BAB V ANALISIS TINGKAT KESIAPAN KOTA SURAKARTA TERHADAP DIMENSI MOBILITAS CERDAS

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT KESIAPAN KOTA SURAKARTA TERHADAP DIMENSI MOBILITAS CERDAS (SMART MOBILITY) SEBAGAI BAGIAN DARI KONSEP KOTA CERDAS (SMART CITY)

TEORI Kota Cerdas dari Dimensi Mobilitas Cerdas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

REKAYASA TRANSPORTASI

GREEN TRANSPORTATION

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia, tampak dari usaha-usaha manusia untuk senantiasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kebijakan Perencanaan Tata Ruang dan Transportasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan jasa transportasi, bukanlah merupakan kebutuhan langsung ( tujuan akhir yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Angkutan Umum Masal Perkotaan. Jabodetabek. Jaringan. Rencana Umum.

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada para pelanggan. Sedangkan

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468); 4. Peraturan Presiden Nomor 47

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dr.Eng. MUHAMMAD ZUDHY IRAWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

PERENCANAAN??? MENGAPA DIPERLUKAN. Peningkatan jumlah penduduk. Penambahan beban jaringan jalan. & transportasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup sebuah perusahaan sangat tergantung pada kepuasan para

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2012 NOMOR : 16 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan dalam waktu cepat, berteknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

BAB I PENDAHULUAN BAB II Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. kereta api, angkutan air, dan angkutan udara (Warpani,1990). ke tahun 2014 yaitu hingga 10 juta unit dengan rata-rata rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

Terminal Darat, Laut, dan

DINAS PERHUBUNGAN DAN LLAJ PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ini telah menjadi pendorong pada integrasi kota-kota besar di Indonesia, dan juga di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pengembangan wilayah. Sistem transportasi yang ada

MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS KELAYAKAN PENAMBAHAN ARMADA BUS TIC DI TINJAU DARI INVESTASI

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2,

BAB I PENDAHULUAN. dan rasa aman kepada pengguna jasa angkutan umum di dalam melakukan

angkutan umum missal merupakan system angkutan umum yang efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi, perkembangan dan peranan sektor jasa makin

Transkripsi:

BAB V ANALISIS TINGKAT KESIAPAN KOTA SURAKARTA TERHADAP DIMENSI MOBILITAS CERDAS Pembahasan tingkat kesiapan Kota Surakarta terhadap dimensi mobilitas cerdas dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah pembahasan tingkat kesiapan tiap variabel mobilitas cerdas di Kota Surakarta. Tahap kedua adalah analisis tingkat kesiapan Kota Surakarta secara keseluruhan berdasarkan semua variabel mobilitas cerdas untuk mengetahui tingkat kesiapan dalam menerapkan mobilitas cerdas di Kota Surakarta. 5.1. Tingkat Kesiapan Tiap Variabel Mobilitas Cerdas di Kota Surakarta Tingkat kesiapan yang dibahas dilihat dari tiap variabel mobilitas cerdas. Mobilitas cerdas terdiri dari lima variabel, antara lain aksesibilitas lokal, akses multi moda, aksesibilitas internasional, infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi pendukung mobilitas, serta transportasi berkelanjutan dan aman. 5.1.1 Tingkat Kesiapan Aksesibilitas Lokal Tingkat kesiapan aksesibilitas lokal dilihat dari beberapa aspek yaitu, jaringan transportasi umum, tingkat kepuasan terhadap akses dan kualitas transportasi umum. Berdasarkan data yang diperoleh presentase jaringan transportasi umum yang melayanai Kota Surakarta sebesar 84,92%. Nilai tersebut masuk pada karegori sangat siap, yang memiliki range nilai presentase jaringan transportasi umum yang melayani kota yaitu >66%. Menurut Gifinger (2007), sebuah kota cerdas perlu didukung dengan jaringan transportasi umum yang dapat melayani keseluruhan wilayah kota. Sementara Kota Surakarta sudah hampir memenuhi pelayanan transportasi umumnya melalui jaringan transportasi yang tersedia sebesar 84,92% dari keseluruhan luas wilayah kotanya. Hal tersebut dapat mendukung Kota Surakarta untuk mempersiapkan menjadi kota cerdas dari aspek jaringan transportasi umumnya. Akan lebih sempurna jika wilayah seluas 15,1% Surakarta ikut terpenuhi juga jaringan transport umumnya. Wilayah-wilayah tersebut antara lain wilayah mojosongo,sangkrah, sewu, kadipiro, banyuanyar, sebagian kecil kerten dan joyotakan, serta karangasem. Aspek lainnya dari tingkat aksesibilitas lokal adalah tingkat kepuasan dengan akses ke transportasi umum. Dari hasil kuesioner mendapatkan jumlah skor sebesar 990 untuk tingkat kepuasan terhadap akses ke transportasi umum. Nilai tersebut berada pada range nilai 833-1167 yang berarti masuk pada kategori siap bersyarat. Sedangkan tingkat kepuasan dengan kualitas angkutan umum yang juga diperoleh dari hasil kuesioner mendapatkan jumlah skor 415. Nilai tersebut berada pada range nilai 333-467, yang berarti

