BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Menurut SNI 01-6684-2002 minuman berenergi merupakan minuman yang mengandung satu atau lebih bahan yang mudah dan cepat diserap oleh tubuh untuk menghasilkan energi dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan. Umumnya produk minuman olahan, termasuk minuman berenergi yang mengandung bahan tambahan makanan tidak mencantumkan jumlah komposisi bahan tambahan makanan yang jelas pada kemasannya. Secara umum minuman berenergi yang beredar dipasaran adalah minuman yang mengandung kombinasi kafein dengan bahan lain seperti taurin, ginseng, vitamin B dan bahan tambahan lain seperti gula, asam sitrat serta pengawet. Asam sitrat biasanya dipakai untuk meningkatkan rasa asam (mengatur tingkat keasaman) pada berbagai pengolahan minum, produk air, susu dan selai. Penggunaan asam sitrat sebagai bahan pengatur keasaman dalam produk minuman sampai saat ini belum dibatasi kadar penggunaannya (Ditjen POM, 2013). Salah satu senyawa penting yang terkandung dalam minuman berenergi adalah kafein yang merupakan salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat di daun teh (Camellia sinensis), biji kopi (C,offea arabica), dan biji coklat (Theobroma cacao). Kafein memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara klinis, seperti menstimulasi susunan syaraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus, dan stimulasi otot jantung (Tan dan Rahardja, 2007). Berdasarkan SNI 01-6684-2002, batas maksimum kandungan kafein dalam minuman berenergi adalah 50 mg persaji. 1
Beberapa metode analisis modern dalam industri adalah metode analisis spektrofotometri Ultraviolet-Visible (UV-Vis) dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Metode analisis yang biasa digunakan dalam penentuan kadar kafein maupun asam sitrat antara lain metode titrasi (Ditjen POM, 1995), spektrofotometri (USP, 2007) dan kromatografi cair kinerja tinggi (USP, 2007). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tautua, dkk., (2014), analisis kafein dalam minuman berenergi dapat dilakukan menggunakan spektrofotometri UV dengan panjang gelombang maksimum 270 nm. Spektrofotometri derivatif ultraviolet dengan teknik zero-crossing telah dikembangkan untuk analisis simultan kadar senyawa-senyawa campuran dari kafein, vit B2, B6 dalam minuman berenergi, diperoleh kandungan kafein pada panjang gelombang 267,2 nm orde tiga sebanyak 49,3836 mg/sajian (Safitri, 2007). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Brima dan Abbas (2014), kadar asam sitrat dalam minuman berenergi dapat ditentukan dengan menggunakan metode titrasi asam basa sebesar (7,3 ± 0,06) g/l. Analisis multikomponen campuran asam askorbat dan asam sitrat dengan metode gabungan serapan UV derivatif diperoleh panjang gelombang analisis pada derivat pertama 194-196 nm, derivat kedua 195 nm dan 265 nm, derivat ketiga 264-266 nm dan derivat keempat pada 265 nm (Rojas, 2008). Metode spektrofotometri merupakan metode yang relatif cepat, murah, dan umum digunakan dibandingkan ketiga metode lainnya, tetapi masih sedikit dijumpai informasi mengenai penelitian kafein dan asam sitrat terutama dalam minuman berenergi. Dalam perkembangannya spektrofotometri terbagi menjadi spektrofotometri konvensional dan spektrofotometri derivatif. Metode 2
