BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. didasarkan kepada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 A.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dimiliki Indonesia. Hasil dari kekayaan alam dan potensi lainnya itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Untuk menyukseskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Nilai (PPN) yang mulai diberlakukan secara efektif sejak 1 April 1985 telah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kita arah dan cara yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang masih terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada pembangunan di masing-masing daerah. Terutama kota Medan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) untuk mewujudkannya. Untuk menanggulangi dana yang cukup besar itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Di Indonesia, sistem pemungutan pajak yang berlaku saat ini adalah Self

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya. Masyarakat harus. pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Administrasi Perpajakan. Oleh karena itu Praktik Kerja Lapangan Mandiri diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pembangunan Nasional. Untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. selalu melakukan pembangunan guna kemajuan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di Indonesia akhir-akhir

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) untuk menjembatani antara dunia pendidikan dengan dunia kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai terobosan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. penulis mengambil tema mengenai Pajak Daerah, khususnya Pajak Reklame.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) kita arah dan cara yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan PKLM adalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. politik,perlu disadari pula bahwa mutu pendidikan bagi pelajar harus lebih

BAB I PENDAHULUAN. Peranan penerimaan dalam negeri sangatlah penting dalam mensukseskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Politik Universitas Sumatera Utara. Karena sifatnya untuk memberikan dan belajar keahlian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. rakyat pada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

BAB I PENDAHULUAN. sudah saatnya diletakkan suatu landasan yang dapat menjamin tersedianya dana

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) memberikan pengalaman yang sesungguhnya, memberikan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan pembangunan dibutuhkan segala potensi yang. Sumber pendapatan keuangan Pemerintah dalam upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pelaksanaan praktek kerja lapangan mandiri ( PKLM ) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. belum satu satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di

BAB I PENDAHULUAN. efektif sejak 1 April 1985 telah mengalami perubahan yang cukup pesat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) PKLM adalah suatu kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dianggap mampu mencerminkan kerjasama nasional. Dalam hal pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. dalam penyelenggaran negara, mengalahkan segala bentuk kekuasaan lainya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Negara pada dasarnya adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai lingkungan kerja dan kegiatan-kegiatan suatu perkantoran khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) suatu jenjang pendidikan formal. Berperan serta dalam meningkatkan mutu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wujud pelayanan pemerintah kepada masyarakat. berasal dari iuran rakyat yang berdasarkan Undang Undang (dapat

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat bertahan dari dampak krisis tersebut. Hal ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya, membutuhkan. ditempuh pemerintah adalah melalui pembangunan nasional.

BAB I PENAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) Pembangun Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengatur keseimbangan kehidupan perekonomian dan pemanfaatan dana

BAB I PENDAHULUAN. anggaran dana yang besar. Dana tersebut diperoleh dari penerimaan dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. peranan penting dan vital dalam kebijaksanaan fiskal, baik negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan Negara dan pembangunan nasional. memenuhi kewajiban dalam bentuk fasilitas telah diberikan untuk mempermudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa sumber pendapatan negara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

PERLAKUAN AKUNTANSI PPN TERHADAP CATATAN PENJUALAN DAN PEMBELIAN PADA PT. ORIENTAL ASAHI JP CARTON BOX

BAB I PENDAHULUAN. sebagai primadona dalam membiayai pembangunan nasional. Pembangunan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagaimana kita ketahui,peranan pajak semakin besar dan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Peranan pajak sebagai penerimaan dalam negeri semakin besar, hal ini di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan dan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah guna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya rencana penerimaan negara yang berasal dari pajak sebagai sumber utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) kehidupan masyarakat khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Negara dalam menjalankan tugas rutin dan pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Administrasi Perpajakan yaitu Praktik Kerja Lapangan, sebagai mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kementrian Keuangan (2014)

