PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI JUNI A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR Tiongkok / RR China

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI AGUSTUS A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR Tiongkok / RR China

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI MARET A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR China

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI MEI A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR Tiongkok / RR China

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI APRIL A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR Tiongkok / RR China

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI JULI A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR China

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI AGUSTUS A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR China

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI NOVEMBER A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR China

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI OKTOBER A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR Tiongkok / RR China

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-INDIA PERIODE : JANUARI - NOVEMBER A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan India

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI JUNI 2013

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-INDIA PERIODE : JANUARI - NOVEMBER 2014

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lesunya perekonomian global, khususnya negara-negara dunia yang dilanda

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-INDIA PERIODE : JANUARI - OKTOBER A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan India

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND BULAN : JANUARI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-INDIA PERIODE : JANUARI - SEPTEMBER A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan India

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2013

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - TAIWAN PERIODE : JANUARI - MARET 2013

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JUNI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - TAIWAN PERIODE : JANUARI - APRIL 2013

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-INDIA PERIODE : JANUARI - PEBRUARI A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan India

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - INDIA BULAN : JANUARI 2014

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI - JUNI 2013

Robohnya Rupiah Kami 1

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

Analisis Perkembangan Industri

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

Tinjauan Terkini TINJAUAN UMUM: HINGGA SEPTEMBER Daftar Isi. Tinjauan Umum Hingga September 2010 Pemulihan Ekspor Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016

Boks 1. Analisis Singkat Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat terhadap Kinerja Perekonomian Kaltim

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - AUSTRALIA PERIODE : JANUARI - JUNI 2015

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI MARET 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - R.R TIONGKOK PERIODE : JANUARI - MEI 2016

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI APRIL 2015

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA R.R TIONGKOK PERIODE : JANUARI MARET A. Perkembangan Perekonomian dan Perdagangan RR Tiongkok

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

Kondisi Cadangan Devisa Indonesia Penyebab Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI NOVEMBER A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Jepang

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Mewaspadai Perlambatan Ekonomi China IW.AS

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA KOREA SELATAN SELATAN PERIODE : JANUARI OKTOBER 2015

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan dan dapat digunakan untuk pembuatan keputusan investasi yang tepat.

Transkripsi:

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI JUNI 2015 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR Tiongkok / RR China 1. Total nilai perdagangan RR Tiongkok / RR China dengan Dunia pada periode Januari-Juni 2015 sebesar US$ 1.847,29 miliar atau turun 8,63% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, sebesar US$ 2.021,75 miliar. Total perdagangan tersebut terdiri dari ekspor RR Tiongkok / RR China ke Dunia sebesar US$ 1.071,44 miliar, meningkat 0,88% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, yang tercatat sebesar US$ 1.062,14 miliar. Sementara itu, nilai impor RR China dari Dunia pada periode Januari - Juni 2015 sebesar US$ 775,86 miliar atau turun 19,15% apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, yang tercatat sebesar US$ 959,61 miliar. 2. Neraca perdagangan RR China dengan Dunia periode Januari-Juni 2015 tercatat surplus sebesar US$ 295,58 miliar. meningkat 188,31% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, yang tercatat surplus sebesar US$ 102,52 miliar. 3. Negara tujuan ekspor RR China terbesar pada periode ini adalah Amerika Serikat sebesar US$ 193,25 miliar, meningkat 9,26% dibanding periode yang sama tahun 2014, sebesar US$ 176,87 miliar; kemudian, Hongkong sebesar US$ 141,27 miliar (-8,77%), ke Jepang sebesar US$ 65,89 miliar (-10,48%). Sementara itu, negara asal impor RR China terbesar pada periode ini, adalah Korea Selatan dengan nilai US$ 82,78 miliar, turun 7,24% dibanding periode yang sama tahun 2014; Amerika Serikat sebesar US$ 71,54 miliar (-6,84%); Jepang sebesar US$ 69,54 miliar (-10,84%), dan Taiwan dengan nilai impor US$ 68,76 miliar (-4,39% ). 4. Beberapa komoditi impor Non Migas RR China terbesar dari Dunia pada periode Januari-Juni 2015, yang meningkat bila dibanding periode yang sama tahun 2014, antara lain : Electronic Integrated Circuits and Microassemblies (HS 8542) sebesar US$ 103,63 miliar, meningkat 3,88%; Electrical Appar For Line Teleph Or Line (HS 8517) sebesar US$ 21,67 miliar (6,48%) ; Chemical Woodpulp, Soda Or Sulfate, Oth Than Dissolving Grades (HS 4703) sebesar US$ 4,79 miliar, meningkat 4,79%;