5.1.2 Tingkat Kesiapan Akses Multi commit Moda to user masuk pada kategori siap, bersyarat. Menurut Giffinger (2007), aspek kepuasan terhadap akses dan kualitas transportasi umum penting dalam mendukung kemudahan untuk melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain dengan mudahnya mengakses transportasi umum dan kualitasnya yang memuaskan. Kota Surakarta sendiri masih belum dapat memuaskan dari segi akses maupun kualitas dari transportasi umumnya. Masyarakat masih merasa akses ke transportasi umum belum mudah pada setiap waktu, ada kalanya pada waktu tertentu transportasi umum sulit diakses. Begitu juga untuk kualitas transportasi umum di kota Surakarta, masyarakat pengguna transportasi umum belum merasakan kepuasan yang tinggi terhadap kualitas transportasi umum. Kepuasan yang ada saat ini antara lain dikarenakan kenyamanan sebagian moda yang sudah dilengkapi AC (Air Conditionair) dan keramahan dari kondekturnya. Namun ketidakpuasan dari masyarakat pengguna juga masih ada, antara lain ketidaknyamanan dari dalam moda yang tidak berac, penuh sesak penumpang saat jam puncak berangkat/pulang sekolah maupun kerja, ketidaktepatan jadwal yang membuat lama menunggu, dan masih ditemukan moda yang sudah tidak layak. Jadi, untuk aspek tingkat kepuasan terhadap akses dan kualitas transportasi umum di Kota Surakarta bisa mendukung untuk mobilitas cerdas namun perlu melakukan beberapa perbaikan dan peningkatan kualitas (dari segi kondisi moda yang layak) serta kuantitas (dari segi jumlah modanya) dari transportasi umumnya. Tabel 5.1 Tingkat Kesiapan Aksesibilitas Lokal Jaringan transportasi umum Kepuasan dengan akses ke transportasi umum Kepuasan dengan kualitas transportasi umum Nilai 7 Nilai skoring tingkat kesiapan aksesibilitas lokal berdasarkan jaringan transportasi umum, kepuasan terhadap akses dan kualitas transportasi umum adalah tujuh (7) yang berarti termasuk dalam kategori siap namun memiliki beberapa syarat untuk dapat benarbenar mendukung mobilitas cerdas (berdasarkan tabel 3.14). Jaringan transportasi umum sudah hampir memenuhi seluruh wilayah Kota Surakarta, namun dalam hal ketersediaan akses yang mudah terhadap transportasi umum bagi penggunanya masih dirasa belum cukup memuaskan, contohnya dari segi intensitas kedatangan moda transportasi umum yang belum tinggi pada sore hari. Begitu juga dari segi kualitas modanya, dari pengguna masih merasakan ketidaknyamanan atas adanya moda yang sudah tidak layak/rusak. Tingkat kesiapan akses multi moda dilihat dari adanya moda yang terintegrasi antara darat, rel, dan udara. Berdasarkan data yang diperoleh, di Kota Surakarta terdapat integrasi

