PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT QIM BATANG

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

Traktus Gastro Instestinal Traktus Urogenital dan organ reproduksi Traktus Respiratorius Sistem Syaraf Mamae dan organ-organ superfisial

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN

STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RADIOLOGI DIREKTUR WADIR YANMED. Ka.Instalasi. Radiologi. Kaur Instalasi. Radiologi. Penanggungjawa b / Petugas PPR

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

PROGRAM KERJA RADIOLOGI 2016 DAFTAR ISI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 01-P /Ka-BAPETEN/ I-03 TENTANG PEDOMAN DOSIS PASIEN RADIODIAGNOSTIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1202, 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Kedokteran Nuklir. Radiasi. Keselamatan.


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan pedoman

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data.

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir (Lembaran Negara Repu

DIREKTORAT PERIZINAN FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Pengenalan perangkat lunak untuk survei data dosis pasien dalam rangka penyusunan Indonesia Diagnostic Reference Level (I-DRL) P2STPFRZR BAPETEN 2015

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEDOKTERAN NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan dikendalikan. Salah satu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit

Dasar Proteksi Radiasi

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan khususnya yang lama dan berkelanjutan dengan dosis relatif kecil

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja dan penduduk Indonesia secara umum akan bertambah baik dan

: Panduan Penyusunan Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi Dalam Kegiatan Well Logging LEMBAR PENGESAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

Panduan Identifikasi Pasien

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

Pesawat Sinar X Diagnostik dan Intervensional

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

TATA CARA DAN ETIKA INSPEKSI. Oleh : SUYATI

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

CEKLIST KELENGKAPAN DOKUMEN AKREDITASI POKJA ASESMEN PASIEN (AP)

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan

BAB II GAMBARAN UMUM, VISI, MISI, TUJUAN, MOTTO, NILAI DAN FALSAFAH RUMAH SAKIT

MAKALAH PROTEKSI RADIASI

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DPK NOMOR : 000/SK/DIR/I/2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT DPK

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

PERKIRAAN DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN DENGAN SINAR-X RADIOGRAFI UMUM. RUSMANTO

PEDOMAN KEAMANAN LINGKUNGAN FISIK PUSKESMAS KREBET BAB I PENDAHULUAN

Ruang Lingkup Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir meliputi:

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

SK AKREDITASI BAB I EP NAMA DOKUMEN ADA TDK ADA SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

SKEMA SERTIFIKASI RADIOGRAFER LSP BIDANG KETEKNISIAN MEDIK SNI ISO/IEC : 2012

SOP PENILAIAN KETEPATAN WAKTU PENYERAHAN HASIL LAB SOP PELAYANAN LABORATURIUM DILUAR JAM KERJA SK DAN SOP PELAYANAN DI LUAR JAM KERJA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 357/MENKES/PER/V/2006 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA RADIOGRAFER

Direktur Jendaral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF UNTUK WELL LOGGING

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN PENGGUNAAN DALAM RADIOGRAFI INDUSTRI

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN PENGGUNAAN DALAM RADIOGRAFI INDUSTRI

PANDUAN PENJELASAN HAK PASIEN DALAM PELAYANAN LOGO RS X

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SOP PELAYANAN RADIODIAGNOSTIK (USG)

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEGIATAN IMPOR, EKSPOR, DAN PENGALIHAN BARANG KONSUMEN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT QIM BATANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan radiologi merupakan pelayanan kesehatan yang menggunakan sinar peng-ion ataupun bahan radioaktif sehingga penggunaan bahan tersebut mempunyai dua sisi yang saling berlawanan, yaitu dapat sangat berguna bagi penegakan diagnosa dan terapi penyakit dan di sisi lain akan sangat berbahaya bila penggunaannya tidak tepat dan tidak terkontrol. Pelayanan terbaik yang bisa diberikan kepada customer sehingga kebutuhan / keinginan/harapan customer dapat terpenuhi (pelanggan puas), Penilaian Mutu pelayanan dapat untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan pelayanan dengan demikian akan dapat menghargai keberhasilan dan memperbaiki kegagalan. Pelayanan kepada pasien yang berdasarkan standar kualitas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan kepada Organisasi Pelayanan Kesehatan. Pelayanan terbaik, melebihi, melampaui, mengungguli pelayanan yang diberikan pihak lain atau pelayanan waktu lalu.pelayanan prima dapat diwujudkan jika ada standar dan dipatuhi memberi yang terbaik bahkan melebihi adanya terobosan untuk memuaskan pelanggan (inovasi). Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostik khususnya telah dilaksanakan di berbagai sarana pelayanan kesehatan. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dewasa ini telah memungkinkan berbagai penyakit dapat dideteksi dengan menggunakan fasilitas radiologi diagnostik yaitu pelayanan yang menggunakan radiasi pengion dan non pengion. Dengan berkembangnya waktu, radiologi diagnostik juga telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik dari peralatan maupun metodanya.

Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan radiologi khususnya radiologi diagnostik, maka dibuat pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi Diagnostik di RS QIM sebagai acuan bagi sarana pelayanan kesehatan dalam melakukan pelayanan radiologi diagnostik dan untuk keperluan pembinaan. B. Ruang Lingkup a. Pelayanan radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan menggunakan radiasi pengion, antara lain pelayanan X-ray konvensional, dan Computed Tomography Scan/CT Scan. b. Pelayanan imejing diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan menggunakan radiasi non pengion, antara lain pemeriksaan dengan Ultrasonografi (USG). C. Batasan Operasional Dalam meningkatkan pelayanan radiologi pada pemeriksaan rontgen dan pemeriksaan CT Scan dilakukan oleh radiogrefer, sedangkan pada pemeriksaan ultrasonografi ( USG ) dilakukan oleh Radiolog. D. Landasan Hukum Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Standar pelayanan radiologi diagnostic di sarana pelayanan kesehatan. Pelayanan radiologi sebagai bagian yang terintergrasi dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat undang-undang dasar 1945 diana kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat dan amanat undang-undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, akan pelayanan radiologi sudah selayaknya diberikan pelayanan yang berkualitas.

BAB II STANDAR KETENAGAAN A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Ketenagakerjaan adalah segala hal yg berhubungan dg tenaga kerja pd waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja, setiap orang yg mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan yg penting sebagai pelaku sekaligus tujuan pembangunan, adanya peningkatan kualitas dan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai harkat dan martabat manusia. Kualifikasi tenaga dalam penggunaan pesawat sinar-x radiologi diagnostic, USG dan CT Scan terdiri dari satu dokter spesialis radiologi yang berkompeten sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, PPR bidang kesehatan atau diagnostic, dua radiographer D III teknik radiologi dan tenaga IT. Standar Ketenagaan ditentukan berdasarkan a. Jenis sarana kesehatan b. Kemampuan / kompetensi c. Beban kerja d. Jumlah peralatan (pesawat) B. Distribusi Ketenagaan a. Tugas dr Sp.Rad a) Menyusun & mengevaluasi secara berkala SOP tindakan medis radiodiagnostik, imejing diagnostik dan radiologi intervensional serta melakukan revisi bila diperlukan b) Melaksanakan dan mengevaluasi tindakan radiodiagnostik, imejing diagnostik dan radiologi intervensional sesuai SOP c) Melaksanakan pemeriksaan dengan kontras dan floroskopi bersama dengan radiografer d) Menjelaskan dan menandatangani informed consent (izin tindakan medis) kepada pasien / keluarga pasien

e) Membaca hasil pemeriksaan radiodiagnostik, imejing diagnostik dan radiologi intervensional f) Melaksanakan teleradiologi dan konsultasi radiodiagnostik, imejing diagnostik dan radiologi intervensional g) Memberikan layanan konsultasi thd pemeriksaan yg akan dilaksanakan h) Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi thd pasien i) Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin utk mendptkan citra radiografi yg seoptinal mungkin dg mempertimbangkan tingkat panduan paparan medic j) Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis atau intervensional dg mempertimbangkan informasi pemeriksaan sebelumnya k) Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari aspek klinis l) Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK radiologi b. Tugas Radiografer a) Mempersiapkan pasien, obat-2an & peralatan utk pemeriksaan dan pembuatan foto radiologi b) Memposisikan pasien sesuai dg teknik pemeriksaan c) Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SOP, khusus utk pemeriksaan dg kontras dan floroskopi, pemeriksaan dikerjakan bersama dr. sp.rad d) Melakukan kegiatan prosesing film (kamar gelap dan work station) e) Melakukan penjaminan & kendali mutu f) Memberikan proteksi radiasi thd pasien, diri sendiri dan masyarakat di sekitar ruang pesawat sinar-x g) Menerapkan teknik dan prosedur yg tepat utk meminimalkan paparan yg yg diterima pasien sesuai kebutuhan h) Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi scr rutin

