KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

108 Desycha Yusianti Penggunaan Akad Kafalah Bi Al- Ujrah Pada Pembiayaan Take Over

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IJARAH MULTIJASA

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN TAKE OVER PADA PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS TAKE OVER KPR DARI BMI KE BRI SYARIAH

BAB II LANDASAN TEORI

MAPPING PERBANDINGAN KHES FATWA DSN-MUI

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga semakin banyak menerapkan produk-produk baru guna. yang aman untuk menyimpan uang mereka.

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, hlm.93.

MUD{A<RABAH PADA NASABAH BERMASALAH DI BMT MUDA

SESI : 07 ACHMAD ZAKY

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI TAKE OVER PADA PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH DI PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG PEMBANTU MOJOKERTO

Kafa<lah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (ka>fil)

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

ANALISIS PENERAPAN AKAD QARD} WAL IJA>RAH PADA PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI CABANG PURWOKERTO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

BAB IV. IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERALIHAN AKAD DI BMT MUDA SURABAYA. keuntungannya sudah diperjanjikan diawal akad. Artinya pihak BMT tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB II Landasan Teori

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank atau perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan di

BAB V PEMBAHASAN. A. Skema Pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah di Bank Muamalat. Indonesia Kantor Cabang Pembantu Ponorogo

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. teguh pada tali Allah (hablum min Allah) dan tali perjanjian sesama manusia

QARD{, MURA<BAH{AH DAN TAKE OVER

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

BAB III TINJAUAN TENTANG PEMBIAYAAN TAKE OVER (PENGALIHAN HUTANG) DALAM ISLAM. akad. Kata akad berasal dari kata al-aqad, yang berarti mengikat,

BAB I PENDAHULUAN. Konsep anjak piutang ( factoring) yang berdasarkan prinsip syariah sering dikatakan

MUSYARAKAH MUTANAQISAH SEBAGAI ALTERNATIF PADA PEMBIAYAAN KPRS DI BANK SYARIAH. Kajian LiSEnSi, Selasa, 23 Maret 2010

BAB IV PELAKSANAAN TAKE OVER PENYELESAIAN UTANG- PIUTANG DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NO. 31/DSN-MUI/VI/2002 TENTANG PENGALIHAN UTANG

BAB IV STUDI ANALISIS PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL KERJA DI UNIT MEGA MITRA SYARI AH (M2M) BANK MEGA SYARI AH KALIWUNGU

PEMBIAYAAN IJARAH MULTIJASA PADA JASA KEUANGAN DI KSU SYARIAH USAHA MULIA PROBOLINGGO

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

ANALISIS PENENTUAN TARIF POTONGAN IJARAH DAN PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PEMBIAYAAN IJARAH OLEH PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG MALANG.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengalihkan dana yang tersedia dari penabung kepada pengguna dana, kemudian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari penelitian penulis tehadap rumusan permasalahan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ±

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional Tentang Wakalah, Hawalah, dan Kafalah Dalam Kegiatan Jasa Perusahaan Pembiayaan Syariah

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN MODAL KERJA MENURUT FATWA. DEWAN SYARIAH NASIONAL No.

Ketentuan Dasar dan Karakteristik. Pelaksanaan Kegiatan Usaha

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. satu cita-cita dan sekaligus harapan seorang Muslim. Namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

A. Profil Singkat BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar. 1. Sejarah Berdirinya BMT UGT Sidogiri

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

Dealin Mahaputri Leonika

BAB II LANDASAN TEORI

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

I. PENDAHULUAN. Rumah merupakan suatu kebutuhan primer dan hak dasar manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengalami peningkatan yang cukup pesat tidak hanya pada negaranegara

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PENGALIHAN HUTANG KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) DI BANK SYARIAH

AKAD RAHN DAN AKAD-AKAD JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS SEWA

BAB IV PENUTUP. atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Konsep anjak piutang menurut Fatwa DSN-MUI merupakan konsep anjak

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia menerima dan memberikan

A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 58/DSN-MUI/V/2007 Tentang HAWALAH BIL UJRAH

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. terlambat bila dibandingkan dengan Negara-negara muslim lainnya, perbankan

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB II ASURANSI JIWA DALAM HUKUM ISLAM

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

BAB I PENDAHULUAN. sekundernya, contohnya keinginan memiliki mobil, motor, HP dan lain-lain, hal pokok yang melekat pada setiap manusia.

