Pinus merkusii strain Kerinci: Satu-satunya jenis pinus yang menyebar melewati khatulistiwa ke bagian bumi lintang selatan hingga sekitar o L.S. Belum dikembangkan atau dibudidayakan secara luas di Indonesia. Penelitian mendalam masih kurang dibanding strain Aceh Sebaran terpencar dalam kelompok-kelompok kecil di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan sekitarnya. Ancaman kepunahan : perambahan liar/perladangan yang marak di sekitar TNKS, perlakuan silvikultur yang tidak mengindahkan kemurnian genetik. Perlu dilakukan konservasi semaksimal mungkin dan upaya untuk menyelamatkan serta mempelajari dan mengembangkan strain Kerinci. Kajian ini bertujuan menyediakan informasi persebaran dan potensi tusam strain Kerinci dalam rangka mengembangkan upaya konservasi secara eksitu untuk mendukung program pembangunan hutan tanaman.
Lokasi Kajian Lokasi penelitian yang menjadi obyek kajian sebaran tusam Kerinci adalah kawasan hutan Bukit Tapan, Pungut Mudik dan Bukit Terbakar, Kabupaten Kerinci, Jambi. Metode Penelitian Pengumpulan data sekunder dan perolehan informasi dari instansi terkait (Balai Besar TNKS) dan masyarakat, dilanjutkan dengan survei lapangan ke beberapa lokasi sebaran alam P.merkusii strain Kerinci. Pengambilan cuplikan dilakukan di salah satu lokasi yang dianggap mewakili sebaran alam tusam Kerinci dengan membuat beberapa cluster yang setiap cluster terdiri atas empat plot berupa lingkaran dengan radius 7,95 m. Metode Penelitian Tahapan pembuatan cluster (mengacu pada penelitian Kalima et al, 005) :. Pemilihan lokasi yang mewakili seluruh tegakan alam tusam kerinci yang terdapat di satu kawasan hutan sebaran alamnya.. Peletakan titik awal sebagai pusat cluster dan merupakan titik tengah plot.. Peletakan titik kedua dengan azimuth 0 0 dari titik tengah plot dengan jarak 6,66 m, titik kedua ini merupakan titik tengah plot.. Peletakan titik ketiga dengan azimuth 0 0 dari titik tengah plot dengan jarak 6,66 m, titik ketiga ini merupakan titik tengah plot. 5. Peletakan titik keempat dengan azimuth 0 0 dari titik tengah plot dengan jarak 6,66 m, titik ketiga ini merupakan titik tengah plot. 6. Dari setiap titik tengah plot dibuat lingkaran dengan jari-jari 7,95 m sebagai cakupan pengamatan sebaran P.merkusii. Jadi dalam satu cluster terdapat empat plot yaitu plot,, dan
Metode Penelitian 7. Parameter yang dicatat adalah jumlah individu tusam Kerinci di dalam masing-masing plot yang terdiri dari tingkat pohon, tingkat tiang, tiang pancang dan tingkat semai. Pohon adalah pohon dewasa berdiameter > 0 cm. Tiang adalah pohon muda yang diameternya mulai 7 cm sampai diameter < 0 cm. Pancang adalah anakan pohon yang tingginya >,5 meter dan diameter < 7 cm. Semai adalah anakan pohon mulai kecambah sampai setinggi <,5 meter. Pengumpulan kerucut dan anakan alam, ekstraksi benih, penyemaian, penyapihan anakan alam. Pengumpulan data persyaratan tumbuh tusam kerinci : iklim, curah hujan, jenis tanah, suhu, kelembaban, ketinggian tempat, asosiasi dengan jenis lain. Pengamatan tusam bocor getah dengan mengebor batang tusam. Kawasan Hutan Bukit Tapan Kluster Kluster Kluster Tingkat Jumlah Pohon 0 0 0 0 0 0 Tiang 0 0 0 0 0 0 0 7 Pancang 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 7 Semai 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah individu P.merkusii strain Kerinci pada setiap plot pengamatan di kawasan hutan Bukit Tapan
Kawasan Hutan Bukit Tapan P.merkusii strain Kerinci di Bukit Tapan tersebar secara mengelompok kecil dengan tingkat permudaan alam (tiang dan pancang) yang rendah, bahkan tidak ditemukan anakan alam tingkat semai pada plot pengamatan. Tusam Kerinci ditemukan mulai dari ketinggian 900 m dpl sampai 00 m dpl mengikuti kiri kanan jalan raya Tapan-Sungai Penuh. Jenis-jenis lain yang tumbuh berasosiasi dengan tusam Kerinci antara lain Mangifera foetida Lour, Syzygium clavimyrtus K.et.V., Ficus melinocarpa Blume, Ficus congesta Roxb., Flacourtia sp., Rhodelia championii Hook.f., Piper aduncum Linn. dan Memecylon sp. lklim di daerah Bukit Tapan menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson termasuk ke dalam Tipe hujan A dan B. Curah hujan berkisar antara 5 96 mm per tahun dan suhu udara berkisar antara 7 0-0 C (Istomo et al, 000). Pengukuran karakteristik biofisik di bawah tegakan tusam kerinci pada jam siang: suhu,6 0 C, kelembaban udara 77,05% dan intensitas cahaya 650 lux. Kawasan Hutan Bukit Tapan Penanaman tusam strain Aceh di dekat populasi alam strain kerinci di Bukit Tapan akan mengancam kemurnian genetik tusam kerinci. Kemurnian genetik P.merkusii strain Kerinci di kawasan hutan alam Bukit Tapan TNKS secara perlahan dapat terkontaminasi dengan tanaman P.merkusii strain Aceh melalui penyerbukan silang antar kedua populasi. Tanaman P.merkusii strain Aceh saat ini sudah menghasilkan pohon muda yang sudah mulai menghasilkan kerucut. Apabila tidak dilakukan eliminasi secara bertahap terhadap tanaman P.merkusii strain Aceh dikhawatirkan suatu saat kedua populasi akan menyatu dan terjadi penyerbukan silang.
