Prosiding Jurnalistik ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

PENULISAN BERITA TELEVISI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. gaya hidup sehat untuk kehidupan sehari-hari. Di dalam komunikasi ada beberapa unsur yakni sumber pesan (source),

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Sembilan Elemen Jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rossenstiel merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses pernyataan manusia yang dinyatakan dalam bentuk pikiran atau

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

TV BERITA. Metro On Campus Universitas Budi Luhur 18 April (c)$redaksi$metro$tv$2013$

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. perkembanganmasyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

Media Komunitas Vs Hoax. Ahmad Rofahan Jingga Media Cirebon

BAB I PENDAHULUAN. pemberitaannya tidak hanya dalam bentuk berita lugas atau hard news. pembuka dalam buku Narrative and Media. Betapa kuatnya narasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat informasi menjadi aspek yang

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi semakin tinggi, maka beragam upaya dengan teknologi. pendukungnya pun semakin canggih. Manusia untuk memenuhi kebutuhan

Etika Jurnalistik Dalam Media Komunitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP


BAB III METODOLOGI. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah construktivism

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.3, No.3 December 2016 Page 3892

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan film sudah

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB V PENUTUP. a. Reality TV Pemberian Misterius Sebuah Teks Narasi. naratif secara ideal memiliki tiga kriteria karakteristik yaitu :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

PERSEPSI JURNALIS TERHADAP CITIZEN JOURNALISM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Sejak lahir, manusia telah dikutuk untuk bebas. Dalam segala hal, mereka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB II KERANGKA TEORITIS

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini beranjak untuk memahami kontruksi nasionalisme dalam film,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai elemen di dalam masyarakat. Contohnya elemen pemerintah dengan

BAB III METODE PENELITIAN

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D)

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Wardi Bahtiar dalam bukunya Metodologi Penelitian Dakwah. kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya 26.

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB IV PENUTUP. peneliti menemukan makna-makna atas pelanggaran-pelanggaran kode etik

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi diartikan sebagai sebuah proses penyampaian pesan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Mengutip Laswell, dalam bukunya yang berjudul Manusia Komunikasi,

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan kembali tercoreng. Sabtu 22 Maret 2014, Polda Metro

Transkripsi:

Prosiding Jurnalistik ISSN: 2460-6529 Analisis Naratif Film Nightcrawler Mengenai Ideologi Kejurnalistikan (Metode Penelitian Kualitatif dengan Analisis Naratif Menggunakan Teori Seymour Chatman) 1,2 Prodi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail: 1 Putriwlan7@gmail.com, 2 Askuri.fai@gmail.com Abstrak. Peneliti terdorong untuk mengangkat isu dalam film. Peneliti mencoba mengungkapkan bahwa sesungguhnya seorang jurnalis sangat rentan berdekatan terhadap sifat dan sikap yang dimiliki oleh seorang sosiopat ketika ambisi terhadap komersil mengalahkan etika, moral dan kode etik yang berlaku. Film ini mengungkapkan penyalahan etika kejurnalistikan pada profesi jurnalis independen/lepas. Ketika suatu informasi fakta yang harusnya diberitakan malah dibuat menjadi berita sampingan, seorang jurnalis tanpa kode etik bisa membuat fiksi menjadi fakta. Peneliti akan membahasnya dalam skripsi ini lebih dalam melalui teori dari Seymour Chatman story dan discourse. Tujuannya adalah untuk mengetahui story dan discourse pada kajian media dalam film melalui analisis naratif Seymour Chatman. Peneliti mengkaji permasalahan ini dengan menggunakan metode kualitatif, analisis naratif, dan beberapa teori pelengkap. Dengan mengamati isi film dengan judul Analisis Naratif Film Nightcrawler mengenai Ideologi Kejurnalistikan. Hasil kajian yang peneliti temukan bahwa film ini dikonstruksikan bertentangan dengan kode etik yang berlaku. Ideologi kejurnalistikan yang tidak di terapkan sebagai landasan justru framing dari karakter utama yang di tonjolkan sebagai landasan setiap aksinya dalam mendapatkan isu. Mengungkap sisi lain dari seorang jurnalis lepas yang menghalalkan segala cara dengan mengesampingkan hati nurani. Kata Kunci : Kode Etik, Jurnalis Lepas, Film Nightcrawler, Analisis Naratif, Ideologi Kejurnalistikan A. Pendahuluan Pertama, peneliti akan membahas mengenai komunikasi karena dasar dari penelitian ini mengenai komunikasi. Komunikasi merupakan penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan, ada berbagai cara penyampaian pesan salah satunya melalui media. Komunikasi melalui media yang ditujukan kepada komunikan dalam jumlah banyak disebut dengan komunikasi massa. Komunikasi massa adalah komunikasi yang disampaikan menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi). Salah satu media massa yang sangat berpengaruh dewasa ini adalah film. (Mulyana, 2011: 83) Mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industial societies. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industry) (Rakhmat, 2003: 188). Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri. Contohnya melalui film. (Ardianto, 2014: 3) 91

92 Ada banyak pesan yang ingin disampaikan sutradara pada penikmat filmnya peneliti menggunakan paradigma Konstruktivisme, dalam Teori konstruktivisme pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Deli dan rekan-rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu melakukan interpretasi dan bertindak menurut berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya. Menurut teori ini, realitas tidak menunjukkan dirinya dalam bentuknya yang kasar, tetapi harus disaring terlebih dahulu melalui bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. (Morissan, 2009:107) Dalam penelitian karya tulis ilmiah ini, peneliti mengkaji film Nightcrawler mengenai ideologi kejurnalistikan. Dianalisis melalui teori analisis naratif Seymour Chatman story dan discourse. Pertama-tama peneliti menceritakan mengenai film, karena pada dasarnya analisis naratif adalah menceritakan kembali. Film Nightcrawler menceritakan seorang pengangguran bernama Lou Bloom (Jake Gyllenhaal) yang memutuskan menjadi seorang jurnalis lepas, Manipulatif yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan berita yang akan dijual kepada stasiun televisi. Dalam dunia jurnalistik kode etik sangat diperlukan. Pekerjaan sebagai jurnalis membutuhkan pengetahuan khusus, seperti menulis dan merangkai kata-kata menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Saat ini pekerjaan sebagai jurnalis sudah sangat lazim. Adanya kategori sebagai jurnalis lepas, freelance atau Stringer yang tidak memiliki keterikatan pada suatu lembaga atau instansi tertentu. Jurnalis lepas cenderung mendapatkan informasi untuk kepentingan pribadi tanpa keberpihakkan. Pekerjaan sebagai jurnalis lepas dapat dimulai tanpa lisensi tertentu, misalnya berawal dari minat dan bakat. Semakin berkembang karirnya semakin hati nuraninya diabaikan. Dalam dunia jurnalistik hal-hal yang berbau manipulatif merupakan suatu unsur yang cenderung bisa saja terjadi. Hal tersebut memberikan kerugian pada masyarakat awam yang kurang pandai dalam menyaring informasi yang didapat. Akibatnya, secara tidak sadar media melakukan pembodohan pada suatu populasi manusia. Dalam dunia kejurnalistikan, sebuah ideologi berfungsi sebagai penentu kualitas dalam menjalankan tugas bagi seorang jurnalis. Ideologi merupakan suatu gagasan pemikiran yang dijadikan sebagai pedoman. Ideologi atau gagasan menjadi dasar atau paham dan pandangan setiap individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Isu dalam film Nightcrawler, adalah menghilangkan Ideologi kejurnalistikan. Maka, penyampaian informasi bersifat konstruktif regresif. Peneliti akan mengkaji mengenai ideologi kerjunalistikan yang terhubung dalam film Nightcrawler dengan menggunakan teori dari Seymour Chatman yang membagi menjadi dua komponen yaitu Story dan Discourse. Dibantu dengan teori pelengkap dari Stuart Hall mengenai ideologi dan Sembilan elemen jurnalisme David Kovach. Di tinjau dari etika seorang jurnalis independen yang ada pada karakter utama dalam film ini. Ada beberapa prinsip yang nyata yang disetujui jurnalis dan menjadi hak anggota masyarakat untuk berharap, prinsip-prinsip ini menyurut dan mengalir seiring waktu, namun mereka dalam beberapa batas tertentu selalu mudah dipahami. Prinsip-prinsip ini adalah Sembilan selemen jurnalisme. (Kovach, 2003: 7-8) Tujuan utama diantara semua tujuan jurnalisme adalah menyediakan informasi yang diperlukan orang agar bebas dan bisa mengatur diri sendiri. Untuk memenuhi tugas ini: Volume 2, No.1, Tahun 2016

