BAB IV PEMBAHASAN. 1. Letak dan Luas Wilayah Kota Surakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. provinsi. Dalam satu karesidenan terdiri dari beberapa kapupaten atau kota.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.

Lampiran 1 : Pemilihan Bank Melalui Kriteria Berdasarkan Purposive Sampling

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. dilakukan untuk mengetahui seberapa pengaruh variabel-variabel independen

Lampiran 1. Data Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data Penelitian

Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ( ) JURNAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%)

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder

Lampiran 1 Data Penyerapan Tenaga Kerja, PDRB, Pengeluaran Pemerintah, dan Upah Riil Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat tahun

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Sampel Penelitian

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi

BAB IV. Analisis Data. 4.1 Gambaran Umum dan Depskriptif Obyek Penelitian

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan data dari tiga variabel independen serta dua

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Daftar Populasi Sampel Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tengah.secara astronomis DIY terletak antara Lintang Selatan dan

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN Langkah-Langkah Pemilihan Model Regresi Data Panel

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

Lampiran 1. Hasil pendugaan parameter model terhadap output/ pertumbuhan ekonomi

BAB V PENUTUP. maka diperoleh kesimpulan yang dapat diuraikan sebagai berikut : tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD. a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Hasil Regression Model GLS FIXED EFFECT (FEM)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. standar deviasi suatu data. Hasil analisis deskiptif didapatkan dengan. Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang faktor-faktor yang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH (Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO

Lampiran 2 Penduduk Menurut Status Pekerjaan Utama (jiwa)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Belanja Daerah tahun sekarang pada kabupaten/kota di propinsi Sumatera Utara

PENGARUH STRUKTUR EKONOMI TERHADAP KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Analisis Pengaruh Pariwisata Terhadap Produk Domestik...(Yhoga Bagus)

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pada Bab ini akan dibahas tentang hasil analisis yang diperoleh secara rinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN JURNAL PUBLIKASI

BAB XI UJI HIPOTESIS

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi indeks

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. syarat kriteria BLUE (Best Unbiased Estimato). model regresi yang digunakan terdapat multikolinearitas.

BAB XII INTERPRETASI HASIL OLAH DATA

Pengaruh Perkembangan Industri Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jambi

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 : PDRB Riil Provinsi Gorontalo tahun

Kata Kunci : Struktur Aktiva, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, dan Struktur Modal

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

FAKTOR PENENTU NILAI PERUSAHAAN

DATA PANEL Pengertian Data Panel

PENGARUH OPM, ROE DAN ROA TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA. Surya Perdana 1, Eni Hartanti 2

DAFTAR PUSTAKA. D. Nachrowi.(2006). Ekonometrika Analisis Ekonomi dan Keuangan. Cetakan Pertama. Jakakarta: Lembaga Penerbit FE UI.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Deskriptif Statistik Variabel Terikat, Variabel Bebas dan Variabel Kontrol

ANALISIS KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN METODE REGRESI DATA PANEL

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect, dan random

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Inklusi Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Stabilitas Perbankan

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perbedaan dari varian residual atas observasi. Di dalam model yang baik tidak

Surat Keterangan Perubahan Judul

ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai

DAFTAR PUSTAKA. Manurung,Mandala dan Pratama Rahardja (2004). Uang,Perbankan, dan Ekonomi Moneter. Jakarta. Lembaga Penerbit FEUI

Lampiran 1 Anggaran Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun (dalam jutaan rupiah)

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hasil dari uji heterokedastisitas tersebut menggunakan uji Park. Kriteria

DAFTAR PUSTAKA. Halim Abdul, (2002). Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat, Jakarta.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN MODEL DATA PANEL INTISARI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared.

Lampiran 1. Perkembangan GDP Riil Pertanian (Constant 2000, Juta US$) Negara Berkembang Tahun Indonesia Thailand Cina India Brasil Argentina Meksiko

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ABSTRACT. Keywords : Cash turnover, Receivable turnover, Inventory turnover and Firm size

Kontribusi Pembiayaan Perbankan Syariah Terhadap Disparitas Pendapatan di Indonesia Tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Indonesia, pengertian mengenai industri real estate tercantum

Pusat Statistik. Adapun data yang telah di olah terdapat terdapat pada tabel 6.1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP. 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapitatidak berpengaruh. secara signifikan terhadap kemiskinan provinsi di Indonesia.

