BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperlukan karyawan yang memiliki loyalitas pada organisasi tempat mereka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

tujuan organisasi sebagai satu kesatuan yang akan dicapainya.

BAB I PENDAHULUAN. beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi pemerintah merupakan organisasi yang dibentuk untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Peringkat manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sangat cepat pada berbagai aspek. Organisasi dituntut untuk lebih responsif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Secanggih apapun peralatan dan perangkat

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan maupun kebudayaan menuntut setiap individu untuk mempunyai daya. pendidikan, pekerjaan maupun kebudayaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat rumah sakit dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN. individu menjadi tenaga kerja ahli yang terampil dan berkualitas. Ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sasaran melalui sumber daya manusia atau manajemen bakat lainnya. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya yang dimiliki perusahaan seperti modal, metode, dan mesin. visi dan misi yang telah ditargetkan (Dessler, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Organisasi adalah sarana atau alat dalam pencapaian tujuan, sebagai wadah

I. PENDAHULUAN. Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada jaman era globalisasi seperti sekarang ini yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inovatif. Kompetisi yang terjadi menuntut organisasi untuk senantiasa mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan terjadinya perubahan ini adalah globalisasi dalam bidang ekonomi serta

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

2015 PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (PUSDIKLAT) GEOLOGI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

World Economic Forum (WEF) menyusun The Global Competitiveness. Report 2014/2015 dan menempatkan daya saing Indonesia (Global

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

semua individu dapat bekerja dalam tim. Penilaian yang diberikan kepada Perilaku sosial dalam organisasi atau Organizational Citizenship Behaviour

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah peletak dasar pelaksana sistem

2015 PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PURWAKARTA

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi dimana dalam sebuah organisasi manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai komitmen pada organisasi biasanya mereka menunjukan sikap kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

yang menjadi tujuan instansi akan tercapai.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, sumber daya alam, dan sumber-sumber ekonomi lainnya untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. organisasi adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan suatu

Judul : Pengaruh Keterikatan Kerja, Persepsi Dukungan Organisasional dan Komitmen Organisasional Terhadap Turnover Intention Karyawan Muji Motor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

I. PENDAHULUAN. Unsur terpenting dalam sebuah organisasi ialah manusia. Sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. 1945, negara dan pemerintah, menyelenggarakan tugas pemerintahan dan. strategis dalam mengemban tugas pemerintahan dan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway, 2002). terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Hal ini sangat mendesak dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi dari sumber daya manusia berpusat pada orang-orang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Menuntut perusahaan untuk menciptakan sumber daya. manusia yang berkualitas tinggi untuk pengembangan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. satu dengan yang lain dalam menyeimbangkan perekonomian masing-masing.

BAB IV PENUTUP (Studi Penelitian: Penilaian Sasaran Kerja Pegawai dan Perilaku Kerja

ANALISIS PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kominfo Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada tanggal 28 Nopember

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia menjadi sebuah masalah yang menarik dan cukup pelik untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Harman et al. (2009) mengemukakan teori tradisional turnover ini menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan (PAG) Bandung

BAB I PENDAHULUAN. (Rachmawati, 2008). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu institusi pemerintahan yang memiliki tugas dan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kemudahan dan pelayanan yang diberikan. Mulai dari kemudahan

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan banyak aspek, sulit, berbahaya dan stressfull (Lutfiyah,

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. dituntut bekerja lebih cepat, efektif dan efesien. Oleh karena itu ketertiban tenaga

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perusahaan akan berjalan baik dengan adanya sumber daya manusia.

2 Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal.