Analisis Naratif Film Nightcrawler Mengenai Ideologi Kejurnalistikan 93 1. kewajiban pertama jurnalisme adalah kebenaran, 2. loyalitas pertama jurnalisme kepada warga, 3. intisari jurnalisme adalah disiplin dalam verifikasi, 4. para praktisinya harus menjaga independensi terhadap sumber berita, 5. jurnalisme harus berlaku sebagai pemantau kekuasaan, 6. jurnlisme harus menyediakan forum publik untuk kritik maupun dukungan warga, 7. jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting menarik dan relevan, 8. jurnalisme harus menjaga agar berita komprehensif dan proporsional, 9. Para praktisinya harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka. 1. Fokus dan Pertanyaan Penelitian Fokus Penelitian Yang menjadi fokus penelitian dalam skripsi ini adalah Bagaimana ideologi kejurnalistikan dilihat dari aspek model Seymour Chatman? Pertanyaan Penelitian Berdasarkan fokus masalah yang diuraikan di atas peneliti membuat suatu pertanyaan masalah sebagai berikut : Bagaimana ideologi kejurnalistikan film Nightcrawler ditinjau dari segi story? Bagaimana ideologi kejurnalistikan film Nightcrawler ditinjau dari segi discourse? 2. Analisis Naratif Narasi sering disamakan dengan cerita atau dongeng. Narasi berasal dari kata Latin narre, yang artinya membuat tahu. Dengan demikian, narasi berkaitan dengan upaya memberitahu sesuatu atau peristiwa bisa dikategorikan sebagai narasi. Papan penunjuk jalan, jadwal kereta api disurat kabar, dan iklan lowongan pekerjaan meskipun berisi informasi tetapi tidak bisa disebut sebagai narasi (cerita). Di kalangan para ahli sendiri terdapat beberapa perbedaan mengenai definisi narasi. Gerarl Ganette: Representation of events or of a sequence of events. (Representasi dari sebuah peristiwa atau rangkaian peristiwa-peristiwa). Gerald Prince: The representation of one or more real or fictive events communicated by one, two or several narrator to one, two, or several narrates. (Representasi dari satu atau lebih peristiwa nyata atau fiktif yang dikomunikasikan oleh satu, dua, atau beberapa narator untuk satu, dua, atau beberapa naratee). (Eriyanto, 2013: 1) Analisis naratif melihat teks berita sebuah cerita atau sebuah dongeng. Di dalam cerita ada plot, adegan, tokoh, dan karakter. Narasi adalah bentuk teks yang paling tua dan paling dikenal, karena sesuai pengalaman hidup manusia. Analisis naratif adalah analisis mengenai narasi, baik narasi fiksi (novel, puisi, cerita rakyat, dongeng, film, komik, musik, dan sebagainya) ataupun fakta seperti berita. Lewat analisis naratif, kita menempatkan berita tidak ubahnya sebuah novel, puisi, cerpen, atau cerita rakyat. Menggunakan analisis naratif berati menempatkan teks sebagai sebuah cerita (narasi) sesuai dengan karakteristik. Teks dilihat sebagai rangkaian peristiwa, logika, dan tata urutan peristiwa, bagian dari peristiwa yang dipilih dan dibuang. (Eriyanto : 2013: 9-10). 3. Analisis Naratif Seymour Chatman Peneliti menggunakan pendekatan Seymour Chatman yang membagi pembedahan pada dua tahap yaitu story dan discourse. Story dapat diartikan sebagai Jurnalistik, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016

