HUBUNGAN PAPARAN DEBU KAYU TERHIRUP DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI INDUSTRI MEBEL CV. CITRA JEPARA FURNITURE KABUPATEN SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

Hubungan Kadar Debu Terhirup (Respirable) Dengan Kapasitas Vital Paksa Paru Pada Pekerja Mebel Kayu di Kota Jayapura

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sehari-hari pajanan dan proses kerja menyebabkan gangguan

PENGARUH PAPARAN DEBU KAYU TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA DI PT. UTAMA CORE ALBASIA KECAMATAN CANGKIRAN TAHUN 2016

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI UNIT BOILER INDUSTRI TEKSTIL X KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PAPARAN DEBU KAYU DI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI PT. ARUMBAI KASEMBADAN, BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ** Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja di PT. Tonasa Line Kota Bitung

Muhammad Miftakhurizka J

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN HARAPAN JAYA, BANDAR LAMPUNG

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

HUBUNGAN PAPARAN PARTIKEL DEBU KAYU DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI UD. SURYA ABADI FURNITURE, GATAK, SUKOHARJO

Analisis Pengaruh Faktor Lingkungan Dan Faktor Pekerja Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja Industri Meubel Di Kota Pekanbaru Tahun 2013

ABSTRAK. Kata Kunci : Kadar debu kayu industri mebel, keluhan kesehatan pekerja, Kepustakaan : 9 ( )

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015

HUBUGAN PAPARAN DEBU KAPAS DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN GEJALA PENYAKIT BISINOSIS PADA PEKERJA SPINNING 1 PT. X KABUPATEN SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PEMBUAT BATU BATA DI KELURAHAN PENGGARON KIDUL KECAMATAN PEDURUNGAN SEMARANG TAHUN 2015

FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU PADA TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI DAERAH CARGO PERMAI, KABUPATEN BADUNG, BALI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan pekerja di suatu perusahaan penting karena menjadi salah

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

Vol.4 No.1 April Meta Suryani, Onny Setiani, Nurjazuli

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan

DETERMINAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PADA PEKERJA PENGRAJIN KERAMIK DI KECAMATAN KLAMPOK BANJARNEGARA

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Risiko Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Area Produksi Industri Kayu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat

Kata Kunci: Lama Kerja, Penggunaan Alat Pelindung Diri, Kapasitas Vital Paru

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA PENYAPU PASAR JOHAR KOTA SEMARANG. Audia Candra Meita

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

HUBUNGAN USIA, LAMA PAPARAN DEBU, PENGGUNAAN APD, KEBIASAAN MEROKOK DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU TENAGA KERJA MEBEL DI KEC.

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

Kadar Debu Kayu, Kebiasaan Merokok, Masa Kerja Dan Volume Ekspirasi Paksa Pada Tenaga Kerja Industri Mebel CV Bandengan Wood Desa Kalijambe Sragen

PEMAKAIAN MASKER DAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN PADA PEKERJA USAHA MEUBEL KAYU DI BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

BAB III METODE PENELITIAN. 23 April Penelitian dilakukan pada saat pagi hari yaitu pada jam

Kata Kunci: Debu Kapur, Keluhan Gangguan Pernafasan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya. Terutama industri tekstil, industri tersebut menawarkan

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) NON KONTAINER DI IPC TPK KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Agar terciptanya lingkungan yang aman, sehat dan bebas dari. pencemaaran lingkungan (Tresnaniangsih, 2004).

HUBUNGANN KAPASITAS PARU TERHADAP FAKTOR INDIVIDU DAN LINGKUNGAN PADA PEKERJA UNIT WEAVING BAGIAN LOOM 1 DAN LOOM 3 PERUSAHAAN TEKSTIL X TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan

HUBUNGAN KADAR DEBU DENGAN KAPASITAS PARU PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN CEMENT MILL PT.SEMEN BOSOWA MAROS

Kata Kunci : Kadar debu, Pengetahuan, Kapasitas Vital Paru

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

: Total dust level, and pulmonary vital capacity. Telepon :

