SEKOLAH TINGGI PERFILMAN JAKARTA SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Soraya Desiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. terlihat di kota Yogyakarta. Ini terlihat dari banyaknya komunitaskomunitas

SINEPLEX DAN SINEMATEX DI YOGYAKARTA Dengan pendekatan desain arsitektur post modern

RechtsVinding Online Mengembalikan Kejayaan Perfilman Indonesia Melalui Penyempurnaan Undang-Undang Perfilman

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia

SINEMATEK TERPADU DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

[ORAT ORET ARTSPACE] TA 131/53 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Presentase Jumlah Pecinta Seni di Medan. Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan Gol. Jumlah

PENDAHULUAN BAB I. Latar belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sekolah Desain Animasi dan Game Semarang

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam proses rancangan terdapat beberapa langkah antara lain; data, metode analisis). Langkah-langkah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Fotografi Semarang. Ilham Abi Pradiptha Andreas Feininger, Photographer,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG


BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Koentjaranigrat (seniman). Majalah Versus Vol 2 edisi Februari 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki teknologi yang bagus. Jenis mainan di bedakan menjadi 2 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini membahas tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bagas Laksawicaka Gedung Bioskop di Kota Semarang 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PUSAT PELATIHAN DAN PRODUKSI FILM TELEVISI DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Film sebagai satu media budaya seni yang mempunyai peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sepuluh tahun belakangan ini, perkembangan otomotif di tanah air sangat

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipungkiri

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG LEMBAGA SENSOR FILM

Kementerian Pendidikan Nasional merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. salah satu langkah yang di

STUDIO PRODUKSI FILM DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan atau permintaan pihak pemberi tugas. Tahapan perencanaan yang. kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing.

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. dari awal proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu individu yang dinamis namun sudah. cukup lama dirasakan adanya ketidakseimbangan antara perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan modern yang beredar tersebut menarik minat para generasi muda

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

diakui keberadaannya didunia. bahkan ditahun 1984 Indonesia pernah mencapai swasembada tanaman hias yang cukup tinggi. Namun akibat kebijakan

STUDIO PRODUKSI FILM DI JAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MORPHOSIS

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

BAB 1 PENDAHULUAN. Animasi berasal dari kata Animation yang ada dalam kata bahasa inggris to

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu. Film digunakan untuk memenuhi suatu kebutuhan umum yaitu. mengkomunikasikan suatu gagasan, pesan atau kenyataan.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

PROGRAM STUDI D4 ANIMASI SIKAP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HOTEL DAN CONVENTION CENTER BAB I PENDAHULUAN

3. Bagaimana menciptakan sebuah ruangan yang dapat merangsang emosi yang baik untuk anak dengan menerapkan warna-warna di dalam interior?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Service), serta media alam sebagai media pembelajaran dan tempat. school melalui penyediaan fasilitas yang mengacu pada aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta adalah kota yang relatif aman, stabil dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara BAB 1

Pusat Apresiasi Film DI YOGYAKARTA

SEKOLAH TINGGI FILM DAN TELEVISI DI SEMARANG PENEKANAN DESAIN KONSEP ARSITEKTUR PAUL RUDOLPH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Sport Hall

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Medan Convention and Exhibition Center 1 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

RUMAH PRODUKSI PENGADEGAN STUDIO INDONESIA DI JAKARTA SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

AKADEMI SEPAKBOLA INTERNASIONAL LIVERPOOL FC MEDAN 04/24/2014 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN. umat manusia tanpa termakan oleh waktu. Bentuk tertulis ini membutuhkan sebuah media,

LEMBAGA PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DI SEMARANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya film merupakan suatu bentuk komunikasi massa, dimana penyampaian pesan ditransfer dar unsure visual (motion picture) dan unsur audio. Kedua unsur ini dipadukan menjadi satu bentuk informasi yang bias bersifat hiburan, komersial, sosial, maupun dokumentasi. Dinamika kegiatan film di kalangan pelajar, baik dalam wujud apresiasi maupun produksi, harus mendapatkan panggungnya. Hal ini akan mendorong perkembangannya ke arah yang lebih baik. Komunitas pelajar sebagai generasi penerus yang akan melanjutkan estafet dunia perfilman Indonesia harus menempa diri terus menerus untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas karya. Pada saatnya nanti, seiring dengan perkembangan pengetahuan, dukungan teknologi, kepekaan estetis, dan berbagai perubahan baik lainnya, komunitas dan karya film pelajar akan mendapatkan tempatnya yang terbaik. Festival film adalah sebuah panggung bagi para filmmaker, penonton, penyelenggara, dan berbagai pihak yang berkepentingan atasnya. Panggung ini harus terus hidup dan dihidupi untuk menampilkan berbagai karya. Keragaman elemen naratif, gaya sinematik, apresiasi penonton, sikap profesional penyelenggara dan dukungan penuh dari berbagai pihak akan berdialog dan menghasilkan manfaat. Pada titik inilah sebuah festival film yang dikhususkan untuk pelajar menemukan maknanya. (1) Memanfaatkan teknologi dalam industri kreatif film sangat penting untuk ditingkatkan dan dikembangkan, karena industri film adalah suatu industri kreatif yang memiliki daya jual yang tinggi. (2) Menteri Perdagangan mengungkapkan, industri kreatif mampu menyerap tenaga kerta 5,4 juta pekerja yang tersebar pada 22 juta perusahan. Jumlah ini setara atau 5,2 persen dari perusahaan yang ada di Indonesia. ( http//hukumham.info) (1) http://www.fftv.ikj.ac.id/ (2) http://jumialely.com/,(24 april 2010) and_iaz@yahoo.com ANDRYAS.P SILALAHI_41206010029 1

