PERAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM INDUSTRI KREATIF

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

BAB I PENDAHULUAN. keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sri Hartiyah 2 Fakultas Ekonomi, Universitas Al-Quran Jawa Tengah ABSTRAK

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis

INDUSTRI KREATIF: MOTOR PENGGERAK UMKM MENGHADAPI MASAYARAKAT EKONOMI ASEAN. Vita Kartika Sari 1 ABSTRAK

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

Industri Kreatif Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari

Assalaamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Om Swastiastu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu

mutualisme begitupun dengan para pelaku industri marmer dan onix di Tulungagung, Jawa Timur. Tentunya dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan

BAB I Pendahuluan. Gambar 1.1 Gelombang Perekonomian Dunia. (sumber:

Menuju Revolusi Ketiga Sains Teknologi:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R

PENINGKATAN DAYASAING UKM EKONOMI KREATIF MELALUI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PRODUK LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENGGERAK INDOSTRI PARIWISATA

Perkembangan Industri Kreatif

PENDAHULUAN BAB I. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Pada awalnya seperti diketahui, kegiatan perekonomian hanya

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri. Tidak hanya mengandalkan bidang industri sebagai sumber ekonomi

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif memiliki peran penting

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah kesenjangan sosial ekonomi dimasyarakat. Sektor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM TRIPLE HELIX SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF. Dewi Eka Murniati Jurusan PTBB FT UNY ABSTRAK

TERMS OF REFERENCE (TOR) EAGLE AWARDS DOCUMENTARY COMPETITION 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta ke-43, 10 Juni 2010 Kamis, 10 Juni 2010

LANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS

Kerangka Kebijakan Pengembangan Dan Pendayagunaan Telematika Di Indonesia

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.

BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan rencana..., Rabiah Amalia, FE UI, 2008.

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

EKONOMI KREATIF DALAM PERSPEKTIF PERDAGANGAN, HAMBATAN DAN PERAN PERGURUAN TINGGI

Pengembangan Industri Kreatif

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran. Selain UMKM ada juga Industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT.Bonli Cipta Sejahtera

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha lainnya. Menurut Porter dalam Solihin (2012 :42), intensitas

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia terlahir dengan karunia berupa kecerdasan. Kecerdasan

MEDIA BRIEFING KUNJUNGAN MENEG RISTEK KE HARIAN SEPUTAR INDONESIA

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang dilakukan oleh setiap negara tak terkecuali Indonesia. Adapun

Penutup Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi

Mata Kuliah - Advertising Project Management-

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI. Kata Pengantar DRPM-UI Kata Pengantar Walikota Cimahi. vii viii

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Industri Kreatif Indonesia pada Tahun Seni Pertunjukan. 2 Seni Rupa. 3 Televisi dan Radio.

2015 PENGARUH BRAND PERSONALITY TERHADAP PURCHASE DECISION U

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG KERANGKA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA

Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pemuda Indonesia Ahmad Buchori Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan

Tantangan Profesi Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Indonesia Digital 2020

Transkripsi:

PERAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM INDUSTRI KREATIF Oleh : Herry Irawan 1 PENDAHULUAN Teknologi Informasi sudah menjadi satu keharusan dalam organisasi. Bahkan saat ini bisa dikatakan orang cenderung tergantung dengan teknologi informasi. Banyak aktivitas pelayanan baik kepada pelanggan ataupun masyarakat secara umum menjadi terhambat atau bahkan berhenti ketika teknologi informasi mengalami gangguan, misalnya terkena virus, tidak ada aliran listrik, gangguan sistem, dsb. Dalam industri kreatif, khususnya, peranan teknologi informasi menjadi dominan dalam menghasilkan karya kreatif. Diantara 14 kelompok industri kreatif, setidaknya 10 industri sangat terkait erat dengan teknologi informasi. Industri tersebut yaitu industri periklanan, arsitektur, disain, video, film dan fotografi, permainan interaktif (game), musik, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, televisi dan radio, juga riset dan pengembangan. Peranan teknologi informasi dalam industri tersebut bisa sebagai support, enabler, bahkan sebagai business driver. Tentunya dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam aktivitas industri tersebut makin meningkatkan daya saing Indonesia di dunia internasional. TEKNOLOGI INFORMASI Menurut Information Technologi Association of America (ITAA), teknologi informasi (TI) didefinisikan sebagai studi, perancangan, pengembangan, implementasi, dukungan atau pengelolaan sistem informasi berbasis komputer, khususnya aplikasi perangkat lunak dan perangkat keras komputer. TI berhubungan dengan penggunaan komputer dan perangkat lunak untuk mengubah, menyimpan, memproteksi, memproses, menyampaikan, mengambil informasi secara aman. 2 William dan Sawyar (2005) memberikan definisi yang lebih komprehensif. Teknologi informasi merupakan terminologi umum yang menggambarkan berbagai teknologi yang membantu produksi, manipulasi proses, penyimpanan, komunikasi, dan atau diseminasi informasi. Sedangkan Shelly et.al (2004) memperluas definisi tadi dengan mengikutsertakan perangkat keras, perangkat lunak, basis 1 Mahasiswa Program Magister Teknologi Informasi, STEI ITB. 2 http://en.wikipedia.org/wiki/information_technology 1

data, jaringan, dan komponen lain yang terkait yang digunakan untuk membangun sebuah sistem informasi. 3 Vasudevan (2003) berargumen, bahwa teknologi informasi, dalam rentang waktu yang pendek telah menjadi suatu keharusan dalam setiap organisasi. Teknologi informasi menjadikan revolusi setiap aktivitas kehidupan dan memberi makna baru pada kata kenyamanan. Saat ini sangat tidak mungkin untu melakukan kegiatan usaha / bisnis tanpa bantuan komputer. Long dan Long (1999) mendemonstrasikan TI sebagai kontributor utama bagi kemajuan negara maju maupun negara berkembang. Hal tersebut telah mengubah secara drastis lansekap bisnis di seluruh dunia, dan kata TI (teknologi informasi) menjadi catchword bagi kehidupan modern saat ini. Perkembangan terkini dalam TI telah mengubah cara organisasi menjalankan kegiatannya. Implementasi TI memberikan dampak positif terhadap sektor ekonomi. Dampak positif ini dibuktikan dengan ukuran / indikator kinerja kualitatif. Peningkatan yang signifikan terlihat pada beberapa indikator seperti kepuasan pelanggan, hubungan pelanggan / pemasok, citra perusahaan, tingkat keyakinan stakeholder, dan komunikasi antar kantor. Teknologi Informasi berperan sangat besar dalam berbagai organisasi. Peranan TI dalam organisasi dapat berupa support, enabler, maupun business drivers. Peranan TI sebagai support dalam arti bahwa teknologi informasi mendukung segala aktivitas organisasi agar dapat berjalan dengan cepat, akurat, dan mudah. Sebagai enabler, teknologi informasi memberikan solusi-solusi baru dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi organisasi. Sedangkan sebagai business drivers, teknologi informasi menjadi main / core business dalam aktivitas organisasi dalam arti memberikan arah baru dalam bisnis organisasi / perusahaan. INDUSTRI KREATIF Definisi Industri Kreatif yang saat ini banyak digunakan oleh pihak yang berkecimpung dalam industri kreatif, adalah definisi berdasarkan UK DCMS Task force 1998 : 4 Creative industries as those industries which have their origin in individual creativity, skill & talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property and content. Studi pemetaan industri kreatif yang telah dilakukan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia tahun 2007-pun menggunakan acuan definisi industri kreatif yang sama, sehingga industri kreatif di Indonesia dapat didefinisikan sebagai berikut : 3 Muhammad Shaukat, Muhammad Zafarullah, Impact of Information Technology on Organizational Performance: An Analysis of Qualitative Performance Indicators of Pakistan s Banking and Manufacturing Companies, European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences, 2009 4 Kelompok Kerja Indonesia Design Power (2008), Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 : Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2025, Departemen Perdagangan RI. 2

Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk penciptaan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Industri kreatif adalah bagian tak terpisahkan dari ekonomi kreatif. Republik Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif, yang berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat, dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual, adalah harapan bagi ekonomi Indonesia untuk bangkit, bersaing dan meraih keunggulan dalam ekonomi global. Empat belas kelompok industri kreatif Indonesia meliputi : 1. Periklanan, 2. Arsitektur, 3. Pasar Seni dan Barang Antik, 4. Kerajinan, 5. Disain, 6. Fesyen, 7. Video, Film dan Fotografi, 8. Permainan Interaktif, 9. Musik, 10. Seni pertunjukan, 11. Penerbitan dan percetakan, 12. Layanan komputer dan piranti lunak, 13. Televisi dan Radio, 14. Riset dan Pengembangan. Di Indonesia, peran industri kreatif dalam ekonomi Indonesia cukup signifikan dengan besar kontribusi terhadap PDB rata-rata tahun 2002-2006 adalah sebesar 6,3% atau setara dengan 104,6 triliun rupiah (nilai konstan) dan 152,5 triliun rupiah (nilai nominal). Industri ini telah mampu menyerap tenaga kerja rata-rata tahun 2002-2006 adalah sebesar 5,4 juta dengan tingkat partisipasi sebesar 5,8%. Tabel 1 : Profil Statistik Ekonomi Industri Kreatif Indonesia Untuk mengembangkan ekonomi kreatif ini, diyakini bahwa kolaborasi antara berbagai aktor yang berperan dalam industri kreatif yaitu Cendikiawan (Intellectuals), Bisnis (Business), dan Pemerintah (Government) menjadi mutlak dan merupakan prasyarat mendasar. Tanpa kolaborasi antara elemen I-B-G ini, maka dikhawatirkan bahwa pengembangan ekonomi kreatif tidak berjalan selaras, efisien, dan saling tumpang tindih. Hal ini karena setiap aktor memiliki peran yang signifikan, namun juga memerlukan kontribusi dari aktor lainnya. Bentuk kolaborasi IBG merupakan langkah utama yang 3

perlu dirumuskan. Hal tersebut dapat dicapai dengan mekanisme koordinasi yang baik atau melalui sebuah badan nasional untuk pengembangan ekonomi kreatif yang melibatkan ketiga aktor tersebut. PERAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM INDUSTRI KREATIF Perkembangan bidang teknologi informasi (TI), pengetahuan dan kreativitas telah memicu lahirnya wacana mengenai industri kreatif yang saat ini telah menjadi fenomena global. Selain di negara maju, perkembangan industri kreatif setidaknya juga tumbuh secara pesat di beberapa negara berkembang seperti China, India, Brasil, Argentina, Meksiko, bahkan Burkina Faso yang terletak di daratan Afrika. Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur DIY pada pembukaan workshop PI-UMKM di Inna Garuda, Yogyakarta, menyatakan bahwa kabarnya sektor ekonomi kreatif ini memberikan sumbangan GNP sebesar 3 persen. Lebih lanjut Sultan mencotohkan, di Inggris dan Belanda, sektor ekonomi kreatif tercatat memberikan kontribusi bagi penciptaan lapangan kerja baru sampai sebesar 30 persen. Sementara di Indonesia, perkembangan sektor ekonomi kreatif juga tengah berkembang pesat di beberapa kota besar selama kurun waktu 10 tahun terakhir. 5 Dalam industri kreatif, khususnya, peranan teknologi informasi menjadi dominan dalam menghasilkan karya kreatif. Diantara 14 kelompok industri kreatif, setidaknya 10 industri sangat terkait erat dengan teknologi informasi. Industri tersebut yaitu industri periklanan, arsitektur, disain, video, film dan fotografi, permainan interaktif (game), musik, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, televisi dan radio, juga riset dan pengembangan. Pada bulan Desember 2008, Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia beserta seluruh pemangku kepentingan Industri Kreatif berbasis TIK di Indonesia membentuk organisasi berbentuk perkumpulan yang juga merupakan lembaga non-profit dengan nama Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Indonesia yang disingkat menjadi MIKTI. MIKTI bertujuan sebagai wadah untuk mengembangkan, memfasilitasi dan mendorong pertumbuhan industri kreatif berbasis TIK di Indonesia. Menurut Indra Utoyo, Direktur IT PT. Telkom, Tbk, ada tiga pilar utama yang menjalin terbentuknya Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi & Komunikasi Indonesia (MIKTI). Tiga pilar tersebut pertama adalah Industri-Ekonomi Kreatif yang telah menjadi acuan pengembangan utama di Departemen Perindustrian maupun Perdagangan, kedua adalah memperpanjang kemampuan Industri Kreatif tersebut dengan memanfaatkan keunggulan TIK dan ketiga adalah pilar Budaya sebagai upaya melibatkan secara langsung masyarakat kreatif, sebagai daya dorong, sekaligus sebagai faktor pembeda nyata yang unik dalam persaingan global. 5 Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur DIY pada pembukaan workshop PI-UMKM di Inna Garuda, Yogyakarta, Rabu, 5/8/2009. 4

