BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung

Peran Account Officer dalam Manajemen Pembiayaan di BTM MENTARI Ngunut Tulungagung Wily Ana Arifani

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB IV STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL USAHA DI BMT SM NU CABANG BOJONG PEKALONGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan

BAB V PENUTUP. Analisis terhadap Penyelesaian Pembiayaan Mud{a>rabah bermasalah pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP. 1. Keseluruhan faktor pembiayaan bermasalah KJKS BMT Walisongo. 1) Kelemahan dalam analisis pembiayaan. 2) Kelemahan dalam sisi agunan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. A. Analisis Penerapan Referensi dalam Pembiayaan Mud{a<rabah di Koperasi. Penerapan referensi yang dilakukan di Koperasi BMT Nurul Jannah

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

By : Angga Hapsila, SE.MM

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT Harapan Ummat. a. Telah masuk sebagai anggota. sebesar Rp ,-.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedur pemberian pembiayaan murabahah pada Bank Syariah

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN DEBITUR PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT ANKASA KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Faktor Yang Menyebabkan timbulnya Pembiayaan Bermasalah. diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB III PEMBAHASAN. Penerapan Aspek 5C dan 1S pada Pembiayaan Murabahah di KJKS. Baituttamwil Tamzis Cabang Pasar Induk Wonosobo (PIW)

BAB IV PENUTUP. dan Prosedur Pembiayaan Al Ijarah pada BMT Surya Amanah, maka dapat

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah untuk Pertanian di KSPPS TAMZIS Cabang Batur

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PEMBAHASAN. A. Implementasi Minimalisasi Risiko Pembiayaan Murabahah Di Bank. Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Tulungagung.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah.

BAB IV ANALISIS SITEM PEMBERIAN PEMBIAYAAN PADA KJKS BMT AMANAH USAHA MULIA MAGELANG. A. Sistem dan Prosedur Pemberian pembiayaan

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam manajemen resiko pembiayaan di BMT. Istiqomah Tulungagung

BAB IV EVALUASI NON PERFORMING FINANCING (NPF) PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN TAHUN 2008/2010

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pemberian Pembiayaan Oleh Account Officer Kepada Nasabah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Murabahah di BPRS Bangun Drajat Warga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudharabah Pada PembiayaanPertanian Di KSPPS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : pembiayaan dan rekening koran yang memiliki fungsi yang berbeda yakni

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV MEKANISME PENILAIAN BARANG JAMINAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KSPPS BINAMA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan yang ditumbuhkan dari peran masyarakat secara luas, tidak ada

BAB IV ANALISIS 1. Landasan Teori A. Definisi Produk Pembiayaan Modal Kerja

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar

BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

BAB IV ANALISIS PERAN PEMBIAYAAN MUD}A<RABAH DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UMKM DI KARAH SURABAYA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

PENANGANAN KREDIT BERMASALAH. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran

BAB IV MEKANISME DAN ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA SEKTOR PERTANIAN A.

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat menyimpulkan beberapa hal. Selain itu juga memberikan

MUHAMMAD FEBRI YOGA PURNOMO

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro. menambah modal usaha nasabah dengan harapan agar usahanya lebih

BAB IV. PEMBIAYAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) MIKRO ib PADA BRISYARIAH KANTOR CABANG PADANG

BAB IV PEMBAHASAN APLIKASI PEMBIAYAAN MURABAHAH KONSUMTIF MOTOR PADA BMT AT-TAQWA CABANG BANDAR BUAT PADANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. BMT Walisongo Mijen Semarang dilandasi dengan prinsip kehati-hatian

BAB IV PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK MODAL USAHA DI KJKS BMT BINAMA SEMARANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah

KERANGKA PEMIKIRAN III.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia. Syariah Kantor Cabang Banjarmasin

BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA PENGOVERAN BUKTI FISIK TRANSAKSI MURA>BAH{AH DI BPRS JABAL NUR SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan

BAB IV PEMBAHASAN. Angsuran ringan dan tetap hingga jatuh tempo pembiayaan. Bisa untuk membeli rumah baru, bekas dan renovasi rumah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

BAB IV ANALISIS TERHADAP STRATEGI PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK MURABAHAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Randublatung-Blora, Jawa Tengah.