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang makin meluas dan kompleks dengan. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin canggih memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tertinggal dari masyarakat lainnya, pembangunan di. berdampak positif bagi peningkatan berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budi Setiawan Marlianto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan tujuan tertentu. Aktivitas di dalam instansi pemerintahan selalu diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang menghasilkan produk velg sepeda motor. Visi dari PT. Batavia Alumindo

BAB I PENDAHULUAN. menjadi core business-nya. Prestasi organisasi tersebut tidak melebihi prestasi

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam hadist bekerja mencari rezeki yang halal itu wajib bagi setiap muslim.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB I PENDAHULUAN. menuntut adanya profesionalisme dalam bekerja.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi pasti memerlukan sumber daya manusia yang berkompeten dan berkualitas agar tujuan organisasi dapat dicapai. Sumber daya manusia tersebut biasanya dikenal dengan nama karyawan. Untuk menjalankan serangkaian tujuan dan pola kerja harian organisasi, diperlukan karyawan yang berkompeten dan berkualitas yang sesuai dengan kompetensi organisasi serta diperlukan karyawan yang memiliki loyalitas pada organisasi tempat mereka bekerja. Pada era modern seperti saat ini, kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan hal yang menjadi sorotan bagi masyarakat. PNS diangkat oleh pemerintah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Salah satu bentuk pelayanan tersebut adalah memberikan layanan masyarakat yang optimal serta memberikan kesan atau persepsi yang baik dari masyarakat kepada pemerintah. Apabila masyarakat mendapatkan layanan yang tidak memuaskan, hal ini akan menurunkan kepercayaan karyawan kepada pemerintah. Menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS) masih menjadi profesi yang diminati bagi sebagian masyarakat Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2014 dapat diketahui bahwa jumlah PNS di Indonesia adalah 4.455.303 orang. Jumlah tersebut tersebar di berbagai pemerintahan di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota (BKN, 2015a). 1

2 Sementara itu, untuk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta jumlah PNS berdasarkan informasi yang diperoleh dari BPS pada tahun 2014 adalah 83.311 orang (BKN, 2015b). Jumlah PNS di Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut tersebar di kabupaten dan kota yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan tersebar di berbagai bidang, seperti Dinas Kebudayaan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Pariwisata, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga, dan sebagainya. Undang Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pegawai negeri adalah setiap warga Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya, Pasal 2 ayat 1 menyatakan bahwa pegawai negeri terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa pegawai negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan (Kemenkumham, 2014). Kondisi kerja pegawai negeri sipil (PNS) menuntut instansi memiliki karyawan dengan loyalitas dan kemauan kerja yang tinggi agar membantu organisasi menjalankan visi dan misinya, menghasilkan output yang optimal, dan

3 meraih tujuan organisasi. Hal tersebut biasanya dikenal dengan komitmen terhadap organisasi. Komitmen kerja karyawan dapat dilihat dari kinerja dan performansi kerja yang ditunjukkan karyawan. Karyawan dengan tingkat komitmen terhadap organisasi yang tinggi cenderung bekerja lebih keras dan mengerahkan usaha yang lebih banyak daripada karyawan dengan tingkat komitmen terhadap organisasi yang rendah (Jex & Britt, 2008). Komitmen terhadap organisasi menunjuk pada sejauhmana individu merasakan tingkat loyalitasnya terhadap organisasi. Individu dengan komitmen terhadap organisasi yang tinggi akan mengindentifikasi dirinya dengan organisasi dan dengan bangga menilai dirinya merupakan bagian dari organisasi (Schermerhorn, Hunt, Osborn, & Uhl-Bien, 2010). Komitmen terhadap organisasi juga merupakan sebuah pandangan mengenai kondisi psikologis seseorang yang menjelaskan: (a) karakteristik hubungan karyawan dengan organisasinya, dan (b) memberikan dampak pada keputusan untuk kelanjutan keanggotaannya dalam organisasi (Meyer & Allen, 1997). Komitmen terhadap organisasi memiliki dua karakteristik, yaitu value commitment dan commitment to stay. Value commitment mengacu pada identifikasi yang dilakukan karyawan terhadap nilai-nilai dalam organisasi, sedangkan commitment to stay mengacu pada keinginan karyawan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi (Angel & Perry, 1981). Tinggi rendahnya komitmen terhadap organisasi seorang karyawan dapat terlihat dari beberapa perilaku yang ditunjukkan dalam kehidupan keseharian dalam organisasi. Karyawan dengan tingkat komitmen terhadap organisasi yang tinggi biasanya memiliki keinginan untuk membantu organisasi, mempertahankan

4 keanggotaan dalam organisasi, memiliki kepercayaan pada organisasi, memiliki rasa keterikatan dengan organisasi, dan loyal kepada organisasi. Praditya (2017) menyatakan bahwa Kepala Biro, Komunikasi, dan Informasi Publik Kementrian PANRB mengapresiasi tingkat kedisplinan kehadiran PNS pada hari pertama masuk kerja setelah cuti bersama Lebaran 2017. Sebanyak 95% PNS di seluruh Indonesia sudah masuk kerja pada hari pertama tersebut, yaitu pada tanggal 3 Juli 2017. Hal ini menunjukkan para PNS tersebut memiliki loyalitas yang tinggi pada organisasi tempat ia bekerja. Sementara itu, karyawan dengan tingkat komitmen terhadap organisasi yang rendah biasanya akan merasa kurang loyal terhadap organisasi, memiliki tingkat kehadiran yang rendah, melakukan pelanggaran norma dan kebijakan organisasi, dan berkurangnya partisipasi aktif karyawan dalam organisasi. Berdasarkan informasi yang diberikan Kurnia (2017), terdapat 3.325 PNS yang tidak masuk kerja tanpa keterangan di lingkungan Pemprov DKI Jakarta. Hal ini terjadi karena bertepatan dengan hari yang biasa dikenal dengan hari kejepit nasional pada tanggal 27 Maret 2017. Hal ini menunjukkan beberapa PNS melanggar kebijakan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Pada kenyataannya, tingkat komitmen terhadap organisasi karyawan tidak selalu berada pada posisi tinggi. Di Indonesia, tingkat komitmen terhadap organisasi karyawan dapat dikatakan rendah. Hal ini dapat dibuktikan melalui survei yang dilakukan oleh Watson Wyatt dengan tema Work Indonesia 2004/2005. Penelitian yang diikuti oleh lebih dari 8.000 responden dari 46 perusahaan di 14 industri di Indonesia menemukan bahwa 85% karyawan

5 Indonesia merasa bangga bekerja di perusahaan tempat mereka bekerja saat itu dan 80% karyawan Indonesia yakin terhadap keberhasilan jangka panjang perusahaan. Akan tetapi, hanya 35% karyawan Indonesia yang ingin bertahan di perusahaan tempat mereka bekerja saat ini. Mereka melihat bahwa di perusahaan lain memiliki peluang karir yang lebih baik, peluang training dan pengembangan karyawan yang lebih baik, dan memiliki lingkup pekerjaan yang lebih baik. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat loyalitas karyawan Indonesia dapat dikatakan rendah (Portalhr, 2015). Selain terdapat organisasi pada umumnya, komitmen terhadap organisasi juga dapat ditemukan pada pegawai Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarya, lebih khususnya pada pegawai yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal ini terjadi karena pegawai negeri sipil diangkat oleh pemerintah dan akan membantu pemerintah provinsi dalam menjalankan menjalankan urusannya di bidang-bidang tertentu, dalam konteks ini berkaitan dengan hal kebudayaan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada salah satu pegawai negeri sipil berinisial N, loyalitas pegawai terhadap tempatnya bekerja masih dirasa kurang. Hal ini dilihat pada beberapa ungkapan responden wawancara tersebut. PNS itu biasanya hanya mengerjakan apa yang harus dikerjakan tapi diluar dari itu passion mereka jarang sekali ada. Mereka melakukan pekerjaan mereka, tapi ya yang nglakuin waton gitu, Mbak. Ada yang tetap ada di kantor tapi tidak melakukan sesuatu, moco-moco koran, buka internet dan segala macem, ada main hp, ngobrol-ngobrol, ngerokok, ngopi ya itu ada juga. Dia akan bekerja kalau disuruh, ada juga. Mbok iki di fotokopi, dia baru fotokopi. Terus dia dateng ya diem, nunggu perintah datang lagi, ga punya inisiatif gitu ya ada juga.

