RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 34/PUU-XV/2017 Pembentukan Daerah Provinsi Madura I. PEMOHON 1. Muhammad Makmun Ibnu Fuad, SE 2. Fadhilah Budiono 3. Drs. H. Achmad Syafii, M.Si. 4. Dr. KH. A. Busyro Karim, M.Si. 5. Imron Rosyadi, SE., M.Si. 6. KH. Imam Ubaidillah, S.Pd. 7. Halili 8. H. Herman Dali Kusuma, SH 9. KH. Ali Karrar Shinhaji 10.KH. M. Nurudin A Rachman, SH. 11. H. Achmad Zaini Kuasa Hukum Berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 17 Januari 2017: 5 Februari 2017: 6 April 2017: 29 Juni 2017: 7 Maret 2017: 4 Maret 2017: 5 April 2017: 29 Juni 2017: 5 Maret 2017: 6 Maret 2017: memberikan kuasa kepada Dr. Deni Setya Bagus Yuherawan, SH. MS., Prof. Dr. Nunuk Nuswardani, SH., MH., dkk II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Pasal 35 ayat (4) huruf a Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU 23/2014) III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon menjelaskan kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: - Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah melakukan pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945); 1
- Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang -Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa Mahkamah Konstitusi berwenang menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945; - Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan, Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. Menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ; IV. KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON (LEGAL STANDING) Para Pemohon adalah terdiri dari warga Negara indonesia yang berprofesi sebagai Kepala Daerah dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan juga sebagai Ketua Aliansi Ulama Madura (AUMA), Sekjen Badan Silahturrahmi Ulama dan Pesantren Madura (Bassra), dan sebagai Ketua Umum Panitia Nasional Persiapan Pembentukan Provinsi Madura. Para Pemohon tersebut merasa hak-hak konstitusionalnya berpotensi mengalami kerugian dengan diberlakukanya Pasal 35 ayat (4) huruf a UU 23/2014; Dengan kedudukan dan jabatannya yang langsung dipilih oleh rakyat, Pemohon merasa mewakili interpretasi dari keinginan rakyat Madura; V. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN DAN NORMA UUD 1945 A. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN Norma materiil yaitu: Pasal 35 ayat (4) huruf a UU 23/2014: Cakupan Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) huruf d meliputi: a. Paling sedikit 5 (lim a) Daerah kabupaten/kota untuk pembentukan Daerah Provinsi B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945. 1. Pasal 18 ayat (1) UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap 2
provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. 2. Pasal 18A ayat (1) UUD 1945 Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten, dan kota diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. 3. Pasal 18B ayat (1) UUD 1945 Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undangundang. 4. Pasal 28C ayat (2) UUD 1945 Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. 5. Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. 6. Pasal 28H ayat (2) UUD 1945 Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus unutk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. 7. Pasal 28I ayat (2) UUD 1945 Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersikap diskriminatif itu. 8. Pasal 28I ayat (3) UUD 1945 Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban. 3
VI. ALASAN PERMOHONAN 1. Madura secara geografis merupakan kepulauan tersendiri yang terpisah dari Jawa Timur (walaupun secara administratif merupakan bagian d ari Provinsi Jawa Timur), dari segi bahasa, sosial budaya, dan kesejarahan merupakan entitas tersendiri yang berbeda dan terpisah dari Provinsi Jawa Timur; 2. Ide awal untuk menjadikan Madura sebagai Provinsi tersendiri sudah dilakukan sejak lama, sekitar dimulai pada tahun 2001 yang diawali dengan Seminar Nasional di Universitas Bangkalan (saat ini Universitas Trunojoyo Madura); 3. Apabila dilihat syarat dan ketentuan hukum. Madura sudah memenuhi segala persyaratan untuk dijadikan sebagai satuan pemerintahan tersendiri, dalam bentuk Provinsi Madura baik dari segi persyaratan dasar/kapasitas daerah maupun persyaratan administratif sebagaimana diatur dalam UU 23/2014; 4. Pembentukan Provinsi Madura telah mendapat dukungan dari empat Bupati dan Ketua DPRD se-madura, serta persetujuan dari Gubernur dan DPRD Jawa Timur, kecuali hanya cakupan wilayah sebagaimana diatur dalam Pasal 35 ayat (4) huruf a, yang mengharuskan terdiri dari minimal 5 (lima) Kabupaten/Kota, sedangkan Madura saat ini terdiri dari 4 (empat) kabupaten; 5. Ketentuan dari Pasal a quo tidak dilandasi oleh dasar filosofis dan teoritis, mengenai alasan dalam pembentukan frasa paling sedikit 5 (lima) kabupaten/kota ; 6. Ketentuan Pasal a quo bertentangan dengan Pasal 18A ayat (1) yang menegaskan bahwa pembentukan daerah dan hubungan daerah tidak didasarkan kepada kuantitas jumlah wilayah, tetapi lebih ditekankan kepada penghormatan atas kekhususan dan keragaman yang dimiliki oleh suatu daerah; 7. Ketentuan Pasal a quo bertentangan dengan Pasal 18B ayat (1) Karena Pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR) dalam membentuk satuan pemerintahan baik ditingkat Provinsi maupun kabupaten/kota menitikberatkan kepada kekhususan dan keistimewaan dari daerah tersebut. VII. PETITUM 1. Menerima dan mengabulkan permohonan para Pemohon untuk seluruhnya; 4
2. Menyatakan Pasal 35 ayat (4) huruf a UU Pemda bertentangan terhadap Undang-Undang Dasar 1945; 3. Menyatakan Pasal 35 ayat (4) huruf a UU Pemda batal dan tidak memiliki kekuatan mengikat secara hukum; Atau: 4. Menyatakan Pasal 35 ayat (4) huruf a UU Pemda sesuai dengan Undang- Undang Dasar 1945 (konstitusional), sepanjang dimaknai tidak berlaku untuk wilayah atau daerah yang memiliki kekhususan dan/atau ke istimewaan seperti dalam perkara aquo (Madura); 5. Memerintahkan untuk memuat putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya; dan Atau, apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya. 5