Jurusan Manajemen Universitas Negeri Gorontalo. Abstrak

Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN

HASIL ANALISA DATA ROE LDA DA SDA SG SIZE

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

45 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah Surakarta 1. Letak dan Luas Wilayah Kota Surakarta Sumber : id.wikipedia.org Gambar 4.1Peta Kota Surakarta Secara geografis wilayah Kota Surakarta berada antara 110º45 15-110º45 35 BT dan 7º36 00-7º56 00 LS dengan luas wilayah 44,04 Km² dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar Secara umum kota Surakarta merupakan dataran rendah dan berada antara pertemuan kali/sungai-sungai Pepe, Jenes dengan Bengawan Solo, yang mempunyai ketinggian ±92 dari permukaan air laut. 4 5

digilib.uns.ac.id 46 Kota Surakarta mempunyai suhu udara maksimum 32,5 C, sedang suhu udara minimum adalah 21,9 C. Rata-rata tekanan udara adalah 1010,9 mb (milibar) dengan kelembaban udara 75%. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah angin 240. Kota Surakarta beriklim tropis, sedang musim penghujan dan kemarau bergantian enam bulan sekali setiap tahunnya. Surakarta adalah kota yang berpenduduk kurang lebih 507.825 jiwa (2013) dengan rasio jenis kelamin sebesar 94,69 yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 95 peduduk lakilaki (2013). Tingkat kepadatan penduduk Kota Surakarta pada tahun 2013 mencapai 13.331 jiwa/km2. Tahun 2013 tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Serengan yang mencapai angka 19.109. Dengan tingkat kepadatan yang tinggi akan berdampak pada masalahmasalah sosial seperti perumahan, kesehatan dan juga tingkat kriminalitas. Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Surakarta Menurut Jenis Kelamin di Kota Surakarta Tahun 2006-2013 Jenis Kelamin Rasio Tahun Jumlah Jenis Laki-Laki Perempuan Kelamin 2006 254.259 258.639 512.898 98,31 2007 246.132 269.240 515.372 91,42 2008 247.245 275.690 522.935 89,68 2009 249.287 278.915 528.202 89,38 2010 243.297 256.876 500.173 94,71 2011 244.562 258.304 502.866 94,68 2012 245.805 259.608 505.413 94,68 2013 246.982 260.843 507.825 94,69 Sumber: Surakarta Dalam Angka 2014, BPS Kota Surakarta

digilib.uns.ac.id 47 Penduduk Kota Surakarta pada tahun 2013 adalah 507.825 jiwa, dengan 246.982 dan 260.843 perempuan, dengan presentase perbandingan kelaminnya 94.69% yang berarti bahwa setiap 100 perempuan terdapat 95 laki-laki. Kota Surakarta mereupakan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Jawa Tengah dengan tingkat kepadatan penduduknya 13.331 jiwa/km2, rata-rata kepadatan penduduk di wilayah Jawa Tengah hanya 992/km2. Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan seluas keseluruhan 44,04 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 sejumlah 586.978 jiwa. Kecamatan yang mempunyai luas wilayah paling besar yaitu Kecamatan Banjarsari (14,81 km2) sedangkan kecamatan yang mempunyai luas paling kecil yaitu Kecamatan Serengan. Wilayah kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Pasar Kliwon (18775 jiwa/km2) dan terendah terdapat pada Kecamatan Laweyan (19109 jiwa/km2). Tabel 4.2.Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta 2013 Kecamatan Luas Jumlah Penduduk Rasio Kepadatan Total Jenis Wilayah Laki-Laki Perempuan Penduduk Kelamin Laweyan 8,64 53.712 55.860 109.572 96,15 12682 Serengan 3,19 29.885 31.072 60.957 96,18 19109 Pasar Kliwon 4,82 44.329 46.167 90.496 96,02 18775 Jeres 12,58 73.251 74.305 147.556 98,58 11729 Banjarsari 14,81 88.069 90.328 178.397 97,50 12046 Total 44,04 289.246 297.732 586.978 97,15 13328 Sumber: Surakarta Dalam Angka 2014, BPS Kota Surakarta

digilib.uns.ac.id 48 Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang memiliki potensi cukup besar sebagai pusat kegiatan ekonomi. Letak geografis yang strategis memungkinkan kota Surakarta sebagai transiment point bagi kegiatan ekonomi dan pariwisata Provinsi Jawa Tengah maupun transportasi regional yang datang dari Jawa Timur, Daerah Istimiwa Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian Barat, Utara, Timur dan Selatan. Pertumbuhan ekonomi kota Surakarta juga tak lepas dari peran kota-kota disekitarnya seperti Karanganyar, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri dan Klaten. Sehingga kota Surakarta sangat syarat dengan pusat-pusat kegiatan dalam konteks regional sehingga dapat meningkatkan interaksi daerah dalam lingkup pelayanannya guna menghasilkan suatu dinamika kegiatan ekonomi yang bersinergi. Mata pencaharian utama penduduk kota Surakarta sebagian besar adalah disektor industri, jasa dan perdagangan. Di bawah ini adalah tabel penduduk kota Surakarta berdasar mata pencahariannya. B. Gambaran Umum Variabel 1. Ekspor Kota Surakarta Komoditas ekspor Surakarta semakin variatif, komoditas andalan Surakarta tidak hanya batik, tekstil dan produk tekstil (TPT), tetapi sudah merambah pada mesin perkakas dan bantal kursi meski nilai dan volumenya tidak begitu besar.