moda transportasi umum yaitu antara moda bus dengan kereta dan pesawat. Hal ini berarti pada tingkat kesiapan akses multi moda, Kota Surakarta masuk pada kategori siap, bersyarat. Menurut Besong (2007), akses multi moda terdiri dari integrasi antara moda bus dengan kereta api, integrasi moda bus dengan pesawat, dan integrasi moda kereta dengan pesawat. Di Kota Surakarta sendiri hanya terdapat integrasi antara moda bus dengan pesawat dan bus dengan kereta, belum terdapat integrasi antara moda pesawat dengan kereta, berarti moda transportasi umumya belum terintegrasi secara utuh, oleh karenanya masuk pada kategori siap bersyarat. Hal itu berarti Kota Surakarta bisa siap untuk menerapkan mobilitas cerdas jika memenuhi syarat yaitu mengadakan integrasi moda antara pesawat dan kereta yang belum tersedia di Kota Surakarta. Tabel 5.2 Tingkat Kesiapan Akses Multi Moda Akses multi moda Nilai 2 Nilai skoring tingkat kesiapan akses multi moda adalah dua (2) yang berarti termasuk dalam kategori siap namun memiliki syarat untuk dapat benar-benar mendukung mobilitas cerdas. Kota Surakarta perlu mengadakan integrasi antara moda kereta dengan pesawat, agar semua moda transportasi umum yang ada terintegrasi satu sama lain dan memudahkan mobilitas kota yang dapat mendukung penerapan mobilitas cerdas. 5.1.3 Tingkat Kesiapan Aksesibilitas Internasional Tingkat kesiapan aksesibilitas internasional dilihat dari akses menuju bandar udara dari dalam Kota Surakarta. Berdasarkan data yang diperoleh, Kota Surakarta memiliki akses menuju bandar udara melalui transportasi umum berupa bus yaitu berupa bus BST koridor 1 dan Damri. Hal ini berarti pada tingkat kesiapan aksesibilitas internasioanl Kota Surakarta masuk pada kategori siap bersyarat. Menururt Bintarto (1989) aksesibilitas perlu didukung oleh banyaknya sistem jaringan yang tersedia. Kota Surakarta memiliki jaringan transportasi yang mendukung aksesibilitas internasional yaitu berupa jaringan transportasi umum bus kota yang melayani hingga bandar udara. Namun, jaringan transportasi yang terdapat hanya dari bus kota, belum terdapat jaringan kereta api yang menuju bandar udara. Maka dari itu dalam aksesibilitas internasional Kota Surakarta termasuk ke dalam kategori siap bersyarat. Kota Surakarta akan siap jika memenuhi syarat dalam hal ini berupa pengadaan jaringan transportasi kereta api menuju bandar udara, sehingga dapat mendukung akses internasional dengan kemudahan yang ada dan mendukung untuk menerapkan mobilitas cerdas.