94 apa yang digambarkan oleh narasi sementara bagaimana wacana itu dibangun disebut sebagai discourse (Chatman, 1978: 19). Chatman menjelaskan bahwa bentuk naratif dapat berupa gambar dan musik. Dalam skema struktur naratif di atas disebutkan bahwa manifestasi dari wacana dapat berbentuk sinematik atau film. Selanjutnya, film terdiri atas gambar dan musik. Oleh karena itu, film dapat dianalisis sebagai suatu sistem naratif. Teori strukturalis berpendapat bahwa setiap narasi memiliki dua bagian : Sebuah Story ( history ), Event konten atau rantai peristiwa ( tindakan, kejadian ), ditambah apa yang mungkin disebut existents (karakter, item pengaturan ), event merupakan penggambaran perubahan keadaan yang terdiri dari Action dan Happening. Action adalah perubahan keadaan atau situasi oleh perilaku agen yang kita kenal sebagai karakter melalui tindakan fisik non verbal, ekspresi bicara, pikiran, perasaan, persepsi, atau sensasi. Disisi lain happening merupakan prediksi dari tindakan yang dilakukan karakter atau elemen lainnya sebagai objek naratif. (Chatman, 1978: 44-45). Dari segi story itulah Seymour membagi ke dalam tujuh babak pembedahan narasi. diantaranya film akan diteliti oleh analisis sekuen, kontingensi, kernels dan satelit, plot, waktu, karakter, dan setting. Semua analisis data tersebut merujuk pada pembagian bagan struktur naratif Seymour di atas. Untuk wilayah event, karena bisa dibilang event sebagai seluk beluk cerita analisis sekuen, kontingensi, kernels, satelit, plot, dan waktu termasuk di dalamnya. Sedangkan existents merujuk pada character dan setting yang berfungsi menjaga eksistensi keutuhan narasi. Seymour mengatakan character akan memiliki traits atau diartikan sebagai sifat, ciri, dan pembawaan yang nantinya didukung oleh setting sebagai fungsi penunjuk karakter. (Chatman, 1978:126). Peneliti akan memakai analisis karakter dari Greimas. Analisis karakter terbagi enam bagian dalam model aktan. Karena, Greimas melihat bagian terpenting dari suatu narasi adalah keterkaitan di antara satu karakter dengan karakter lain. (Eriyanto, 2013: 146) Hal tersebut selaras dengan Chatman bahwa naratif setidaknya harus merenungkan suatu hubungan didalamnya. (Chatman, 1978: 98) 4. Story Sebuah Story ( history ), Event konten atau rantai peristiwa ( tindakan, kejadian ), ditambah apa yang mungkin disebut existents (karakter, item pengaturan ), event merupakan penggambaran perubahan keadaan yang terdiri dari Action dan Happening. Action adalah perubahan keadaan atau situasi oleh perilaku agen yang kita kenal sebagai karakter melalui tindakan fisik non verbal, ekspresi bicara, pikiran, perasaan, persepsi, atau sensasi. Disisi lain happening merupakan prediksi dari tindakan yang dilakukan karakter atau elemen lainnya sebagai objek naratif (Chatman, 1978:44-45). Sedangkan existents merujuk pada character dan setting yang berfungsi menjaga eksistensi keutuhan narasi. Seymour mengatakan character akan memiliki traits atau diartikan sebagai sifat, ciri, dan pembawaan yang nantinya didukung oleh setting sebagai fungsi penunjuk karakter (Chatman, 1978:126). Dari segi story itulah Seymour membagi ke dalam tujuh babak pembedahan narasi. diantaranya film akan diteliti oleh analisis sekuen, kontingensi, kernels dan satelit, plot, waktu, karakter, dan setting. Semua analisis data tersebut merujuk pada pembagian bagan struktur naratif Seymour di atas. Untuk wilayah event, karena bisa dibilang event sebagai seluk beluk cerita analisis sekuen, kontingensi, kernels, satelit, plot, dan waktu termasuk di dalamnya. Volume 2, No.1, Tahun 2016