Cotton Yarn (Oth Th Sewing Thread), Ctaining 85% (By Wt.) Or More Cotton, (HS 5205) sebesar US$ 3,05 miliar, meningkat 6,15%; Furniture, Nesoi (Oth Th Seats) (HS 9403) sebesar US$ 463,12 juta (5,67%); 5. Beberapa komoditi ekspor Non Migas RR China terbesar ke Dunia, pada periode Januari-Juni 2015, yang meningkat bila dibanding periode yang sama tahun 2014, antara lain : Electrical Apparatus For Line Telephony or Line Telegr (HS 8517) sebesar US$ 93,55 miliar, meningkat 14,90% dibanding periode yang sama tahun 2014; Electronic Integrated Circuits and Microassemblies (HS 8542) sebesar US$ 29,49 miliar, meningkat 4,37%; Furniture, Nesoi (Oth Th Seats) (HS 9403) sebesar US$ 14,47 miliar, meningkat 14,74% dibanding periode yang sama tahun 2014; Electrical Transformers, Static Converters Or Induct (HS 8504) sebesar US$ 12,77 miliar, meningkat 0,87% dibanding periode yang sama tahun 2014. B. Perkembangan Perdagangan Bilateral RR Tiongkok / RR China dengan Indonesia 1. Total nilai perdagangan RR China dengan Indonesia periode Januari-Juni 2015 sebesar US$ 27.107,84 juta, turun 17,90% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, sebesar US$ 33.018,45 juta. Total perdagangan tersebut terdiri dari ekspor RR China ke Indonesia sebesar US$ 17.774,35 juta, turun 6,78% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, yang tercatat sebesar US$ 19.067,17 juta. Sementara itu, nilai impor RR China dari Indonesia periode Januari-Juni 2015 sebesar US$ 9.333,49 juta, turun sebesar 33,10% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, yang tercatat sebesar US$ 13.951,28 juta. Neraca perdagangan Indonesia dengan RR China periode Januari-Juni 2015 tercatat defisit bagi Indonesia sebesar US$ 8.440,87 juta, meningkat 64,99% bila dibandingkan dengan periode Januari-Juni 2014, yang tercatat defisit sebesar US$ 5.115,89 juta. 2. Beberapa komoditi ekspor terbesar Indonesia ke RR China periode Januari-Juni 2015 antara lain, adalah : Lignite, Agglomerated, Or Not, mencapai US$ 976,34 juta, turun sebesar 45,44%; Coal; Briquettes, Ovoids, etc, mencapai US$ 857,47 juta, turun sebesar 57,90%;

Palm Oil & Its Fractions, Not Chemically Nodified, mencapai US$ 832,61 juta, turun sebesar 29,72%; Petroleum Gases & Other Gaseous Hydrocarbons, mencapai US$ 687,90 juta, naik sebesar 153,03%. C. Informasi Lainnya 1. Pertumbuhan ekonomi RR Tiongkok (RRT)/RR China Juni 2015. Pertumbuhan perekonomian RRT pada bulan Juni 2015 tercatat mencapai 1,2% (GDP growth rate). Sedangkan untuk GDP Annual Growth Rate berada pada 6,8%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik RRT, pada tahun 2014, tercatat Gross National Product RRT mencapai CNY 566.130. Sedangkan GDP per kapita adalah US$ 3.582, dan GDP per kapita PPP adalah US$ 11.525. 2. Dampak devaluasi Yuan terhadap perekonomian Global, Regional, dan Indonesia. Pada 11 Agustus 2015, Bank Sentral Tiongkok (People s Bank of China PBC) melakukan devaluasi mata uang Yuan, sebesar 1,85% terhadap dollar Amerika Serikat, dimana langkah ini telah mengejutkan pasar dan kepanikan di bursa saham Asia, Amerika Serikat dan Eropa, serta banyak komoditas lainnya. PBC melakukan devaluasi akibat adanya indikasi pelambatan pertumbuhan ekonomi, sejalan dengan manufaktur Tiongkok yang hanya mencapai 47,1 (menurun terus dibanding bulan Juni yang mencapai angka 47,8). Hal ini mencermikan perlambatan investasi konsumsi masyarakat dan ekspor. Dimana, terjadi penurunan ekspor Tiongkok bulan Juli 2015 sebesar 8,3% dibanding bulan Juli 2014. Efek domino dari devaluasi Yuan membuat penguatan nilai tukar dollar AS, namun membuat banyak mata uang di kawasan Asia melemah, termasuk Rupiah. Depresiasi (penurunan) nilai rupiah sekarang sudah mencapai 12% dari posisi awal tahun 2015. Pelemahan juga dialami mata uang negara-negara di Asia lainnya. Dalam kaitan ini, rupiah menduduki peringkat pelemahan mata uang ke-2 setelah ringgit Malaysia yang melemah 15%. Kemudian, peringkat ketiga Won Korea Selatan melemah 11,7%, Bath Thailand melemah sebesar 10%, dan Yen melemah sebesar 6%. Disamping itu, sejumlah mata uang asing lainnya juga melemah seperti Euro (9,9%), Real Brasil melemah 30% dan dollar Australia melemah 11,6%.