Perkembangan sekolah perfilman di negara lain khususnya di Asia. India setidaknya memiliki 30 sekolah film, Korea Selatan mempunyai 7 sekolah film, sedangkan Filipina memiliki 5 sekolah film. Sejumlah negara secara serius memerhatikan perkembangan perfilman, sebab industri kreatif seperti industri perfilman adalah industri yang paling bisa bertahan di masa resesi atau krisis ekonomi. (3) Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik mengatakan film adalah bagian dari cermin budaya bangsa, oleh karena itu ia mengimbau para sineas Indonesia membuat film yang kental dengan kebudayaan negeri sendiri. Film Indonesia akan semakin disukai oleh masyarakat kalau kental budaya bangsa dan akan ditinggalkan kalau membawa norma-norma di luar budaya Indonesia. (4) Produksi Film Indonesia mengalami pasangsurut dari tahun ke tahun. Sejak krisis ekonomi pada akhir tahun 1997 dan awal 1998, produksi film Indonesia mengalami penurunan. Namun sejak tahun 2002 industri film mulai kembali bergeliat. Mulai tahun 2002 jumlah produksi film naik menjadi 9 buah atau naik 5 buah dari tahun sebelumnya. Angka produksi tersebut terus naik hingga pada tahun 2005 dan 2006 menjadi 33 buah. Kemudian pada tahun 2007 dan 2008 masih mengalami kenaikan masing-masing 53 buah dan 75 buah. (5) Karena itu, Drs. Ali Mochtar Ngabilin, M.Si dari Yayasan Lembaga Studi Informasi dan Media Jakarta mengatakan dipandang perlu adanya istitusi untuk membangum perfilman, yaitu dengan memberikan fasilitas pendidikan perfilman dengan mendirikan sekolah perfilman. (6) (3) Rancangan Apik Sekolah Film. Pikiran Rakyat, 11 September 2008. (4) Film Indonesia Harus Angkat Budaya Bangsa. Kapanlagi.com, Jumat 12 Desember 2008. (5) Pusat Pengelolaan Data dan Sistem Jaringan, Depbudpar 2009. (6) Perfilman Itu Ladang Mahasiswa. Jawa Pos, Rabu 24 Juni 2004. and_iaz@yahoo.com ANDRYAS.P SILALAHI_41206010029 2

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari adanya pembangunan Sekolah Tinggi ini adalah untuk menjadikan sarana pendidikan yang menyedikan fasilitas serta sarana bagi masyarakat kaum muda untuk pembelajaran tentang perfilman agar mampu mendidik generasi baru bagi dunia perfilman secara profesional dan mampu mengembangkan institusi pendidikan tinggi ini memperoleh lulusan yang berprestasi baik. Tujuan yang diharapkan pada perancangan ini antara lain : a. Menjadikan tempat pendidikan tinggi dengan fasilitas yang baik. b. Turut mendukung dalam upaya meningkatkan mutu dan perkembangan film dengan kurikulum pendidikan yang baik menurut satandar kurikulum yang ada. c. Menyediakan wadah yang berkaitan dengan komoditas dan aktivitas dalam bidang perfilman. d. Menjadikan sarana pendidikan dengan konsentrasi khusus Ilmu Perfilman. 1.3 PERMASALAHAN Di dalam perumusan permasalahan yang dihadapi pada sebuah pendidikan film yang secara langsung melibatkan beberapa hal-hal penting dan permasalahan tersebut yaitu tentang : Permasalahan Arsitektur Bagaimana mendisain suatu bangunan pendidikan film dengan fasilitas penunjangnya sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Bagaimana memberikan keamanan, kenyamanan dan kebutuhan komunitas yang ingin mereka dapatkan dari sebuah pendidikan perfilman. Menciptakan ruang untuk komunitas filmmakers yang saat ini belum banyak dikenal publik, seperti film independence, film and_iaz@yahoo.com ANDRYAS.P SILALAHI_41206010029 3