digilib.uns.ac.id 49 Gambar 4.2 Grafik Nilai Ekspor Surakarta ketiga Negara Tujuan Ekspor Tahun 2010-2014 Grafik diatas menunjukan aliran ekspor kota Surakarta ke enam negara tujuan. Enam negara tujuan ekspor tersebut adalah USA, UK, Jerman, Australia, Belanda, dan Italia. Total nilai ekspor Surakarta ke USA pada tahun 2010 sebesar 20.942.463,69, pada tahun 2011 naik menjadi 18.093.388,96. Sementara pada tahun 2012 total nilai ekspor Surakarta ke USA mengalami penurunan nilai ekspornya menjadi 10.838.473,42 merupakan penurunan yang cukup drastis. Pada tahun selanjudnya nilai ekspor Surakarta naik menjadi 13.029.248,64, namun di tahun 2014 mengalami penurunan lagi menjadi hanya 9.794.077,32. Selanjutnya UK yang merupakan tujuan ke 2 ekspor utama Kota Surakarta. Tahun 2010 nilai ekspor Surakarta ke UK sebesar 1.799.909,42, di tahun 2011 total nilai ekspor Surakarta bertambah drastis nilainya sebesar 3.462.657,63. Pada tahun 2012 mengalami kenaikan lagi menjadi

digilib.uns.ac.id 50 3.900.717,03, di tahun 2013 total nilai ekspor Kota Surakarta mengalami penurunan menjadi 3.326.614,92. Pada tahun selanjutnya 2014 total nilai ekspor Kota Surakarta mengalami kenaikan yang sangat drastis menjadi sebesar 4.848.835,92. Total nilai ekspor Kota Surakarta ke Jerman di tahun 2010 sebesar 4.543.712,55, tahun berikutnya mengalami kenaikan 6.986.714,38. Pada tahun selanjutnya 2012 total nilai ekspor Kota Surakarta mengalami penurunan yang cukup besar nilainya menjadi 6.066.578,50. Tahun 2013 total nilai ekspor Kota Surakarta mengalami penurunan lagi yang sangat besar 3.644.892,59, namun mengalami kenaikan lagi di tahun 2014 meskipun tidak begitu besar nilainya sebesar 4.737.902,72. Australia tahun 2010 memiliki total nilai impor dari Kota Surakarta sebesar 1.409.626,87, selanjutnya pada tahun 2011 mengalami kenaikan, nilainya sebesar 2.083.984,27. Total nilai ekspor Kota Surakarta ke Australia pada tahun 2012 mengalami penurunan dari tahun sebelunya total nilainya menjadi 893.517,20, total nilai ekspor Surakarta ke Australia terun mengalami penurunan tahun 2013 hanya sebesar 582.543,16, tahun 2014 sebesar 345.202,01 saja. Total nilai ekspor Kota Surakarta ke Belanda dari tahun 2010 sampai 2014 mengalami naik turun meskipun selisihnya tidak begitu besar. Tahun 2010 sebesar 3.181.244,01 selanjutnya pada tahun 2011 mengalami kenaikan yang cukup tingi dari tahun sebelunya menjadi sebesar 4.303.648,05. Tahun 2012 nilai impor Belanda dari Kota Surakarta mengalami penurunan nilainya

digilib.uns.ac.id 51 menjadi 4.262.172,15, namun kembali mengalami kenaikan di tahun 2013 menjadi 4.525.806,20. Pada tahun 2014 mengalami penurunan yang cukup besar dari tahun sebelumnya, total nilainya hanya sebesar 2.653.051,63. Italia memiliki total nilai impor dari Kota Surakarta pada tahun 2010 sebesar 2.963.302,99. Pada tahun selanjutnya mengalami kenaikan nilainya 3.073.548,76, pada tahun 2012 nilai total ekspor Surakarta ke Italia mengalami penurunan nilainya sebesar 2.913.6000,18. Tahun 2013 nilai nilainya sebesar 3.212.194,96 lebih besar dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 ekspor Kota Surakarta ke Italia kembali mengalami penurunan yang cukup drastis, total nilainya 1.101.548,78. GDP Perkapita Surakarta tahun 2010-2014 ($) GDP perkapita merupakan ukuran pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan peningkatan produksi barang dan jasa. Merupakan indikator penting dalam perkembangan pembangunan suatu daerah. Semakin besar kapasitas produksi suatu daerah maka akan menentuakan perkembangan ekonomi daerah tersebut. Jika prosentase pertumbuhan GDP perkapita tersebut positif menunjukan bahwa kapasitas memproduksi komoditi ekspor sedang mengalami peningkatan. Nilai GDP perkapita Kota Surakarta dapat dilihat pada grafik :