Pungut Mudik Kluster Kluster Tingkat Jumlah Pohon 0 0 0 8 0 5 Tiang 0 0 0 0 0 0 0 Pancang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Semai 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah individu P.merkusii strain Kerinci pada setiap plot pengamatan di Pungut Mudik. Pungut Mudik Tusam Kerinci cenderung tersebar secara mengelompok kecil dengan tingkat permudaan alam (tiang) yang sangat rendah, bahkan tidak ditemukan individu tingkat pancang dan semai pada plot pengamatan. Tusam Kerinci di Pungut Mudik tumbuh di tanah adat bekas ladang dan tersebar berkelompok kecil atau soliter pada ketinggian 980 m hingga 080 m dpl. Tumbuhan yang berasosiasi dengan tusam antara lain Rhodelia championii Hook.f. dan bambu. Pada lahan milik masyarakat banyak dijumpai pohon tusam yang diteres dan bekas terbakar untuk mematikan tusam. Pengukuran karakteristik biofisik di bawah tegakan tusam kerinci pada jam 0.00.00 siang : suhu, -,0 0 C, kelembaban udara 88,99% dan intensitas cahaya - 7 lux. 5
Kawasan Hutan Bukit Terbakar Bukit Terbakar merupakan bukit dengan ketinggian 70 65 m dpl. Ditemukan populasi pohon yang lebih banyak dibanding Bukit Tapan dan Pungut Mudik. Topografi lebih curam dan berbeda vegetasi tumbuhan bawah dari Bukit Tapan dan Pungut Mudik. Tusam Kerinci tersebar di bukit yang ditumbuhi tumbuhan bawah resam (Gliceria linearis) dan alang alang (Imperata cylindrica L.Beauv.) di beberapa lokasi dan bercampur dengan daun lebar lainnya. Jenis pohon yang banyak ditemukan adalah Rhodoleia theysmannii. Pengukuran karakteristik biofisik di bawah tegakan tusam kerinci pada jam.00 siang: suhu 5,06 0 C, kelembaban udara 70,% dan intensitas cahaya 670 lux. Hasil penelitian Istomo et al (000): Pertumbuhan tusam kerinci sangat dipengaruhi oleh jenis tanah dan sifat-sifat tanah, ketinggian tempat dari permukaan laut dan kelerengan. Pada umumnya tusam kerinci dijumpai pada jenis tanah litosol di ketinggian 900 050 m dpl dengan kelerengan % - 67%. 6
Produksi Kerucut dan Benih Asal Sebaran No. Pohon Kode Pohon Diameter Batang (cm) Tinggi Total Pohon (m) Jumlah Kerucut Rata-rata Jumlah Benih per Kerucut Pungut Mudik PM 7,5,5 5, PM,8 7,0 0,8 PM,9 8,5,0 PM 5, 0,5 00,5 5 PM5A 7, 8,0 5,5 6 PM5B 8, 7,0 0, 7 PM6 9,9,0 0, 8 PM7 0, 6,0 0 0 9 PM8 67,5,5 6,7 0 PM9 90,7 6,0,5 PM0 5,5 7,5 6,6 PM 57,9 6,0 5,0 PM,0 6,5 8, Bukit Terbakar BTB 7,0 6,5 8,8 5 BTB,0,0 8, 6 BTB 60,8 8,0 0 6,7 7 BTB 5,0,0,7 Rata-rata produksi kerucut, kerucut per pohon Rata-rata jumlah benih 8,8 benih per kerucut, % kerucut tidak berbiji. Daya berkecambah sangat rendah : hanya 0,% benih yang berkecambah. Jumlah individu tusam Kerinci yang sangat sedikit dalam satu populasi ini barangkali yang mengakibatkan jarang terjadi pembuahan yang sempurna yang berakibat kosongnya kerucut dari biji dan persen kecambah yang sangat rendah dari benih yang disemaikan serta sangat sedikitnya anakan alam yang dijumpai. Anakan alam tusam Kerinci sangat jarang ditemukan walaupun di tanah longsor seperti di Bukit Tapan. 7