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

Unnes Journal of Public Health

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

HUBUNGAN PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA MEBEL DI PT. X JEPARA

HUBUNGAN KADAR DEBU DENGAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PROSES PRESS-PACKING DI USAHA PENAMPUNGAN BUTUT KELURAHAN TANJUNG MULIA HILIR MEDAN TAHUN 2013

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN GANGGUAN FAAL PARU DI INDUSTRI PAKAN TERNAK PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA SEMARANG SKRIPSI

Kata kunci : Lama bekerja, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Kebiasaan merokok, Kapasitas Vital Paru (KVP).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

PENGARUH KARAKTERISTIK DAN KADAR DEBU AMBIEN TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PENYAPU JALAN DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS KOTA MEDAN TAHUN 2015 TESIS

SKRIPSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PENGANTAR POS DI DELIVERY CENTRE SURABAYA UTARA

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Yang Terpapar Potassium Permanganate Dan Phosphoric Acid Di Industri Garmen

Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate yang Diukur dengan Peak Flow Meter di Kota Medan tahun 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING

The difference of forced vital capacity (FVC) on workers between foundry and fitting-shop in ED aluminium cast industry, Giwangan Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia. Partikel

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

KAPASITAS VITAL PARU PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN KAMPUNG ISLAM MANADO Senduk Gratia Norri Amelia*, Oksfriani Jufri Sumampouw*, Harvani Boky*

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Faal Paru Pada Perusahaan Galangan Kapal

Dosen Stikes Wira Husada Yogyakarta. Balai Hiperkes Yogyakarta Diterima : September 2016 Disetujui : Desember 2016 ABSTRAK

Kata Kunci : Umur, Masa Kerja, Status Gizi, Kapasitas Vital Paru

HUBUNGAN MASA KERJA DAN PENGGUNAAN APD DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA PEKERJA TEKSTIL BAGIAN RING FRAME SPINNING I DI PT.X KABUPATEN PEKALONGAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN MASA KERJA DAN PENGGUNAAN APD DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PENYAPU JALAN DI RUAS JALAN TINGGI PENCEMARAN KOTA SEMARANG

KAPASITAS FAAL PARU PADA PEDAGANG KAKI LIMA. Olvina Lusianty Dagong, Sunarto Kadir, Ekawaty Prasetya 1

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA JATINDO UKIR JEPARA TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA UMUR, MEROKOK, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PENGRAJIN BATU AKIK DARI BEBERAPA TEMPAT DI KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS PARU TENAGA KERJA DI PT EASTERN PEARL FLOUR MILLS KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DAN LAMA PAPARAN DENGAN GANGGUAN FAAL PARU PEKERJA OVERHAUL POWER PLANT

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia telah mendorong lahirnya era industrialisasi. Dalam

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN MASKER DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA SUKARELAWAN PENGATUR LALU LINTAS (SUPELTAS) SURAKARTA

Unnes Journal of Public Health

BEBERAPA FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN FAAL PARU PADA PENJUAL UNGGAS DI PASAR BURUNG KUPANG SURABAYA

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

Kapasitas Vital Paru pada Karyawan di Unit Boiler PT. Apac Inti Corpora Semarang Tahun 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai

Unnes Journal of Public Health

Transkripsi:

HUBUNGAN PAPARAN DEBU KAYU TERHIRUP DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI INDUSTRI MEBEL CV. CITRA JEPARA FURNITURE KABUPATEN SEMARANG Risa Kartika Putri, Yusniar Hanani Darundiati, Nikie Astorina Yunita Dewanti Peminatan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email: risakartikap@gmail.com Abstact Furniture industry workers have risk accumulation of dust in respiratory system which could cause impaired lung function. The purpose of this research was to analyze the correlation of respirable dust exposure with impaired lung function in furniture industry workers of CV. Citra Jepara Furniture Semarang Regency. This was an observational research with cross sectional design. Population of this research were 30 workers in sanding section and were taken as the research samples because it met the inclusion criteria. Data was analyzed using Chi Square test with α=0,05 to find out the correlation of independent variable and dependent variable. The results showed that there were 19 respondents (63,3%) who had respirable dust exposure above the NAB with average of respirable dust exposure was 2,506 mg/m 3 and total of the lowest and highest dust exposure, respectively 0,775 and 5,426 mg/m 3. Result of lung function examination, 17 respondents (56,7%) had impaired lung function, with 10 people had obstruction, 4 people had restriction and 3 people had obstruction-restriction. Chi square test result showed a correlation of respirable dust exposure (p=0,023) with impaired lung function in furniture industry workers. It can be concluded the higher the exposure to respirable dust the greater the risk of impaired lung function. Keywords : respirable dust exposure, impaired lung function, furniture industry worker PENDAHULUAN Industri mebel berpotensi menimbulkan pencemaran udara di tempat kerja berupa debu kayu yang berasal dari proses fisik pengolahan bahan baku untuk dijadikan mebel. Pekerja industri mebel kayu mempunyai resiko untuk mengalami penimbunan debu pada saluran pernapasan. Absorpsi dari partikelpartikel debu terjadi lewat paru-paru melalui mekanisme pernapasan. (1) Debu kayu di udara dapat terhirup dan mengendap dalam organ pernafasan. Penumpukan debu pada saluran napas dapat menyebabkan peradangan jalan napas, dan dapat mengakibatkan penyumbatan jalan napas, sehingga menurunkan kapasitas paru. Dampak paparan debu yang terus menerus dapat menurunkan faal paru berupa obstruktif. (2) Selain itu faktor individual meliputi mekanisme pertahanan paru, anatomi dan fisiologi saluran nafas serta faktor imunologis juga mempengaruhi gangguan fungsi 832

paru. Penilaian paparan pada manusia perlu dipertimbangkan antara lain sumber paparan, lamanya paparan, paparan dari sumber lain, pola aktivitas sehari-hari dan faktor penyerta yang potensial seperti umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok. (3)(4) International Agency for Research on Cancer (IARC) melaporkan bahwa debu kayu menyebabkan kanker dan pada tahun 1995 termasuk dalam kelompok 1 sebagai karsinogen pada manusia. Di Indonesia angka sakit mencapai 70% dari pekerja yang terpapar debu tinggi. Sebagian besar penyakit paru akibat kerja mempunyai akibat yang serius yaitu terjadinya penurunan fungsi paru, dengan gejala utama yaitu sesak napas. (5) Penelitian yang dilakukan oleh Irjayanti tahun 2012 menunjukkan ada hubungan antara kadar debu terhirup (p-value = 0,050) dengan kapasitas vital paksa paru. Sebanyak 3 responden (7,5 %) yang memiliki kadar debu terhirup melebihi NAB yaitu 1,075 mg/m 3 ; 1,201 mg/m 3 dan 1,220 mg/m 3 masing-masing bekerja di bagian pengamplasan sebanyak 2 responden dan 1 responden finishing. (6) CV. Citra Jepara adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur dengan menghasilkan produk mebelmulai dari bahan baku kayu hingga menjadi produk mebel siap pakai. Hasil pengujian terhadap konsentrasi debu total DI bagian sanding (pengamplasan) yaitu sebesar 3,953 mg/m 3, angka ini paling tinggi disbanding dengan unit lain. Studi pendahuluan yang telah dilakukan, di lingkungan kerja CV. Citra Jepara Furniture menunjukkan adanya debu kayu hasil samping dari proses produksi terutama di bagian pengamplasan. Debu bertebangan di udara ruangan dan menumpuk di lantai, yang dapat terhirup oleh pekerja dan meningkatkan risiko terjadi gangguan fungsi paru akibat debu industri mebel. Oleh sebab itu tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara paparan debu kayu terhirup dengan dengan gangguan fungsi paru pada pekerja. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada bulan Juni 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di bagian pengamplasan di CV. Citra Jepara Kabupaten Semarang sebanyak 30 orang. Sampel subjek dalam penelitian ini mengambil semua dari jumlah populasi studi sebagai sampel yang memenuhi semua kriteria inklusi di antaranya bersedia menjadi responden, usia kerja produktif (15-65 tahun) dan tidak memiliki riwayat penyakit penapasan. Sedangkan sampel objek yaitu udara dalam ruang kerja unit sanding. Pengambilan sampel udara dilakukan di 2 titik yang telah ditentukan. Kadar debu terhirup diukur menggunakan Personal Dust Sampler dengan pengambilan sampel debu selama 1 jam kerja. Prosedur pengambilan sampel udara ruang berdasarkan SNI 19-7119.3-2005 menggunakan alat High Volume Air Sampler (HVAS) dengan metode gravimetri. Dan pengukuran fungsi paru dengan Spirometri. Data lainnya diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square (α = 0,05) untuk mengetahui hubungan antara kadar debu terhirup 833