Analisis Naratif Film Nightcrawler Mengenai Ideologi Kejurnalistikan 95 5. Discourse Discourse ( Discours ), yaitu, ekspresi, sarana isi yang dikomunikasikan. Dari setiap narasi bahkan didalam teori selalu memiliki bagian inti cerita (makna cerita) dan cara mengeksresikan cerita itu sendiri. Didalam bagian-bagian cerita terbagai menjadi dua tujuan narasi, ekpresi didalam cerita itu menjadi bagian dalam statement narasi, di mana statement itu sendiri adalah dasar dalam bagian ekspresi keyakinan dalam sesuatu hal yang abstrak (nyata), dalam perwujudan yang asli isi ekspresi tersebut di mana memiliki variasi seni ke seni sebagai contoh postur gerakan dalam balet seni dari pengambilan potongan-potongan film sebagian paragraf dalam novel atau di dalam satu kalimat, itu bisa berupa satu statement narasi (Chatman, 1978: 146). Di level discourse pengartikulasian narasi beserta makna yang diperoleh bergantung pada konteks sosial dan konvensi kultural di mana pencipta dan pembaca berada. Untuk wilayah discourse, Chatman mengungkapkan pembagiannya terdiri dari struktur transmisi naratif dan manifestasi. Struktur transmisi naratif merupakan bentuk dari ekspresi sedangkan manifestasinya terbagi menjadi verbal, cinematic, balletic, pantomimic, dan sebagainya merupakan subtansi dari ekspresi (Chatman, 1978:26). Dalam penelitian ini peneliti akan mengkaji bagian dari discourse yang termasuk ke dalam unsur manifestasi. Dalam istilah sederhana Story adalah apa yang digambarkan dalam narasi dan Discourse adalah bagaimana wacana itu dibangun. (Chatman, 1978: 19). Dalam penelitian ini peneliti akan mengkaji bagian dari discourse yang termasuk ke dalam unsur manifestasi Non-narasi. Bagian dari cerita non-narasi menurut Chatman adalah Point of view and it s relation to narrative voice, point of view film, narrators and characters speech acts, non-narrated representation in general, written records, pure speech records, soliloquy, stream of consciousness, Records of thought: direct free styles = interior monologue, Dalam penelitian ini peneliti mengerucutkan menjadi 5 bagian karena bagian yang lain tidak sesuai dengan penelitian yaitu film Nightcrawler, 5 bagian itu adalah Point of view film, Narrators and characters speech acts, Non-narrated representation general, Soliloquy, Records of Thought, dan Interior monolog in Cinema. B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Ideologi Kejurnalistikan Ditinjau Dari Segi Story Berita yang dibuat oleh Lou untuk mengendalikan masyarakat percaya akan apa yang diberitakan oleh media televisi dan membuat rating televisi tersebut meningkat dengan drastis. Dalam film ini dibuat seolah kejaiian tersebut bisa saja terjadi dikehidupan nyata karena bingkai yang dibuat oleh sang director film sangat riil perilaku yang ditonjolkan dari plot mendefinisikan nilai dan perilaku yang sesuai dengan nilai yang berlaku dalam masyarakat, perilaku atau nilai apa yang dipandang menyimpang. Bahwa media memperlakukan suatu masyarakat sebagai wadah untuk menyebarkan berita yang mereka konstruksikan sendiri dan dikategorikan sebagai suatu perilaku yang menyimpang. Dan jika dikonstrusikan kembali dalam 9 elemen jurnalisme dari David Kovach dalam film Nightcrawler ditemukan bahwa, ideologi kejurnalistikan Lou tidak diterapkan sama sekali karena Ia hanya fokus pada framing yang bagus dan membuat nilai jual dari videonya meningkat dan melenceng dari apa yang dijabarkan oleh Kovach dari ke Sembilan elemen jurnalisme yang sudah dijelaskan malah melanggar dari realitas yang seharusnya. 2. Ideologi kejurnalistikan Ditinjau dari Segi Discourse Ideologi kejurnalistikan dari segi Discourse, ideologi yang terkandung menurut Jurnalistik, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016