digilib.uns.ac.id 52 Gambar 4.3. Grafik GDP Surakarta Tahun 2010-2014 Grafik diatas menunjukan GDP per kapita Kota Surakarta dalam US$. Mulai dari tahun 2010 yakni sebesar 4723,798 pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun 2010 menjadi 5315,818. Pada tahun 2012 GDP per kapita Kota surakarta juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya menjadi sebesar 5571,608. Pada tahun 2013 GDP per kapita Surakarta naik lagi menjadi 5476,812. Ini merupakan titik tertingi GDP per kapita Kota Surakarta dari periode 2010 sampai dengan 2014, karena pada tahun 2014 GDP perkapita Surakarta justru mengalami penurunan menjadi 5288,103. 3. GDP Perkapita Negara Tujuan Ekspor ($) GDP per kapita negara tujuan ekspor sangat fluktuatif.gdp per kapita merupakan gambaran dari tingkat ekonomi dan pendapatan setiap penduduk di suatu negara. Semakin tinggi tingkat PDB per kapita suatu

digilib.uns.ac.id 53 negara maka tingkat daya beli masyarakatnya juga tinggi. Ini juga dapat menjadi gambaran bagai mana negara tersebut melalukan hubungan Internasional dengan adanya pembelian barang dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan didalam negaranya atau dengan kata lain negara tersebut melalukan ekspor. Dapat dilihat dari grafik berikut: Gambar 4.4. Grafik GDP Per Kapita Negara Tujuan Ekspor Tahun 2010-2014 Grafik diatas menunjukan perkembangan GDP per kapita di tiap negara tujuan ekspor. Setiap negara menunjukan peningkatan setiap tahunya kecuali Belanda pada tahun 2013 yang mengalami penurun. Hal tersebut menunjukan bahwa kesejahteraan dan daya beli masyarakat di negara tujuan ekspor terjaga dengan baik. Pertumbuhan GDP yang stabil menjadi faktor dalam kegiatan konsumsi tiap penduduk di Negara tujuan ekspor. Dari grafik tersebut pada tahun 2010 sampai dengan 2014 USA memiliki GDP

digilib.uns.ac.id 54 per kapita yang paling tinggi sedangkan Belanda memiliki GDP per kapita yang terendah. GDP per kapita USA pada tahun 2010 sebesar 48.374,1 mengalami peningkatan di tahun 2011 menjadi 49.781,4, tahun 2012 51.456,7, selanjutnya pada tahun 2013 sebesar 52.980, dan pada tahun 2014 adalah sebesar 54.629,5. GDP per kapita UK tahun 2010 sebesar 38.362,2, tahun berikutnya GDP per kapita UK sebesar 40.974,7. Pada tahun 2012 GPD per kapitanya naik lagi menjadi 41.050,8 dan pada tahun 2013 sebesar 41.776,8. Tahun 2014 GDP perkapita UK naik cukup tinggi sebesar 45.603,3. Jerman memiliki GDP per kapita pada tahun 2010 sebesar 41.725,9, selanjudnya pada tahun 2011 sebesar 45.867,8. Tahun 2012 GDP perkapita Jerman mengalami penurunan dari tahun sebelumnya nilainya sebesar 43.931,7, namun pada tahun 2013 kembali naik menjadi 46.255. pada tahun 2014 GDP Jerman mengalami peningkatan lagi menjadi sebesar 47.627,4. Tahun 2010 GDP per kapita Australia sebesar 51.845,7 tahun selanjudnya mengalami kenaikan yang cukup tinggi sebesar 62.216,5. Tahun 2012 GDP per kapita Australia sebesar 67.646,1 ini merupan nilai GDP Australia yang tertinggi dalam periode tahun 2010-2014, karena pada tahun 2013 mengalami penurunan meskipun nilainya cukup kecil yaitu sebesar 67.627,8. Tahun 2014 turun lagi menjadi 61.925,5. GDP per kapita Belanda tahun 2010

digilib.uns.ac.id 55 sebesar 50.341,3 tahun berikutnya sebesar 53.537,3. Pada tahun 2012 GDP per kapita Belanda mengalami penurunan menjadi 49.474,7, namun naik lagi menjadi 51.425,1 di tahun 2013. Tahun 2014 GDP per kapita Belanda sebesar 52.172,2. GDP per kapita Italia tahun 2010 sebesar 35.877,9, tahun berikutnya naik menjadi 38.364,9 di 2011. Pada tahun 2012 GDP per kapita Italia turun menjadi 34.844,5, namun tahun selanjudnya naik lagi menjadi 35.420,9, dan pada tahun 2014 sebesar 34.908,5. 4. Populasi Negara Tujuan Populasi penduduk negara tujuan menggambarkan besarnya permintaan terhadap suatu kebutuhan barang. Pertambahan populasi penduduk menggambarkan permintaan ekspor negara importir akan semakin besar. Populasi penduduk enam negara tujuan ekspor Kota Surakarta dapat dilihat dari grafik berikut: Gambar 4.5 Grafik Populasi Negara Tujuan Ekspor 2010-2014

digilib.uns.ac.id 56 Grafik tersebut menunjukan tingkat populasi penduduk di enam negara tujuan ekspor selama kurun waktu 5 tahun terahir. Populasi penduduk di tiap-tiap negara tujuan ekspor cendrung mangalami peningkatan setiap tahunya. Populasi USA pada tahun 2010 sebesar 309.347.057 mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi 311.721.632 jiwa. Pada tahun 2012 populasi USA sebesar 314.112.078 jiwa bertambah lagi menjadi 316.497.531 jiwa, ditahun 2014 menjadi 318.857.056. Hampir setiap tahunya populasi penduduk USA mengalami peningkatan 2.000.000 jiwa.ini di sebabkan karena USA memiliki luas wilayah yang sangat besar. Populasi penduduk US pada tahun 2010 adalah 62.766.365 yang merupakan populasi penduduk terendah dalam periode 2010-2014. Pada tahun 2011 populasi penduduk US menjadi 63.258.918 selanjutnya hingga tahun 2014 populasi penduduk US meningkat di setiap tahunya dan pada tahun 2014 jumlah populasi penduduk US sebesar 64.510.376 jiwa. Populasi penduduk Jerman pada tahun 2010 sebesar 81.776.930 jiwa. Mengalami peningkatan yang tidak begitu banyak di tahun 2011 menjadi sebesar 81.797.673 jiwa, namun mengalami penurunan yang begitu besar di tahun 2012 menjadi 80.645.605, selanjutnya hingga tahun 2014 mengalami peningkatan. Jumlah penduduk Australia pada tahun 2010 sebesar 22.031.750 jiwa dan selalu mengalami commit peningkatan to user hingga tahun 2014. Di tahun 2011

digilib.uns.ac.id 57 jumlahnya sebesar 22.340.024 jiwa, tahun 2012 sebesar 22.728.254 jiwa. Hingga pada tahun 2014 mendai 23.490.736 jiwa. Tahun 2010 jumlah penduduk Belanda hanya sebesar 16.615.394 jiwa mengalami peningkata yang tidak begitu besar hingga tahun 2014 jiwa. Pada tahun 2014 populasi Belanda menjadi sebesar 16.854.183 jiwa. Populasi Italia pada tahun 2010 sebesar 59.277.417 jiwa. Pada tahun 2011 mengalami peningkatan 59.379.717 jiwa. Sampai dengan tahun 2014 jumla populasi Italia meningkat di tahun 2014 populasinya mencapai 61.336.387 jiwa 5. Jarak Relatif Indonesia dengan Negara Tujuan Ekspor Jarak relatif merupakan perbandingan jarak geografis antara Indonesia ke keenam negara tujuan ekspor. Jarak merupakan variabel yang akan dapat meningkatkan biaya ekspor. Apabila jarak semakin jauh, ada kemungkinan biaya yang diperlukan untuk transportasi akan meningkat. Jarak geografis antara Indonesia dengan negara tujuan utama ekspor di kota Surakarta dapat dilihat pada grafik:

digilib.uns.ac.id 58 Gambar 4.6 Grafik Jarak Relatif Negara Tujuan Ekspor Tahun 2010-2014 Grafik diatas menunjukan jarak relatif antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor. Jarak relatif negara Indonesia yang paling dekat adalah dengan negara Australia dan jarak relatif negara Indonesia yang paling jauh adalah dengan negara USA. Namun meskipun jarak relatif antara Indonesia dengan USA yang paling jauh tetapi tidak mempengaruhi aliran ekspor ke negara tersebut. 6. Nilai Tukar Riil (Real Effectife Exchange Rate/REER) Nilai tukar riil suatu negara berbanding terbalik dengan jumlah ekspor dan berbanding lurus dengan jumlah impor negara tersebut. Nilai tukar riil suatu negara tinggi (apresiasi) maka harga barang-barang domestik negara tersebut menjadi relatif lebih mahal dibandingkan dengan barang-barang luar negeri, sehingga negara tersebut akan meningkatkan jumlah ekspornya dan