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Pembiayaan Bermasalah terhadap Rasio Likuiditas (Current Ratio)

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU )

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Strategi BMT Bahtera Pekalongan dalam Mengembangkan Pembiayaan

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan Menurut Muhammad bahwa pembiayaan bermasalah merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh setiap lembaga keuangan karena resiko ini sering juga disebut dengan resiko kredit. Dalam Pemberian pembiayaan kepada seorang nasabah agar dapat dipertimbangkan terlebih dahulu harus terpenuhi persyaratan yang dikenali dengan prinsip 5 C kelima prinsip klasik tersebut adalah : a. Character yang artinya sifat dan karakter nasabah pengambil peminjam (pembiayaan). b. Capacity artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan mengembalikan pinjaman yang di pinjam. c. Capital yang artinya besarnya modal yang diperlukan oleh peminjam. d. Colateral jaminan yang dimiliki yang diberikan peminjam kepada lembaga. e. Conditional artinya keadaan usaha atau nasabah prospek atau tidak. 1 Prinsip diatas juga diterapkan oleh BMT PETA Trenggalek dimana ketika nasabah mengajukan permohonan pembiayaan dalam men survay calon nasabah Account Officer menerapkan prinsip 5 C. 1 Muhammad, manajemen bank syariah ( yogyakarta : (UPP) AMPYKPN, 2005) hal.305 95

Produk pembiayaan yang ada pada lembaga keuangan syariah khususnya pada BMT PETA Trenggalek merupakan suatu kegiatan penyaluran dana kepada nasabah dengan prinsip syariah yang bertujuan untuk memaksimalkan laba perusahaan, dalam hal ini pemberian pembiayaan di dasarkan atas kepercayaan yang digunakan dengan benar, adil dam harus disertai dengan syarat-syarat yang jelas. Dalam pembagian keuntungannya menggukan prinsip bagi hasil. Proses pembiayaan yang baik adalah proses pembiayaan yang mampu menghasilkan keuntungan sesuai dengan yang kita harapkan, dalam hal pembiayaan proses awal yang terjadi pada lembaga keungan umumnya adalah dimulai dari permohonan pembiyaan, begitu juga dengan yang terjadi di BMT PETA Trenggalek. Adapun tahapan-tahapan itu adalah sebagai berikut: 1) Permohonan pembiayaan Tahap awal dari proses pembiayaan di BMT PETA Trenggalek adalah pengajuan permohonan pembiayaan. Permohonan pembiayaan dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan. Dalam prakteknya permohonan pembiayaan lebih banyak dilakukan secara lisan. Inisiatif pengajuan pembiayaan biasanya datang dari nasabah yang kekurangan modal atau membutuhkan modal tambahan untuk pengembangan usahanya atau untuk membuka usaha baru. Dari tahap permohonan ini di BMT PETA Trenggalek calon nasabah langsung diserahkan kepada pihak Account Officer, Account Officer di BMT PETA Trenggalek ini berperan dalam memanajemen pembiayaan yaitu dari awal pengajuan, pencairan, pengawasan dan penyelesaian pembiayaan. 96