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang pemungutannya didasarkan kepada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 A. Mengumpulkan dana pembangunan melalui pajak sebagai penerimaan dalam negeri akan mencerminkan kemandirian negara Indonesia untuk melaksanakan pembangunan yang lebih terjamin. Usaha untuk mencapai target penerimaan pajak bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan kerja keras, kesadaran akan hak dan kewajiban, serta kedisiplinan dari seluruh aparatur perpajakan di bawah Direktorat Jenderal Pajak. Namun untuk tercapainya target tersebut juga tidak terlepas dari peran serta masyarakat dan wajib pajak. Untuk itu perlu diusahakan peningkatan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya. Masyarakat harus menyadari bahwa pemenuhan kewajiban perpajakan merupakan salah satu perwujudan kewajiban negara yang merupakan sarana peran serta dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Kita mengenal beberapa jenis pajak yang salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan salah satu jenis pajak yang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah pusat. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 4, Pengusaha adalah 1

orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. Adapun pengertian Pengusaha Kena Pajak (PKP) menurut Undang- Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 5 adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya. Penyerahan BKP atau JKP dilakukan oleh setiap PKP. Sebagaimana kita ketahui bahwa keunggulan sistem PPN adalah adanya mekanisme pengkreditan antara Pajak Masukan dan Pajak Keluaran. Atas penyerahan barang atau jasa yang terutang pajak tersebut wajib dibuat Faktur Pajak sebagai bukti transaksi. Faktur Pajak ini berfungsi sebagai bukti pemungutan yang bagi pengusaha yang dipungut dapat diperhitungkan (dikreditkan) dengan jumlah pajak terutang. Tujuan dari adanya pengkreditan ini adalah untuk menghilangkan adanya efek berganda dari pungutan pajak. Dalam pelaksanaan mekanisme pengkreditan PPN yaitu antara pajak yang dipungut dengan yang tidak dibayar dapat timbul selisih pajak kurang bayar atau lebih bayar. Selisih pajak kurang bayar adalah dimana Pajak Masukan (pajak yang dibayar) lebih kecil dari Pajak Keluaran (pajak yang dipungut). Sebaliknya, dikatakan lebih bayar berarti Pajak Masukan (pajak yang dibayar) lebih besar dari Pajak Keluaran (pajak yang dipungut) pada waktu penyerahan. Maka, atas

kelebihan bayar tersebut, PPN dapat dikembalikan atau yang disebut dengan restitusi. Pemberian restitusi PPN kepada PKP harus dilakukan dengan cepat sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Peningkatan pelayanan tersebut sudah selayaknya tidak mengurangi bahkan meninggalkan kewaspadaan sebagai upaya untuk mengamankan dan juga menghindari penyalahgunaan dalam pemberian restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sejalan dengan pemberian keputusan restitusi maka penulisan Faktur Pajak juga sangat penting dan harus diperhatikan karena berguna untuk menentukan apakah jumlah pajak terutang dapat diberikan atau tidak sebagai restitusi. Selain itu juga untuk mencegah bahkan menghindari seminimal mungkin adanya penyalahgunaan Faktur Pajak dalam pemberian restitusi. Dengan demikian diharapkan pemberian restitusi hanyalah diberikan kepada mereka yang dalam hal ini adalah PKP yang benar-benar telah menyetorkan PPN-nya ke Kas Negara sehingga nantinya dapat menghindari banyaknya ketidaktelitian atas pelaksanaan restitusi PPN dalam melaksanakan penelitian Faktur Pajak baik formal maupun materil serta jawaban atas permintaan konfirmasi. Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di atas maka penulis tertarik untuk memilih Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia sebagai tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan membuat laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dengan judul Penelitian Faktur Pajak Sebagai Upaya Untuk Menghindari Penyalahgunaan Dalam Pemberian Restitusi Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

B. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) oleh mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) (USU) diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM, yaitu : 1. Untuk mengetahui proses pemberian restitusi PPN sampai penerbitan SKPLB di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia 2. Untuk mengetahui pentingnya penelitian terhadap Faktur Pajak dalam pemberian restitusi PPN 3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dalam melakukan penelitian terhadap Faktur Pajak dalam restitusi 2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1. Bagi Mahasiswa a. Menganalisis pengetahuan yang diperoleh mahasiswa dalam perkuliahan dalam bentuk teori khususnya tentang pengetahuan perpajakan dan mengaplikasikan ke dalam permasalahan kehidupan yang nyata b. Menambah pengalaman kerja dan mengetahui cara praktik kerja yang sesungguhnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia c. Melatih mahasiswa berkomunikasi dan berinteraksi dalam lingkungan dunia kerja yang dihadapi