digilib.uns.ac.id 59 sebaliknya jika nilai tukar riil suatu negara rendah (depresiasi) maka harga barang-barang luar negeri relatif lebih mahal. Gambar 4.7 Grafik Nilai Tukar Riil Tahun 2010-2014 Grafik diatas menunjukan nilai fluktuasi nilai tukar riil negara tujuan ekspor Kota Surakarta dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Nilai tukar riil tertinggi adalah nilai tukar riil UK sebesar 113,80 pada tahun 2014. Sedangkan nilai tukar riil terendah yaitu 95,10 pada tahun 2011. C. Analisis Data dan Pembahasan Data panel yang digunakandalam penelitian ini diolah menggunakan progam E-views 8 melalui tiga model pendekatan, yaitu pendekatan Common Effect Model/Pooled Least Squared (PLS), Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM). Hasil analisis diperoleh berdasarkan pengolahan beberapa variabel commit data to dari user enam negara tujuan ekspor Kota

digilib.uns.ac.id 60 Surakarta yaitu Inggris (UK), Amerika (USA), Jerman, Australia, Belanda dan Italia dalam kurun waktu tahun 2010-2014. Variabel tersebut antara lain, nilai ekspor Kota Surakarta ke setiap negara tujuan ekspor, GDP per kapita Kota Surakarta dalam satuan US$, GDP per kapita setiap negara tujuan ekspor dalam satuan US$, populasi penduduk setiap negara tujuan ekspor, jarak relatif antara Kota Surakarta dengan setiap negara tujuan ekspor dan nilai tukar riil. 1. Penentuan Model Regresi Data Panel Pooled Least Square, Fixed Effect Model dan Random Effect Model merupakan 3 model regresi data panel yang akan dipilih untuk dijadikan model analisis aliran perdagangan Kota Surakarta terhadap negara lain. Proses penentuan model regresi data panel dapat dilakukan dengan beberapa pengujian, antara lain: a. Uji Chow Pengujian untuk menentukan teknik regresi Pooled Least Square dengan Fixed Effect Model menggunakan uji Chow atau redundant fixed test. Hasil dari uji Chow dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Hasil Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Pool: EKSP_POOLED Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 4.798865 (5,19) 0.0053 Cross-section Chi-square 24.498873 5 0.0002 Sumber :Redundant Fixed Test Eviews 8

digilib.uns.ac.id 61 Berdasarkan hasil uji Chow diperoleh probabilitas dibawah α = 5% yaitu 0,0053, nilai F-statistik sebesar 4,798865, dengan d.f (5,19) maka F-tabel diketahui sebesar 2,60. F-statistik lebih besar dari F-tabel, yang berarti menolak H 0 sehingga model yang digunakan adalah Fixed Effect Model. b. Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: EKSP_POOLED Test cross-section random effects Tabel 4.4 Hasil Uji Hausman Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 16.210104 5 0.0063 Sumber: Hausman Test Eviews 8 Hasil estimasi Uji Hausman didapatkan Chi-Square statistik sebesar 16,210104, sedangkan nilai Chi-Square tabel dengan Chi-Square d.f (5) pada tingkat signifikansi α = 5% diperoleh nilai sebesar 11,07. Chi-Square tabel lebih kecil dari Chi-Square statistik yang berarti menolak H 0, sehingga model yang dipilih adalah Fixed Effect Model. Dengan demikian pengujian pemilihan model regresi data panel melalui uji Chow dan uji Hausman menunjukan bahwa model yang terbaik untuk digunakan dalam penelitian ini adalah FEM (Fixed Effect Model).

digilib.uns.ac.id 62 Tabel 4.5 Hasil Fixed Effect Model Dependent Variable: LNEXP? Method: Pooled Least Squares Date: 12/26/15 Time: 10:14 Sample: 2010 2014 Included observations: 5 Cross-sections included: 6 Total pool (balanced) observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C -53.88285 21.47584-2.508998 0.0213 LNGDPI? 3.118968 1.215038 2.566971 0.0189 LNGDPJ? -3.591320 1.676387-2.142298 0.0453 LNP? -0.233791 0.189903-1.231107 0.2333 LNJ? 2.415948 0.673495 3.587181 0.0020 LNREER? 10.16736 2.852910 3.563856 0.0021 Fixed Effects (Cross) _USA--C 1.279402 _UK--C -1.234328 _JERMAN--C 0.482626 _AUSTRALIA--C 0.710450 _BELANDA--C 0.140684 _ITALIA--C -1.378835 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.928564 Mean dependent var 15.07351 Adjusted R-squared 0.890966 S.D. dependent var 0.924330 S.E. of regression 0.305216 Akaike info criterion 0.740984 Sum squared resid 1.769985 Schwarz criterion 1.254756 Log likelihood -0.114758 Hannan-Quinn criter. 0.905344 F-statistic 24.69722 Durbin-Watson stat 2.032025 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber: Hasil Estimasi Fixed Effect Model Eviews 8, diolah 2. Pengujian Hipotesis a. Uji Koefisien Determinasi Adjusted R-squared Nilai adjustedr-squared pada fixed effect modelcrosssection weights sebesar 0,890966 yang berarti variabel LNEXP

