuhan, meminta tolong kepada Tuhan, menenangkan pikiran dan memusatkannya untuk menuju ke fase kesederhanaan, absolusi / penebusan, epifania

SIMBOLISASI PADA RANCANGAN ARSITEKTUR GEREJA KATOLIK SANTO PETRUS DAN GEREJA KATOLIK SANTA PERAWAN MARIA TUJUH KEDUKAAN DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM. Redesain Kompleks Gereja Kristus Raja Semesta Alam di Kelurahan Tegalrejo, Salatiga

BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

DAFTAR ISI. ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI.. vi DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR DIAGRAM. xiv

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain yang digunakan pada proyek Komples Wisata Budaya di Kota

Gereja Katolik Kristus Raja di Wasuponda, Luwu Timur, Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN

bahasa dan mulai menyebarkan ajaran Kristus kepada orang lain yang beranekaragam. Hal tersebut mirip dengan karakter umat di Gereja St. Monika BSD yan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB Il TINJAUAN UMUM. : 6,5 dari tepi jalan alam sentosa di hadapan tapak. : Gereja dan Hunian terdiri dari Imam lanjut usia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan, banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

MAKNA TRANSENDENTAL DI BALIK BENTUK ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA PADA GEREJA KATOLIK GANJURAN, YOGYAKARTA

Pada proyek ini, gereja yang akan mengadaptasi budaya lokal adalah Gereja St. Maria Emaculata di Bandar Lampung. 1.2 Rumusan Masalah Masalah utama yan

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

GEREJA KATOLIK KRISTUS RAJA DI WASUPONDA, LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN

dilatarbelakangi oleh bertambahnya di kawasan BSD dan sekitarnya, sehingga dibutuhkan sebuah bangunan gereja yang dapat mengakomodasi kegiatan Gereja

Penerapan gaya, Reizsa Yoga Setyawan, FIB UI, 2014

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang permasalahan

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HIEROPHANY DALAM RITUAL PERJAMUAN KUDUS DI GEREJA KRISTEN INDONESIA (GKI) DAN GEREJA HATI KUDUS YESUS DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

RELASI MAKNA-BENTUK INKULTURASI ARSITEKTUR GEREJA KATOLIK DENGAN ARSITEKTUR JAWA DALAM TINJAUAN KONSEPTUAL DAN PERSEPTUAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 6 KESIMPULAN. Uraian dalam bab ini dibagi dalam empat bagian besar. Bagian pertama bertujuan

Geometri: Kebebasan Ekspresi Keindahan

GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL

Krismanto Kusbiantoro *

PERAN TEKNOLOGI PADA RELASI BENTUK DAN MAKNA ARSITEKTUR GEREJA KATOLIK DALAM PROSES INKULTURASI

1. Serambi dan Badan Gereja Badan gereja merupakan tempat dimana umat Gereja mengikuti Misa dan kegiatan yang berhubungan dengan acara di Gereja St. M

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR DIAGRAM... x

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

GEREJA KATOLIK IBU TERESA DI LIPPO CIKARANG

mereka sebagai satu-satunya masa yang membawa perubahan mendasar bagi umat manusia. Pengaruh masa lampau diperkuat oleh kenyataan bahwa Renaissance

Membaca Pola Geometri pada Gereja Katolik Palasari

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ABSTRACTION... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ide Gagasan Rumusan Masalah 4

PENCAHAYAAN BUATAN DALAM GEREJA KATOLIK

ABSTRAK. manapun ia berada. Kematian adalah hal mutlak yang harus diterima setiap. manusia dalam menjalani kehidupan. Seseorang

Deretan kolom yang menunjukkan ritme bersemangat. Gambar 5 Aplikasi ritme bersemangat pada sebuah bangunan. Sumber: Dokumentasi dari internet

KAJIAN PANOPTISISME DAN ARSITEKTUR KONTROL DALAM PERATURAN PEMBANGUNAN GEREJA KATOLIK

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO.

