BAB I PENDAHULUAN. 1981). Kondisi dualistik pada kawasan perkotaan di gambarkan dengan adanya

dokumen-dokumen yang mirip
kecil. Namun disisi lain sektor ini merupakan sektor yang tidak memiliki legalitas

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN SERIBU LAMPU KOTA CEPU TUGAS AKHIR. Oleh: IKA PRASETYANINGRUM L2D

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota merupakan sarana untuk menuju perbaikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB 1 PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik ( BPS ). Data Indikator Ketenagakerjaan. November

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

STUDI IDENTIFIKASI BENTUK DAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG SERTA PENGARUHNYA DALAM PENATAAN RUANG AKTIVITAS PKL (Studi Kasus : PKL Malioboro)

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PERSEPTUAL TERHADAP FENOMENA DAN KARAKTERISTIK JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI BAGIAN DAR1 RUANG ARSITEKTUR KOTA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. informal ini menunjukan bukti adanya keterpisahan secara sistemis-empiris antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Eksistensi Penelitian. direncanakan maupun terbentuk dengan sendirinya yang menghubungkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ruang terbuka publik merupakan salah satu fasilitas yang dibutuhkan kota.

KAJIAN KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DALAM BERAKTIVITAS DAN MEMILIH LOKASI BERDAGANG DI KAWASAN PERKANTORAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk bermasyarakat. Jadi suatu kota bukanlah hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. masih tergolong tinggi. Saat ini jumlah pengangguran di Indonesia terbuka ada 7,7 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik untuk aktifitas formal maupun nonformal seperti pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kondisi perekonomian negara tidak stabil, hal ini

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENDESAIAN MALL PADA SUB KAWASAN CIBADUYUT SEBAGAI SENTRA PERDAGANGAN SEPATU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana

BAB III TINJAUAN KHUSUS

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dan semakin luas di berbagai kota di Indonesia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hasil Penelitian Yang Pernah Dilakukan

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang.

KONSEP SIMBIOSIS MUTUALISTIK SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL PERKOTAAN UNTUK PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI SEPANJANG KORIDOR JALAN SAMANHUDI JEMBER

DATTA SAGALA WIDYA PRASONGKO, 2016 PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP SISTEM SIRKULASI GEDUNG FPTK UPI

BAB 1 PENDAHULUAN. telah membatasi ruang-ruang bebas yang bisa diakses penduduk kota untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan

PENATAAN KORIDOR JALAN LETJEN S. PARMAN SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN DI PURWOKERTO

Koridor Ruang Kota Layak Huni: Budaya Merampas Ruang Publik?

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

2014 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN RUANG PUBLIK KAMPUS UPI BERDASARKAN AKTIVITAS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

Aksesibilitas a. Geometri koridor jalan b. Tautan & kontinuitas akses spasial & visual

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi kota dan urbanisasi serta globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika

BAB I PENDAHULUAN. 1 Merriam webster s Collegiate Dictionary. Tenth Edition (Massachussets, USA 1994), 64

BAB VI HASIL PERANCANGAN

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI KUALITAS JALUR PEDESTRIAN DI JALAN DR.MANSYUR MEDAN DITINJAU DARI FAKTOR FISIK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan salah satu aktor dalam perguruan tinggi karena

POLA TATANAN PEMBENTUKAN RUANG KETIGA (THIRDSPACE) PADA RUANG PUBLIK URBAN, STUDI KASUS: KORIDOR JL. BANDUNG, MALANG.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage

Gambar 1.1 Pejalan Kaki, Parkir dan Lalulintas Sumber : Dokumentasi Pribadi (2014) commit to user. revitalisasi kawasan Braga BAB I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI KEGIATAN PEMBENTUKAN RUANG LUAR RUKO PADA KORIDOR JALAN DI KAWASAN PERUMAHAN SAWOJAJAR KOTA MALANG. Elong Pribadi**) dan Suning*)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Eksistensi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

Kuesioner Karakteristik Pejalan Kaki Di Koridor Jalan Pasar Ruteng

PUSAT PERTOKOAN DENGAN KONSEP PEDESTRIAN MALL DI KOTA PALU

BAB II TIME TO FIX THE CURRENT STATE. Venusitas, kekuatan Firmitas, dan fungsi Utilitas (Vitruvius). Yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk dan mobilitas masyarakat yang

DAFTAR ISI. Daftar Isi...1. Daftar Gambar...4. Daftar tabel...7. Kata Pengantar...8. Bab I: Pendahuluan...9

BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia Klaim terhadap ruang..., Maya Sita, FT UI, 2010

PENATAAN KORIDOR GATOT SUBROTO SINGOSAREN SURAKARTA SEBAGAI KAWASAN WISATA

BAB I PENDAHULUAN. Ruang publik sebagai sarana umum menjadi kebutuhan yang cukup vital