Akibat devaluasi yang dilakukan Tiongkok ( sebagai negara kekuatan ekonomi kedua dunia), diprediksi berdampak terhadap perdagangan dan pertumbuhan ekonomi negara negara di dunia, namun dapat juga mendorong terjadinya competitive devaluation atau perang mata uang antar negara. Dengan turunnya nilai mata uang Yuan, diperkirakan perusahaan perusahaan multinasional yang beroperasi di Tiongkok, dapat menjual produk produknya di negara negara lain dengan harga yang lebih rendah dibandingkan bila memproduksi di negaranya. Keadaan ini dapat menekan harga dan meningkatkan persaingan, sehingga mempengaruhi harga harga di pasar global. Di bidang perdagangan, saat ini Tiongkok merupakan eksportir terbesar bagi Amerika Serikat, Jepang dan negara-negara lain yang selama ini menjadi mitra dagang utama, maka devaluasi mata uang Yuan akan berdampak terhadap menurunnya harga ekspor produk Tiongkok, dan memberi tekanan pada produk ekspor serupa yang dihasilkan berbagai negara, termasuk Indonesia. Salah satu tujuan dilakukannya devaluasi mata uang Yuan untuk memacu pertumbuhan ekspor Tiongkok, serta meningkatkan daya saing produk domestik terhadap barang barang impor. Sementara itu, devaluasi Yuan diprediksi beberapa negara di dunia berdampak signifikan pada aliran penanaman modal asing Tiongkok. Hasil studi yang dilakukan IMF dan beberapa lembaga pengkajian ekonomi Tiongkok, menunjukkan bahwa tingginya penanaman modal langsung di Tiongkok banyak dipengaruhi struktur ekonomi (pasar yang besar, upah buruh rendah, produktivitas buruh, infrastruktur memadai, dan skala ekonomis), liberalisasi yang ditempuh, dan aspek kultural (kesamaan budaya/etnis dengan pemilik modal Tiongkok perantauan). Berdasar keterangan yang disampaikan pemerintah Tiongkok, penurunan nilai tukar yuan merupakan hal yang wajar. Namun, perlu diperhatikan bahwa lemahnya pertumbuhan ekonomi global dan tingginya resiko deflasi di berbagai negara industri, penuruan nilai tukar yuan tersebut dikhawatirkan dapat memicu terjadinya competitive devaluation atau currency war. Saat ini, pemerintah Tiongkok sedang mengupayakan status yuan sebagai mata uang cadangan resmi global atau Special Drawing Rights (SDR) di IMF, di samping mata uang US dollar, Euro, Pounds dan Yen. Pergerakan nilai tukar yuan mengikuti volatilitas pasar dan meminimalisasi intervensi pemerintah, merupakan

suatu cara mendapatkan persetujuan IMF di pertemuan November 2015 men datang. Seperti diketahui bersama, industri di Tiongkok sangat tergantung (45 sampai 50%) terhadap bahan mentah mineral seperti metal dari berbagai negara. Dampak pelemahan yuan membuat komoditas mineral lebih mahal. Selama ini, Tiongkok mengimpor bahan mentah dari negara negara kawasan, seperti Australia, Philipina, dan negara-negara di Asia Tengah. Pengaruh jangka pendek, pemerintah Tiongkok akan mengurangi impor dalam meningkatkan suplai komoditas mineral dalam negeri (batu bara dan zinc) untuk keperluan rumah tangga, termasuk penggunaan cadangan yang dimiliki. Tiongkok menjadi negara pengekspor yang berkembang karena kelebihan kapasitas produksi, khususnya komoditas aluminium, besi baja, dan stainless steel. Dengan turunnya nilai mata uang yuan, maka daya saing ekspor berbagai produk tersebut akan meningkat. Dampak lain dari penurunan nilai mata uang yuan adalah rentannya berbagai mata uang di kawasan Asia. Gejolak ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan turunnya capaian pembangunan, terutama dalam mengurangi kemiskinan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat berbagai negara di kawasan. Devaluasi yang dilakukan Tiongkok menambah panjang resiko yang dialami pasar negara berkembang di kawasan, dan potensi kenaikan suku bunga Amerika Serikat serta penurunan harga minyak. Dampaknya juga kepada negara-negara penghasil minyak di Timur Tengah dan Asia Tengah, sehingga pendapatannya menurun serta memperlambat pembangunan ekonomi mereka. Diharapkan negara-negara industri, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Tiongkok dan Jepang, dapat melakukan pembicaraan dan pembahasan di forum G-20, dalam mengurangi competitive devaluation atau perang mata uang yang merugikan perekonomian global dan regional, khususnya negara-negara berkembang. Berdasarkan analisa Perbankan Asing di kawasan, diperkirakan posisi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, pada bulan Desember 2015, yakni 1 dollar AS setara dengan Rp. 14.800,-- dari perkiraan sebelumnya Rp. 14.000,-- per dollar. Apabila devaluasi yuan, diikuti kenaikan suku bunga Amerika Serikat, penurunan nilai rupiah semakin tidak terkendali, yang memicu krisis perbankan di Indonesia.