BAB I PENDAHULUAN. Tanda nyata dari cinta Tuhan kepada manusia dinyatakan melalui sakramen-sakramen

1/14/2018 RUANG SAKRA. Paroki St. Odilia Citra Raya 14 Januari 2018 M.F. Dinar Ari Wijayanti. Dasar Biblis

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

MEMAHAMI ARSITEKTUR LOKAL DARI PROSES INKULTURASI PADA ARSITEKTUR GEREJA KATOLIK DI INDONESIA

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam

BAB IV ANALISA DATA. dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha

GEREJA PAROKI SANTO YUSUP BATANG Dengan Penekanan Desain Tadao Ando

RINGKASAN SKRIPSI INKULTURASI MUSIK GAMELAN JAWA PADA MUSIK LITURGI DALAM EKARISTI DI GEREJA HATI KUDUS TUHAN YESUS PUGERAN YOGYAKARTA

Bab I Pendahuluan Latar Belakang. Tugas Akhir 122

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

DESAIN RUANG DAN PENCAHAYAAN BUATAN UNTUK MENDUKUNG SUASANA KONTEMPLASI PADA GEREJA KATOLIK REGINA CAELI, JAKARTA

(mempelai wanita) & (mempelai pria) MISA KUDUS SAKRAMEN PERKAWINAN. Dipimpin oleh

GEREJA BETHEL INDONESIA KELUARGA ALLAH YOGYAKARTA

INKULTURASI BUDAYA JAWA DALAM INTERIOR GEREJA KATOLIK REDEMPTOR MUNDI DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Gereja mulai menggunakan nyanyian dalam upacara keagamaan sebelum abad

KAJIAN PERWUJUDAN NIRMANA INTERIOR GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI SURABAYA DENGAN PENDEKATAN SEMIOTIK

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Rumusan Masalah Ide Gagasan... 4

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan yang kedua, Gereja adalah umat Katolik itu sendiri. Perkembangan

PENDEKATAN AKUSTIK ADAPTIF DALAM OPTIMALISASI WAKTU DENGUNG PADA GEREJA KATOLIK DI JAKARTA

PENGARUH LITURGI GEREJA KATOLIK ROMA PADA INTERIOR GEREJA KELAHIRAN SANTA PERAWAN MARIA

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Biar Kanak-kanak datang kepada-ku : Evaluasi dan Refleksi Perayaan Ekaristi bersama Anak-anak (missis cum pueris)

BAB I PENDAHULUAN. lebih khusus akan ditinjau adalah sejumlah bangunan peribadatan dari Gereja. maupun relokasi (pembangunan bangunan baru).

BAB I PENDAHULUAN. berkembang akan berbagai hal. Salah satu contoh kemajuan teknologi dan

KAJIAN SEMIOTIKA PADA INTERIOR GEREJA SANTO YAKOBUS SURABAYA

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

SIMBOLISME LITURGI EKARISTI DALAM GEREJA KATOLIK Sebuah Konsepsi dan Aplikasi Simbol

PETUNJUK PELAKSANAAN. Kata Pengantar dari Pastor Paroki Santa Theresia (merangkap sebagai Ketua Dewan Paroki)

SPIRITUALITAS EKARISTI

BAB V PENUTUP. Kristus. Sakramen-sakramen merupakan tahap paling konkret di mana

Daftar Isi PROFIL LINGKUNGAN ST. THEOFILUS 1

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

Gereja Katolik Paroki Rasul Barnabas di Tangerang BAB I PENDAHULUAN

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

CAHAYA ALAMI SEBAGAI UNSUR PEMBENTUK EKSPRESI SAKRAL PADA GEREJA DI JAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

GEREJA PAROKI KRISTUS RAJA UNGARAN

RELASI BENTUK-MAKNA PERSEPTUAL PADA ARSITEKTUR GEREJA KATOLIK DI INDONESIA

LAPORAN PENELITIAN PF MAKNA BENTUK PADA ARSITEKTUR GEREJA KATOLIK DENGAN PRINSIP INKULTURASI. Oleh : Ir. Joyce M.Laurens, M.Arch.