dengan gangguan fungsi paru yang ialami pekerja di unit pengamplasan. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Dari penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden sebanyak 22 orang (70,5%) berjenis kelamin perempuan dengan kelompok umur terbanyak pada rentang umur 41-50 tahun 13 responden (43,3%). Segaian besar responden dalam penelitian ini memiliki status gizi kurus normal dan gemuk. Rata rata responden memiliki IMT sebesar 24.3 (normal). Responden yang kebiasaan merokok diketahui hanya sebanyak 7 responden (23,3%). Dari 7 orang responden yang merokok, semuanya memilih rokok putih yang sudah berfilter. Terdapat 14 responden (53,3%) yang memiliki kebiasaan berolahraga. Dari 14 responden yang berolahraga, sebagian besar memilih olahraga lari dan senam aerobic. Penelitian menunjukkan kadar debu terhirup yang melebihi NAB (>1 mg/m 3 ) sebanyak 19 responden (63,3%) dengan kadar debu perseorangan dibawah NAB. kadar debu tertinggi yaitu 5,426 mg/m 3 dan terendah yaitu 0,775 mg/m 3, nilai rata-rata 2,506 mg/m 3. Pengukuran fungsi paru diketahui ada sebanyak 17 responden (56,7%) dengan gangguan fungsi paru dan sebanyak 13 responden (43,3%) dengan tidak ada gangguan fungsi paru dari 17 responden yang mengalami gangguan fungsi paru, sebagian besar responden mengalami obstruksi sebanyak 10 orang (20%), sebanyak 4 responden (13,3%) mengalami restriksi, sebanyak 3 responden (10,0%) mengalami mixed. Responden dengan gangguan obstruksi diantaranya 6 orang obstruksi ringan dan 4 orang obstruksi sedang. Responden dengan gangguan restriksi, 2 orang restriksi ringan, 1 orang restriksi sedang dan 1 orang restriksi berat. Masa kerja 5 tahun diketahui sebanyak 17 responden (56,7 %) dan yang memiliki masa kerja < 5 tahun sebanyak 13 responden (43,3%). Rata-rata masa kerja responden dalam penelitian ini adalah. Semua pekerja bekerja selama lebih dari 40 jam/minggu. Berdasarkan observasi dan wawancara kepada pekerja dapat diketahui bahwa semua pekerja sudah memiliki kesadaran untuk memakai APD berupa masker namun dalam penerapannya masker tidak selalu bersih karena sebagian besar pekerja malas membersihkan masker. Sedangkan dari perusahaan hanya membagikan masker setiap satu bulan sekali. Karakteristik Lingkungan Hasil pengukuran diketahui bahwa kadar debu total di bagian sanding titik 1 adalah sebesar 19 mg/m 3 dan sanding titik 2 sebesar 24 mg/m 3. Angka tersebut melebih nilai ambang batas sebesar 10 mg/m 3 dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER 13/MEN/X/2011 tentang 834

Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Pengukuran suhu dan kelembapan dilakukan sebagai data penunjang kadar debu di unit pengamplasan CV. Citra Jepara. selain itu suhu dan kelembaban digunakan untuk mendeskripsikan kondisi lingkungan kerja. Berdasarkan pengukuran suhu di ruang pengamplasan pada titik 1 dan 2 sama yaitu 31,3 o C 32,4 o C. Hasil ini melebihi nilai ambang batas sesuai yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Sedangan hasil pengukuran terhadap kelembapan di kedua titik juga melebihi nilai kelembaban ideal Kelembaban di titik 1 dan 2 adalah 60,7 64,3%. Selain suhu dan kelembaban, ventilasi mempengaruhi kualitas udara dalam ruang kerja. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa sudah ada beberapa upaya pengendalian ruang dengan ventilasi. Terdapat 6 buah exhaust fan dan 6 cyclone yang semuanya berfungsi dengan baik. Namun penempatan exhaust fan kurang tepat. Seharusnya exhaust fan dipasangkan pada dinding yang berbatas dengan lingkungan luar. Sehingga akan dapat memungkinkan pertukaran udara dari dalam dan luar ruang. Hubungan Kadar Debu Terhirup dengan Gangguan Fungsi Paru Tabel 2. Hubungan Paparan Debu Terhirup dengan Ganggaun Fungsi Paru Responden di CV. Citra Jepara Furniture Kabupaten Semarang Ada Debu Normal Total Gangguan Terhirup f % f % f % Di atas NAB 14 73,7 5 26,3 19 100 Di bawah NAB 3 27,3 8 72,7 11 100 Total 17 56,7 13 43,3 30 100 P value 0,023 OR (95% CI) 2,702 (0,992 7,357) Tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 14 responden (73,7%) yang terpapar debu di atas NAB mengalami gangguan fungsi paru, jumlah ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan dengan pekerja yang terpapar debu di bawah NAB yang mengalami gangguan fungsi paru hanya sebanyak 3 orang responden (27,3%). Jadi semakin tinggi pekerja terpapar debu terhirup maka semakin besar risiko mengalami gangguan fungsi paru. Hasil pengujian statisktik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p value sebesar 0,023 (p < 0,05), maka ada hubungan yang signifikan antara kadar debu terhirup dengan gangguan fungsi paru pada pekerja di CV. Citra Jepara Furniture Kabupaten Semarang. Berdasarkan nilai RP menunjukkan bahwa pekerja yang terpapar debu terhirup di atas NAB berisiko 2,7 kali lebih besar untuk mengalami gangguan fungsi paru dibanding pekerja yang terpapar terhirup di bawah NAB). Paparan debu perseorangan pada pekerja di bagian pengamplasan yang di atas NAB cukup banyak hal ini disebabkan kadar konsentrasi debu total dibagian pengamplasan pada kedua titik adalah 19 mg/m 3 dan 24 mg/m 3. Kadar debu total di bagian pengamplasan yang diatas NAB yang akan terhirup oleh pekerja. Debu kayu dari hasil samping pengamplasan ini bersifat respirabel karena ukurannya Debu yang masuk 835