Ketika awal calon nasabah mengajukan pembiayaan akan di tanya butuh dana berapa, untuk apa, dan usaha yang dilakukan apa, setelah itu akan di berikan memo yang berisikan tentang identitas calon nasabah serta keperluan dana yang diajukan dan untuk tahap selanjutnya mengumpulkan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar pembiayaan dapat ditindak lanjuti. 2) Survay Apabila permohonan pembiayaan telah memenuhi persyaratan administrasi, maka dapat diteruskan dengan pengumpulan data dan suvay, namun apabila permohonan pembiayaan ditolak, maka penolakan dilakukan tanpa menunda-nunda waktu. Penolakan dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan untuk efisiensi waktu. Dalam proses di BMT PETA Trenggalek ini menggunakan analisis 5C yaitu: a. Character, untuk menetukan apakah orang ini layak atau tidak diberikan pembiyaan dapat dilihat dari tanggung jawab seseorang, kejujuranya dan keseriusannya hal-hal tersebut dapat kita gali dan kita lihat dengan caranya berkomunikasi, bagaimana cara dia bersosialisasi, informasi tersebut bisa kita peroleh dari rekan kerja, saudara dan juga tetangganya. Kita juga bisa mendapatkan informasi tambahan dari Account Officer lembaga-lembaga lain. b. Capacity, yaitu kemampuan nasabah untuk menjalankan usahanya, adalah kemampuan yang dimiliki nasabah untuk membuat rencana dan merealisasikan rencana tersebut menjadi kenyataan, termasuk dalam menjalankan usahanya agar memperoleh laba sesuai yang diharapkan. Penilaian kemampuan calon nasabah meliputi : kemampuan bidang 97

manajemen, keuangan, pemasaran, dan teknis. dalam hal ini kita bisa mendapatkan informasi dari relasi bisnisnya, ataupun kita melakukan kunjungan langsung ke tempat usahanya. Namun untuk pembiayaan kecil yang dilihat hanya beberapa hal saja dan yang penting calon nasabah memiliki usaha. c. Capital, Penilaian terhadap capital dimaksudkan untuk mengetahui keadaan permodalan, sumber modal, dan penggunaan, sehingga dapat diketahui berapa jumlah biaya yang harus diberikan. Untuk hal ini Account Officer yang melakukan survay mencocokan tentang kondisi yang ada dilapangan dengan yang telah di jelaskan kepada pihak BMT PETA Trenggalek. d. Collateral, penilaian jaminan dilihat dari segi ekonomisnya, penyusutan dan harga pasarannya, jaminan yang digunakan terima di BMT PETA Trenggalek ini berupa motor untuk pembiayaan kecil dibawah lima juta rupiah, dan mobil untuk pembiayaan menengah yaitu pembiayaan lima sampai dengan lima belas juta rupiah, dan sertifikat tanah untuk pembiayaan besar lima belas juta keatas, dengan demikian seorang Account Officer harus selalu updet tentang harga pasaran motor, mobil dan tanah. Karena hal tersebut akan memudahkannya dalam bekerja. e. Condition, Adalah kondisi sosial ekonomi sekarang dan yang akan datang yang dapat mempengaruhi maju mundurnya usaha calon nasabah. Penelitian ini sejalan dengan peneltian yang dilakukan oleh Heri Saputra, saat melaksanakan survey yang terjadi di di BMT Syariah 98

Sejahtera Boyolali Account Officer memaksimalkan dengan menggunakan prinsip 5 C. 2 Setelah dilakukan survay selanjutnya Account Officer BMT PETA Trenggalek akan memberikan keputusan apakah pengajuan tersebut layak di realisasikan atau tidak, jika memang tidak layak maka pihak Account Officer akan secepatnya meberitahukan kepada nasabah, begitu juga sebaliknya. Dan jika pengajuan tersebut di setujui maka Account Officer akan mengajukan kepada pimpinan, dan tahap selanjutnya adalah pencairan. 3) Realisasi pembiayaan. Sebelum melakukan pencairan, pihak BMT PETA Trenggalek akan mengecek ulang tentang kelengkapan dokumen calon nasabah, jika memang semuanya sudah lengkap maka selanjtnya adalah penandatanganan akad yang dilakukan oleh nasabah dan juga saksi. Akad pembiayaan berisi tentang: 1. No Register yang berguna sebagai data pembayaran angsuran nasabah. 2. Tanggal penandatanganan akad 3. Nama Nasabah dan saksi 4. Jumlah pinjaman 5. Jumlah pinjaman 2 Heri Saputra, Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Kjks Bmt Syariah Sejahtera Boyolali, Program Studi Muamalat (Syari ah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Skripsi 2013 99