Untuk mengatasi dampak eksternal terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, diperlukan kebijakan ekonomi dalam negeri (internal) yang terkoordinasi dan terpadu, untuk meminimalisir dampak negative seperti krisis perbankan. Di samping itu, perubahan rezim yuan mengakibatkan resesi perdagangan yang cukup dalam di kawasan Asia, termasuk di Indonesia. Sehingga, pertumbuhan ekspor Indonesia ke Tiongkok menjadi semakin kecil. Meskipun, dapat berubah apabila produktivitas Tiongkok bergerak dengan cepat, ada kemungkinan Tiongkok mengimpor kembali bahan mentah dari Indonesia. Berdasarkan pengamatan, dampak jangka pendek dari penurunan nilai mata uang yuan adalah penurunanan yield bagi investor, dan meningkatkan potensi outflow dari bursa Tiongkok secara besar-besaran. Hal ini tercermin dari terus menurunnya indeks saham gabungan baik di Shanghai maupun di Shenzhen. Pelemahan bursa di Tiongkok memberikan sentiment negative terhadap indeks harga saham gabungan Indonesia, mengingat sangat tingginya keterkaitan perekonomian antar negara di kawasan, termasuk antara Indonesia dan Tiongkok, serta tingginya ekspor dari Indonesia ke Tiongkok. Disamping itu, dampak devaluasi yuan akan memukul ekspor Indonesia ke pasar berbagai negara menjadi semakin sulit, karena harga barang-barang Tiongkok menjadi lebih murah. Lancarnya arus barang dan jasa di Tiongkok, juga memberi tekanan tersendiri bagi Indonesia dalam bersaing dengan Tiongkok di pasar dunia. Dalam keadaan perekonomian global dan regional yang tidak menentu dan tidak pasti, maka sumber pertumbuhan ekonomi harus bertumpu pada pasar domestik. Berbagai pengamat keuangan dunia memprediksi bahwa dengan diberlakukannya market oriented approach dalam penentuan nilai tukar yuan di tengah situasi ekonomi Tiongkok yang lemah, maka kecenderungan penurunan nilai yuan akan terus berlanjut. Pelemahan yuan membuktikan transformasi yang dilakukan pemerintah Tiongkok menuju consumption driven economy mengalami tekanan yang tinggi, sehingga pemerintah berupaya meningkatkan ekspor dan membuat produk Tiongkok lebih kompetitif di pasar dunia, untuk menopang pertumbuhan ekonominya. Sebaiknya, Indonesia juga perlu mewaspadai efek domino atas penurunan nilai mata uang yuan,yang telah membuat lesunya perekonomian Malaysia dan Thailand. Mengingat, kedua negara merupakan mitra kerja sama ekonomi Indonesia yang cukup dekat.

Di samping lesunya perekonomian, keadaan politik dalam negeri kedua negara sedang memanas, dimana kedua negara ini, memegang obligasi Indonesia. Dalam keadaan yang sangat mendesak, untuk mempertahankan nilai mata uang ringgit dan bath, tidak tertutup kemungkinan bank sentral kedua negara, akan menjual berbagai asetnya, termasuk obligasi Indonesia. Apabila hal ini terjadi, akan menjadi tekanan tersendiri bagi rupiah. Semakin menyatunya perekonomian dunia menjadi suatu kenyataan yang harus dihadapi berbagai negara, dengan tindakan dan kebijakan yang terkoodinasi dan terukur. (bth) Sumber : Laporan Atdag Beijing, RR China, Agustus 2015