BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI. transformatif nilai-nilai religi dan budaya dalam pendidikan sejarah di Sekolah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ALTERNATIF STRUKTUR, TUGAS, DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Innez Miany Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014 Pembelajaran Rampak Bedug Pada Ekstrakurikuler Di SDN Cilegon-2 Kecamatan Jombang Banten

BAB IV ANALISIS PERAN GURU DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN. Peran Guru dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Spiritual siswa di MI Walisongo

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar bukan hanya

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. satu wujud kebudayaan yang ada di Indonesia yaitu kebudayaan yang dimiliki

H. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMALB AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Dalam era globalisasi yang ditandai dengan. masyarakat, dan berdaya saing tinggi dalam kehidupan global.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah.

K. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SDLB AUTIS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. media untuk melakukan pecakapan kepada orang lain. Pada umumnya di

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki banyak obyek wisata unggulan seperti makam Yosodipuro, wisata alam

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

PERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

L. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INGGRIS SMALB AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB V PENUTUP. Setelah semua tahap penelitian dilaksanakan, maka peneliti ini dapat

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Setelah peneliti selesai melakukan penelitian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG. Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN TRADISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

H. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMPLB TUNARUNGU

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI Mengikuti nilai-nilai positif dalam cerita

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

H. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSIDASAR BAHASA INDONESIA SMPLB AUTIS

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. mengintegrasikan nilai-nilai patriotisme Sultan Mahmud Badaruddin II yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian terhadap implementasi pembelajaran sejarah yang berbasis religi dan budaya di kawasan Banten Lama yang merupakan suatu kajian transformatif nilai-nilai religi dan budaya dalam pendidikan sejarah di Sekolah Menengah Atas Kota Serang Banten sebagaimana telah di bahas pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulannya sebagai berikut. Pertama, pembelajaran Sejarah di sekolah yang selama ini digunakan oleh guru-guru di Sekolah Menengah Atas di Kota Serang Banten masih berlangsung secara konvensional, hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap siswa dan siswi, bahwa suasana pembelajaran sejarah di kelas berlangsung secara monoton, guru juga belum memasukan nilai-nilai religi dan budaya lokal Banten dalam pembelajaran sejarah tetapi ada juga siswa yang menjawab bahwa keterangan yang disampaikan guru masih belum detail. Sehingga dengan demikian masih diperlukan adanya inovasi-inovasi yang harus dilakukan oleh guru agar kemasan pembelajaran lebih menarik lagi, respon siswa terhadap materi pembelajaran oleh guru mereka cukup pemnyenangkan, dikarenakan guru senantiasa sebelum melakukan proses pembelajaran mereka melakukan persiapan yang baik menyangkut pembuatan penyampaian materi sejarah yang bermuatan lokal Banten terutama yang berbasis religi dan budaya serta ringkasan materi, dan mempersiapkan media pembelajaran, respon siswa pun belum begitu positif dan baik, dan antusiasme siswa juga kurang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 278

sehingga diperlukan perbaikan pembelajaran sejarah dengan menysispkan tema-tema religi dan budaya lokal Banten. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran dengan menyisipkan tema-tema religi dan budaya guru dalam menerangkan materi pembelajaran guru juga menerapkan metode yang beragam atau bervariasi seperti metode diskusi, tanyajawab, pembelajaran yang kontekstual. Guru juga dipandang perlu untuk melakukan pemilihan materi sejarah dengan menyisipkan muatan lokal menjadi menarik, selain itu dengan cara memilih metode yang lebih banyak melibatkan siswa dalam setiap pembelajarannya, serta dengan melengkapi media pembelajaran. Pada akhir pembelajaran guru juga senantiasa melakukan evaluasi baik itu berbetuk lisan atau tulisan tergantung dengan ketersediaan waktu. Berkaitan dengan pembelajaran yang berbasis religi dan budaya, guru sebelum memulai pembelajaran senantiasa meminta kepada siswa untuk berdo a terlebih dahulu, kultum tujuh menit. Di setiap meja guru terdapat al-qur an hal ini menurut kepala sekolah agar guru apabila menerangkan pembelajaran dikaitkan dengan ayat-ayat dalam al-qur an, sehingga keyakinan siswa terhadap agama yang dianutnya maskin rasional dan menambah keimanan siswa tersebut. Perilaku jujur, tidak mencontek di kelas juga selalu guru peringatkan kepada setiap siswanya. Kedua, hasil dan observasi serta wawancara dalam penelitian ini mengenai nilai-nilai religi dan budaya yang dapat digali dan ditransformasikan dari sejarah kawasan Banten Lama antara lain; (1) nilai religius dan kepahlawanan, (2) semangat keagamaan juga adanya keragaman budaya seperti upacara-upacara tradisonal, seperti panjang mulud, peringatan hari besar Islam upacara selamatan dan tradisi ziarah Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 279