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pengguna kendaraan tidak bermotor dan pedestrian seperti terabaikan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.4. Tujuan dan Sasaran Tujuan Tujuan merancang dan menata penggal Jalan Garuda Mas dengan menerapkan konsep city walk.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hampir seluruh kota di indonesia kini bersifat dualistik. Dualistik berarti telah terjadi pertemuan antara dua kondisi atau sifat yang berbeda (Sujarto, 1981). Kondisi dualistik pada kawasan perkotaan di gambarkan dengan adanya sektor formal dan informal pada aspek sosial-ekonomi masyarakat yaitu dengan adanya pedagang formal dan informal atau PKL ( pedagang kaki lima). Kegiatan ini banyak terjadi di ruang kota. Ruang kota yang di maksud adalah ruang yang terbentuk diantara dua sisi deretan bangunan yang kemudian membentuk koridor jalan. Sebuah koridor bukan hanya sekedar ruang sirkulasi namun juga ruang aktivitas masyarakat atau ruang publik, ( Project for Public Space, 2008). Pada dasarnya dalam sebuah koridor jalan terdapat jalur pejalan kaki atau trotoar disisi kiri dan kanan yang memudahkan pejalan kaki untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Tetapi kondisi dualistik menyebabkan kurang mewadahinya aktifitas pejalan kaki sebagai pengguna utama sebuah koridor jalan. Permasalahan yang banyak di jumpai pada jalur pejalan kaki di Indonesia adalah penyalah gunaan fungsi jalur pejalan kaki atau pedestrian oleh pedagang baik formal ataupun informal. Aktivitas pedagang secara umum dilakukan pada 1

koridor dan badan jalan yang merupakan ruang publik, sehingga mengakibatkan perubahan fungsi dari ruang publik. (Soetomo,1996). Ruang merupakan salah satu komponen arsitektur yang berfungsi sebagai wadah kegiatan manusia (Haryadi dan Setiawan, 2010). Ruang kota adalah bentuk ruang publik yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu pendekatan dalam menjelaskan pemanfaatan ruang kota adalah arsitektur lingkungan & perilaku. Pada dasarnya pendekatan dalam arsitektur lingkungan dan perilaku menekankan bahwa manusia merupakan makhluk berpikir yang mempunyai persepsi dan keputusan dalam interaksinya dengan lingkungan. Rapoport (1997) berpendapat bahwa peran persepsi lingkungan sangat penting dalam perancangan lingkungan karena keputusan perancangan akan di tentukan oleh persepsi lingkungan perancang. Yang di maksud disini adalah seseorang harus memahami persepsi masyarakat tentang lingkungan nya terlebih dahulu maka akan tercipta lingkungan yang sesuai. Di dalam perkembanganya, medan yang merupakan kota terbesar ketiga di indonesia dengan populasi penduduk yang berjumlah 2.135.516 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2013) mengalami pertumbuhan dan perkembangan aktivitas pedagang formal maupun informal yang sangat pesat di setiap ruang publik pada setiap koridor jalan di perkotaan. Salah satunya adalah koridor di jalan Brigjen Katamso yang merupakan jalan kolektor primer. Hal ini menyebabkan perubahan fungsi ruang publik, salah satunya pemanfaatan trotoar yang menggangu sirkulasi pejalan kaki, pemanfaatan badan jalan yang menyebabkan kemacetan lalulintas. Beberapa usaha yang telah 2

dilakukan oleh pemerintah seperti penertiban dan penggusuran tidak memberi dampak jera kepada pedagang informal. Dengan mempertimbangkan beberapa hal maka perlu dilakukan pendekatan dalam arsitektur lingkungan dan perilaku pada pedagang yang berada di jalan brigjen katamso yang berupa persepsi. Dengan melakukan pendekatan perilaku diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan ini, karena pendekatan ini menekankan perlunya memahami perilaku manusia yang berbeda dalam memanfaatkan ruang. Dengan kata lain, pendekatan ini melihat dari aspek-aspek norma, kultur, psikologi masyarakat yang berbeda dan akan menghasilkan konsep dan wujud ruang yang berbeda (Rapoport, 1977). Beberapa konsep penting yang akan di kaji dalam pendekatan ini adalah setting perilaku dan persepsi tentang lingkungan. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah kota medan dalam menetapakan regulasi perencanaan dan penataan area perdagangan sektor formal maupun sektor informal pada koridor jalan Brigjen Katamso medan dan menambah ilmu pengetahuan tentang hubungan ruang kota dengan arsitektur lingkungan dan perilaku manusia. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana setting perilaku pedagang pada jalan Brigjen Katamso 2. Bagaimana persepsi pedagang pada jalan Brigjen Katamso dalam menggunakan ruang publik dan privat 3

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Dari Penelitian Ini adalah: 1. Mengidentifikasi setting perilaku pedagang pada jalan Brigjen Katamso 2. Mengindetifikasi persepsi pedagang pada jalan tentang Brigjen Katamso penggunaan tuang publik dan privat 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Dari Penelitian Ini adalah: 1. Manfaat praktis, memberi masukan kepada pemerintah kota dalam menetapakan regulasi perencanaan dan penataan area perdagangan sektor formal maupun sektor informal pada koridor jalan Brigjen Katamso medan 2. Manfaat akademis, menambah ilmu pengetahuan tentang hubungan ruang kota dengan perilaku manusia 4

1.5 Kerangka Berfikir LATAR BELAKANG: - Penyalah gunaan jalur pejalan kaki oleh pedagang formal dan informal pada koridor jalan - Perubahan fungsi dari ruang publik terjadi pada koridor brigjend katamso medan JUDUL: PERSEPSI PEDAGANG TERHADAP PENGGUNAAN RUANG PRIVAT DAN PUBLIK PADA KORIDOR PERMASALAHAN: Bagaimana Setting Perilaku pedagan pada jalan Brigjen Katamso Bagaimana persepsi pedagang pada jalan brigjen katamso dalam menggunakan ruang publik dan privat MAKSUD DAN TUJUAN : Mengindetifikasi persepsi pedagang pada jalan brigjen katamso tentang penggunaan tuang publik dan privat STUDI LITERATUR METODOLOGI : Observasi lapangan Pemetaan perilaku Kuisioner dan wawancara ANALISA : Setting Perilaku Perilaku pengguna ruang Pemanfaatan ruang KELUARAN: Deskripsi Setting Perilaku Persepsi pedagang terhadap penggunaan ruang publik dan privat 5