saluran nafas menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme pertahanan non spesifik berupa batuk, bersin, gangguan transport mukosilier dan fagositosis oleh makrofag. Otot polos disekitar jalan nafas dapat terangsang sehingga menimbulkan penyempitan. Keadaan ini biasanya terjadi bila kadar debu melebihi nilai ambang batas. (7) Penumpukan debu pada saluran napas dapat menyebabkan peradangan jalan napas yang dapat mengakibatkan penyumbatan jalan napas, sehingga menurunkan kapasitas paru. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Choridah tahun 2008 disebutkan adanya hubungan antara konsentrasi debu respirabel dengan gangguan fungsi paru pada pekerja industri mebel di wilayah Cakung. Selain itu didukung oleh hasil penenitian yang dilakukan oleh Triatmo tahun 2006 menunjukkan bahwa pekerja yang terpajan oleh debu kayu dengan konsentrasi > 1 mg/m 3 berisiko untuk mengalami gangguan fungsi paru 14 kali lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang terpajan debu kayu dengan konsentrasi < 1 mg/m 3. (8) Selain itu hasil tabulasi silang antara masa kerja dengan gangguan fungsi paru dapat diketahui bahwa kejadian gangguan fungsi paru pada pekerja di bagian pengamplasan di industri mebel CV. Citra Jepara Furniture Kabupaten Semarang lebih banyak dijumpai pada kelompok responden dengan masa kerja kurang dari 5 tahun (69,2%)., dibandingkan dengan responden dengan masa kerja kurang dari sama dengan 5 tahun (47,1%). Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,339 maka tidak ada hubungan antara masa kerja dengan gangguan fungsi paru pada pekerja di CV. Citra Jepara Furniture Kabupaten Semarang. Hasil ini sejalan dengan penelitian Irjayanti tentang hubungan masa kerja dengan kapasitas vital paksa paru pada pekerja mebel di Kota Jayapura menunjukkan tidak ada hubungan (p > 0,05) yaitu masa kerja (p-value = 0,991). Namun, hal ini bertentangan dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin lama masa kerja seorang di lingkungan kerja yang berdebu semakin besar pula kemungkinan terjadi kerusakan pada organ paru dan masa paparan debu kayu dengan jangka waktu >5 tahun akan mengakibatkan terjadinya gangguan paru. Ada 9 responden yang memiliki masa kerja yang kurang dari 5 tahun mengalami gangguan fungsi paru ini bisa disebabkan karena beberapa pekerjaan sebelumnya juga bekerja di lingkungan kerja yang berdebu tinggi. Pengaruh masa kerja terhadap gangguan fungsi paru juga tidak dapat dipisahkan dengan kepatuhan penggunaan APD. Seperti halnya dalam penelitian ini walaupun masa kerja responden lebih dari 5 tahun namun karena kepatuhan mereka dalam memakai APD menunjukkan bahwa penggunaan bisa menjadi salah satu upaya pencegahan gangguan fungsi paru. Pekerja yang taat menggunakan masker pada saat bekerja pada area yang berdebu akan meminimalkan jumlah paparan partikel debu yang dapat terhirup. SIMPULAN 1. Hasil pengukuran paparan debu terhirup sebanyak 19 responden (63,3%) dengan paparan debu terhirup diatas NAB, rata-rata paparan debu terhirup sebanyak 2,506 mg/m 3 dan jumlah kadar debu terendah dan tertinggi yaitu 0,775 dan 5,426 mg/m 3 836

2. Hasil pengukuran fungsi paru ada sebanyak 17 responden (56,7%) dengan gangguan fungsi paru. 3. Ada hubungan antara paparan debu terhirup dengan gangguan fungsi paru pada pekerja di CV. Citra Jepara Furniture Kabupaten Semarang dengan p value sebesar 0,023 (p < 0,05). Peningkatan upaya pengendalian kadar debu pelu dilakukan dengan memaksimalkan pengaturan ventilasi seperti penambahan exhaust blower di area produksi. Perusahaan juga disarankan untuk dimenyediakan masker N95 secara rutin. 7. Pope C. Respiratory Health and PM 10 Pollution. AM. New York: Rev. Respiartory Desease; 2003. 8. Triatmo W, Adi S, Hanani Y. Paparan Debu Kayu dan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Mebel (Studi di PT Alis Jaya Ciptatama). Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. 2006;5(2). DAFTAR PUSTAKA 1. Meo A. Effects Of Duration Of Exposure To Wood Dust On Peak Expiratory Flow Rate Among Workers In Small Scale Wood Industrie,. International Journal Occup Med Environ Health. 2004;17(4):451 5. 2. Mukono H. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press; 2000. 3. Anes NI, Kawatu PAT, Umboh JML. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja di PT. Tonasa Line Kota Bitung. JIKMU. 2015;5(3):600 7. 4. Epler G. Environmental and Occupational Lung Disease. In : Clinical Overview Of Occupational Diseases. Columbia: Return to Epler; 2000. 5. Ikhsan M. Penatalaksanaan Penyakit Paru Akibat Kerja. Jakarta: UI Press; 2002. 6. Irjayanti A, Nurjazuli, Suwondo A. Hubungan Kadar Debu Terhirup ( Respirable ) Dengan Kapasitas Vital Paksa Paru Pada Pekerja Mebel Kayu di Kota Jayapura. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. 2012;11(2):182 6. 837