Tabel 5.3 Tingkat Kesiapan Aksesibilitas Internasional Aksesibilitas Internasional Nilai 2 Nilai skoring tingkat kesiapan aksesibilitas internasional adalah dua (2) yang berarti termasuk dalam kategori siap namun memiliki syarat untuk dapat benar-benar mendukung mobilitas cerdas. Kota Surakarta perlu melakukan perbaikan pada ketersediaan jaringan tarnsportasi umum yang menuju ke bandar udara. Jaringan yang saat ini telah ada yaitu berupa jaringan transportasi bus kota, dalam hal tersebut perlu diperbaiki dari segi ketersediaan aksesnya dari banyak titik di kota, karena yang ada saat ini, Kota Surakarta baru memiliki jaringan transportasi bus yaitu BST koridor 1 yang dapat diakses dari kota dan Damri yang dapat diakses dari terminal. Kota Surakarta juga perlu melengkapi jaringan transportasi yang berupa kereta api untuk melayani hingga bandar udara. Dengan begitu, aksesibilitas internasional dapat mendukung penerapan mobilitas cerdas. 5.1.4 Tingkat Kesiapan Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendukung Mobilitas Tingkat kesiapan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi pendukung mobilitas terdiri dari dua aspek yaitu ketersediaan sistem kartu cerdas dan pendapatannya serta ketersediaan informasi real time. Berdasarkan data yang diperoleh dari aspek kartu cerdas, di Kota Surakarta telah ada sistem kartu cerdas yang mendukung transportasi umum namun belum optimal. Hal tersebut masuk pada kategori siap bersyarat. Menurut Cohen (2011), keberadaan sistem kartu cerdas memberikan pelayanan dalam pembayaran untuk sebuah perjalanan serta memberikan pendapatan tersendiri yang diperoleh dari kartu cerdas. Sementara itu, di Kota Surakarta meskipun telah tersedia sistem kartu cerdas, namun penggunanya sangat sedikit sekali, pendapatannya pun hampir tidak ada yang berasal dari kartu cerdas, sehingga belum dapat dikatakan bahwa sistem kartu cerdas yang ada telah memberikan pelayanan dalam pembayaran untuk transportasi umum. Dari hal tersebut, Kota Surakarta memang sudah bisa siap untuk menerapkan mobilitas cerdas, namun perlu memenuhi persyaratan yaitu mengoptimalkan sistem kartu cerdas yang telah ada agar bisa bermanfaat melayani pembayaran secara noncash dan memberikan pendapatan yang berasal dari kartu cerdasnya. Sedangkan dari aspek ketersediaan informasi real time, Kota Surakarta hanya memiliki satu jenis informasi real time yaitu informasi real time mengenai kondisi lalu lintas. Hal tersebut masuk pada kategori siap bersyarat. Cohen (2011) menyebutkan bahwa mobilitas cerdas akan didukung oleh informasi real time mengenai kondisi lalu lintas kota

dan informasi real time yang tersedia dari transportasi umum. Sedangkan kondisi yang ada di Kota Surakarta belum tersedia informasi real time yang tersedia dari transportasi umum, maka dari itu Kota Surakarta dalam aspek ini dapat dikatakan siap jika dengan terlebih dahulu memenuhi persyaratan, yaitu mengadakan informasi real time mengenai transportasi umum. Tabel 5.4 Tingkat Kesiapan Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendukung Mobilitas Kartu cerdas Informasi real time Nilai 4 Nilai skoring tingkat kesiapan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi pendukung mobilitas adalah empat (4) yang berarti termasuk dalam kategori siap namun memiliki beberapa syarat untuk dapat benar-benar mendukung mobilitas cerdas. Syaratsyarat yang perlu dipenuhi oleh Kota Surakarta pada aspek ini antara lain mengoptimalkan fungsi sistem kartu cerdas yang sudah ada dan menyediakan informasi real time dari transportasi umum, yang berfungsi untuk memberikan informasi ter-update mengenai keberadaan moda transportasi umum yang dapat diakses oleh penggunanya. 5.1.5 Tingkat Kesiapan Transportasi Berkelanjutan dan Aman Tingkat kesiapan transportasi berkelanjutan dan aman terdiri dari dua aspek yaitu aspek mobilitas hijau dan keselamatan lalu lintas. Berdasarkan data yang diperoleh, mobilitas hijau di Kota Surakarta belum didukung oleh keberadaan fasilitas sepeda berupa penyewaan sepeda dan transportasi umum yang sudah menggunakan energi bersih. Hal ini berarti pada aspek ini Kota Surakarta termasuk pada kategori tidak siap. Menurut Cohen (2011) mobilitas hijau terkait keberadaan fasilitas bersepeda di kota berupa penyewaan sepeda. Dalam hal tersebut Kota Surakarta belum sesuai dengan yang dikemukakan oleh Cohen, karena di Kota Surakarta terdapat fasilitas bersepeda yang hanya berupa parkir sepeda yang berada di beberapa titik di citywalk pada Jl.Slamet Ryadi, bukan fasilitas penyewaan sepeda. Hal itu belum cukup untuk dikatakan siap dalam aspek mobilitas hijau. Giffinger (2007) menambahkan bahwa mobilitas hijau harus didukung dengan penggunaan transportasi yang ramah lingkungan, yaitu yang menggunakan energi bersih seperti kereta listrik. Kota Surakarta belum memenuhi persyaratan tersebut, maka Kota Surakarta dalam aspek mobilitas hijau terbilang tidak siap. Sedangkan dari aspek keselamatan commit to lalu user lintas, Kota Surakarta hanya terdapat keselamatan untuk pejalan kaki, yang berarti masuk pada kategori siap bersyarat. Dalam