PERPADUAN GAYA ARSITEKTUR PADA GEREJA KATOLIK DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Misa Setiap Akhir Pekan Gereja Katolik Santa Maria 1500 umat 5 kali 7500 umat

RELASI ANTARA MAKNA DAN BENTUK INKULTURASI ARSITEKTUR GEREJA KATOLIK

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

KATA PENGANTAR. Penyusun

BAB III PROSESI RITUAL HIEROPHANY DI GEREJA KRISTEN INDONESIA (GKI) DAN GEREJA HATI KUDUS YESUS DI SURABAYA

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Kesimpulan akan menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah diajukan sebelumnya (pada bab 1) sehingga akan didapatkan pemahaman mengenai konsep ruang sakral Gereja Katolik serta dominansi perwujudannya dalam arsitektur Gereja Katolik karya Romo Mangunwijaya (Gereja Maria Assumpta Klaten, Gereja Theresia Salam, dan Gereja Maria Sapta Duka Mendut). 5.1.1. Apa yang dimaksud dengan ruang sakral dan bagaimana mewujudkan konsep tersebut dalam arsitektur? Ruang sakral secara universal merupakan ruang-ruang yang memiliki ritme tertentu serta memiliki kualitas/nilai ruang yang berbeda pada setiap bagian ruang. Ruang-ruang tersebut bersifat tidak homogen karena masing-masing bagian menghadirkan pengalaman ruang yang berbeda yang dirangkai menjadi suatu kesatuan sehingga saat mencapai ruang sakral tercipta suasana yang dapat menyentuh perasaan yang tidak bisa didapatkan pada ruang yang tidak sakral Perwujudan konsep ruang sakral ke dalam arsitektur dapat melalui hal-hal berikut: - Tatanan ruang yang menunjukkan adanya hirarki. Pembedaan hirarki dilakukan dengan perbedaan kualitas ruang antara ruang yang paling sakral dengan ruang yang paling tidak sakral. Penentuan hirarki ruang dipengaruhi juga oleh jarak ruang terhadap titik pusat dari tatanan ruang. Semakin jauh jarak suatu ruang terhadap ruang sakral, semakin tidak sakral ruang tersebut (ada aksis vertikal dan horisontal). - Tanda/simbol tertentu - Orientasi terpusat, dimana pusat dari seluruh tatanan ruang mengarah kepada ruang sakral tersebut - Bentuk yang menjulang tinggi sebagai simbol dari meraih langit yang dipercaya sebagai tempat yang transenden berada (ekspresi vertikalisme yang kuat). Hal ini dapat disamakan dengan gunung yang oleh beberapa suku dijadikan sebagai pusat dunia (pilar universal) karena memiliki ketinggian tertinggi dibandingkan sekitarnya. 95

5.1.2. Bagaimana konsep dan perwujudan ruang sakral dalam arsitektur Gereja Katolik universal? Konsep ruang sakral dalam arsitektur Gereja Katolik merujuk pada ruang liturgis, dimana ruang sakral dalam Gereja Katolik adalah ruang tempat dilaksanakannya peristiwa liturgi Ekaristi. Ruang liturgi memiliki tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam membentuk ruang liturgi, yaitu prinsip kesatuan, prinsip fungsi dan peran serta serta fungsi simbolisme. Perwujudan ruang sakral dalam arsitektur Gereja Katolik universal dapat dilakukan melalui hal-hal berikut: a) Tatanan ruang. Tata ruang harus mencerminkan hal-hal berikut: o Hirarki ruang. Terbagi menjadi narthex, nave, dan sanctuary o Pembedaan kualitas ruang narthex-nave-sanctuary. Dapat dilakukan dengan pembedaan elevasi lantai, pembedaan material, dan sebagainya o Sikuen ruang mengalir, sehingga menunjukkan adanya kesatuan ruang sebagai prinsip ruang liturgis. o Axis longitudinal. Axis yang baik adalah lurus dan tegas, menggambarkan jalan menuju kebenaran yang lurus. Axis bercabang dihindari karena dapat menghilangkan makna dari sacred path tersebut. b) Orientasi, terdiri dari orientasi eksterior dan interior. Orientasi eksterior harus memiliki arah ke atas sebagai simbol menghadap ke Yang Kuasa, sementara orientasi interior harus mengarah ke pusat dari perayaan Ekaristi yaitu altar c) Proporsi. Pada gereja abad pertengahan, proporsi bangunan dan ruang dalam dengan tinggi ruang yang lebih dominan dibandingkan lebar ruangan (ekspresi vertikal yang kuat) menjadi penting karena merupakan simbol dari meraih Surga. Hal tersebut bukan sesuatu yang mutlak dan wajib dalam arsitektur Gereja Katolik. Terutama setelah Konsili Vatikan II, bentuk gereja tidak harus selalu menampilkan ekspresi vertikal yang kuat. Gereja dapat ditampilkan dengan sifat kerendahan hati yang kuat dan gereja dapat ditampilkan dengan sifat horisontalisme yang dominan. d) Ornamen sakral Ornamen harus memuat simbol-simbol yang bermakna liturgis. Simbol sakral adalah representasi kehadiran Allah sendiri melalui ornamen sakral. Simbol sakral yang dihadirkan melalui ornamen sakral merupakan media komunikasi 96