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH

AKAD-AKAD DI DALAM PASAR MODAL SYARIAH

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

PERATURAN NOMOR IX.A.14 : AKAD-AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB I PENDAHULUAN. melalui paket-paket kebijakan untuk mendorong kehidupan sektor usaha

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURĀBAḤAH DALAM BENTUK PERJANJIAN PIUTANG MURĀBAḤAH

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Akad Tabungan Mud}a<rabah (MDA) Berjangka

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

Transkripsi:

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGGUNAAN AKAD KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT SIDOGIRI CAPEM SUKOREJO KOTA BLITAR Pembiayaan take over merupakan pembiayaan yang digunakan untuk mengalihkan hutang. Hutang yang dialihkan tersebut berasal dari nasabah Lembaga Keuangan Konvensional kemudian dialihkan pada Lembaga Keuangan Syari ah oleh nasabah tersebut. Dalam pembiayaan take over di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar, digunakan akad kafa>lah bil ujrah, yakni akad pertanggungan atau penjaminan. Dalam proses akad kafa>lah bil ujrah ini, pihak BMT bertindak sebagai kafi>l, nasabah sebagai makfu>l anhu, dan pihak Lembaga Keuangan Konvensional (LKK) sebagai makfu>l lahu. Akad kafa>lah digunakan untuk menjamin hutang nasabah kepada pihak lain dalam hal ini LKK. Prosedur pembiayaan take over ini dimulai dari pemenuhan persyaratan yang harus dilengkapi nasabah, yang kemudian akan dianalisis oleh BMT, selanjutnya pelaksanaan akad oleh pihak BMT dan nasabah hingga pencarian dana pertanggungannya. Terkait akad kafa>lah yang digunakan oleh BMT, adalah termasuk akad kafa>lah bil ma>l, yaitu akad pertanggungan atau penjaminan dengan harta. Dalam hal prosedur akad kafa>lah yang diterapkan oleh BMT UGT Sidogiri 59

60 Capem Sukorejo Kota Blitar, pihak BMT menjamin hutang nasabahnya kepada Lembaga Keuangan Konvensional (LKK) tanpa hadirnya pihak LKK. Jadi, pada saat akad kafa>lah dilangsungkan, hanya dihadiri oleh pihak BMT dan nasabah saja, kemudian BMT memberikan dana pertanggungannya pada nasabah untuk dilunasi sendiri pada pihak LKK. Pihak BMT mengatakan itulah yang menyebabkan BMT menggunakan akad kafa>lah, karena tidak harus melibatkan pihak LKK, dan hanya antara BMT dan nasabah saja. Menurut para ulama, rukun kafa>lah adalah : 1. Kafi>l, yaitu orang yang menjamin ; 2. Makfu>l anhu, yaitu orang yang dijamin oleh kafi>l ; 3. Makfu>l lahu, yaitu pihak ketiga yang berpiutang kepada makfu>l anhu ; 4. Makfu>l bih, adalah hutang, barang, maupun pekerjaan yang dapat ditanggung oleh penjamin ; 5. S{ighah, yaitu Ijab dan Qabul. 1 Dalam Fatwa DSN No.11/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Kafa>lah, sebagai makfu>l lahu atau orang yang berpiutang disyaratkan untuk hadir. Menurut Imam Abu Hanifah dan Muhammad, kehadiran dari makfu>l lahu juga menjadi syarat terbentuknya akad kafa>lah. Jika tidak bisa hadir maka pihak makfu>l lahu harus menghadirkan seseorang yang dapat mewakilinya pada saat akad untuk memberikan persetujuan (qabul). Jika tidak hadir dan tidak ada yang mewakili, kemudian berita tentang akad kafa>lah tersebut sampai padanya lalu disetujui, 1 Hendi Suhendi, Fiqh Mu a>malah, 191.