d. Membentuk mahasiswa menjadi pekerja yang mempunyai integritas yang tinggi terhadap instansi tempat dimana mahasiswa tersebut bekerja, baik terhadap sesama rekan kerja maupun kepada atasan didalam pekerjaan e. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang penyebab penyalahgunaan Faktur Pajak dalam pemberian restitusi PPN f. Untuk mengetahui tata cara pemberian restitusi PPN pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia g. Memahami dan mengetahui upaya pemecahan masalah terhadap masalah yang timbul dalam pemberian restitusi 2.2. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan a. Menambah hubungan kerja sama antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dalam memberikan uji nyata praktik kerja b. Menyediakan tes dunia kerja nyata bagi para lulusan c. Menambah aplikasi yang nyata bagi kurikulum sebagai persyaratan akademis dalam memenuhi kelulusan bagi mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU Medan d. Mendorong kemajuan alumni di masa mendatang dalam tingkatan sumber daya manusia, profesionalisme, wawasan, dan keterampilan dalam menerapkan ilmunya khususnya dalam bidang perpajakan

e. Mempertinggi pandangan masyarakat terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan persepsi umum 2.3. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia a. Mempererat hubungan kerja sama antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dengan lembaga pendidikan khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik b. Membantu pemerintah dalam mensosialisasikan pajak dengan efektif dan efisien c. Memberi masukan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang khususnya ditujukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dalam upaya menghindari penyalahgunaan dalam pemberian restitusi pajak C. URAIAN TEORITIS Dalam suatu penelitian diperlukan adanya suatu teori-teori yang mendukung objek kajian yang akan didalami dalam pelaksanaan PKLM. Oleh karena itu perlu disusun suatu kerangka teori sebagai landasan berpikir dari sudut mana masalah itu disoroti. 1. Pajak Pertambahan Nilai Sebagai Pengganti Pajak Penjualan Pajak Pertambahan Nilai (Value Added Tax) untuk pertama kali diperkenalkan oleh Carl Friedrich von Siemens, seorang industrialis dan konsultan pemerintah Jerman pada tahun 1919. Namun ironisnya justru pemerintah Perancis yang pertama kali menerapkan PPN dalam sistem perpajakannya pada tahun

1954, sedangkan Jerman baru menerapkannya pada awal tahun 1968. Indonesia baru mengadopsi PPN pada tanggal 1 April 1985 menggantikan Pajak Penjualan (PPn) yang sudah berlaku di Indonesia sejak tahun 1951. (Sukardji, 2001:1) Pajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 19 tahun 1951 yang kemudian ditetapkan sebagai Undang- Undang Nomor 35 Tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya didasarkan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983. Dalam kurun waktu lebih dari tiga dasawarsa, Undang- Undang Pajak Penjualan 1951 telah menunjukkan dedikasinya dalam pemungutan pajak atas konsumsi di Indonesia. Namun demikian, dalam rangka melaksanakan program reformasi (pembaharuan) Sistem Perpajakan Nasional tahun 1983, Undang-Undang Pajak Penjualan 1951 akhirnya dinyatakan tidak berlaku dan diganti oleh Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984. Proses penggantian ini merupakan salah satu rangkaian perombakan sistem perpajakan nasional yang dikenal sebagai Tax Reform 1983. PPN menggantikan peranan PPn di Indonesia karena PPN memiliki beberapa karakter positif yang tidak dimiliki oleh PPn. Dalam perkembangan selanjutnya setelah dinilai dengan seksama, masyarakat Wajib Pajak dan administrasi pajak dipandang sudah siap untuk melaksanakan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984. Maka dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1985, UU Nomor 8 Tahun 1983 dinyatakan mulai berlaku pada tanggal 1 April 1985. 7

2. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai Apabila dilihat dari sejarahnya, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pengganti dari Pajak Penjualan. Alasan penggantian ini karena Pajak Penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong ekspor, dan pemerataan pembebanan pajak. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dipungut secara tidak langsung atas konsumsi dalam negeri atas penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. 3. Dasar Hukum Undang-undang yang mengatur pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM) adalah Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah antara lain dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 dan terakhir kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009. 4. Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai antara lain : a. Pajak Pertambahan Nilai merupakan Pajak Tidak Langsung b. Pajak Objektif

c. Multi Stage Tax d. Mekanisme pemungutan Pajak Pertambahan Nilai menggunakan Faktur Pajak e. Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi umum dalam negeri f. Pajak Pertambahan Nilai bersifat netral g. Tidak menimbulkan dampak pengenaan pajak berganda D. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Adapun yang menjadi ruang lingkup PKLM adalah peranan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dalam melakukan upaya untuk menghindari penyalahgunaan dalam pemberian restitusi pajak. Dalam hal ini mahasiswa mengharapkan mengetahui: 1. Proses pemberian restitusi PPN 2. Pentingnya penelitian terhadap Faktur Pajak dalam pemberian restitusi PPN 3. Pelaksanaan pemberian restitusi PPN di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia 4. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dalam melakukan penelitian terhadap Faktur Pajak dalam restitusi E. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Adapun yang menjadi metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) antara lain : 1. Tahap Persiapan Hal ini berkaitan dengan kegiatan pemilihan judul PKLM, pemilihan objek dan lokasi PKLM, penentuan judul PKLM oleh Ketua Program Diploma III

Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, pengajuan proposal PKLM, dan surat pengantar PKLM dari fakultas. 2. Studi Literatur Hal ini berkaitan dengan kegiatan mencari data informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku-buku literatur, peraturan perundangundangan di bidang perpajakan, artikel ilmiah baik dari majalah, surat kabar, internet, catatan-catatan, maupun bahasa tertulis yang ada hubungannya dengan laporan PKLM. 3. Observasi Lapangan Hal ini merupakan kegiatan mencari data dan informasi dengan mengikuti PKLM di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia secara langsung untuk dapat mengetahui kondisi serta keadaan yang sebenarnya serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. 4. Pengumpulan Data Hal ini merupakan kegiatan mengumpulkan data, keterangan, dan informasi mengenai penelitian Faktur Pajak sebagai upaya terhadap penyalahgunaan restitusi pajak yang berhubungan dengan penyusunan laporan PKLM.

Ada 2 jenis data dalam pengumpulkan data, yaitu : a. Data Sekunder yaitu data yang bersumber dari buku-buku perpajakan, diktat perpajakan, Undang-Undang Perpajakan, modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. b. Data Primer yaitu data yang bersumber dari orang yang berkompeten dan menguasai sebagai pengambil kebijakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. 5. Analisa dan Evaluasi Data Hal ini merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara menganalisa dan mengevaluasi data serta mengelompokkan data tersebut yang kemudian akan diinterpretasikan secara objektif, jelas, dan sistematis sehingga lebih mudah untuk menarik kesimpulan dari data tersebut. F. METODE PENGUMPULAN DATA Dalam melakukan pengumpulan data digunakan tiga metode, yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumen dengan menggunakan alat pengumpul data sebagai berikut: 1. Daftar Pertanyaan (Interview Guide) Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten dan menambah objek yang berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi laporan.

2. Daftar Observasi (Observation Guide) Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung maupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar, dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak instansi dengan pemberian arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko yang tinggi. 3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide) Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi seperti Undang-Undang Perpajakan, lampiran formulir-formulir, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan, dan data-data lain yang berhubungan dengan PKLM. G. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Adapun yang menjadi sistematika penulisan laporan PKLM : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan PKLM. BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM Dalam bab ini akan diberikan keterangan tentang sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, struktur

organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, uraian tugas pokok dan fungsi serta gambaran pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. BAB III GAMBARAN DATA PKLM Dalam bab ini diuraikan tentang hal-hal yang menjadi dasar dari gambaran data yang berhubungan dengan penelitian terhadap Faktur Pajak untuk menghindari penyalahgunaan dalam pemberian restitusi PPN pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA Dalam bab ini diuraikan mengenai penganalisaan data yang diperoleh dan kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi rangkuman dari objek yang telah diteliti serta saransaran yang membangun berdasarkan data dan informasi yang telah diperoleh. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN