BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hampir seluruh kota di indonesia kini bersifat dualistik. Dualistik berarti telah terjadi pertemuan antara dua kondisi atau sifat yang berbeda (Sujarto, 1981). Kondisi dualistik pada kawasan perkotaan di gambarkan dengan adanya sektor formal dan informal pada aspek sosial-ekonomi masyarakat yaitu dengan adanya pedagang formal dan informal atau PKL ( pedagang kaki lima). Kegiatan ini banyak terjadi di ruang kota. Ruang kota yang di maksud adalah ruang yang terbentuk diantara dua sisi deretan bangunan yang kemudian membentuk koridor jalan. Sebuah koridor bukan hanya sekedar ruang sirkulasi namun juga ruang aktivitas masyarakat atau ruang publik, ( Project for Public Space, 2008). Pada dasarnya dalam sebuah koridor jalan terdapat jalur pejalan kaki atau trotoar disisi kiri dan kanan yang memudahkan pejalan kaki untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Tetapi kondisi dualistik menyebabkan kurang mewadahinya aktifitas pejalan kaki sebagai pengguna utama sebuah koridor jalan. Permasalahan yang banyak di jumpai pada jalur pejalan kaki di Indonesia adalah penyalah gunaan fungsi jalur pejalan kaki atau pedestrian oleh pedagang baik formal ataupun informal. Aktivitas pedagang secara umum dilakukan pada 1
koridor dan badan jalan yang merupakan ruang publik, sehingga mengakibatkan perubahan fungsi dari ruang publik. (Soetomo,1996). Ruang merupakan salah satu komponen arsitektur yang berfungsi sebagai wadah kegiatan manusia (Haryadi dan Setiawan, 2010). Ruang kota adalah bentuk ruang publik yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu pendekatan dalam menjelaskan pemanfaatan ruang kota adalah arsitektur lingkungan & perilaku. Pada dasarnya pendekatan dalam arsitektur lingkungan dan perilaku menekankan bahwa manusia merupakan makhluk berpikir yang mempunyai persepsi dan keputusan dalam interaksinya dengan lingkungan. Rapoport (1997) berpendapat bahwa peran persepsi lingkungan sangat penting dalam perancangan lingkungan karena keputusan perancangan akan di tentukan oleh persepsi lingkungan perancang. Yang di maksud disini adalah seseorang harus memahami persepsi masyarakat tentang lingkungan nya terlebih dahulu maka akan tercipta lingkungan yang sesuai. Di dalam perkembanganya, medan yang merupakan kota terbesar ketiga di indonesia dengan populasi penduduk yang berjumlah 2.135.516 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2013) mengalami pertumbuhan dan perkembangan aktivitas pedagang formal maupun informal yang sangat pesat di setiap ruang publik pada setiap koridor jalan di perkotaan. Salah satunya adalah koridor di jalan Brigjen Katamso yang merupakan jalan kolektor primer. Hal ini menyebabkan perubahan fungsi ruang publik, salah satunya pemanfaatan trotoar yang menggangu sirkulasi pejalan kaki, pemanfaatan badan jalan yang menyebabkan kemacetan lalulintas. Beberapa usaha yang telah 2
dilakukan oleh pemerintah seperti penertiban dan penggusuran tidak memberi dampak jera kepada pedagang informal. Dengan mempertimbangkan beberapa hal maka perlu dilakukan pendekatan dalam arsitektur lingkungan dan perilaku pada pedagang yang berada di jalan brigjen katamso yang berupa persepsi. Dengan melakukan pendekatan perilaku diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan ini, karena pendekatan ini menekankan perlunya memahami perilaku manusia yang berbeda dalam memanfaatkan ruang. Dengan kata lain, pendekatan ini melihat dari aspek-aspek norma, kultur, psikologi masyarakat yang berbeda dan akan menghasilkan konsep dan wujud ruang yang berbeda (Rapoport, 1977). Beberapa konsep penting yang akan di kaji dalam pendekatan ini adalah setting perilaku dan persepsi tentang lingkungan. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah kota medan dalam menetapakan regulasi perencanaan dan penataan area perdagangan sektor formal maupun sektor informal pada koridor jalan Brigjen Katamso medan dan menambah ilmu pengetahuan tentang hubungan ruang kota dengan arsitektur lingkungan dan perilaku manusia. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana setting perilaku pedagang pada jalan Brigjen Katamso 2. Bagaimana persepsi pedagang pada jalan Brigjen Katamso dalam menggunakan ruang publik dan privat 3
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Dari Penelitian Ini adalah: 1. Mengidentifikasi setting perilaku pedagang pada jalan Brigjen Katamso 2. Mengindetifikasi persepsi pedagang pada jalan tentang Brigjen Katamso penggunaan tuang publik dan privat 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Dari Penelitian Ini adalah: 1. Manfaat praktis, memberi masukan kepada pemerintah kota dalam menetapakan regulasi perencanaan dan penataan area perdagangan sektor formal maupun sektor informal pada koridor jalan Brigjen Katamso medan 2. Manfaat akademis, menambah ilmu pengetahuan tentang hubungan ruang kota dengan perilaku manusia 4
1.5 Kerangka Berfikir LATAR BELAKANG: - Penyalah gunaan jalur pejalan kaki oleh pedagang formal dan informal pada koridor jalan - Perubahan fungsi dari ruang publik terjadi pada koridor brigjend katamso medan JUDUL: PERSEPSI PEDAGANG TERHADAP PENGGUNAAN RUANG PRIVAT DAN PUBLIK PADA KORIDOR PERMASALAHAN: Bagaimana Setting Perilaku pedagan pada jalan Brigjen Katamso Bagaimana persepsi pedagang pada jalan brigjen katamso dalam menggunakan ruang publik dan privat MAKSUD DAN TUJUAN : Mengindetifikasi persepsi pedagang pada jalan brigjen katamso tentang penggunaan tuang publik dan privat STUDI LITERATUR METODOLOGI : Observasi lapangan Pemetaan perilaku Kuisioner dan wawancara ANALISA : Setting Perilaku Perilaku pengguna ruang Pemanfaatan ruang KELUARAN: Deskripsi Setting Perilaku Persepsi pedagang terhadap penggunaan ruang publik dan privat 5