c. Tugas tenaga PPR a) Membuat program proteksi dan keselamatan radiasi b) Memantau aspek operasional program proteksi dan keselamatan radiasi c) Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan proteksi radiasi dan memantau pemakaiannya d) Meninjau scr sistematik dan periodik, program pemantauan di semua tempat dimana pesawat sinar-x digunakan e) Memberikan konsultasi yg terkait dg proteksi dan keselamatan radiasi f) Berpartisipasi dlm mendesain fasilitas radiologi g) Memelihara rekaman h) Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan pelatihan i) Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian keterangan dlm hal kedaruratan j) Melaporkan kpd pemegang izin setiap kejadian kegagalan operasi yg berpotensi kecelakaan radiasi k) Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program proteksi dan keselamatan radiasi serta verifikasi keselamatan yg diketahu PI utk dilaporkan kepada Ka. Bapeten. l) Melakukan inventarisasi zat radioaktif d. Tugas tenaga IT a) Memasukkan dan menyimpan data secara elektronik dg rutin b) Memelihara dan memperbaiki alat-alat IT BAB III STANDAR FASILITAS A. Denah Ruang Persyaratan ruang pemeriksaan radiologi : a. Luas ruangan minimal 3 m x 4 m x 2,8 m dengan tinggi jendela minimal 2 m dari lantai sebelah luar. b. Tebal dinding 15 cm beton atau bata 25 cm plesteran atau setara dengan 2 mm Pb.

c. Pintu diberi penahan radiasi Pb 2 mm. d. Paparan radiasi yang diperkenankan pada daerah yang dihuni mayarakat sekitar tidak lebih dari 0,25 msv/jam. e. Mempunyai fasilitas tanda bahaya radiasi berupa lampu merah sebagai tanda pesawat sedang dioperasikan. Ruang pemeriksaan radilogi terletak diantara ruang laboratorium dengan ruang bersalin, dan tidak jauh dari ruang gawat darurat dan poli klinik sehingga mudah dicapai pasien untuk meningkatkan pelayanan. Ruang pemeriksaan instalasi radiologi RS QIM terdiri dari : a. 1 ( Satu ) ruang pemeriksaan pesawat konvensional dengan luas panjang 5 m, lebar 3,5 m tinggi 3m bahan dinding pemeriksaan sinar X terbuat dari tembok bata dengan tebat 15cm deng pb 3mm, pintu ruan pesawat sinar X terbuat dari kayu atau triplek denga ketebalan 4 cm dan dilapisi timbale atau pb dengan ketebalan 3mm sebagai proteksi radiasi. a) Pemeriksaan ekstremitas. b) Pemeriksaan pelvis. c) Pemeriksaan thorax. d) Vertebra e) Pemeriksaan menggunakan media kontras ( BNO IVP, Colon In Loop, OMD, Cystografi dll ) f) Pemeriksaan radiologi dari rawat inap b. 1 (satu) ruang pemeriksaan pesawat CT Scan dengan luas panjang 6m,lebar 5m, tinggi 3m, bahan dinding pemeriksaan sinar X terbuat dari tembok bata dengan tebat 15cm deng pb 3mm, pintu ruan pesawat sinar X terbuat dari kayu atau triplek denga ketebalan 4 cm dan dilapisi timbale atau pb dengan ketebalan 3mm sebagai proteksi radiasi. a) Pemeriksaan CT Kepala, CT Scan Abdomen, CT Scan Thorak, CT Scan Orbita, CT Scan Sinus Paranasal, CT Scan Vertebra dll Non Kontras b) Pemeriksaan CT Kepala, CT Scan Abdomen, CT Scan Thorak CT Scan Orbita, CT Scan Sinus Paranasal, CT Scan Vertebra dll dengan menggunakan media Kontras