96 teori dari Stuart Hall dan dikonstruksikan melalui 9 elemen Kovach,dalam segi discourse ini peneliti mengkaji 5 bagian akan tetapi tidak semua bisa diteliti melalui ideologi dari Stuart Hall dan dikonstruksikan oleh 9 elemen jurnalisme, jadi peneliti hanya mengkaji melalui 3 bagian saja. Penonton bisa menilai dan menyimpulkan dari cara karakter utama yang terfokus pada gerak-gerik dan bahasa tubuh yang merepresentasikan watak karakter. Dalam bagian discourse film ini peneliti menemukan bahwa dari gerak-gerik yang dilakukan oleh Lou Bloom dari mulai point of view film, narrators and characters speech act, non-narrated representation in general, soliloquy dan record of thought: direct free styles = interior monologue, menyiratkan sosok seorang jurnalis lepas/independen Lou Bloom adalah seorang yang sosiopat berhati dingin yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hal yang diinginkan. Kode etik jurnalis yang terkandung juga dalam 9 elemen jurnalisme sama sekali dihiraukan dalam film ini, yang ditonjolkan justru sisi gelap dunia jurnalis seutuhnya. C. Kesimpulan 1. Karakter utama, Lou, dalam film sebagai seorang jurnalis yang menyalahi kode etik dan menyimpang dari yang seharusnya tidak sesuai dengan ideologi kejurnalistikan. berdasarkan teori dari David Kovach (9 elemen jurnalisme). 2. Dalam film ini sutradara mengkonstruksikan menyiratkan sosok seorang jurnalis lepas/independen Lou Bloom adalah seorang yang sosiopat berhati dingin yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hal yang diinginkan. Kode etik jurnalis yang terkandung juga dalam 9 elemen jurnalisme sama sekali dihiraukan dalam film ini, yang ditonjolkan justru sisi gelap dunia jurnalis seutuhnya. Konstruksi yang dilakukan oleh sang director atau sutradara sangat terlihat jelas dari perlakuan, ekspresi muka, backsound mencekam yang ada dalam film. Dimana sang sutradara menkonstruksikan adegan dengan sangat detail dan mencekam. Daftar Pustaka Ardianto, Elvinaro. 2014. Komunikasi Massa. Bandung : Simbiosa Rekatama Media Chatman, Seymour. 1978. Story and discourse: Narative Structure in Fiction and Film. London: Cornell University Eriyanto. 2013. Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan Dalam Analisis Teks Berita Media. Jakarta: Kencana Predana Media Group Mulyana, Deddy. 2011. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Kovach, Bill, Rosenstiel, Tom. 2003. Sembilan elemen jurnalisme. Jakarta : Yayasan Pantau Morissan & Wardhany. Andy. 2009. Teori Komunikasi (Tentang Komunikasi, Pesan, Percakapan Dan Hubungan). Bandung: Ghalia Indonesia Volume 2, No.1, Tahun 2016