6. Jangka waktu angsuran 7. Presentase keuntungan 8. Nilai angsuran 9. Keterangan jaminanan. Setelah selesai penandatanganan akad nasabah dibuatkan kartu angsuran yang akan digunakan setiap bulannya, untuk memantau angsuran yang telah dibayarkan. 4) Monitoring Tahap yang terakhir ialah monitoring yang dilakukan untuk mencegah risiko pembiayaan bermasalah adalah dengan sering melakukan kunjungan ke rumah atau ketempat kerja nasabah. Dalam melakukan analisis Seorang Account Officer harus selalu menjunjung tinggi nilai proesionalisme dalam tindakannya. Seorang Account Officer juga harus memiliki prinsip sendiri berdasarkan analisis yang dilakukannya. Seorang Account Officer harus tegas dalam mengambil suatu keputusan, jangan segan-segan menolak sebuah pembiayaan jika dari hasil analisis memang tidak layak untuk di biayai oleh bank. Kelengkapan dokumentasi sebelum pembiayaan di realisasi. Seorang Account Officer harus menyadari bahwa tidak semua keinginan nasabah dapat dan harus dipenuhi oleh bank. Seorang Account Officer harus selalu memelihara posisi sebagai penghubung antara bank dengan nasabah, dan pada titik terakhir, ia harus selalu menempatkan bank sebagai prioritas utama. Karena kesuksesan 100

pembiayaan dalam dunia perbankan ada di tangan seorang Account Officer. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dibuat oleh Rujbiyanti Ulfiyah strategi yang digunakan oleh PBPR Syariah Artha Amanah Ummat Ungaran untuk meminimalisir kesalahan adalah dengan pemilihan nasabah yang tepat, pengawasan nasabah setelah pencairan, pengawasan terhadap usaha, dan pengawasan terhadap jaminan. Ini dilakukan agar risiko tak terduga di masa yang akan datang tidak terjadi. 3 2. Strategi Account Officer dalam meminimalisir pembiayaan bermasalah. Sesungguhnya risiko pembiayaan baru saja dimulai ketika pencairan dilakukan, pengawasan dapat dilakukan dengan memantau realisasi pencapaian target usaha, apabila pembiayaan terindikasi bermasalah tindakan pertama yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya sebuah pembiayaan bermasalah adalah berhati-hati dalam memberikan pembiayaan. Ada dua hal yang dapat dilakukan dalam proses penanganan pembiayaan bermasalah di antaranya adalah : 1. Analisis dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah. Ketika nasabah tidak mampu lagi untuk mebayarkan angsuran yang telah dibebankan dari pembiayaan yang dilakukan maka untuk mengantisipasi hal tersebut pihak BMT akan melakukan analisis: 3 Rujbiyanti Ulfiyah, Analisis Pembiayaan Bermasalah di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Artha Amanah Ummat Ungaran, Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Skripsi 2014 101

a. Analisis faktor internal Faktor yang ada dalam perusahaan tersebut, dan faktor utama yang paling dominan adalah faktor manajerial. Timbulnya kesulitankesulitan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa hal seperti lemahnya pengawasan biaya dan pengeluaran. Petugas (Account Officer) kurangnya analisis yang dilakukan dalam pemberian pembiayaan, lemahnya sistem informasi pembiayaan serta sistem pengawasan administrasi pembiayaan mereka dan pengikatan jaminan yang kurang sempurna. Untuk meminimalisir hal tersebut maka tiga bulan sekali diberikan training khusus untuk Account Officer agar pembiayaan yang diberikan kepada nasabah tepat sasaran. b. Analisis faktor eksternal. Faktor eksternal berada diluar kekuasaan manajemen seperti terjadinya bencana alam, kecelakaan, inflasi dll. 1. Nasabah a. Nasabah mengalami kecelakaan (bencana alam, gagal panen dan lain-lain). b. Kapasitas ketidak mampuan nasabah dalam mengelola usahanya. 2. Lingkungan, Ketidak mampuan nasabah dalam melakukan persaingan bisnis. 102