Dengan memberdayakan ke tiga pilar Budaya-Kreatif & TIK, maka MIKTI diharapkan tidak menjadi badan/lembaga yang berfungsi hanya dalam tatanan wacana, namun lebih daripada itu MIKTI kelak menjadi suatu tatanan yang kelak mampu mengajak gerakan seluruh masyarakat sebagai stakeholder-nya secara aktif, dalam keyakinan dan kebanggaan yang kokoh ujar Indra. Sementara itu Dirjen Aptel Depkominfo, Cahyana Ahmadjayadi dalam sambutannya mengatakan bahwa industri kreatif di Indonesia memberikan kontribusi PDB pada urutan ke 7 dari 10 sektor yang dianalisis, yaitu rata-rata sebesar 104,638 triliun Rupiah pada tahun 2002-2006, di atas rata-rata kontribusi sektor pengangkutan, komunikasi, bangunan, listrik, gas dan air bersih. Sedangkan jumlah perusahaan yang bergerak di sektor ini hingga tahun 2006 mencapai 2,2 juta berkisar 5,17% dari jumlah perusahaan yang ada di Indonesia. Dr. Idwan Suhardi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Kementerian Negara Riset dan Teknologi, berpendapat bahwa Industri Kreatif merupakan Industri yang bermuara pada intelektualitas, ide dan gagasannya yang orisional, kemudian merealisasikan berdasarkan pemikiran dan rasa dari lubuk hati yang paling dalam sebagai insan kreatif yang ingin memajukan industri dalam negeri. Idwan menjelaskan, total dari aktifitas Ristek merupakan bagian klaster industri kreatif, salah satunyaâ riset dan pengembangan (R&D). Seluruh aktifitas Ristek yang melakukan Riset merupakan unsur kreatifitas. Terkait dengan program ristek, pengembangan 6 bidang fokus iptek termasuk kategori kreatif. Misalnya Industri kreatif berkaitan sangat spesial dengan Teknologi Informasi (IT), antara lain bagaimana menjadikan kreatifitas agar bernilai ekonomi, contoh: Software, animasi, dan game on line. Maka disinilah terlihat peran tripple helix (Akademisi, Business, Government/ABG) dalam industri kreatif. Bagaimana 3 komponen tersebut saling bersinergi, berinteraksi untuk menghasilkan suatu produk kreatif yang punya nilai ekonomi. 6 Cahyana Ahmadjayadi mewakili Menteri Komunikasi dan Informatika meluncurkan kegiatan Indonesian Information and Communication Technology Award (INAICTA) 2009, pada bulan Februari 2009. Kegiatan ini merupakan kerjasama Depkominfo dengan seluruh pemangku kepentingan bidang teknologi informasi dan komunikasi di tanah air. Dengan mengangkat tema Digital Creative for Nation Building, INAICTA 2009 mempunyai visi memposisikan ICT (information and communication technology) sebagai variabel yang memungkinkan untuk dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan martabat bangsa di dunia international. Tujuan utama diselenggarakannya INAICTA 2009 ini adalah untuk meningkatkan kreativitas para pengembang di bidang ICT, mendorong pemanfaatan dan pertumbuhan TIK di semua lini industri, juga mempersiapkan pelaku TIK lokal untuk menghadapi kompetisi global. Hal ini 6 Dr. Idwan Suhardi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Kementerian Negara Riset dan Teknologi, pada IPTEK VOICE yang disiarkan oleh Bahana 101.8 FM, Jum'at 19 Juni 2009, pukul 08.00-08.45 WIB. http://www.ristek.go.id/?module=news%20news&id=3837 5