c. 1 ( Satu ) ruang pesawat ultrasonografi ( USG ) dengan luas. d. Ruangan Pelengkap a) Ruang tunggu pasien b) Ruang radiographer c) Kamar gelap d) Ruang baca foto e) Kamar mandi/wc B. Standar Fasilitas Standar fasilitas yang dimiliki berupa peralatan pesawat radiologi dan peralatan pendukung untuk pelayanan di instalasi radiologi, Semua peralatan sudah mempunyai izin dari BAPETEN, dilengkapi pengatur diafragma dan lampu kolimator, dan dilakukan kalibrasi serta pemeliharaan secara berkala, peralatan yang dimiliki berupa : a. Pesawat X-ray Konvensional b. Pesawat CT Scan c. Pesawat Ultrasonografi ( USG ) d. Autometic Prosesor e. Prinetr Dry view f. Kaset dan Grid g. Standar infus h. Apron i. Gonad j. Kaca Mata PB BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN A. Pendaftaran Pemeriksaan Pasien datang sendiri ke bagian radiologi atau ditemani perawat dengan membawa surat rujukan dari dokter / blangko permintaan pemeriksaan. Kemudian petugas radiologi mencatat identitas pasien di Log Book Operasi setelah selesai

kemudian pasien di siapkan untuk pemeriksaan sesuai dengan permintaan di blangko pemeriksaan. B. Persiapan Pemeriksaan Persiapan pasien tidak semuanya pemeriksaan menggunakan perisapan, hanya sebagian pemeriksaan yang menggunakan persiapan seperti pemeriksaan yang menggunakan media kontras ( BNO IVP, Colon In Loop dll ), Persiapan untuk pemeriksaan dilakukan sesuai prosedur tetap yang sudah ditentukan. Sedangkan pemeriksaan ekstremitas tidak perlu persiapan khusus hanya saja instruksi yang menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus diberitahukan dengan jelas terutama jika pemeriksaan dengan menggunakan media kontras. Benda aksessoris seperti gigi paslu, rambut palsu, anting anting, penjepit rambut dan alat bantu pendengar harus dilepas terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan karena akan menyebabkan artefak. Untuk kenyamanan pasien mengingat pemeriksaan dilakukan pada ruangan ber-ac sebaiknya tubuh pasien diberi selimut. C. Pelaksanaan Pemeriksaan Pelayanan dan tindakan radiodiagnostik dilakukan hanya berdasarkan permintaan dokter secara tertulis dan mencantumkan diagnosa klinis dan hasil pemeriksaan medis lain yang terkait, seperti hasil laboratorium, karepa pada pemeriksaan tertentu seperti pemeriksaan BNO IVP harus mengetahui hasil laboratorium terlebih dahulu. Pasien datang ke bagian radiologi dengan membawa surat permintaan rontgen maka pemeriksaan langsung bisa dilaksanakan. D. Pencucian Film Pencucian film pada konventional x-ray masih menggunakan sistem pengolahan film secara autometik di proses dikamar gelap. Pengolahan film di kamar gelap dimulai dengan mengeluarkan film dari kaset, kemudian kertas identitas pasien diletakkan pada ID camera, setelah itu film dimasukkan pada mesin prosesing.

Sedangkan pada flim CT Scan proses pencetakan gambar sudah menggunakan printer yang otomatis langsung akan keluar dalam bentuk gambaran slice sesuai yg diinginkan. E. Pemberian Expertise Hasil pemeriksaan dan tindakan radiodiagnostik dalam tanggung jawab dokter spesialis radiologi. Semua foto harus dibaca/diekspertise dengan jelas dan ditanda tangani oleh dokter spesialis radiologi. a. Di Dalam Jam Kerja Pada jam kerja dokter radiology akan membaca semua hasil foto ronsen di ruangan baca dokter yaitu antara jam 08.00 WIB sampai jam 21.00 WIB b. Di Luar Jam Kerja Jika diluar jam kerja atau pasien Cito dan harus dibacakan oleh dokter radiologi maka petugas radiologi akan membawa / mengantarkan foto rontgen ke tempatnya / kerumahnya yaitu antara jam 21.00 WIB sampai dengan jam 07.00 WIB F. Penyerahan Hasil Hasil radiograf rawat jalan merupakan milik pasien sepenuhnya dan dapat diambil satu hari setelah pemeriksaan, setelah hasil radiograf dibaca oleh dokter radiolog. Pada pasien IGD dan Rawat jalan hasil radiograf langsung diambil oleh pengantar pasien ( perawat ). Prosedur pengambilan hasil pemeriksaan radiologi, setiap pasien yang datang untuk mengambil hasil pemeriksaan radiologi, harus membawa kuitansi / bukti pembayaran atau kartu pengambilan hasil. Hasil pemeriksaan radiologi dapat diambil di bagian radiologi. G. Pengarsipan Pengarsipan di instalasi radiologi berupa permintaan dan hasil bacaan disusun berdasarkan nomor urut pasien. Laporan pembukuan pengambilan hasil radiograf di instalasi radiologi dilakukan pertahun. Laporan ini meliputi jenis