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dibuat oleh Heri Saputra, 4 Rujbiyanti Ulfiyah, 5 Sri Wulan Aryani, 6 Sry Kartika Ritonga 7 yaitu penyebab dari pembiayaan bermasalah ialah dari pihak intern pembiayaan bermasalah terjadi karena bagian pemasaran melakukan analisa pembiayaan yang kurang tepat, pengawasan Account Officer yang kurang teliti, kelemahan dalam bidang agunan, dan kelemahan kebijakan pembiayaan, jika dilihat dari ekstern yaitu adanya ketidak jujuran dari nasabah, kecerobohan nasabah, karakter nasabah dan juga bisa dikarenakan bencana alam, gagal panen sehingga nasabah tidak bisa mengangsur pembiayaan yang diberikan oleh Bank ataupun BMT. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh pihak BMT PETA Trenggalek untuk penyelesaian pembiayaan bermasalah ini, tergantung pada berat ringannya masalah yang dihadapi serta sebab-sebab terjadinya pembiayaaan bermasalah. Pengawasan terhadap pembiayaan juga dilakukan dalam meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah, pengawasan yang dilakukan oleh pihak BMT PETA Trenggalek adalah dengan melakukan 4 Heri Saputra, Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Kjks Bmt Syariah Sejahtera Boyolali, Program Studi Muamalat (Syari ah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Skripsi 2013 5 Rujbiyanti Ulfiyah, Analisis Pembiayaan Bermasalah di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Artha Amanah Ummat Ungaran, Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Skripsi 2014 6 Sri Wulan Aryani, Studi Analisis Pembiayaan Bermasalah Pada BMT Al-Fattah Pati, Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Skripsi 2015 7 Sry Kartika Ritanga, Upaya Bank dalam mencegah dan menyelasikan kredit macet Studi Kasus : PT. Bank Sumut Kantor Cabang Padang Sidempuan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, Skripsi 2008 103

kunjungan ketempat usaha nasabah, dengan melihat dan bertanya dengan kondisi usahanya. Pengawasan juga dilakukan dengan melihat rekening koran nasabah yang bersangkutan untuk memastikan bahwa pembiayaan yang dilakukan masih tetap lancar atau tidak. Penyelesaian pembiayaan bermasalah dilakukan sesuai dengan kolektabilitasnya. Dan adapun beberapa langkah yang dilakukan oleh pihak BMT PETA Trenggalek adalah sebgai berikut : a. Pembinaan anggota yaitu Account Officer langsung terjun ke lapangan atau silaturahmi. Dalam hal ini Account Officer akan memberikan motivasi untuk nasabah. b. Melakukan resheduling yaitu penjadwalan kembali jangka waktu angsuran. ketika nasabah sudah benar-benar dalam kesulitan dan masih ada i tikad baik untuk menyelesaikan pembiayaannya maka solusi yang ditawarkan oleh BMT PETA Trenggalek adalah dengan memperpanjang lama angsuran pembiayaan. Adapun syarat-syarat yang dapat dilakukan penjadwalan ulang adalah sebagai berikut: a) Potensi usaha ada yaitu usaha yang dijalankan nasabah memiliki potensi dan prospek yang cerah. b) Kemampuan debitur ada yaitu nasabah mempunyai kemampuan untuk menjalankan usahanya tetapi mengalami sedikit masalah. 104

