BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gigi impaksi adalah gigi yang gagal untuk erupsi secara utuh pada posisi

GAMBARAN PEMBERIAN ANESTESI LOKAL BLOK MANDIBULA DENGAN TEKNIK GOW-GATES PADA PEMINUM ALKOHOL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengalaman emosional yang berkaitan dengan kerusakan atau potensi kerusakan

TINGKAT PENGETAHUAN DOKTER GIGI TERHADAP DOSIS MAKSIMUM BAHAN ANESTESI LOKAL LIDOKAIN 2% 1 : , ARTIKAIN 4% 1 : 100

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut.

PELAYANAN SPECIAL DENTAL CARE DI BAGIAN BEDAH MULUT FKG UNPAD / PERJAN RS. DR. HASAN SADIKIN BANDUNG ABSTRAK

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN

(SUATU PENELITIAN KLINIS) SKRIPSI. Oleh: KHARIS LINA FATMAWATI PEMBIMBING: drg. Winny Adriatmoko drg. Zainul Cholid, Sp.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Hasil Analisis Univariat Analisis Statistik Deskriptif Lama Kehilangan, Usia dan Ekstrusi Gigi Antagonis

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PASIEN SEBELUM DAN SESUDAH ODONTEKTOMI DENGAN PENGGUNAAN ANASTESI KOMBINASI LIDOKAIN 2% DAN ADRENALIN1:80

BAB I PENDAHULUAN. disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. Anestesi adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit atau nyeri ketika

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Pendahuluan. Bab Pengertian

BAB IV METODE PENELITIAN. Semarang. Waktu penelitian selama 15 bulan sejak usulan penelitian proposal,

BAB I PENDAHULUAN. kita dan lain pihak merupakan suatu siksaan. Definisi menurut The International

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PREVALENSI ODONTEKTOMI MOLAR TIGA RAHANG BAWAH DI DEPARTEMEN BEDAH MULUT RSGMP FKG USU PADA TAHUN 2012 BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN USIA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Jl Dame No.59 SM Raja Km 10 Medan-Amplas : TK Panglima Angkasturi, Medan : SD Negeri , Medan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penilaian Frankl Behavior Rating Scale pada responden yang berjumlah 44

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2016

PENGARUH PEMAKAIAN GIGITIRUAN LEPASAN TERHADAP PERTUMBUHAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental quasi dengan desain pre post test. Pasien pencabutan gigi di RSGM UMY. { } N = Jumlah subyek yang diperlukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 dan

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi. Oleh: SHANGITA BALA JOTHY NIM:

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

BAB 5 PEMBAHASAN. Penelitian telah dilakukan pada 40 pasien epilepsi yang menjalani monoterapi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan gigi adalah proses pembedahan yang memberikan tantangan

BAB III METODE PENELITIAN. orangtua dengan menggunakan rancangan cross-sectional (Notoadmojo, perawatan gigi dan mulut di RSGM UMY.

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan ekstraksi adalah prosedur yang menerapkan prinsip bedah, fisika, dan

SKRIPSI. Oleh. Anak Agung Ngurah Jelantik Andy Jaya NIM

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) : Analisis Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Preoperatif dan Pascaoperatif di RSUD Dr.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

5. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN POST STROKE. Oleh : Rozario N. Ramandey

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Bandung, Puskesmas Pakel, dan Puskesmas Kauman pada bulan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data.

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner Children Fear Survey Schedule - Dental Subscale

LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Tempat/Tanggal Lahir : Medan/17 April 1992

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh 200 rontgen panoramik pasien di RSGM UMY

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. desain cross-sectional deskriptif. Pengumpulan data resep obat off-label

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Perbandingan efektivitas kerja antara lidokain dan artikain pada anestesi blok nervus alveolaris inferior

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1mm/KgBB + tramadol. Dalam hal ini, masing-masing data akan

Symmetric Measures. Asymp. Std. Approx. T b Approx. Measure of Agreement Kappa

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang. Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UJI EFEK PEMBERIAN ASAM MEFENAMAT SEBELUM PENCABUTAN GIGI TERHADAP DURASI AMBANG NYERI SETELAH PENCABUTAN GIGI

BAB 4 METODE PENELITIAN. Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. Penelitian ini berlangsung bulan Maret-Juni 2014.