pemeriksaan, jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap, jumlah pemakaian film dan kerusakan filim. BAB V LOGISTIK Bertanggung jawab terhadap terselenggaranya tertib administrasi dalam bidang logistik Instalasi Radiologi, peralatan dan Rumah tangga, untuk menyusun rencana kebutuhan dan pengadaan bahan-bahan keperluan dan peralatan Instalasi radiologi dalam rangka pelaksanaan tugas pelayanan radiologi, menyusun rencana pemeliharaan peralatan di Instalasi Radiologi, menyiapkan program-program pengembangan pelayanan Radiologi menyusun laporan secara berkala tentang keadaan bahan kebutuhan dan peralatan Instalasi, membuat evaluasi dan usulan tentang penggunaan bahan-bahan / pertengkapan dan peralatan (efisiensi, efektifitas, dan menyimpan, mengelola bahan-bahan / peralatan / barang Inventaris Perkantoran Instalasi Radiologi. BAB VI KESELAMATAN PASIEN A. Pengertian Keselamatan dan keamanan pasien (patient safety) merupakan sebuah prioritas strategik, Dalam menetapkan capaian-capaian peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai target utamanya. Keselamatan pasien harus menjadi ruh dalam setiap pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tuntutan akan keselamatan pasien harus direspons secara proaktif oleh semua pihak dan harus menjadi sebuah gerakan yang didasari pertimbangan moralitas dan etik. Patient safety harus jadi suatu gerakan menyeluruh dari semua pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Ini membutuhkan keterlibatan semua pihak, yaitu manajemen dan tenaga kesehatan. Keduanya harus menyadari pentingnya patient safety. Kalau hanya satu pihak akan sia-sia saja. Radiasi yang digunakan di Radiologi di samping bermanfaat untuk membantu menegakkan diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi dan masyarakat umum atau pasien yang berada disekitar sumber radiasi

tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini ditentukan oleh besarnya radiasi, jarak dari sumber radiasi, dan ada tidaknya pelindung radiasi, dalam Radiologi dapat membantu mencegah kesalahan medis dan membantu meningkatkan keselamatan pasien. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan (OSHE) manajemen di rumah sakit merupakan upaya dalam mewujudkan keamanan, kenyamanan dan kebersihan lingkungan kerja, melindungi dan meningkatkan kesehatan. B. Tujuan Memahami pentingnya patient safety di rumah sakit dan mengembangkan budaya safety tersebut demi keamanan dan kenyamanan pasien dalam pemeriksaan rontgen. C. Tata Laksana Keselamatan Setiap pemeriksaan dengan pesawat Sinar-X hanya diperlukan setelah memperhatikan kondisi pasien untuk menghindari paparan radiasi yang tidak perlu. Semua upaya agar dilakukan untuk menjaga dosis pasien sekecil mungkin yang dapat dicapai secara teknis, seperti penggunaan kombinasi screen film dengan efisiensi tinggi, ukuran medan radiasi minimum, waktu dan arus minimum serta pengalaman dalam adaptasi terhadap kegelapan. Pemeriksaan radiologi pada perut bagian bawah dan pelvis wanita hamil harus diberikan hanya bila dianggap sangat diperlukan, dalam hal ini harus diusahakan agar janin menerima dosis radiasi sedikit mungkin. Dalam hal pemberian penyinaran jenis lain pada wanita hamil maka perut bagian bawah dan janin harus dilindungi dengan pelindung. BAB VII KESELAMATAN KERJA Pemanfaatan sinar-x diagnostik meliputi disain ruangan, pemasangan dan pengoperasian setiap pesawat Sinar-X sesuai dengan spesifikasi keselamatan alat, perlengkapan proteksi radiasi, keselamatan operasional, proteksi pasien, dan uji kepatuhan (compliance test).