digilib.uns.ac.id 63 (nilai ekspor Kota Surakarta) dapat dijelaskan oleh variabel LNGDPI (GDP per kapita Surakarta) dalam satuan US$ negara eksportir, LNGDPJ (GDP per kapita negara tujuan ekspor) mata uang domestik negara tujuan ekspor terhadap US$, LNP (populasi penduduk) negara tujuan ekspor, LNJ (jarak relatif) negara indonesia dengan negara tujuan ekspor dan LNREER (nilai tukar riil) sebesar 89,09% dan sisanya sebesar 10,91% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian. b. Uji F Uji F digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh variabel independen yaitu LNGDPI, LNGDPJ, LNP, LNJ dan LNREER secara bersama terhadap variabel dependen yaitu nilai ekspor Kota Surakarta (LNEXP). Berikut merupakan hasil uji F. F hitung = 24,69722 F tabel = F (α, k 1, n k) = (0,05, 6-1, 60-6)= 2,64 Hasil uji F menunjukkan bahwa F hitung > F tabel (24,69722> 2,64). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis H 0 ditolak atau dengan kata lain variabel independen (LNGDPI, LNGDPJ, LNP, LNJ dan LNREER) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu nilai ekspor Kota Surakarta (LNEXP) secara bersama-sama pada tingkat signifikansi 5%.

digilib.uns.ac.id 64 c. Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui signfikan atau tidaknya pengaruh dari setiap variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut. H 0 = β=0, maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen Ha = β 0, maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen Tabel 4.6. Hasil Uji Koefisien Regresi Parsial Fixed Effect Model Cross-section Weights Variabel Koefisien t-statistic Prob Keterangan LNGDPI Signifikan pada 3.118968 2.566971 0.0189 level = 5% LNGDPJ Signifikan pada -3.591320-2.142298 0.0453 level = 5% LNP Tidak signifikan -0.233791-1.231107 0.2333 pada level = 5% LNJ Signifikan pada 2.415948 3.587181 0.0020 level = 5% LNREER Signifikan pada 10.16736 3.563856 0.0021 level = 5% Sumber: Hasil fixed effect modelcross-section weights Eviews 8, diolah Berdasarkan tabel tersebut koefisien regresi variabel LNGDPI, LNGDPJ dan LNP memiliki probabilitas yang tidak signifikan pada level α = 5%, sedangkan variabel LNJ dan LNREER signifikan pada level α = 5%.

digilib.uns.ac.id 65 3. Interpretasi Data a. Koefisien Regresi Estimasi regresi data panel model fixed effect cross-section weights berhasil menunjukan pengaruh variabel independen yaitu GDP Kota Surakarta dalam satuan US$ (LNGDPI), GDP negara tujuan ekspor dalam satuan US$ (LNGDPJ), populasi penduduk setiap negara tujuan ekspor (LNP), jarak relatif antara Kota Surakarta dengan negara tujuan ekspor (LNJ) dan nilai tukar riil (LNREER) terhadap variabel dependen yaitu nilai ekspor Kota Surakartaterhadap lima negara tujuan ekspor (LNEXP). Dari hasil tersebut diperoleh persamaan sebagai berikut: LNEXP = -53.88285+ 3.118968LNGDPI 3.591320LNGDPJ 0.233791LNP 2.415948LNJ + 10.16736LNREER dimana, LNEXP LNGDPI LNGDPJ LNP LNJ LNREER : Ln nilai ekspor Kota Surakarta : Ln GDP Kota Surakarta (negara eksportir) : Ln GDP negara tujuan ekspor : Ln populasi penduduk : Ln Jarak relatif : Ln nilai ekspor sat tahun sebelumnya 1) Pengaruh GDP per Kapita Kota Surakarta Terhadap Ekspor Kota Surakarta Hasil estimasi menunjukan bahwa GDP per kapita Kota Surakarta berpengaruh commit to positif user dan signifikan pada taraf nyata

digilib.uns.ac.id 66 5% terhadap nilai ekspor Kota Surakarta. Koefisien GDP per kapita sebesar 3,118968 memiliki arti jika, GDP per kapita Kota Surakarta naik sebesar 1% maka nilai ekspor ke enam negara tersebut akan meningkat sebesar 0,95%. PDB per kapita memberikan pengaruh positif terhadap aliran ekspor Kota Surakarta. Jumlah ekspor dipengaruhi oleh tingkat produktifitas masyarakat untuk meningkatkan kualitas hasil produksi sehingga mampu bersaing dengan produk dari negara lain. Semakin berkualitas hasil produksi Kota Surakarta, semakin tinggi aliran ekspornya tinggi. 2) Pengaruh GDP negara tujuan ekspor terhadap ekspor Kota Surakarta Hasil estimasi menunjukan bahwa GDP per kapita enam negara tujuan ekspor kota Surakarta berpengaruh negatif dansignifikan pada taraf nyata 5% terhadap nilai ekspor Kota Surakarta. Koefisien GDP per kapita negara tujuan ekspor seperti UK, USA, Jerman, Australia, Belanda dan Italia sebesar -3,591320, artinya apabila GDP per kapita di enam negara tujuan ekspor naik sebesar 1% maka nilai ekspor Kota Surakarta ke enam negara tersebut akan menurun sebesar 3,59%. Pengaruh negatif GDP negara tujuan terjadi karena semakin tinggi jumlah GDP yang dihasilkan negara tersebut, maka semakin rendah jumlah barang yang dibutuhkan dari