sejalan dengan dicanangkannya tahun 2009 menjadi Tahun Indonesia Kreatif, diharapkan INAICTA 2009 dapat turut andil membangun ekonomi kreatif melalui karya generasi kreatif (C-Gen for C- Conomy). 7 Hal serupa juga disampaikan oleh Intel Capital Director-South East Asia-Intel Asia Pasific, Deepak Natarajan. Dia menambahkan, industri kreatif harus didorong oleh regulasi pajak yang baik. Pemerintah Indonesia, menurutnya, harus memberikan kemudahan bagi para pelaku bisnis industri kreatif dalam mendapatkan investasi dan penjualan produk. Jika regulasi ini tertata dengan baik, tambah dia, bukan tidak mungkin akan banyak pelaku investasi yang tertarik. 8 Investasi, tambah dia, memiliki beberapa kriteria penting, di antaranya melayani pasar yang belum terlayani, tim manajemen yang berpengalaman, significant barriers to entry, financial attractiveness, dan intel value-add. Saat ini, inovasi investasi global sedang mengarah ke sektor pengguna internet. Deepak mengatakan, Saat ini pasar yang cukup potensial untuk industri kreatif adalah konsep media online. Perkembangan pesat industri kreatif yang terjadi di seluruh dunia saat ini menuju ke arah media online. Jadi saya pikir, hal yang sangat penting saat ini, terutama untuk industri kreatif adalah mermpercepat broadband connection. Untuk perkembangan industri kreatif, Deepak menuturkan, memiliki prospek yang cukup cerah. Dengan 230 juta penduduk Indonesia, menurutnya, merupakan potensi pasar yang cukup besar. Potensi ini seharusnya didorong dengan perbaikan fasilitas yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam waktu singkat. 7 Inaicta 2009, Pemberian Apresiasi Bidang Telematika Pacu Pertumbuhan Industri Kreatif berbasis TIK di Indonesia, http://www.biskom.web.id/2009/02/20/pemberian-apresiasi-bidang-telematika-diharapkan-pacu-pertumbuhan-industri-kreatif-berbasistik-di-indonesia.bwi, 20 Februari 09. 8 Ria, Industri Kreatif Butuh Peran Serta Pemerintah, http://www.teknopreneur.com/content/industri-kreatif-butuh-peran-sertapemerintah, 6 Mei 2009. 6

KESIMPULAN Perkembangan teknologi informasi (TI) yang sangat pesat mengubah cara organisasi menjalankan bisnisnya. TI menjadikan segala aktivitas organisasi menjadi lebih cepat, mudah, dan akurat. Peranan teknologi informasi dalam industri kreatif sangat dominan. Setidaknya dari 14 kelompok industri kreatif, 10 diantaranya sangat erat memerlukan peranan teknologi informasi. Hal tersebut tentunya diharapkan dapat menjadi daya dorong pertumbuhan ekonomi nasional dan meningkatkan daya saing industri Indonesia dalam persaingan global. 7