Keselamatan kerja yang diterapkan antara lain : a. Dilakukan pengujian pesawat sinar-x dan CT Scan / kalibrasi setiap satu tahun sekali b. Pesawat Sinar-X dan Pesawat CT Scan dalam kondisi yang baik dan dirawat dengan program jaminan kualitas. c. Ruangan Sinar-X harus dibangun dengan cukup kuat untuk menahan beban perlatan yang ada di dalamnya dan dibangun sedemikian, sehingga memberikan proteksi yang cukup terhadap operator (petugas) dan orang lain yang berada di sekitar ruangan pesawat Sinar-X. d. Ruang operator terdapat tabir Pb dan dilengkapi dengan kaca intip dari Pb sehingga dapat melindungi operator dari radiasi bocor dan hamburan.. e. Pintu ruang pesawat Sinar-X dan Pesawat CT Scan terdapat penahan radiasi yang cukup sehingga terproteksi dengan baik. f. Lampu merah sebagai tanda radiasi harus terpasangdi atas pintu, yang dapat menyala pada saat pesawat Sinar-X digunakan dan terdapat tanda peringatan radiasi seperti berikut : AWAS SINAR-X g. Apron pelindung yang mempunyai ketebalan minimum yang setara dengan 0,25 mm Pb dengan ukuran yang cukup pada bagian badan dan gonad untuk pemakai dari radiasi langsung.

h. Sarung tangan pelindung harus mempunyai ketebalan yang setara dengan 0,25 mm Pb dengan ukuran yang cukup dari radiasi langsung yang mengenai tangan dan pergelangan tangan. i. Terdapat fasilitas untuk imobilisasi pasien, untuk mengurangi pergerakan pasien pada saat pemeriksaan dengan Sinar-X dan CT Scan. j. Tersedia peralatan untuk mencegah atau mengendalikan bahaya konvensional seperti kebakaran, banjir, dan kedaruratan yang berkaitan dengan listrik. k. Arah berkas utama dari pesawat Sinar-X tidak diarahkan ke panel kontrol. l. Orang yang membantu memegang pasien anak-anak atau orang yang lemah pada saat penyinaran dilakukan oleh orang dewasa / keluarga dengan menggunakan apron, tidak dilakukan oleh petugas. m. Usaha yang dilakukan dalam melaksanakan penyinaran Sinar-X sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang baik dengan paparan minimum pada pasien atau petugas. n. Selama penyinaran, tidak seorangpun kecuali petugas yang berhubungan dan pasien berada dalam ruang penyinaran. o. Pesawat Sinar-X dilarang dioperasikan oleh petugas yang tidak berwenang. p. Apabila terjadi kerusakan pesawat, perbaikan peralatan Sinar-X dilakukan oleh teknisi yang telah diberi mandat oleh penguasa yang berwenang. Teknisi tersebut mempunyai keahlian dan latar belakang proteksi radiasi untuk mengerjakan pekerjaannya dengan aman. q. Terdapat peralatan monitoring personil yaitu film badge untuk memantau paparan radiasi yang diterima setiap satu bulan sekali BAB VIII PROTEKSI RADIASI Proteksi radiasi merupakan cabang ilmu pengetahuan atau teknik yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan dengan pemberian perlindungan pada seseorang atau sekelompok orang ataupun kepada keturunannya terhadap kemungkinan yang merugikan kesehatan akibat adanya paparan radiasi. Tujuan proteksi radiasi adalah untuk mencegah terjadinya efek deterministik yang membahayakan dan mengurangi peluang terjadinya efek stokastik.