digilib.uns.ac.id 67 negara lain. Hal ini berarti negara tersebut mampu memproduksi kebutuhan barang di dalam negerinya dan mengurangi jumlah kiriman barang dari negara lain. 3) Pengaruh Populasi Penduduk Terhadap Aliran Ekspor Kota Surakarta Hasil estimasi menunjukan bahwa populasi enam negara tujuan ekspor kota Surakarta berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada taraf nyata 5% terhadap nilai ekspor Kota Surakarta. Koefisien populasi negara tujuan ekspor seperti UK, USA, Jerman, Australia, Belanda dan Italia sebesar -0,233791, artinya apabila populasi di enam negara tujuan ekspor naik sebesar 1% maka nilai ekspor Kota Surakarta ke enam negara tersebut akan menurun sebesar 0,23%. Jumlah penduduk yang semakin banyak tidak selalu menyebabkan meningkatnya konsumsi atau permintaan ekspor, meskipun pertumbuhan penduduk yang semakin banyak di negara tujuan ekspor juga memungkinkan bertambahnya kebutuhan negara tersebut. Perbedaan latar belakang budaya dan selera setiap penduduk mempengaruhi daya beli barang yang akan dikonsumsinya. Semakin banyak populasi penduduk semakin banyak selera yang dimiliki oleh penduduknya, sehingga peningkatan nilai ekspor tidak mempengaruhi tingkat konsumsi barang di suatu negara.

digilib.uns.ac.id 68 4) Pengaruh Jarak Relatif Terhadap Nilai Ekspor Kota Surakarta Hasil estimasi menunjukan bahwa jarak relatif antara Kota Surakarta dengan setiap negara tujuan ekspor Kota Surakarta berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 5%. Koefisien jarak relatif sebesar 2,415948 artinya jika jarak relatif antara Kota Surakarta ke setiap negara tujuan ekspor bertambah jauh sebesar 1 Km/US$ maka aliran ekspor Kota Surakarta ke enam negara tersebut akan berkurang sebesar 0,002%. Pengujian tersebut tidak sesuai dengan hipotesis bahwa jarak relatif antar negara eksportir dan importir berpengaruh negatif terhadap aliran ekspor Kota Surakarta. Namun dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa jarak relatif yang semakin jauh tidak berpengaruh terhadap nilai ekspor. Hasil penelitian ternyata sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Insel dan Tekce (2009) yang menunjukkan bahwa variabel jarak signifikan dan berhubungan positif dengan variabel ekspor. Bertolak belakang dengan kepercayaan umum yang menyatakan bahwa variabel jarak memiliki hubungan negatif dengan tingkat ekspor suatu negara, efek positif dari jarak tersebut tidaklah dapat ditafsirkan hanya dari segi biaya saja, tetapi juga akibat dari kuatnya hubungan bilateral antar negara, terutama dalam kegiatan ekonominya, jenis dan karakteristik

digilib.uns.ac.id 69 barang/komoditas yang diperdagangkan, dan kondisi geografis negara importir. Ekspor komoditas tersebut ke negara-negara dengan pendapatan tinggi seringkali menganggap bahwa jarak dan biaya transportasi tidaklah terlalu penting. 5) Pengaruh Nilai Tukar Riil (REER) terhadap Aliran Ekspor Kota Surakarta Pengaruh nilai tukar riil terhadap aliran ekspor Kota Surakarta memberikan pengaruh yang positif dan signifikan pada taraf nyata 5%, dimana nilai probabilitas sebesar 0,0021 atau 0,5% terhadap aliran ekspor. Koefisien ekspor sebesar 10,16736 artinyaapabila nilai riil bertambah sebesar 1% maka aliran ekspor Kota Surakarta keenam negara tersebut akan meningkat sebesar 10,167 %. Sesuai dengan penelitian Soraya (2015), apabila nilai tukar riil mengalami peningkatan akan mendorong tingginya ekspor Kota Surakarta ke enam negara tujuan. Sebaliknya nilai tukar yang rendah akan menyebabkan penurunan ekspor.