UU nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, keselamatan lalu lintas dapat dipenuhi dengan adanya lajur khusus untuk transportasi umum dan fasilitas untuk pejalan kaki yang disertai kemudahan bagi penyandang cacat. Dalam hal ini Kota Surakarta masih belum memiliki lajur khusus untuk tramsportasi umum, oleh sebab itu Kota Surakarta dapat benar-benar siap untuk mobilitas cerdasnya apabila terlebih dahulu memenuhi persyaratan yaitu mengadakan lajur khusus untuk transportasi umum demi keselamatan lalu lintas. Tabel 5.5 Tingkat Kesiapan Transportasi Berkelanjutan dan Aman Mobilitas hijau Keselamatan lalu lintas Nilai 3 Nilai skoring tingkat kesiapan transportasi berkelanjutan dan aman adalah tiga (3) yang berarti termasuk dalam kategori tidak siap (berdasarkan tabel 3.14). Kota Surakarta dapat siap untuk mobilitas cerdasnya jika memiliki transportasi yang ramah lingkungan dan mengadakan lajur khusus untuk transportasi umum, serta mengadakan fasilitas penyewaan sepeda. Hal tersebut bermanfaat untuk mendukung mobilitas hijau dan keselamatan lalu lintas di Kota Surakarta yang dapat menjadi modal untuk menerapkan mobilitas cerdas. 5.2. Tingkat Kesiapan Dimensi Mobilitas Cerdas di Kota Surakarta Dari tingkat kesiapan masing-masing mobilitas cerdas, selanjutnya digunakan untuk melakukan analisis skoring tingkat kesiapan dimensi mobilitas cerdas di Kota Surakarta. Tingkat kesiapan dimensi mobilitas cerdas di Kota Surakarta dipengaruhi oleh keterpenuhan kriteria dari masing-masing variabel. Variabel Aksesibilitas lokal Akses multi moda Aksesibilitas Internasional Infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi pendukung mobilitas Transportasi berkelanjutan dan aman Tabel 5.6 Tingkat Kesiapan Mobilitas Cerdas Nilai 9 Tingkat kesiapan mobilitas cerdas berdasarkan hasil sintesis teori dari european model dan Boyd Cohen perlu melihat lima aspek, antara lain aksesibilitas lokal, akses multi moda, aksesibilitas internasional, infrastruktur teknologi informasi & komunikasi pendukung

mobilitas, dan transportasi berkelanjutan & aman. Aksesibilitas lokal adalah untuk mendukung jaringan transportasi umum dan aksesnya bagi masyarakat pengguna transportasi umum di kota agar mudah mencapai tempat-tempat yang ada di kota. Untuk mengakses tempat yang berskala internasional didukung oleh keberadaan jaringan transportasi umum yang menuju bandara yaitu dari aspek aksesibilitas internasional. Di dalam kota juga perlu ada integrasi dari berbagai moda transportasi umum untuk memenuhi perjalanan yang membutuhkan lebih dari satu jenis moda, hal ini didukung oleh aspek akses multi moda. Dalam memberikan informasi ter-update mengenai kondisi lalu lintas dan transportasi umum yang dapat diakses dengan segera yaitu didukung oleh aspek teknologi informasi dan komunikasi. Dari semua itu, perlu diiringi dengan pertimbangan keberlanjutan lingkungan yaitu dengan didukung oleh aspek transportasi berkelanjutan dan aman. Kota Surakarta setidaknya telah dapat memenuhi empat aspek, yaitu aksesibilitas lokal, akses multi moda, aksesibilitas internasional, dan teknologi informasi dan komunikasinya. Ke-empat aspek tersebut terpenuhi dengan memiliki syarat-syarat yang akan dijelaskan pada tabel 5.7. Sedangkan untuk aspek yang tidak terpenuhi adalah aspek transportasi berkelanjutan dan aman. Dalam hal ini Kota Surakarta perlu banyak pengadaan dan perbaikan untuk dapat menerapkan mobilitas cerdas secara utuh. Hasil perhitungan skoring dari tingkat kesiapan dimensi mobilitas cerdas di Kota Surakarta (tabel 5.6) adalah sembilan (9). Berdasarkan indikator tingkat kesiapan, nilai sembilan (9) berada pada range 8,4 11,7, maka nilai sembilan (9) termasuk dalam kategori siap bersyarat dalam penerapan konsep kota cerdas dari dimensi mobilitas cerdas. Jika Kota Surakarta ingin menjadi sangat siap dalam penerapan mobilitas cerdasnya, maka hasil skor akhirnya harus berada antara 11,8 15. Kondisi yang ada saat ini pada Kota Surakarta adalah dapat dikatakan siap namun dengan beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi terlebih dahulu. Variabel-variabel mobilitas cerdas di Kota Surakarta nampaknya sebagian besar memiliki tingkat kesiapan yang dapat dikatakan siap dengan memenuhi beberapa persyaratan.