c) Problem cash flow sementara yaitu nasabah mengalami kesulitan dalam hal manajemen keuangan (aliran kas) yang bersifat sementara. d) Plafon tetap yaitu jumlah pembiayaan yang diberikan tetap seperti semula, tidak berubah. Adapun yang mengalami perubahan adalah: a) Jangka waktu pembiayaan b) Jadwal angsuran c. Melakukan reconditioning yaitu memperkecil margin keuntungan nisbah bagi hasil. Ketika nasabah merasa tidak mampu dengan tingkat bagi hasil yang selama ini di berikan dan akhirnya pembiayaan terindikasi bermasalah, maka bisa melakukan reconditioning. Adapun syarat-syarat agar dapat dilakukan memperkecil margin adalah sebagai berikut: a) Potensi usaha ada yaitu usaha yang dijalankan nasabah memiliki potensi dan prospek yang cerah. b) Kemampuan debitur ada yaitu nasabah mempunyai kemampuan untuk menjalankan usahanya tetapi mengalami sedikit masalah. c) Problem cash flow sementara yaitu nasabah mengalami kesulitan dalam hal manajemen keuangan (aliran kas) yang bersifat sementara. 105

d) Plafon tetap yaitu jumlah pembiayaan yang diberikan tetap seperti semula, tidak berubah. d. Memberikan somasi kepada nasabah ketika sudah menunggak selama tiga bulan dan somasi selanjutnya akan diberikan bulan berikutnya ketika nasabah tetap tidak membayarkan tunggakannya, somasi di berikan sampai tiga kali dan yang ketiga dengan keterangan pengamanan barang jaminan. 2. Penyitaan barang jaminan. Sebenarnya penyitaan barang jaminan adalah sangat dihindari oleh pihak BMT PETA Trenggalek namun ketika nasabah tidak ada i tikad baik untuk menyelesaikan pembiayaan maka hal tersebut harus dilakukan, karena dana BMT ada dana milik umat yang harus dipertanggung jawabkan kembali. Penyitaan jaminan dilakukan dengan cara yang baik, sopan, ketika surat somasi yang ke tiga telah diberikan kepada nasabah yang berisikan tentang pengamanan barang jaminan ketika sampai pada somasi ketiga tetap tidak ada respon maka proses selanjutnya pihak BMT PETA Trenggalek akan melakukan pengamanan jaminan sebagaimana telah tercantum pada akad, dengan catatan dalam melakukan penyitaan harus disetujui oleh pemilik barang. Penjual barang jaminan dilakukan ketika sudah jatuh tempo atau sesuai dengan kesepakatan, atau penjualan dapat dilakukan sebelum jatuh tempo dengan kesepakatan antara dua belah pihak. Jika barang berupa 106

tanah maka pihak BMT PETA Trenggalek akan melakukannya penjualan melalaui balai lelang. Setelah melakukan lelang maka akan keluar risalah lelang yang digunakan untuk membalik nama. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dibuat oleh Sri Wulan Aryani, 8 Sry Kartika Ritonga, 9 Heri Saputra. 10 Adapun analisis penanganan pembiayaan bermasalah yaitu dengan cara: 1) Penjadwalan kembali atau rescheduling dengan cara memperpanjang jangka waktu angsuran dan menurunkan jumlah angsuran, 2) Persyaratan kembali atau reconditioning dengan cara mengubah sebagian atau seluruh persyaratan yang telah disepakati bersama pihak BMT dengan nasabah, 3) Penataan kembali atau restructuring), 4) Kombinasi atau gabungan dari ketiga analisis penanganan pembiayaan dan 5) Penyitaan Jaminan. 8 Sri Wulan Aryani, Studi Analisis Pembiayaan Bermasalah Pada BMT Al-Fattah Pati, Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Skripsi 2015 9 Sry Kartika Ritanga, Upaya Bank dalam mencegah dan menyelasikan kredit macet Studi Kasus : PT. Bank Sumut Kantor Cabang Padang Sidempuan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, Skripsi 2008 10 Heri Saputra, Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Kjks Bmt Syariah Sejahtera Boyolali, Program Studi Muamalat (Syari ah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Skripsi 2013 107