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI ANESTESI LOKAL INFILTRASI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.3 Tempat dan Waktu Tempat : Klinik Distribusi RSGMP FKGUI Waktu : 15 Agustus 15 Oktober 2008.

EFEKTIVITAS ANALGETIK PREEMTIF TERHADAP KEDALAMAN ANESTESI PADA ODONTEKTOMI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Gigi serta Ilmu

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa.

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup, Tempat dan Waktu Penelitian. 2. Ruang lingkup tempat : Laboratorium Biologi Universitas Negeri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. School-Based Modified Lifestyle For Increasing Phytosterol Intake Of Obese

Transkripsi:

27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui variasi dosis anestesi lokal lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 yang diberikan pada pasien odontektomi gigi molar 3 bawah di Rumah Sakit USU dan tujuan khususnya untuk untuk mengetahui jumlah dosis anestesi lokal yang diberikan pada pasien odontektomi gigi molar 3 bawah, untuk mengetahui nilai variasi jumlah dosis anestesi lokal yang diberikan pada pasien odontektomi gigi molar 3 bawah dan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi variasi dosis yang dimulai dari 1 Februari 2017 sampai dengan 1 April 2017. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Rumah Sakit (USU). Waktu penelitian ini adalah dari bulan Februari 2017 sampai bulan April 2017. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang berobat ke Rumah Sakit USU yang memiliki indikasi odontektomi gigi. 3.3.2 Sampel Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang berobat ke Rumah Sakit USU yang memiliki indikasi odontektomi gigi molar 3 bawah dari 1 Februari 2017 1 April 2017. Sampel di atas diambil dengan menggunakan teknik total sampling, dimana subjek yang dipilih tetap berdasarkan kriteria inklusi yang ditentukan oleh peneliti.

28 3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi 1. Pasien odontektomi gigi molar 3 bawah di Rumah Sakit USU dari 1 Februari 1 April 2017. 2. Bersedia ikut serta dalam penelitian (kooperatif). 3. Pasien sehat 3.4.2 Kriteria Eksklusi : - Mempunyai penyakit sistemik. 3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Tabel 4. Variabel dan definisi operasional No Variabel Definisi Operasional 1. Anestesi Lokal Obat yang menghasilkan blokade konduksi sementara terhadap transmisi rangsang sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer, tanpa menekan kesadaran. 2. Lidokain 2% dengan Anestesi lokal golongan amida derivate xylidine, adrenalin 1:100.000 dengan formula kimia 2-diethylamino 2, 6- acetoxylidide hydrochloride dengan penambahan vasokonstriktor, yaitu adrenalin 1:100.000. 3. Jumlah dosis (mg) Konsentrasi (mg/ml) x volume (ml) 3.6 Metode Pengumpulan Data Data didapatkan melalui kuesioner yang diisi oleh peneliti dengan cara terlebih dahulu memberikan penjelasan mengenai prosedur penelitian pada pasien, serta surat persetujuan untuk menjadi sampel penelitian. Selanjutnya, peneliti menimbang dan mencatat berat badan pasien. Lalu, peneliti menanyakan keterangan kebiasaan pasien tentang kebiasaan mengonsumsi alkohol. Setelah itu peneliti mengamati dokter gigi (operator) melakukan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer dan mengamati

29 apakah pasien terlihat cemas atau tidak. Setelah dokter gigi (operator) selesai melakukan penyuntikan, peneliti mencatat dosis yang diberikan oleh dokter gigi (operator) pada pasien tersebut. 3.7 Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data Data yang didapat dari hasil pengisian kuesioner diolah secara sederhana berdasarkan jumlah dosis anestesi lokal yang diberikan berdasarkan berat badan dan faktor yang mempengaruhi berdasarkan jumlah pasiennya. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sederhana dan pengolahan data dari hasil penelitian dilakukan secara komputerisasi menggunakan Microsoft Excel. 3.7.2 Analisis Data Analisis data dilakukan dengan melihat variasi dosis anestesi lokal dari nilai variasi jumlah dosis anestesi lokal yang diberikan oleh dokter gigi pada pasien odontektomi gigi molar 3 bawah yang dilakukan di Rumah Sakit USU dan melihat faktor yang mempengaruhi variasi dosis berdasarkan jumlah pasiennya.

30 BAB 4 HASIL PENELITIAN Hasil penelitian mengenai variasi dosis anestesi lokal lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 yang diberikan pada pasien odontektomi gigi molar 3 bawah di Rumah Sakit (USU) periode Februari April 2017 yang dimulai dari tanggal 1 Februari 2017 sampai dengan 1 April 2017 diperoleh sampel sebanyak 60 pasien yang mendapatkan perawatan odontektomi gigi molar 3 pada rahang bawah dengan menggunakan bahan anestesi lokal lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 yang dilakukan oleh dokter gigi spesialis bedah mulut. 4.1 Distribusi Pasien Odontektomi Molar 3 Bawah Data pasien odontektomi molar 3 bawah berdasarkan jenis kelamin terdapat sebanyak 37 orang pasien berjenis kelamin perempuan (61,7%) dan 23 orang pasien berjenis kelamin laki-laki (38,3%). Tabel 5. Distribusi data pasien odontektomi molar 3 bawah di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah n % Perempuan 37 61.7 Laki-laki 23 38.3 Total 60 100 Selanjutnya, data pasien jika dilihat berdasarkan berat badan pasien diperoleh pasien kelompok berat badan 40-49 kg, 50-59 kg, 60-69 kg dan 70-79 kg memiliki jumlah pasien yang sama, yaitu sebanyak 15 orang (25%) setiap kategorinya.

31 Tabel 6. Distribusi data pasien odontektomi molar 3 bawah di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara berdasarkan berat badan pasien Berat Badan (kg) Jumlah n % 40-49 15 25 50-59 15 25 60-69 15 25 70-79 15 25 Total 60 100 Berdasarkan umur pasien, diperoleh pasien dengan kelompok umur 16-25 tahun sebanyak 27 orang (45%), kelompok umur 26-35 tahun sebanyak 20 orang (33.3%), kelompok umur 36-45 tahun sebanyak 10 orang (16,7%), kelompok umur 46-55 tahun sebanyak 3 orang (6,6%). Dari hasil tersebut, maka pasien paling banyak adalah dari kelompok umur 16-25 tahun sebesar 45% dan pasien paling sedikit adalah dari kelompok umur 46-55 tahun hanya sebesar 5%. Tabel 7. Distribusi pasien odontektomi molar 3 bawah di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara berdasarkan umur pasien Umur Jumlah n % 16-25 27 45 26-35 20 33.3 36-45 10 16.7 46-55 3 5 Total 60 100 4.2 Distribusi Dosis Anestesi Lokal Secara teori, dosis anestesi lokal lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 yang diberikan dengan menggunakan teknik anestesi lokal blok mandibula metode Fischer ditambah dengan anestesi SMIA pada bagian bukal adalah sebesar 40 mg (volume dosisnya = 2 ml). Pada penelitian ini, distribusi dosis anestesi lokal lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 yang diberikan oleh dokter gigi pada pasien odontektomi di Rumah Sakit USU dikelompokkan berdasarkan berat badan pasien

32 yaitu 40-49 kg, 50-59 kg, 60-69 kg dan 70-79 kg, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 15 orang. Hasil observasi yang diperoleh pada penelitian ini adalah pada pasien yang memiliki berat badan 40-49 kg, dapat dilihat bahwa pasien pertama sampai pasien ke-6 diberikan dosis dengan total 50 mg (volume dosis = 2,5 ml), selanjutnya pasien ke-7 sampai pasien ke-12 diberikan dosis dengan total 60 mg (volume dosis = 3 ml), pasien ke-13 sampai pasien ke 14 diberikan dosis dengan total 70 mg (volume dosis = 3,5 ml) dan pasien ke-15 diberikan dosis dengan total 80 mg (volume dosis = 4 ml), maka diperoleh rata-rata dosis sebesar 58,7 mg dan rata-rata volume dosis sebesar 2,93 ml. Hasil observasi pada pasien yang memiliki berat badan 50-59 kg, dapat dilihat bahwa pasien pertama diberikan dosis dengan total 50 mg (volume dosis = 2,5 ml), kemudian, pasien ke-2 dan ke-3 diberikan dosis dengan total 60 mg (volume dosis = 3 ml), pasien ke-4 sampai pasien ke-6 diberikan dosis dengan total 70 mg (volume dosis = 3,5 ml), pasien ke-7 sampai pasien ke-14 diberikan dosis dengan total 80 mg (volume dosis = 4 ml) dan pasien ke-15 diberikan dosis dengan total 100 mg (volume dosis = 5 ml), maka diperoleh rata-rata dosis sebesar 74,7 mg dan rata-rata volume dosis sebesar 3,73 ml. Hasil observasi pada pasien yang memiliki berat badan 60-69 kg, dapat dilihat bahwa pasien pertama diberikan dosis dengan total 50 mg (volume dosis = 2,5 ml), kemudian, pasien ke-2 sampai pasien ke-5 diberikan dosis dengan total 80 mg (volume dosis = 4 ml), pasien ke-6 sampai pasien ke-12 diberikan dosis dengan total 90 mg (volume dosis = 4,5 ml) dan pasien ke-13 sampai pasien ke-15 diberikan dosis dengan total 100 mg (volume dosis = 5 ml), maka diperoleh rata-rata dosis sebesar 86,7 mg dan rata-rata volume dosis sebesar 4,33 ml. Hasil observasi pada pasien yang memiliki berat badan 70-79 kg, dapat dilihat bahwa pasien pertama diberikan dosis dengan total 50 mg (volume dosis = 2,5 ml), kemudian, pasien ke-2 diberikan dosis dengan total 60 mg (volume dosis = 3 ml), pasien ke-3 sampai pasien ke-6 diberikan dosis dengan total 80 mg (volume dosis = 4 ml), pasien ke-7 sampai pasien ke-9 diberikan dosis dengan total 90 mg (volume dosis = 4,5 ml) dan pasien ke-10 sampai pasien ke-15 diberikan dosis dengan total

33 100 mg (volume dosis = 5 ml), maka diperoleh rata-rata yang sama dengan kelompok berat badan 60-69 kg yaitu rata-rata dosis sebesar 86,7 mg dan rata-rata volume dosis sebesar 4,33 ml. Dari seluruh hasil data observasi tersebut, dosis-dosis tersebut bervariasi dimana diperoleh nilai variasi dosis anestesi lokal dari setiap berat badan, yaitu untuk berat badan 40-49 kg nilai variasi dosis sebesar 83,8. Kelompok berat badan 50-59 kg nilai variasi dosisnya sebesar 141. Kelompok berat badan 60-69 kg nilai variasi dosisnya sebesar 152. Kelompok berat badan 70-79 kg nilai variasi dosisnya sebesar 238. Tabel 8. Distribusi Dosis Anestesi Lokal Berdasarkan Berat Badan No Berat badan 40-49 kg 50-59 kg 60-69 kg 70-79 kg Dosis V. Dosis V. Dosis V. (mg) Dosis (mg) Dosis (mg) Dosis V. Dosis (ml) Dosis (mg) (ml) (ml) (ml) 1 2.5 50 2.5 50 2.5 50 2.5 50 2 2.5 50 3 60 4 80 3 60 3 2.5 50 3 60 4 80 4 80 4 2.5 50 3.5 70 4 80 4 80 5 2.5 50 3.5 70 4 80 4 80 6 2.5 50 3.5 70 4.5 90 4 80 7 3 60 4 80 4.5 90 4.5 90 8 3 60 4 80 4.5 90 4.5 90 9 3 60 4 80 4.5 90 4.5 90 10 3 60 4 80 4.5 90 5 100 11 3 60 4 80 4.5 90 5 100 12 3 60 4 80 4.5 90 5 100 13 3.5 70 4 80 5 100 5 100 14 3.5 70 4 80 5 100 5 100 15 4 80 5 100 5 100 5 100 Ratarata 2.933 58.7 3.73 74.7 4.33 86.7 4.33 86.7 Std. dev. 0.458 9.15 0.59 11.9 0.62 12.3 0.77 15.4 Variasi 0.21 83.8 0.35 141 0.38 152 0.6 238

34 4.3 Faktor yang Mempengaruhi Variasi Dosis Secara teori, variasi dosis dipengaruhi oleh berat badan, bahan anestesi lokal morfologi saraf, mengonsumsi alkohol, dan kecemasan. Pada data distribusi dosis di atas, variasi dosis dipengaruhi oleh berat badan, dimana terlihat pada hasil semakin besar berat badan, semakin tinggi pula nilai variasinya. Rasa cemas juga termasuk faktor yang mempengaruhi variasi dosis pada data penelitian ini, dimana terlihat pada hasil, pasien yang merasa cemas ada sebanyak 27 orang (45%). Selanjutnya, untuk kebiasaan mengonsumsi alkohol pada penelitian ini tidak ada pasien yang memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol. Lalu, ada sebanyak 33 orang (55%) yang tidak memiliki keterangan faktor karena tidak memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol dan tidak merasakan kecemasan. Pada penelitian ini, bahan anestesi lokal tidak termasuk faktor yang mempengaruhi karena pada penelitian ini semua pasien menggunakan bahan anestesi lokal yang sama, yaitu lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000. Tabel 9. Distribusi jumlah pasien berdasarkan faktor yang mempengaruhi Faktor Jumlah Pasien n % Kecemasan 27 45 Kebiasaan Mengonsumsi Alkohol 0 0 Tidak ada keterangan faktor 33 55 Total 60 100

35 BAB 5 PEMBAHASAN Penelitian mengenai variasi dosis anestesi lokal lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 yang diberikan pada pasien odontektomi gigi molar 3 bawah di Rumah Sakit (USU) periode Februari April 2017 ini memperoleh jumlah dosis anestesi lokal yang diberikan oleh dokter gigi spesialis pada sampel sekitar 50 mg 100 mg, dimana rata-rata dosisnya pada kelompok berat badan 40-49 kg sebesar 58,7 mg, pada kelompok berat badan 50-59 kg sebesar 74,7 mg, pada kelompok berat badan 60-69 kg sebesar 86,7 mg, pada kelompok berat badan 70-79 kg sebesar 86,7 mg. Penelitian ini dikelompokkan berdasarkan berat badan pasien, hal ini karena total dosis bergantung pada berat badan dan jumlah sampel yang didapat setiap kelompoknya seimbang atau sama, yaitu sebanyak 15 orang sehingga dapat dibandingkan nilai variasinya. Nilai variasi tersebut dapat dilihat dari seberapa besar keragaman data dosis pada setiap kelompok. Hasil data observasi penelitian ini menunjukkan bahwa setiap kelompok berat badan memiliki dosis anestesi lokal yang berbeda-beda dan semakin tinggi kelompok berat badan maka semakin tinggi pula nilai variasi dosisnya, dimana kelompok berat badan 70-79 kg mendapatkan nilai variasi dosis yang paling tinggi yaitu sebesar 238, hal ini karena memiliki keragaman data yang besar dimana pasien pasien pada kelompok berat badan tersebut mendapatkan dosis 50,60,80,90,100 mg (hampir setiap dosis ada) dan banyak pasien yang mendapat dosis anestesi lokal 100 mg, sedangkan kelompok berat badan 40-49 kg mendapatkan nilai variasi yang rendah yaitu sebesar 83,8. Menurut Malamed, berat badan menentukan batas dosis yang maksimum (tertinggi) sehingga batas dosis yang maksimum setiap berat badan berbeda, maka kemungkinan dosis anestesi lokal yang diberikan dapat berbeda pula. Dosis minimum harus diberikan untuk mendapatkan anestesi yang efektif, namun dokter gigi dapat menambah dosis jika diperlukan sampai batas dosis yang maksimum sesuai berat