Aksesibilitas lokal Tabel 5.7 Sintesis Pembahasan Variabel Hasil Pembahasan Siap bersyarat Akses multi moda Aksesibilitas Internasional Infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi pendukung mobilitas Transportasi berkelanjutan dan aman Siap bersyarat Siap bersyarat Siap bersyarat Tidak siap Jaringan transportasi umum di Kota Surakarta sudah sangat siap mendukung untuk mobilitas cerdas, namun tingkat kepuasan terhadap akses dan kualitas transportasi umum dirasakan penggunanya masih belum maksimal sehingga belum dapat dikatakan benar-benar siap. Syarat perlu dipenuhi antara lain dalam hal peningkatan intensitas adanya transportasi umum dari segi jumlah moda dan perbaikan pada kondisi transportasi umum yang sudah tidak layak yang dapat mengurangi kenyamanan penggunanya. Akses multi moda di Kota Surakarta saat ini belum terintegrasi secara penuh, hanya terdapat integrasi antara bus dengan kereta dan bus dengan pesawat. Syarat perlu dipenuhi adalah melakukan penambahan integrasi moda yaitu antara moda pesawat dengan kereta. Aksesibilitas internasional di Kota Surakarta sudah didukung dengan adanya jaringan transportasi umum yang menuju ke bandar udara yaitu berupa bus BST koridor 1 dan bus Damri. Namun, hal itu belum cukup untuk dikatakan sangat siap dalam penerapan mobilitas cerdas. Syarat perlu dipenuhi adalah menyediakan jaringan transportasi kereta api yang menuju bandar udara agar aksesibilitas internasionalnya semakin mudah dengan begitu dapat mendukung penerapan mobilitas cerdas di Kota Surakarta. Teknologi yang telah diterapkan adalah sistem kartu cerdas dan informasi real time mengenai kondisi lalu lintas di Kota Surakarta, sehingga masyarakat dapat mengetahui kondisi terkini secara langsung mengenai kepadatan, kecepatan ratarata, dan keramaian lalu lintas di Kota Surakarta. Syarat perlu dipenuhi adalah menerapkan sistem informasi real time pada transportasi umum, sehingga masyarakat penggunanya dapat dengan mudah mengetahui keberadaan moda yang ingin diakses. Sistem kartu cerdas yang telah ada juga perlu perbaikan agar pemanfaatannya dapat berjalan optimal. Dengan terpenuhinya syarat tersebut, barulah Kota Surakarta dapat dikatakan sangat siap untuk penerapan mobilitas cerdas. Kota Surakarta telah memiliki fasilitas keamanan berjalan kaki salah satunya city walk yang berada di pusat kota. Syarat yang perlu dipenuhi antara lain peningkatan fungsi city walk agar optimal sebagai tempat untuk berjalan kaki bukan untuk parkir kendaraan pribadi atau untuk pedagang kaki lima, menerapkan lajur khusus untuk transportasi umum, mengadakan transportasi dengan menggunakan energi bersih tanpa bahan bakar, dan fasilitas bersepeda berupa penyewaan sepeda.