kubur ke makam yang dianggap memiliki karomah. Dilihat dari sistem religinya sistem religi pada masyarakat Banten Lama merupakan elemen-elemen dalam upacara agama. Agama Islam sebagai agama resmi keraton dan keseluruhan wilayah Kesultanan Banten, dalam upacara-upacara mempunyai sistem sendiri, yang meliputi peralatan upacara, pelaku upacara, dan jalannya upacara. Misalnya dalam upacara sholat, ada peralatannya dari sejak mesjid, bedug, tongtong, menara, mihrab, mihrab, padasan (pekulen), dan lain-lain. Demikian pula ada pelakunya, dari sejak Imam, makmum, tukang adzan, berbusana, dan lain-lain; sampai kemudian tata cara upacaranya. Di zaman kesultanan, imam sebagai pemimpin upacara shalat itu adalah Sultan sendiri yang pada transformasinya kemudian diserahkan diserahkan kepada qodi. Pada perubahan dengan tidak ada Sultan, maka upacara agama berpindah kepemimpinan kepada kiyai. Perkembangan selanjutnya bisa jadi berubah karena transformasi peranan yang terjadi, sedangkan pada saat ini dapat dilihat pada acara panjang mulud dan lain-lain. Dilihat dari aspek budaya yang masih kental ada antara lain: (1) Seni Tradisional yang sangat kental diwarnai hidup dan berkembangnya agama Islam, seperti : Rampak Bedug, Terebang Gede, Qasidah, Saman,Yalail; (2) Seni Tradisional yang merupakan perkawinan dari jiwa patriotik masyarakat Banten dengan budaya Islam, seperti: Debus, Patingtung, dan Rudat; (3) Seni Tradisional yang merupakan budaya Banten tua, yang menurut sejarah lahir bersama Islam atau sebelum datangnya agama Islam di Banten, seperti : Angklung Buhun, Dog-dog Lojor, Bendrong Lesung, Beluk dsb; dan (4) Seni Tradisional yang datang dari luar Banten, dengan mengalami proses akulturasi budaya seperti : Kuda Lumping, Gambang Kromong, Cokek dsb. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 280

Ketiga, implementasi pembelajaran sejarah yang berbasis nilai-nilai religi dan budaya yang merupakan suatu kajian transformatif nilai-nilai religi dan budaya dalam pendidikan sejarah di Sekolah Menengah Atas, yaitu dengan cara siswa dan siswi yang belajar tentang materi sejarah yang berkaitan dengan sejarah lokal melakukan studi dan observasi langsung ke situs nama benda cagar budaya Banten itu berada, dengan cara observasi langsung ke situs cagar budaya yang ada di sekitar lingkungan siswa atau bisa juga dengan cara mengkaitkan materi pelajaran yang tertera di buku atau di kurikulum dengan konteks sekarang atau dengan pemberian tugas menyusun makalah, sebelumnya mereka diminta melakukan observasi ke tempat-tempat tertentu. Untuk menuju kegiatan observasi dan studi langung ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu (1) Tahap orientasi di mana guru memberikan arahan kepada siswa tentang apa saja yang mereka harus lakukan di lokasi situs itu berada, (2) Tahap perumusan masalah dan pemilihan materi dan bahan ajar dan sumber pembelajaran, pembuatan instrumen pengumpulan data termasuk di dalamnya pemilihan tema-tema yang harus dicari dan di gali oleh siswa di lapangan, (3) Tahap pelaksanaan, pada tahap ini guru sebagai pembimbing dan siswa sebegai pebelajar terjun langsung ke lapangan melakukan observasi terhadap benda-benda yang terdapat di situs benda cagar budaya Banten tersebut, dan terakhir (4) Tahap penyusunan laporan, pada tahap ini siswa diminta untuk melakukan menyusun hasil kegiatan di lapangan dalam bentuk makalah, yang terdiri atas Pendahuluan, isi dan kesimpulan. Dengan dibawa langsung ke lapangan maka siswa dapat menghargai dan memelihara budaya lokalnya sebagai bagian dari budaya nasional. Keempat, peranan pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan nilai-nilai Religi dan Budaya di Kawasan Banten Lama serta aktualisasinya dalam kehidupan Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 281

sehari-hari Siswa di sekolah bermacam-macam. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan untuk sekolah SMA Negeri 2 Kota Serang aktualisasi nilai-nilai religi dalam kehidupan sehari-hari siswa yaitu dengan diadakannya pembiasaan dzikir asmaul husna dan tausiah dalam seminggu dua kali yaitu hari Rabu dan Jum at di halaman sekolah sebelum masuk kelas selama 45 menit. Disisipkannya materi Imtak dalam semua materi pelajaran tidak hanya pelajaran agama. Masih berkaitan dengan dampak atau peranan aktualisasi nilai-nilai budayanya dalam bentuk pemahaman dan pengertian kepada siswa akan pentingnya pelestarian situs cagar budaya, mempelajari, memahami dan mengembangkan serta mewariskannya kepada generasi yang akan datang. Dampak ataupun pengaruh yang dirasakan oleh guru-guru dengan adanya aktualisasi nilai-nilai religi dan budaya tersebut dalam kehidupan sehari-hari khususnya di sekolah terwujudnya sosok siswa yang memiliki karakter, yaitu siswa yang mandiri, berbudi pekerti luhur, sholat tepat waktu, menjaga kebersihan, hormat pada guru, memiliki sifat yang jujur dan bertanggung jawab. Selain itu, di salah satu sekolah yang dijadikan lokasi penelitian juga dengan cara ditanamkannya antara lain jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil dan peduli muara dari itu semua adalah agar siswa yang keluar dari sekolah tersebut dikenal sebagai siswa yang memiliki akhlak yang baik dan itu sesuai dengan pesan agama yang berlandaskan pada al-qur an dan hadist, singkatnya untuk mewujudkan siswa yang memiliki karakter harus didasarkan pada nilai-nilai religius dan spiritual. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan sebagian besar siswa masih mengikuti tradisi dan kepercayaan keluarganya yang berlandaskan nilai-nilai agama Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 282

dan budaya daerah Banten, mereka juga telah mempersiapkan diri mereka untuk terjun dalam masyarakat berdasarkan nilai-nilai yang mereka yakini akan tetapi ada juga sebagian siswa yang telah meninggalkan tradisi budaya dan nilai religi tersebut. Hal ini tercermin dalam perilaku hidup yang hedonis, konsumerisme, tidak lagi mengindahkan tatakrama, nilai dan norma yang telah diatur dalam lingkungan sekolah tempat mereka belajar. Sesungguhnya dengan diberlakukannya kurikulum nasional (KTSP) dapat mempersiapkan mereka untuk mengabil keputusan dalam mekobinasikan kebutuhan dasar dan juga kebutuhan pragmatis untuk kehidupan mereka di masa depan, sehingga tidak meninggalkan salah satunya antara idealisme dan kebutuhan pragmatisme yang bersifat duniawi. B. REKOMENDASI 1. Mengingat kondisi kekinian pembelajaran sejarah yang terjadi di Banten secara umum masih menggunakan metode yang konvensional yaityu berupa metode ceramah. Sebaiknya pemerintah daerah (PEMDA) melalui dinas pendidikan Provinsi atau Kabupaten/Kota untuk membuat dan menyusun kurikulum muatan lokal khususnya dalam mata pelajaran sejarah dengan memasukkan nilai-nilai religi dan budaya di dalamnya. 2. Agar nilai-nilai Budaya dan Religi yang berada di daerah Banten tidar pudar oleh tantangan zaman, maka perlu dibuat pusat-pusat budaya baik di masyarakat maupun di sekolah. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat m,aupun siswa dapat menikmati keunggulan-keunggulan budaya lokal sehingga ancaman kepunahan sebagaimana di jelaskan di atas dapat teratasi atau diminimalisir. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 283

3. Nilai-nilai Budaya dan religi berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan ternyata dapat dijadikan rujukan untuk pembentukan karakter bangsa, melalui proses pembelajaran sejarah dengan menyisipkan nilai-nilai di atas pada tema-tema atau pokok bahasan setiap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru kepada para siswa. Pembentukan karakter ini sangat penting untuk membentuk citra diri dan identitas kebangsaan yang didasarkan pada nilai-nilai luhur bangsa yang salah satunya adalah bersumber dari religi dan budaya lokal yang ada di setiap daerah yang ada di Indonesia dan khususnya di Banten dalam konteks hasil penelitian yang penulis lakukan. C. IMPLIKASI Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses belajar sejarah lakukan di Sekolah Menengah Atas di Provinsi Banten, telah menunjukkan adanya kesadaran akan perlunya memanfaatkan berbagai sumber pembelajaran sejarah, termasuk di dalamnya sumber sejarah lokal. Sumber sejarah lokal dapat diangkat dari karakteristik daerah masing-masing. Banten yang kaya akan tradisi budaya dan religinya telah terbukti dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran dengan menyisipkan tematema sejarah lokal tersebut dalam mata pelajaran yang serumpun. Hal ini akan lebih bagus apabila nuansa pembelajaran tersebut didukung oleh pengambil kebijakan khususnya dinas pendidikan untuk menyediakan kurikulum muatan lokal, dan buku suplemennya untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi guru dan siswa tentang karakteristik di daerahnya. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 284

Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 285