yang menggambarkan relasi Tuhan dengan manusia melalui perantaranya melalui kisah suci yang terdapat dalam Kitab Suci. Simbol sakral adalah representasi kehadiran Allah sendiri melalui ornamen sakral. e) Suasana liturgis, terdiri dari cahaya dan warna liturgis 5.1.3. Bagaimana perwujudan ruang sakral obyek studi Gereja Katolik karya Romo Mangunwijaya jika ditinjau dari konsep dan perwujudan ruang sakral Gereja Katolik universal? Ketiga obyek studi tidak ada yang secara keseluruhan memenuhi perwujudan ruang sakral Gereja Katolik, namun dari hasil analisa terhadap obyek studi dapat dilihat bahwa perwujudan ruang sakral pada obyek studi Gereja Katolik karya Romo Mangunwijaya ditinjau dari konsep dan perwujudan ruang sakral Gereja Katolik universal, paling kuat ditunjukkan dari segi orientasi, ornamen, dan suasana. Gerejagereja obyek studi karya Romo Mangun sarat akan ornamen yang penuh makna liturgis kecuali pada Gereja Maria Sapta Duka Mendut. Pada Gereja Maria Sapta Duka Mendut, ornamen ditunjukkan hanya dengan lukisan dan salib yang bersifat tidak permanen (tidak menjadi bagian dari elemen bangunan), sementara pada Gereja Theresia Salam dan Gereja Maria Assumpta Klaten, ornamen sakral terletak pada banyak elemen bangunan seperti kolom, dinding, dan plafon. Orientasi eksterior dan interior pada ketiga obyek studi juga telah memenuhi prinsip simbolisme dan prinsip fungsi dan peran-serta dimana orientasi eksterior yang ditampilkan merujuk kepada Tuhan (Yang Di Atas) dan orientasi interior mengarah pada pusat dari perayaan liturgi Ekaristi yaitu panti imam (khususnya pada bagian altar). Pada ketiga obyek studi, tatanan ruang paling baik ditunjukkan pada obyek studi Gereja Theresia Salam. Hal tersebut disebabkan oleh denah Gereja Theresia Salam yang simetris serta memiliki aksis longitudinal yang lurus dan tegas. Namun secara kesatuan ruang, Gereja Theresia Salam memiliki kolom di tengah ruangan sehingga ada beberapa bagian tempat duduk di panti umat yang terhalang saat melihat ke arah altar. Pada ketiga obyek studi, pembedaan kualitas ruang untuk menunjukkan hirarki dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan pembedaan elevasi lantai, penggunaan material yang berbeda, serta penggunaan elemen yang berbeda. Ketiga obyek studi memiliki proporsi (perbandingan lebar dengan tinggi bangunan) dengan ekspresi horisontal yang kuat. Hal tersebut sebagai bentuk tanggapan Romo Mangun atas Konsili Vatikan II yang menggambarkan gereja dengan rendah hati, 97