dokumenter, film pendek, film animasi, video art dan beberapa pengelompokkannya. Menciptakan ruang-ruang aktivitas sebagai sarana wadah komunitas film yang sekaligus sebagai sarana pembelajaran dan pengenalan ke publik. 1.4 RUANG LINGKUP Ruang lingkup yang menjadi pokok pembahasan adalah ruang lingkup perencanaan bangunan dan keterkaitannya dengan aspek manusia sebagai pengguna dan lingkungan sebagai media interaksi serta meliputi pembahasan mengenai kegiatan dan fasilitas bagi wadah tersebut. Penulisan ini di latarbelakangi oleh kondisi Perfilman Nasional yang dirasakan sedang bangkit dan berkembang maju sehingga memerlukan suatu wadah atau media, dimana film-film dan sejenisnya yang saat ini dirasakan publik selayaknya mampu memberikan warna baru dalam masyarakat. Lokasi yang dipilih adalah sesuai dengan pendekatan judul, tema dan ruang lingkupnya, yaitu sebagai tempat atau fasilitas pendidikan yang tujuannya sebagai wadah edukasi serta tempat komunitas praktisi film untuk berinteraksi dengan publik luas. and_iaz@yahoo.com ANDRYAS.P SILALAHI_41206010029 4

F E E D B A C K SEKOLAH TINGGI PERFILMAN JAKARTA SKRIPSI 1.5 SKEMA PEMIKIRAN SEKOLAH TINGGI PERFILMAN 1. Kondisi perfilman nasional yang sedang bangkit sehingga dirasakan perlu adanya media yang memberi warna baru dalam proses pendidikan film. 2. Fenomena kebutuhan masyarakat sekarang terhadap perfilman. 3. Pendidikan yang spesifik dalam memahami lingkup dunia film. Study Data dan informasi - Perkembangan film saat ini - Sekolah Perfilman - Program Studi dalam perfilman - Lokasi - Sejarah - Eksisting - Tautan lingkungan - Studi banding I N P U T Tema Ekspresi Bentuk Analisa perilaku & kegiatan (Human) Analisa : Analisa tapak & tautan lingkungan perencanaan (Enviroment) Analisa bangunan & kebutuhan ruang (Building) P R O S E S KONSEP PERANCANGAN 1.KONSEP DASAR PERANCANGAN 2.KONSEP TAPAK 3.KONSEP SIRKULASI 4.PROGRAM RUANG 5.KONSEP BANGUNAN DISAIN and_iaz@yahoo.com ANDRYAS.P SILALAHI_41206010029 5 O U T P U T

1.6 METODE PEMBAHASAN Metode penulisan ini adalah memperkenalkan masalah pada bab pendahuluan. Kemudian menguraikan data melalui proses analisa yang ditinjau dari beberapa sudut pandang serta mengupas permasalahan. Setelah itu memfokuskan permasalahan yang berkenan dengan arsitektur baru kemudian permasalahan di selesaikan lewat konsep perancangan. Data dan fakta diperoleh dengan cara : Studi Literatur Dengan mengumpulkan data-data melalui artikel, yang berasal dari koran/majalah, buku yang berhubungan dengan judul skripsi sebagai acuan dan perbandingan. Studi Banding Melakukan survey langsung terhadap lokasi yang dipilih, pengamatan dan dokumentasi di dalam dan sekitarnya. Mengumpulkan fakta-fakta yang berkembang di masyarakat serta beberapa sudut pandang penulis yang berkenaan dengan pendekatan judul. Studi Pustaka tentang teori-teori arsitektur yang berkenaan dengan judul ( Sekolah Tinggi Perfilman Jakarta ) serta tema Ekspresi Bentuk. and_iaz@yahoo.com ANDRYAS.P SILALAHI_41206010029 6

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika pembahasan yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Bab ini berisikan latar belakang, maksud dan tujuan, permasalahan, ruang lingkup permasalahan, skema pemikiran, metode pembahasan dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Umum Proyek Bab ini berisikan gambaran umum proyek, tinjauan proyek, sejarah perefilman dan studi banding Bab III Tinjauan Khusus Tema Bab ini menjelaskan pengertian tema proyek yang diambil dari tinjauan teoritis, factor-faktor, unsure-unsur, pendukung tema contoh bangunan yang berhubungan dengan tema serta kaitannya ddengan judul. Bab IV Analisa Perencanaan Bab ini berisikan tentang analisa fisik dan non-fisik tapak, program perencanaan dan perancangan. Bab V Konsep Perancangan Bab ini berisikan kesimpulan dari analisa-analisa yang menjadi dasar pemikiran dalam perencanaan serta konsep dalam perencanaan dan perancangan dengan terapan dari tema. and_iaz@yahoo.com ANDRYAS.P SILALAHI_41206010029 7