BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium klorida (>80

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

BAB II KAJIAN PUSTAKA. soda api, soda abu sodium sulfat dan lain-lain. Tanpa garam, manusia tidak

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Chlorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti Magnesium Chlorida, Magnesium

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

ANALISA KADAR IODIUM PADA TELUR ASIN

Analisis Vitamin C. Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

MAKALAH KIMIA ANALITIK 1. Iodo Iodimetri

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri

PENGARUH LAMA PENDIDIHAN TERHADAP KADAR KIO3 PADA GARAM BERYODIUM MERK X

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Kerangka konsep penelitian pemeriksaan kadar iodium pada garam. 18

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan setiap manusia atau masyarakat pada

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Penentuan Kadar Vitamin C dengan Titrasi Iodometri Langsung

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN GARAM KONSUMSI BERIODIUM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasanya. organ-organ yang terdapat pada setiap bagian tersebut adalah:

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

BAB I PENDAHULUAN. proses metabolisme di dalam tubuh. Gangguan akibat kekurangan yodium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

MODUL Dasar-Dasar Kimia Analitik. Kelompok 2 :

Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

BABII TINJAUAN PUSTAKA. dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

dimana hasilnya dalam bentuk jumlah atau bilangan kadar.

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS HASIL PERTANIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

MENGAPA DAN BAGAIMANA IODISASI GARAM RAKYAT DI INDONESIA? Oleh Arif Rahman Hakim, S.St.Pi (Penyuluh Perikanan Pada Pusat Penyuluhan KP, BPSDMKP)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan manusia saat ini menjadi hal yang sangat kompleks dan

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

So 4, K 3, HCO 3-, Br -, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangsangan tersebut dapat menimbulkan suatu perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2003).

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

TELUR ASIN PENDAHULUAN

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang,

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN,

persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga produk tersebut layak BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penentuan Kesadahan Dalam Air

BAB I PENDAHULUAN. namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.


Modul 1 Analisis Kualitatif 1

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

MAKALAH KIMIA ANALITIK I TITRASI REAKSI OKSIDASI DISUSUN OLEH : A. NURUL ANA HUSAIN PENDIDIKAN KIMIA

PENENTUAN KADAR IODIDA SECARA SPEKTROFOTOMETRI BERDASARKAN PEMBENTUKAN KOMPLEKS IOD-AMILUM MENGGUNAKAN OKSIDATOR PERSULFAT ABSTRAK ABSTRACT

Analisa Klorida Analisa Kesadahan

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KALIUM IODAT DALAM GARAM DAPUR YANG BEREDAR DI PASAR KOTA BITUNG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

PEMERIKSAAN SISA KLOR METODE IODOMETRI

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang memiliki dampak yang sangat besar terhadap

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion

Sophie Damayanti / SF ITB

LOGO. Analisis Kation. By Djadjat Tisnadjaja. Golongan V Gol. Sisa

KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF

BAB 1 PENDAHULUAN. Tetrajodotyronin (T4) yang terakhir disebut juga tiroksin (Sediaoetama,

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Garam 2.1.1 Pengertian Garam Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Klorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti Magnesium Klorida, Magnesium Sulfat, Kalsium Klorida, dan lain-lain. Garam mempunyai sifat atau karakteristik higroskopik yang berarti mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8-0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 801 o C (Burhanuddin, 2001). Garam Natrium Klorida untuk keperluan masak dan biasanya diperkaya dengan unsur iodin (dengan menambah 5 g NaI per kg NaCl) padatan kristal berwarna putih, berasa asin, tidak higroskopis, bila mengandung MgCl 2 menjadi berasa agak pahit dan higroskopis. Digunakan terutama sebagai bumbu penting untuk makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan NaOH (bahan untuk pembuatan keramik, kaca, dan pupuk), sebagai zat pengawet (Mulyono, 2009). 2.1.2 Sumber Garam Sumber garam yang didapat di alam berasal dari: 1. Air laut, air danau asin Yang bersumber air laut terdapat di Mexico, Brazilia, RRC, Australia, dan Indonesia yang mencapai ± 40%. Adapun yang bersumber dari danau asin terdapat di Yordania (Laut Mati), Amerika Serikat (Great Salt Lake), dan Australia yang mencapai produksi ± 20% dari total produk dunia. 2. Deposit dalam tanah, tambang garam Terdapat di Amerika Serikat, Belanda, RRC, Thailand, yang mencapai produksi ± 40% total produk dunia.

3. Sumber air dalam tanah Sangat kecil, karena sampai saat ini dinilai kurang ekonimis maka jarang (sama sekali tidak) dijadikan pilihan usaha. Di Indonesia terdapat sumber air garam di wilayah Purwodadi, Jawa Tengah (Burhanuddin, 2001). 2.2 Garam Beriodium Garam beriodium adalah suatu produk yang ditawarkan kepada konsumen atau setiap keluarga untuk mencegah kekurangan iodium sebagai upaya jangka panjang. Kualitas garam beriodium mengacu kepada Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3556-2010 seperti tertera pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Syarat Mutu Garam Konsumsi Beriodium No. Parameter Satuan Persyaratan Kualitas 1. Kadar Air (H 2 O) % b/b Maks. 7 2. Kadar NaCl (Natrium Klorida) dihitung dari jumlah klorida % adbk Min. 94,7 3. Iodium dihitung sebagai Kalium Iodat (KIO 3 ) mg/kg Min. 30 Cemaran logam 4. Timbal (Pb) mg/kg Maks. 10 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 10 Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,1 5. Arsen (As) mg/kg Maks. 0,1 Keterangan : b/b = bobot/bobot adbk = atas dasar bahan kering Garam beriodium pertama kali digunakan di Switzerland tahun 1920. Penggunaan garam beriodium di Indonesia dilakukan tahun 1927 di daerah Tengger dan Dieng. Wilayah Tengger dan Dieng merupakan daerah pegunungan yang endemis GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium), dibandingkan model penanggulangan GAKI yang lain, penggunaan garam beriodium yang paling murah biayanya. Hal ini disebabkan garam merupakan kebutuhan sehari-

hari, tidak ada pengolahan makanan yang tidak menggunakan garam (DGKM, 2007). Hasil pemantauan Biro Pusat Statistik (BPS) terhadap garam konsumsi beriodium ditingkat rumah tangga sejak tahun 1997 sampai dengan 1999 dibagi dalam 3 kelompok yaitu (1) garam yang memenuhi syarat (kadar KIO 3 > 30-80 ppm), (2) garam yang tidak memenuhi syarat (kadar KIO 3 < 30 ppm), (3) garam yang tidak mengandung iodium (KIO 3 0 ppm) (Burhanuddin, 2001). Garam beriodium mengandung 0,0025% berat KIO (artinya dalam 100 gram total berat garam terkandung 2,5 mg KIO). Berikut ini dipaparkan cara sederhana untuk menghitung berapa banyak KIO yang dikonsumsi seseorang. Andaikan seorang ibu rumah tangga dalam sehari memasak satu panci sup (kapasitas dua liter) dengan menggunakan dua sendok garam beriodium (misalnya dengan berat 20 gram), dan tiap-tiap anggota keluarga pada hari tersebut melalap dua mangkok (anggap volume total kuah 100 ml). Maka, berat total garam KIO yang dikonsumsi tiap-tiap anggota keluarga itu dalam sehari (dengan asumsi tidak makan garam melalui makanan lainnya) adalah 0,0000025 gram atau 2,5 mikrogram (dari 0,0025% x 20 gram x 100 ml/200 ml). Jumlah garam yang sangat kecil, namun sangat diperlukan (Hasibuan, 2009). 2.2.1 Fortifikasi Iodium Pada Garam Fortifikasi pangan adalah penambahan satan atau lebih zat gizi (nutrient) kepangan. Tujuan utama adalah untuk meningkatkan tingkat konsumsi dari zat gizi yang ditambahkan untuk meningkatkan status gizi populasi dan pencegahan defisiensi zat gizi dan gangguan yang diakibatkannya. Iodisasi garam menjadi metode yang paling umum yang diterima oleh berbagai Negara di dunia sebab

garam digunakan secara luas dan oleh seluruh lapisan masyarakat. Prosesnya adalah sederhana dan tidak mahal (Albiner, 2003). Fortifikasi yang biasa digunakan adalah Kalium Iodida (KI) dan Kalium Iodat (KIO 3 ). Iodat lebih stabil dalam impure salt pada penyerapan dan kondisi lingkungan (kelembaban) yang buruk. Penambahan tidak mengakibatkan perubahan warna dan rasa. Negara-negara yang dengan program iodisasi garam yang efektif memperlihatkan pengurangan yang berkesinambungan akan prevalensi GAKI (Albiner, 2003). 2.3 Kalium Iodat Kalium Iodat memiliki rumus molekul KIO 3 dan bobot molekul 214,02 g mol -1 serta mempunyai komposisi I= 59,3%, K= 18,27%, O= 22,43%, berupa serbuk hablur putih atau kristal yang tidak berbau, tidak leleh 560 o C dan bobot jenis 3,89 g/ml (Cahyadi, 2004). Iodium dalam garam dihitung dengan kadar Kalium Iodat (KIO 3 ), dimana iodium merupakan kandungan terpenting dalam kelenjar tiroid. Kandungan iodium yang dikonsumsi tidak seluruhnya diserap atau disintesa oleh hormon tiroid melainkan hanya sekitar 33%, sedangkan 67% dikeluarkan melalui urine dan feses (Manalu, 2007). Berdasarkan kestabilannya kandungan Kalium Iodat (KIO 3 ) pada saat ini merupakan senyawa iodium yang banyak digunakan dalam proses iodisasi garam. Kalium Iodat (KIO 3 ) merupakan garam yang sukar larut dalam air, sehingga dalam membuat larutannya diperlukan larutan yang baik. Untuk iodisasi diperlukan larutan Kalium Iodat (KIO 3 ) 4% yang dibuat dengan jalan melarutkan

40 gram Kalium Iodat dalam tiap 1 liter air (1 Kg KIO 3 /25 liter air) (Manalu, 2007). Persyaratan umum Kalium Iodat yang digunakan yakni: 1. Kadar (KIO 3 ) : Min 99% 2. Kehalusan : 100 Mesh 3. Logam berbahaya (Pb, Hg, Zn, Cu, As) : Nihil 4. Grade : Food Grade 2.4 Iodium Iodium merupakan senyawa yang diketahui pertama kali oleh Bernard Curtois pada tahun 1810. Namun iodium berasal dari bahasa Yunani Iode yang berarti warna violet. Kimiawi iodium dalam tubuh baru diketahui pada tahun 13-15, setelah Kendal berhasil mengisolasi senyawa yang mengandung iodium dalam kelenjar timid. Senyawa-senyawa tersebut adalah monoiodotirosin, diiodotirosin, triidotironin, dan tiroksin (Budiyanto, 2009). Tiroksin merupakan hormon yang merupakan hormon yang mempunyai peranan penting pada proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh. Hormon tiroksin mengatur perubahan provitamin A menjadi vitamin A di dalam hati, merangsang mobilisasi lemak, memacu metabolisme kalsium dan pada metabolisme protein. Secara alami, di dalam bahan makanan Iodium hanya terdapat dalam jumlah sedikit yaitu hanya beberapa mikrogram setiap kilogram bahan makanan, kandungan Iodium pada bahan pangan nabati sangat sangat bervariasi tergantung pada tanah tempat tumbuhnya, air dan pupuk yang digunakan (Budiyanto, 2009).

Iodium dikonsentrasikan di dalam kelenjar gondok (glandula thyroide) untuk dipergunakan dalam sintesis hormon tiroksin. Hormon ini ditimbun dalam folikel kelenjar gondok, terkonjugasi dengan protein (globulin), dan disebut tiroglobulin, bila diperlukan tiroglobulin dipecah dan terlepas, hormon tiroksin yang dikeluarkan dari folikel kelenjar masuk ke dalam aliran darah (Sediaoetama, 2006). Menurut Budiyanto (2001) pemenuhan gizi mikro Iodium bertumpu kepada pemanfaatan garam dapur yang telah mengalami fortifikasi iodium. Garam-garam beriodium relatif mudah didapat di toko-toko kecil. Beberapa produk yang terdapat di Malang, misalnya garam merk Bintang mengandung 30-80 ppm KIO 3, sedangkan garam merk Kelir Mas mengandung minimal 30 ppm KIO 3. Garam-garam tersebut telah sesuai dengan Standar Industri Indonesia. Jika penggunaan garam beriodium tersebut sesuai dengan sifat fisik dan kimia Iodium, maka upaya pemenuhan tersebut akan tercapai dengan baik sehingga dapat menurunkan GAKI. Ada 6 model yang mungkin dikembangkan masyarakat dalam rangka pemenuhan gizi mikro iodium, yaitu: a. Menggunakan garam tidak beriodium (uyah grasak, bahasa Jawa) b. Menggunakan garam beriodium (yang disimpan) dengan cara menggunakan dicampur dengan bumbu (saat mengerus), kemudian dimasukkan pada saat memasak makanan c. Menggunakan garam beriodium (yang disimpan) dengan cara menggunakan sebagian sebagian dicampur dengan bumbu (saat mengerus) dan sebagian dimasukkan pada saat memasak makanan

d. Menggunakan garam beriodium (yang disimpan) dengan cara menggunakan semua garam yang dibutuhkan dimasukkan pada saat memasak makanan e. Menggunakan garam beriodium (yang disimpan) dengan cara menggunakan semua garam yang dibutuhkan dimasukkan pada makanan yang selesai dimasak dan masih panas. Iodium merupakan mineral yang diperlukan untuk tubuh dalam jumlah yang relatif sangat kecil, tetapi mempunyai peran yang sangat penting untuk pembentukan hormon tiroksin. Hormon tiroksin ini sangat berperan dalam metabolisme di dalam tubuh. Kekurangan iodium dapat berakibat buruk bagi manusia. Akibat yang dapat ditimbulkannya antara lain berkurangnya tingkat kecerdasan, pertumbuhan terhambat, penyakit gondok, kretin endemik (cebol), berkurangnya kemampuan mental dan psikologi, meningkatnya angka kematian prenatal, serta keterlambatan perkembangan fisik anak (Nadesul, 2000). Iodium digunakan dalam bentuk tingtur dan larutan iodium. Iodium mempengaruhi langsung sel dengan cara mengendapkan protein sehingga sel akan mati. Akibat keracunan iodium, terutama menyebabkan muntah dan pingsan. Dosis fatal iodium dan senyawa iodida 2 g (Sartono, 2001).

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979), Iodium mengandung tidak kurang dari 99,8% dan tidak lebih dari 100,5%. 1. Pemerian : keping atau granul, berat, hitam keabu-abuan, bau khas, berkilau seperti metal. 2. Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam karbon disulfida, kloroform, eter, etanol, dan larutan iodida, agak sukar larut dalam gliserin. 3. Penetapan Kadar : serbukkan dan timbang seksama lebih kurang 500 mg dalam labu bersumbat kaca yang telah ditara, tambahkan 1 gram kalium iodida P yang dilarutkan dalam 5 ml air. Encerkan dengan air hingga lebih kurang 50 ml, tambahkan 1 ml asam klorida 3 N. Titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N, menggunakan 3 ml indikator kanji. WHO, Unicef, dan ICCIDD menganjurkan kebutuhan iodium sehari-hari sebagai berikut: - 90 mg untuk anak prasekolah (0-59 bulan) - 120 mg untuk anak sekolah dasar (6-12 tahun) - 150 mg untuk dewasa (di atas 12 tahun) - 200 mg untuk wanita hamil dan wanita menyusui Menurut SNI (01-3556-2010), kadar iodium pada garam konsumsi yang memenuhi persyaratan adalah berkisar antara 30-80 ppm.

2.4.1 Sumber Iodium Sumber iodium dalam makanan, antara lain: sayur-sayuran, ikan laut dan rumput laut, air mata air, dan garam beriodium (Budiyanto, 2009). Sedangkan sumber iodium di alam, antara lain: 1. Air tanah, tergantung sumber air berasal dari batuan tertentu 2. Air laut, mengandung sedikit iodium, sehingga kandungan iodium garam rendah 3. Plankton, ganggang laut dan organisme laut lain berkadar iodium tinggi sebab organisme ini mengkonsentrasikan iodium dari lingkungan sekitarnya 4. Sumber bahan organik yang dalam oksidan, desinfektan, iodophor, zat warna makanan dan kosmetik, dan vitamin yang beredar di pasaran juga menambah iodium 5. Ikan laut, cumi-cumi yang dikeringkan banyak mengandung iodium (Djokomoeljanto, 2006). Sumber iodium yang paling utama yaitu laut. Jadi makanan yang berasal dari laut seperti ikan, udang, kerang, serta ganggang laut merupakan sumber iodium. Dan tanaman yang tumbuh didaerah pantai dan sekitar pantai banyak mengandung iodium, oleh karena tanah dan air tersebut banyak, mengandung iodium, maka semakin jauh tanah tersebut dari laut, semakin sedikit sekali kandungan iodium bahkan tidak ada sama sekali (Almatsier, 2003).

2.4.2 Manfaat Iodium Iodium sebagai unsur penting dalam sintesa hormon tiroksin, yaitu suatu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan. Iodium juga sebagai pembentukan hormon kalsitonin, yang juga dihasilkan oleh kelenjar tiroid, berasal dari sel parafoli-kular (sel CO). Hormon ini berperan aktif dalam metabolisme kalsium, maka harus selalu tersedia iodium yang cukup dan berkesinambungan (Djokomoeljanto, 2006). 2.5 Akibat Kekurangan dan Kelebihan Iodium 2.5.1 Akibat Kekurangan Iodium Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI) adalah gangguan yang diakibatkan oleh kurangnya zat iodium dalam tubuh, yaitu dapat mengakibatkan pembengkakan kelenjar tiroid (gondok) pada usia dewasa, dan pada bayi atau anak-anak dapat memperhambat pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun intelektualnya (Almatsier, 2003). Pada kekurangan iodium, konsentrasi hormone tiroid menurun dan hormone perangsang-tiroid/tsh meningkat agar kelenjar tiroid mampu menyerap lebih banyak iodium. Apabila kekurangan iodium terus menerus maka akan terjadi pembesaran kelenjar tiroid yang diakibatkan usaha pengambilan iodium yang semakin meningkat. Gondok dapat menampakkan diri dalam bentuk gejala yang sangat luas, yaitu dalam bentuk kretinisme (cebol) di satu sisi dan pembesaran kelenjar tiroid pada sisi lain. Gejala kekurangan iodium adalah malas dan lamban, kelenjar tiroid membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang dikenal sebagai kretinisme yaitu bentuk tubuh yang abnormal dan IQ dibawah 20. Hal ini dapat mengganggu proses belajar dari anak-anak (Almatsier, 2003). 2.5.2 Akibat Kelebihan Iodium Asupan iodium dalam jumlah yang banyak, akibatnya sama seperti dalam hal kekurangan iodium, yaitu terjadi pembesaran kelenjar tiroid, sehingga dapat menimbulkan sesak napas yang diakibatkan oleh pembesaran tersebut menutupi jalan pernapasan (Almatsier, 2003). 2.6 Titrasi yang Melibatkan Iodium Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu titrasi langsung (iodimetri) dan titrasi tidak langsung (iodometri). a. Titrasi Langsung (Iodimetri) Iodium merupakan oksidator yang relatif kuat. Pada saat reaksi oksidasi, iodium akan direduksi menjadi iodida sesuai reaksi: I 2 + 2e 2I - Iodium akan mengoksidasi senyawa yang mempunyai potensial reduksi lebih kecil dibanding iodium. Vitamin C mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil daripada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium

b. Titrasi Tidak Langsung (Iodometri) Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodida-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO 4.5H 2 O. Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat (Rohman, 2007). Titrasi redoks dapat dibedakan menjadi beberapa cara berdasarkan pemakaiannya: 1. Na 2 S 2 O 3 sebagai titran dikenal sebagai iodometri tak langsung 2. I 2 sebagai titran dikenal sebagai titrasi iodometri langsung dan kadangkadang dinamakan iodimetri 3. Suatu oksidator kuat sebagai titran. Diantaranya yang sering dipakai ialah: a. KMnO 4 b. K 2 Cr 2 O 7 c. Ce (IV) 4. Suatu reduktor kuat sebagai titran (Harjadi, 1986).

2.6.1 Perbedaan Iodimetri dan Iodometri Menurut Basset (1994), metode cara langsung (iodimetri) jarang dilakukan mengingat iodium merupakan oksidator yang lemah. Cara langsung disebut iodimetri yang menggunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktorreduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya. Sedangkan cara tidak langsung disebut iodometri yaitu oksidator yang dianalisis cukup kuat untuk direaksikan sempurna dengan ion iodida berlebih dalam keadaan sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat atau asam arsenit. 2.7 Iodometri (Metode Titrasi Tidak Langsung) Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodida-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO 4.5H 2 O. Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat (Rohman, 2007). 2.7.1 Larutan Standar Na 2 S 2 O 3 Larutan standar yang digunakan dalam proses iodometri adalah natrium tiosulfat. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama (Day dan Underwood, 1998).

2.7.2 Indikator Amilum (Kanji) Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena warna I 2 yang dititrasi itu akan lenyap bila titik akhir tercapai, warna itu mula-mula cokelat agak tua, menjadi lebih muda, lalu kuning, kuning muda dan seterusnya, sampai akhirnya lenyap. Bila diamati lebih cermat perubahan warna tersebut, maka titik akhir akan dapat ditentukan dengan cukup jelas. Konsentrasi iod masih tepat dapat dilihat dengan mata dan memungkinkan penghentian titrasi dengan kelebihan hanya senilai 1 tetes iod. Namun, lebih mudah dan lebih tegas bila ditambah amilum kedalam larutan sebagai indikator (Harjadi, 1986). Amilum dengan I 2 membentuk suatu kompleks berwarna biru tua yang sangat jelas. Sekalipun I 2 pada titik akhir iod yang terikat itupun hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru lenyap mendadak dan perubahan warnanya tampak sangat jelas. Penambahan amilum ini harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi (bila iod sudah tinggal sedikit yang tampak dari warnanya kuning muda). Maksudnya adalah agar amilum tidak membungkus iod dan menyebabkan sukar lepas kembali. Hal ini akan berakibat warna biru akan sulit lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam lagi. Bila iod masih banyak sekali dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir (Harjadi, 1986).

2.8 Penetapan Kadar KIO 3 dalam Garam Konsumsi Beriodium Penetapan kadar kalium iodat dalam hal ini menggunakan Analisis Kuantitatif dengan metode Volumetri. Metode Volumetri menggunakan titrasi iodometri. Metode ini masih digunakan secara luas karena merupakan metode yang tahan, murah dan mampu memberikan ketetapan yang tinggi. Dalam analisis volumetri atau analisis kuantitatif dengan mengukur volume, sejumlah zat yang diselidiki direaksikan dengan larutan baku (standar) yang kadar (konsentrasi) nya telah diketahui secara teliti dan reaksinya berlangsung secara kuantitatif (Rohman, 2007). Larutan baku yang diteteskan disebut sebagai titran. Semua perhitungan dalam volumetri didasarkan pada konsentrasi titran yang harus dibuat secara teliti, titran semacam ini disebut larutan baku (standar). Suatu larutan standar dapat dibuat dengan cara melarutkan sejumlah senyawa baku tertentu yang sebelumnya senyawa tersebut ditimbang secara tepat dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Larutan standar ada dua macam yaitu, larutan baku primer, mempunyai kemurnian yang tinggi, dan larutan baku sekunder yang harus dibakukan dengan larutan baku primer. Suatu proses dimana larutan baku sekunder dibakukan dengan larutan baku primer disebut dengan standarisasi (Basset, 1994).

Daftar baku primer yang umum digunakan untuk membakukan larutan baku dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 : Daftar Baku Primer No. Baku Primer Kegunaan 1. Kalium Biftalat Pembakuan Natrium Hidroksida Pembakuan larutan Asam perklorat 2. Kalium Iodat Pembakuan larutan Natrium Tiosulfat melalui pembentukan Iodium 3. Natrium Karbonat Anhidrat Pembakuan Asam Klorida 4. Logam Zn Pembakuan larutan EDTA (Rohman, 2007). Larutan standar biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret. Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi, dan zat yang akan ditetapkan, dititrasi. Titik (saat) pada mana reaksi itu lengkap disebut titik ekivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tidak dapat disalah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar itu sendiri, atau lebih lazim lagi oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator. Setelah reaksi antara visual yang jelas dengan cairan yang sedang dititrasi, titik pada saat ini terjadi disebut titik akhir titrasi (Basset, 1994). Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar dari pada sistem iodium iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator. Pada iodometri sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat yang dilakukan dalam suasana asam.

Banyaknya volum natrium tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iodium yang dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel (Rohman, 2007). Suatu larutan dari iodium dalam larutan air iodida, memberikan warna kuning sampai coklat tua atau satu tetes larutan iod 0,1 N menimbulkan warna kuning pucat yang terlihat pada 100 ml air, sehingga dalam larutan-larutan yang tanpa iodium akan tak berwarna, iodium dapat berfungsi sebagai indikatornya sendiri. Uji ini dibuat jauh lebih peka dengan menggunakan larutan kanji (larutan dari pati) sebagai indikator. Kanji bereaksi dengan iodium, dengan adanya iodida, membentuk suatu kompleks yang berwarna biru kuat, yang akan terlihat pada konsentrasi - konsentrasi iodium yang sangat rendah. Pati dapat dipisah menjadi dua komponen utama, amilosa dan amilopektin yang terdapat dalam proporsi berbeda - beda dalam berbagai tumbuh-tumbuhan. Amilosa, suatu senyawa berantai lurus dan terdapat berlimpah dalam pati kentang, memberi warna biru dengan iod dan rantainya mengambil bentuk spiral. Amilopektin, yang mempunyai struktur rantai bercabang membentuk suatu produk berwarna ungu merah mungkin dengan adsorbsi (Basset, 1994).