bukan sebagai sesuatu yang megah. Pada Gereja Maria Sapta Duka Mendut, ekspresi vertikalisme masih dapat terlihat melalui elemen menara pada bagian depan bangunan. 5.2. SARAN PENELITIAN Penelitian ini memiliki kekurangan yang disadari penulis karena adanya keterbatasan baik dari segi pengumpulan data maupun dalam proses penelitian. Oleh sebab itu saran penelitian ini dibuat agar ke depannya penelitian sejenis dapat dilakukan dengan lebih baik lagi. Berikut beberapa saran untuk penelitian sejenis: - Penelitian mengenai ruang sakral terhadap obyek studi ketiga gereja karya Romo Mangunwijaya (Gereja Maria Assumpta Klaten, Gereja Maria Sapta Duka Mendut dan Gereja Theresia Salam) hanya bersifat deskriptif-interpretatif dan perbandingan. Penginterpretasian hanya dilakukan oleh peneliti sebagai subyek dan ketiga obyek studi sebagai obyek penelitian. Akan lebih baik jika penelitian dilakukan dengan melibatkan orang lain sebagai subyek yang berhubungan dengan ketiga gereja tersebut, misalnya para umat paroki yang melakukan misa di gereja tersebut, pastor, dan sebagainya. Dengan melengkapi tokoh-tokoh yang terlibat dalam penelitian, maka penelitian akan bersifat lebih obyektif. - Pengambilan data obyek studi terutama yang menyangkut suasana sebaiknya dilakukan tidak hanya sekali. Sebaiknya penulis ikut serta dalam kegiatan misa liturgi Ekaristi yang berlangsung dan pada waktu yang berbeda (pagi dan sore) sehingga didapatkan data yang berbeda dan lebih akurat mengenai suasana saat berlangsungnya kegiatan liturgi Ekaristi serta bagaimana setiap ruangan bekerja mendukung kegiatan satu dengan yang lain. 98

GLOSARIUM Transenden diartikan sebagai sifat ke-ilahian, ke-mahakuasa-an, ke-mahamulia-an Allah. Transenden menganggap Tuhan sebagai sesuatu yang agung dan begitu jauh sehingga sangat dihormati dan ditakuti. Imanen diartikan sebagai sifat Allah yang dekat dengan manusia. Dalam istilah Filsafat Ketuhanan, Tuhan yang imanen berarti Tuhan berada di dalam struktur alam semesta serta turut serta mengambil bagian dalam proses-proses kehidupan manusia. Kontekstualisasi adalah usaha menempatkan sesuatu dalam konteksnya, sehingga tidak asing lagi, tetapi terjalin dan menyatu dengan keseluruhan. Pada makalah ini, kontekstualisasi yang dimaksud merujuk pada liturgi Ekaristi, dimana setelah Konsili Vatikan II, kontekstualisasi liturgi diperbolehkan dengan tetap mempertahankan kaidahkaidah dasar liturgi dan perayaan Ekaristi Frescoes lukisan berwarna pada plesteran. Biasanya terdapat pada elemen-elemen bangunan. 99

DAFTAR PUSTAKA Buku Eliade, Mircea. (1957). The Sacred and The Profane. (diterjemahkan oleh Willard R. Trask). New York: Harcourt, Brace & World, Inc. Hal 8-42. Lolo, Irene Umbu & Ujan, Bernardus Boli (Eds.). (2011). Liturgi Autentik dan Relevan. Maumere: Ledalero. Hal 34-46. Martasudjita, E. (1998). Memahami Simbol-Simbol dalam Liturgi. Jogjakarta: Kanisius. Hal 50-58. Pennick, Nigel. (1980). Sacred Geometry. Great Britain: Weatherby Woolnough Suryanugraha, Harimanto. (2006). Rupa dan Citra: Aneka Simbol dalam Misa. Bandung: SangKris. Windhu, I. Marsana. (1997). Mengenal 30 Lambang atau Simbol Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Skripsi, Thesis, dan Penelitian Kusbiantoro, Krismanto. (2003). Dominasi Makna Pragmatik YB. Mangunwijaya dalam Penerapan Konsep Konsili Vatikan II. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Katolik Parahyangan. Lukita, Linda. (2004). Kajian Bentuk dan Makna Arsitektural Gereja Maria Assumpta. Skripsi tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Katolik Parahyangan. Hal. 25-26, 30-36. Srisadono, Yosef Doni. (2013). Konsep Ruang Sakral Gereja Katolik dan Perwujudannya dalam Inkulturasi Arsitektur Gereja Katolik Bali. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Katolik Parahyangan. Hal 21-24, 28-31, 49-105. Subagio, Rudiyanto. (1997). Liturgi dan Arsitektur. Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Katolik Parahyangan. Website Admin website Gereja Katolik St. Ignatius Magelang. (2010). Sekolah Poetri Mendoet. Diakses tanggal 5 Maret 2017, dari http://www.ignatius-magelang.info/. Lainnya Paroki St. Maria Assumpta Klaten. (2013). Buku Kenangan 90 Tahun Paroki Santa Maria Assumpta Klaten. Klaten: (n.d). 100