61 maka menurut Abu Hanifah akad kafa>lah ini tidak boleh. Karena tidak ada yang memberikan persetujuan (qabul) dari makfu>l lahu. 2 Implementasi akad kafa>lah yang dilakukan BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar ini tidak sah dari segi syarat dan rukunnya. Dalam hal ini syarat dari makfu>l lahu tidak terpenuhi, dikarenakan pihak LKK tidak hadir dan nasabah membayar sendiri hutangnya pada LKK. Selain itu, pihak BMT sengaja tidak melibatkan pihak makfu>l lahu saat melakukan akad, maka tidak terjadi ijab dan qabul yang sempurna pada saat akad, padahal telah jelas bahwa harus disertai qabul dalam akad yang dilakukan. Selain iu, jika menggunakan mekanisme tersebut, praktek yang dilakukan seperti akad qard} (hutang piutang biasa), karena tidak melibatkan pihak LKK sama sekali pada saat pengalihan hutangnya. Terkait dengan pembiayaan take over (pengalihan hutang), Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah membuat Fatwa berkaitan dengan hal tersebut yaitu Fatwa MUI Nomor: 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan Hutang. Dalam fatwa tersebut, dijelaskan bahwa Pengalihan utang adalah pemindahan utang nasabah dari bank/lembaga keuangan konvensional ke bank/lembaga keuangan syariah. Untuk ketentuan akadnya, dalam Fatwa tersebut diberikan 4 alternatif penggunaan akad, yaitu : 1. Alternatif I (Akad Qard} Akad Mura>bahah) Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) memberikan qard} kepada nasabah. Dengan qard} tersebut nasabah melunasi kredit (utang)-nya; dan dengan demikian, aset yang dibeli dengan kredit tersebut menjadi milik nasabah 2 Wahbah az-zuhaili, al-fiqhu al-isla>my,49.

62 secara penuh. Selanjutnya nasabah menjual aset kepada LKS, dan dengan hasil penjualan itu nasabah melunasi qard}-nya kepada LKS. Kemudian, LKS menjual secara mura>bahah aset yang telah menjadi miliknya tersebut kepada nasabah, dengan pembayaran secara cicilan. 2. Alternatif II (Akad Mura>bahah) LKS membeli sebagian aset nasabah, dengan seizin Lembaga Keuangan Konvensional (LKK) sehingga dengan demikian, terjadilah syirkah al-milk antara LKS dan nasabah terhadap aset tersebut. Bagian aset yang dibeli oleh LKS adalah bagian aset yang senilai dengan utang (sisa cicilan) nasabah kepada LKK. Kemudian LKS menjual secara mura>bahah bagian aset yang menjadi miliknya tersebut kepada nasabah, dengan pembayaran secara cicilan. 3. Alternatif III (Akad Qard} Akad Ija>rah) Dalam pengurusan untuk memperoleh kepemilikan penuh atas aset, nasabah dapat melakukan akad ija>rah dengan LKS. Selanjutnya apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi kewajiban nasabah dengan menggunakan prinsip qard}. Akad ija>rah sebagaimana dimaksudkan tidak boleh dipersyaratkan dengan (harus terpisah dari) pemberian talangan. Besar imbalan jasa ija>rah tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan yang diberikan LKS kepada nasabah. 4. Alternatif IV (Akad Qard} Akad al-ija>rah al-munta>hiyah bi al-tamlik) LKS memberikan qard} kepada nasabah. Dengan qard} tersebut nasabah melunasi kredit (utang)-nya; dan dengan demikian, aset yang dibeli dengan

63 kredit tersebut menjadi milik nasabah secara penuh. Kemudian, nasabah menjual aset, dan dengan hasil penjualan itu nasabah melunasi qard}nya kepada LKS. Selanjutnya LKS menyewakan aset yang telah menjadi miliknya tersebut kepada nasabah, dengan akad al-ija>rah al-munta>hiyah bi al-tamlik. 3 Berdasarkan empat alternatif akad dalam Fatwa DSN MUI tersebut, penggunaan akad kafa>lah untuk pengalihan hutang tidaklah tepat. Akad kafa>lah yang diterapkan oleh BMT tidak terdapat dalam alternatif yang ada dalam Fatwa DSN MUI tersebut serta cenderung seperti akad qard}, yakni hutang piutang biasa. Pihak BMT hanya memberikan dana kepada nasabah, kemudian pelunasan hutang tersebut dilaksanakan oleh nasabah sendiri, tidak dilaksanakan oleh BMT. Prosedur tersebut memperlihatkan bahwa seperti tidak adanya makfu>l lahu, karena baik dari akad yang dilakukan hanya kedua belah pihak saja dan bahkan pelunasannya pun tidak dilakukan oleh BMT sebagai kafi>l. Dalam fiqh mu a>malah, akad yang digunakan untuk pengalihan hutang adalah akad hiwa>lah. Hiwa>lah adalah pemindahan kewajiban membayar hutang dari orang yang berhutang kepada orang yang berhutang lainnya. Hiwa>lah juga diartikan pengalihan kewajiban membayar hutang dari beban pihak pertama kepada pihak lain yang berhutang kepadanya atas dasar saling mempercayai. Objek dari akad hiwa>lah jelas adalah hutang, yang kemudian akan dialihkan oleh muhil dari muhal alaih. 3 Fatwa DSN No.11/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Kafa>lah.

64 Pada prakteknya, penjaminan yang dilakukan BMT adalah sebanyak hutang nasabah kepada LKK, padahal hutang tersebut di dalamnya telah bercampur dengan bunga kredit dengan LKK. Pada keadaan seperti ini, Adiwarman A.Karim menjelaskan bahwa dalam pembiayaan berdasarkan take over Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) mengklasifikasikan hutang kepada Lembaga Keuangan Konvensional (LKK) menjadi dua macam, yaitu : 1. Hutang pokok plus bunga, dapat menggunakan akad qard} karena alokasi penggunaan akad qard} tidak terbatas, termasuk untuk menalangi hutang yang berbasis bunga. 2. Hutang pokok, dapat menggunakan akad hiwa>lah atau pengalihan hutang karena hiwa>lah tidak bisa digunakan untuk menalangi hutang yang berbasis bunga. 4 Dalam pembiayaan take over ini, menggunakan akad qard} dirasa lebih tepat, karena obyek akadnya jelas adalah hutang, serta hutang tersebut telah bercampur dengan bunga. Seperti dalam praktek akad yang dilakukan oleh BMT dan nasabah, sebaiknya menggunakan akad qard} karena prakteknya lebih mirip dengan akad qard} dan tidak sesuai dengan akad kafa>lah. Akad kafa>lah yang digunakan oleh BMT untuk pembiayaan take over masih ditambah dengan ujrah (fee) yang harus dibayarkan oleh nasabah pada BMT. Dalam penentuan ujrah pihak BMT menetapkan besaran ujrah berdasarkan prosentase, serta jumlah plafon pembiayaan. Dalam perhitungannyapun BMT 4 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 249.

65 tidak menjelaskan kepada nasabah tentang perhitungan menggunakan prosentase tersebut, dan langsung memberikan nominal ujrah yang harus dibayar oleh nasabah. Akad kafa>lah termasuk dalam akad tabarru, dalam akad tabarru diperbolehkan adanya ujrah, namun tidak boleh dipersyaratkan dan harus secara sukarela diberikan. Jika seperti praktek yang dilakukan oleh BMT dengan menentukan ujrah sesuai jumlah talangan, hal ini tidak diperbolehkan. Nantinya, ujrah sama dengan kelebihan atau tambahan yang telah disyaratkan dalam perjanjian. Ujrah diperbolehkan apabila terjadi kondisi yang mendesak, seperti makfu>l lahu tidak menemukan orang yang bersedia membantu tanpa upah. Namun tidak boleh digunakan untuk memperoleh keuntungan secara berlebihan, karena sejatinya akad tabarru digunakan untuk tolong menolong, bukan untuk mencari keuntungan. Maka dalam akad kafa>lah ini, besaran ujrah seharusnya tidak ditentukan berdasarkan jumlah dana pertanggungan yang diberikan, dan harus dijelaskan secara jelas pada nasabah agar terhindar dari transaksi yang mengandur unsur gharar.