spektrofotometri konvensional memiliki keterbatasan, yaitu tidak dapat digunakan secara langsung untuk analisis secara kuantitatif maupun kualitatif dari senyawa yang memiliki matriks kompleks, sehingga harus dilakukan pemisahan analit dari matriks (Owen, 2000). Pemisahan kafein dari matriks dapat menjadi sumber kesalahan analisis dan memperpanjang waktu analisis, oleh karena itu, diperlukan metode lain yang lebih cepat, murah dengan tingkat ketelitian dan ketepatan yang tinggi, serta dapat mengatasi efek matriks tanpa harus memisahkannya terlebih dahulu (Nurhidayati, 2007). Menurut Owen (2000), spektrofotometri derivatif merupakan metode transformasi dari spektrofotometri konvensional yang dikembangkan untuk analisis kuantitatif multikomponen senyawa aktif pada suatu sediaan. Spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk senyawa yang memiliki matriks kompleks, sehingga penentuan baik secara kuantitatif maupun kualitatif dapat dilakukan tanpa harus melakukan pemisahan antara analit dengan matriksnya. Selain itu metode spektrofotometri derivatif relatif lebih sederhana, alat dan biaya operasionalnya relatif lebih murah dan waktu analisisnya lebih cepat. Spektrofotometri derivatif menawarkan beberapa keuntungan dibandingkan dengan spektrofotometri konvensional antara lain gambaran struktur yang terinci dari spektrum serapan dan gambaran ini dapat lebih jelas bila spektrum derivatif ditingkatkan (Munson, 1991). Dalam menganalisis suatu senyawa menggunakan metode spektrofotometri derivatif dapat terjadi perbedaan hasil analisis akibat pengaruh matriks dan tipe spektrofotometer yang berbeda (El-Sayed, dkk., 2001). Oleh karena itu, perlu dilakukan validasi atau pengujian terhadap kinerja analitik alat 3
dan metode tersebut. Pengujian kinerja analitik diperlukan untuk menjamin keabsahan dan keakuratan data hasil analisis. Parameter parameter yang digunakan antara lain linearitas, presisi, akurasi, limit deteksi, dan limit kuantisasi (Harmita, 2004). Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik menguji validasi metode spektrofotometri derivatif dalam mengestimasi kandungan kafein dan asam sitrat dalam minuman berenergi. 1.2 PerumusanMasalah Perumusan masalah pada penelitian ini adalah: a. Apakah metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk menganalisa kandungan kafein dan asam sitrat dalam minuman berenergi? b. Apakah kandungan persajian kafein dan asam sitrat dalam minuman berenergi telah memenuhi persyaratan SNI 01-6684-2002 tentang minuman berenergi dan Peraturan Kepala BPOM R.I. No. 8 Tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pengatur keasaman? c. Apakah hasil uji validasi terhadap metode spektrofotometri derivatif untuk menganalisa kandungan kafein dan asam sitrat dalam minuman berenergi dapat memenuhi syarat pengujian validasi? 1.3 Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini adalah: a. Metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk menganalisa kandungan kafein dan asam sitrat dalam minuman berenergi. 4
b. Kandungan persajian kafein dan asam sitrat dalam minuman berenergi telah memenuhi persyaratan SNI 01-6684-2002 tentang minuman berenergi dan Peraturan Kepala BPOM R.I. No. 8 Tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pengatur keasaman. c. Hasil uji validasi terhadap metode spektrofotometri derivatif untuk menganalisa kandungan kafein dan asam sitrat dalam minuman berenergi dapat memenuhi syarat pengujian validasi. 1.4 TujuanPenelitian Tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan dalam menganalisa kandungan kafein dan asam sitrat dalam minuman berenergi. b. Untuk mengetahui kandungan persajian kafein dan asam sitrat dalam minuman berenergi telah memenuhi persyaratan SNI 01-6684-2002 tentang minuman berenergi dan Peraturan Kepala BPOM R.I. No. 8 Tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pengatur keasaman. c. Untuk mengetahui hasil uji validasi terhadap metode spektrofotometri derivatif dalam menganalisa kandungan kafein dan asam sitrat dalam minuman berenergi dapat memenuhi syarat pengujian validasi. 5
1.5 Manfaat Penelitian Untuk mengetahui kandungan kafein dan asam sitrat dalam minuman berenergi. Selain itu, dapat dimanfaatkan oleh peneliti selanjutnya sebagai acuan untuk menentukan kombinasi zat lainnya dengan pengembangan metode spektrofotometri derivatif ataupun metode lain. 6