36 badannya dan tidak boleh melebihi batas dosis maksimum. 9 Hal ini yang dapat membuat dosis anestesi lokal terlihat bervariasi. Selanjutnya, rasa cemas juga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Pada penelitian ini ada sebanyak 27 orang pasien yang memiliki rasa cemas. Penelitian Masaru Kudo tahun 2006, menemukan bahwa ada korelasi signifikan antara kecemasan dan rasa sakit terhadap anestesi lokal. Pasien yang cemas akan mendefinisikan sensasi yang diterima organ sensorisnya sesuai dengan kecemasan atau ketakutannya. Jadi, dosis anestesi lokal akan bertambah akibat pasien tidak dapat membedakan rasa sakit berdenyut dengan rasa sakit yang timbul akibat kecemasannya. 10 Lalu, faktor yang dapat mempengaruhi adalah respon tubuh pasien yang berbeda karena morfologi saraf pasien yang beragam jenis, ada pasien yang memiliki saraf tipis dan ada pasien yang memiliki saraf tebal, namun faktor ini tidak dapat diketahui secara langsung pada observasi ini. Pasien yang memiliki pain fibres yang tipis membutuhkan dosis yang lebih sedikit dibandingkan pasien yang memiliki pain fibres yang tebal. Pain fibres yang tipis lebih mudah untuk dianestesi karena tanpa dianestesi sifat saraf ini sudah kurang peka terhadap stimulus listrik dan lebih lambat menghantarkan rangsangan, sedangkan pain fibres yang tebal lebih peka terhadap stimulus listrik dan lebih cepat menghantarkan rangsangan sehingga membutuhkan dosis anestesi yang lebih banyak untuk menghambat penghantaran rangsangan yang terjadi di jaringan tubuhnya. 10 Dosis anestesi lokal juga dapat bervariasi karena mengonsumsi alkohol. Hasil penelitian Utomo, Wowor dan Hutagalung diperoleh dosis anestesi lokal yang berbeda dapat dilihat dari rata-rata volume dosis dimana rata-rata dosis peminum ringan 2,66 ml, peminum sedang 3,8 ml dan peminum berat 4,6 ml, hal ini dapat menyatakan bahwa dosis anestesi lokal bervariasi dan akan semakin meningkat seiring dengan jumlah alkohol yang dikonsumsi, namun pada penelitian observasi ini, tidak terdapat pasien yang mengonsumsi alkohol.

37 Pada penelitian ini, penulis menyadari keterbatasan karena perbandingan penelitian mengenai variasi dosis anestesi lokal lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 yang diberikan pada pasien odontektomi gigi molar 3 bawah sangat terbatas, sehingga tidak banyak dapat membandingkan hasil penelitian ini dengan penelitian yang lainnya.

38 BAB 6 KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penelitian mengenai variasi dosis anestesi lokal lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 yang diberikan pada pasien odontektomi gigi molar 3 bawah di Rumah Sakit (USU) periode Februari April 2017 ini memperoleh jumlah dosis anestesi yang diberikan dokter gigi pada sampel sekitar 50-100 mg, dimana nilai variasi jumlah dosis anestesi lokal yang tertinggi pada berat badan 70-79 kg yaitu 238 dan nilai variasi jumlah dosis anestesi lokal yang terendah pada berat badan 40-49 kg yaitu 83,8. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi dosis anestesi lokal pada penelitian ini adalah berat badan dan kecemasan. 6.2 Saran Peneliti mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan variasi dosis anestesi lokal Lidokain 2% dengan Adrenalin 1:100.000 pada odontektomi gigi Molar 3 Bawah dengan Molar 3 Atas.