Selain itu proteksi radiasi bertujuan melindungi para pekerja radiasi serta masyarakat umum dari bahaya radiasi yang ditimbulkan akibat penggunaan zat radioaktif atau sumber radiasi lain. Prinsip dasar proteksi radiasi yang diterapkan yaitu pengaturan waktu dimana seorang pekerja radiasi yang berada di dalam medan radiasi akan menerima dosis radiasi yang besarnya sebanding dengan lamanya pekerja tersebut berada di dalam medan radiasi, pengaturan jarak ( Paparan radiasi berkurang dengan bertambahnya jarak dari sumber radiasi ), dan Penggunaan perisai radiasi untuk penanganan sumbersumber radiasi dengan aktifitas sangat tinggi. Setiap kegiatan yang mengakibatkan paparan radiasi hanya boleh dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian yang mendalam dan manfaatnya lebih besar dibandingkan dengan kerugiannya, paparan radiasi dari suatu kegiatan harus ditekan serendah mungkin, dan dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Upaya Proteksi Radiasi Terhadap Pasien, Petugas dan Masyarakat Umum a. Pemeriksaan dengan sinar-x hanya dilakukan atas permintaan dokter. b. Pemakaian perisai maksimum pada sinar primer. c. Pemakaian teknik kv tinggi. d. Jarak fokus ke pasien tidak boleh terlalu dekat. e. Daerah yang disinari harus sekecil mungkin, f. Organ reproduksi dilindungi sebisanya. g. Pasien yang hamil, terutama trimester pertama tidak boleh diperiksa secara radiologis. h. Selama penyinaran berlangsung, petugas berdiri di belakang penahan radiasi. i. Sedapat mungkin petugas tidak berada dalam kamar pesawat sinar-x pada waktu dilaksanakan radiografi. j. Pintu berpenahan radiasi timbal selalu ditutup selama dilakukan penyinaran. k. Selama penyinaran berlangsung, setiap orang termasuk perawat yang menyertainya harus berlindung di balik penahan radiasi.

BAB IX PENGENDALIAN MUTU Mutu pelayanan radiologi dilaksanakan untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pelayanan radiologi, meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan serta sebagai bahan acuan dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan radiologi. Untuk meningkatkan mutu pelayanan Radiologi perlu adanya evaluasi sistem dan prosedur pelayanan, fasilitas dan penyelenggaraan pelayanan, penyelenggaraan pelayanan radiologi, hasil penyelenggaraan pelayanan dan perbaikan sarana yang dilaksanakan secara intern dan rutin melalui rapat intern radiologi. Program Peningkatan Mutu adalah cakupan keseluruhan Program menejemen yang di terapkan untuk menjamin keprimaan mutu pelayanan kesehatan melalui suatu kegiatan secara sistematis yang bertujuan untuk menjamin terlaksananya pelayanan radiologi yang prima sesuai standar, dapat memberikan informasi diagnostik yang tepat, dengan dosis radiasi yang serendah-rendahnya dan biaya yang sekecil-kecilnya. Pelaksana dari program peningkatan mutu adalah tim yang bibentuk oleh instalasi radiologi dan disahkan oleh direktur. Penyusunan tim melibatkan staf instalasi radiologi. Pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu mencakup : a. Program peningkatan mutu berfokus pada standar input (SDM, peralatan, ruangan, bahan habis pakai dan lain-lain). b. Program peningkatan mutu berfokus pada proses, yaitu pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan. c. Program peningkatan mutu berfokus pada output, yaitu evaluasi terhadap hasilhasil yang sudah dilaksanakan (hasil radiograf, hasil bacaan, reject analisis, kepuasan pasien dan lain-lain). BAB X PENUTUP Pelayanan radiologi diagnostic merupakan bagian dari salah satu meningkatkan mutu pelayanan dalam suatu Rumah Sakit untuk mewujudkan kepuasan pelanggan, memberikan tanggung jawab kepada setiap orang, dan melakukan perbaikan berkesinambungan. Dalam upaya mencapai pelayanan radiologi yang bermutu dan aman selain dilakukan pelayanan-pelayanan untuk pasien juga perlu

untuk petugas antara lain penampilan fisik yang prima seperti tata rambut, pakaian seragam,make up, kuku, sepatu, postur tubuh, berat badan, kebersihan diri, kerapihan, cara senyum, cara berjalan, cara bertutur kata, penggunaan dan kepekaan thd bahasa tubuh, Delivery of services yang prima seperti kerelaan untuk melayani, kepedulian, kecepatan memberi respons dalam pelayanan, kesediaan untuk membantu klien, percaya diri, dan kesabaran, profesional dalam menyampaikan pelayanan, ketaatan pada prosedur, serta meningkatkan produktivitas dan hasil kerja yang prima. Dalam penyelenggaraan pelayanan radiologi diagnostik untuk sarana pelayanan kesehatan yang bermutu, maka diperlukan pedoman pelayanan radiologi yang dapat dipakai sebagai acuan dan sarana pelayanan kesehatan khususnya di instalasi radiologi.