Penyiapan Bibit dari Anakan Alam No. Asal Bibit Daya Hidup (%) Bukit Tapan 85,7 Pungut Mudik 8, Bukit Terbakar 70,0 Daya hidup bibit dari anakan alam yang disapih dengan metoda penyungkupan. Pengamatan Potensi Bocor Getah Sebaran No.Pohon Diameter Batang (cm) Hasil pengamatan Pungut Mudik 88,5 Keluar getah dari lubang bor (strain Kerinci),0 Keluar getah dari lubang bor,0 Keluar getah dari lubang bor,5 Keluar getah dari lubang bor 5 0, Keluar getah dari lubang bor 6,7 Keluar getah dari lubang bor 7,7 Keluar getah dari lubang bor 8 6, Keluar getah dari lubang bor 9 5,5 Keluar getah dari lubang bor 0,7 Keluar getah dari lubang bor 60,5 Keluar getah dari lubang bor 66,9 Keluar getah dari lubang bor, Keluar getah dari lubang bor 6,8 Keluar getah dari lubang bor 5 5,5 Keluar getah dari lubang bor 6 8,7 Keluar getah dari lubang bor 7 66,9 Keluar getah dari lubang bor 8 9, Keluar getah dari lubang bor Bukit Tapan (strain Kerinci Bukit Tapan (strain Aceh) 5,8 Keluar getah dari lubang bor 77,7 Keluar getah dari lubang bor 50,0 Keluar getah dari lubang bor 59, Keluar getah dari lubang bor 5 56,7 Keluar getah dari lubang bor 9,0 Keluar getah dari lubang bor,6 Keluar getah dari lubang bor 6, Tidak keluar getah dari lubang bor 5,0 Tidak keluar getah dari lubang bor 5, Tidak keluar getah dari lubang bor 8
Kesimpulan. P.merkusii strain Kerinci menyebar di hutan pegunungan (900 65 m dpl) di Kabupaten Kerinci Jambi pada wilayah TNKS dan sekitarnya yaitu di Bukit Tapan, Bukit Terbakar dan Pungut Mudik. Sebaran tusam Kerinci cenderung mengelompok kecil atau soliter dengan potensi permudaan alam yang sangat rendah.. Karakteristik biofisik tempat tumbuh tusam kerinci antara lain: tumbuh pada daerah dengan iklim tipe hujan A dan B dengan curah hujan berkisar 5 96 mm per tahun, suhu 7 5 0 C, tumbuh baik pada jenis tanah litosol pada ketinggian tempat 900 050 m dpl dan kelerengan % 67%.. P.merkusii strain Kerinci memiliki potensi produksi getah relatif tinggi, ditandai dengan keluarnya getah secara alami, namun memiliki produksi buah dan benih yang sangat rendah. 9
Kesimpulan. Beberapa hal yang diidentifikasi menjadi alasan P.merkusii strain Kerinci terancam punah antara lain: a) gangguan akibat perambahan atau penggunaan ladang oleh masyarakat dengan mematikan pohon tusam sehingga populasi tusam Kerinci terbagi-bagi menjadi sub-sub populasi yang kecil dan soliter (kasus di Pungut Mudik), b) penanaman P.merkusii strain Aceh yang berdekatan dengan tusam alam kerinci yang diduga bisa mengancam kemurnian genetik tusam Kerinci dengan terjadinya penyerbukan silang antara kedua populasi (kasus di Bukit Tapan), c) regenerasi tusam kerinci yang sangat rendah dilihat dari sangat sedikitnya permudaan alam yang ditemukan dan banyak dijumpai kerucut yang tidak berbiji serta hasil pengujian persen kecambah yang sangat rendah. Saran-saran Pembangunan plot konservasi eksitu perlu memperhatikan karakteristik tempat tumbuh tusam kerinci di habitat alaminya, seperti ketinggian tempat dari permukaan laut, kelerengan, jenis tanah dan curah hujan. Upaya menjaga kemurnian tusam Kerinci di Bukit Tapan perlu dilakukan dengan mengeliminasi tusam strain Aceh secara bertahap dan menggantinya dengan jenis-jenis lainnya yang ada di kawasan TNKS. Untuk menstimulasi tumbuhnya benih tusam kerinci yang jatuh di bawah tegakan menjadi anakan alam, perlu dilakukan pembersihan lahan dari tanaman bawah di bawah tegakan tusam Kerinci Untuk memperbesar populasi tusam kerinci pada sebaran alamnya, perlu upaya penanaman pada populasi-populasi kecil tusam kerinci seperti di Bukit Tapan dan Pungut Mudik. 0
TERIMA KASIH