6 Berdasarkan hasil wawancara di atas terlihat bahwa beberapa pegawai menunjukkan tingkat komitmen terhadap organisasi yang rendah. Hal ini dapat terlihat dari beberapa pegawai yang melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan passion mereka, melakukan pekerjaan ketika diminta oleh rekan sekerja saja, melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan di tempat kerja, seperti membaca koran, bermain telepon genggam, mengobrol, merokok, dan minum kopi. Selain itu, terdapat juga beberapa pegawai yang memiliki inisiatif untuk melakukan pekerjaannya tanpa diminta oleh pegawai lainnya. Hal ini mengindikasikan masih ada pegawai yang memiliki rasa kepemilikan terhadap organisasi serta bersedia melakukan usaha lebih untuk organisasinya. Tapi ada yang gak usah disuruh, kaya gini, dia sudah tahu harus melakukan apa-apa. Beberapa ahli berpendapat bahwa terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan komitmen terhadap organisasi, seperti komitmen terhadap organisasi menunjukkan hubungan yang positif yang kuat dengan sikap yang berkaitan pekerjaan (Meyer & Allen dalam Jex 2002), karyawan dengan komitmen terhadap organisasi yang tinggi cenderung menunjukkan tingkat ketidakhadiran yang rendah (Mathieu & Zajac dalam Jex 2002), komitmen terhadap organisasi menunjukkan hubungan yang negatif dengen employee turnover (Allen & Meyer dalam Jex, 2002), dan komitmen terhadap organisasi menunjukkan hubungan yang positif dengan performansi kerja (Meyer & Allen dalam Jex, 2002). Sebuah penelitian menununjukkan bahwa komitmen terhadap organisasi berhubungan

7 secara positif dengan keadilan prosedural dan perceived organizational support. Secara sederhana, perceived organizational support merepresentasikan sejauhmana karyawan mempersepsi apa yang dilakukan organisasi untuk membantu mereka. Dengan kata lain, organisasi berada di pihak karyawan (Jex, 2002). Rhoades dan Eisenberger (2002) menyatakan bahwa perceived organizational support dinilai sebagai jaminan akan bantuan yang tersedia dari organisasi ketika dibutuhkan. Bantuan ini digunakan untuk melaksanakan pekerjaan seseorang secara efektif dan untuk menangani apabila terjadi situasi stres. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh organisasi sebagai bentuk dukungan organisasi kepada karyawan untuk meningkatkan komitmen adalah dengan adanya keadilan dalam organisasi, dukungan dari atasan, dan pemberian penghargaan serta pengondisian pekerjaan. Sebuah penelitian berjudul Hubungan antara Perceived Organizational Support dengan Komitmen Organisasi PNS BPN dilakukan oleh Gupita (2016) pada 100 orang pegawai BPN di Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta. Dari penelitian tersebut, diperoleh hasil yaitu terdapat hubungan positif antara perceived organizational support dengan komitmen organisasi pada PNS di BPN Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2015) dengan judul Hubungan antara Perceived Organizational Support dengan Komitmen Organisasi pada Karyawan pada 183 orang karyawan PT. X menemukan hasil yang serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Gupita (2016). Hasilnya adalah ada hubungan positif yang signifikan antara

8 perceived organizational support dengan komitmen organisasi pada karyawan. Semakin positif perceived organizational support, semakin tinggi tingkat komitmen organisasinya dan semakin negatif perceived organizational support yang dirasakan karyawan, semakin rendah tingkat komitmen organisasi pada karyawan. Banyak penelitian sebelumnya yang mengkaji hubungan antara perceived organizational support dengan komitmen terhadap organisasi pada karyawan. Penelitian ini berfokus pada hubungan antara perceived organizational support dengan komitmen terhadap organisasi pada pegawai negeri sipil. Pegawai negeri sipil dipilih karena memiliki budaya organisasi yang berbeda dengan organisasi pada umumnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik dan ingin mengetahui lebih lanjut hubungan antara perceived organizational support dengan komitmen terhadap organisasi pada karyawan. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara perceived organizational support (POS) dengan komitmen terhadap organisasi pada karyawan. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian sejenis yang dapat digunakan untuk pengembangan teori dan riset-riset psikologi.

9 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu diterapkan organisasi dalam upaya meningkatkan komitmen terhadap organisasi pada karyawan melalui perceived organizational support. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat mengatasi permasalahan karyawan yang berkaitan dengan komitmen terhadap organisasi melalui perceived organizational support.