Didaktikum : Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 5, Oktober 2015 ISSN 2087-3557 SMP Negeri 1 Comal Kab. Pemalang, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatan kemampuan peserta didik pada materi teknik dasar permainan bola basket melalui penerapan gaya divergen. Subjek penelitian peserta didik kelas VIII E berjumlah 36 orang terdiri dari 14 laki-laki dan 22 perempuan. Prosedur penelitian ini adalaha penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 3 siklus, yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Setiap siklusnya terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan, tes formatif, catatan interaksi guru dan peserta didik, serta foto dokumentasi. Hasil penelitian pada siklus 2 menunjukkan bahwa terdapat 32 peserta didik (88,9%) yang telah mencapai ketuntasan (KKM). Perolehan ini telah melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu sekurang-kurangnya 75% peserta didik mampu mencapai KKM pada tes formatif. Simpulan pada penelitian ini yaitu penerapan gaya divergen dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran penjasorkes materi teknik dasar permainan bola basket. Kata Kunci: Teknik Dasar; Bola Basket; Gaya Divergen 2015 Didaktikum PENDAHULUAN Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (Penjasorkes) adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang di desain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan, dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Penjasorkes bertujuan untuk membantu peserta didik memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif. Implementasinya dilakukan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri, menghargai manfaat aktivitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup seseorang, dan akan terbentuk jiwa sportif serta gaya hidup aktif. Pembelajaran seharusnya memberikan aktivitas permainan bola basket sehingga peserta didik mengetahui potensi yang dimilikinya, dapat bekerja sama dengan rekan setim, memperkaya kemampuan gerak, membentuk sikap yang tepat terhadap nilai yang terdapat dalam aktivitas pembelajaran, belajar bertanggung jawab, memberikan pertolongan, dan meningkatkan kesehatan atau kesegaran jasmani. Hasil pra siklus menunjukkan pembelajaran cenderung memberikan pelatihan gerakan passing, misalnya the two hand chest pass atau operan setinggi dada, sehingga nilai yang dicapai masih rendah. Gaya mengajar divergen merupakan gaya mengajar yang berpusat pada peserta didik. Diharapkan peserta didik lebih aktif serta terasah kemampuannya dalam melakukan setiap gerakan dalam permainan bola basket. 1
Pendidikan jasmani diyakini dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk: (1) berpartisipasi secara teratur dalam kegiatan olahraga, (2) pemahaman dan penerapan konsep yang benar tentang aktivitas-aktivitas tersebut agar dapat melakukannya secara aman, (3) pemahaman dan penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam aktivitas-aktivitas tersebut agar terbentuk sikap dan perilaku sportif dan positif, emosi stabil, dan gaya hidup sehat. Materi pembelajaran untuk kelas 7 dan 8 SMP meliputi teknik/keterampilan dasar permainan dan olahraga, senam, aktivitas ritmik, akuatik, kecakapan hidup di alam terbuka, dan kecakapan hidup personal (kebugaran jasmani serta pembentukan sikap dan perilaku). Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar adalah merupakan proses perubahan sebagai akibat dari hasil pengalaman. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dari segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oemar Hamalik (1986: 40) mengatakan belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan. Belajar adalah suatu proses seseorang yang dilakukan secara sadar, dirancang untuk mendapatkan suatu pengetahuan dan pengalaman yang dapat mengubah tingkah laku seseorang sehingga dapat mengembangkan dirinya kearah kemajuan yang lebih baik dari pengalaman dan interaksi yang telah dialaminya. Pembelajaran adalah proses dan cara menjadikan peserta didik untuk belajar. Pembelajaran di sekolah merupakan upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik dan menyiapkan menjadi warga negara yang baik. Pembelajaran yang baik harus didukung interaksi yang baik antara komponen-komponen pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran memiliki hakikat perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan peserta didik. Taksonomi Bloom, membagi hasil belajar atas 3 (tiga) ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif berhubungan dengan berpikir, ranah afektif berhubungan dengan kemampuan perasaan, sikap, dan kepribadian, dan ranah psikomotor berhubungan dengan keterampilan motorik yang dikendalikan oleh kematangan psikologis. Dalam permainan bola basket ada beberapa teknik dasar yang harus dikuasai, yaitu : (1) Dribbling (menggiring bola). Dribbling atau memantul-mantulkan bola (membawa bola) dapat dilakukan dengan sikap berhenti, berjalan atau berlari. Pelaksanaannya dapat dikerjakan dengan tangan kanan atau tangan kiri, seperti: dribbling rendah, dribbling tinggi, dribbling lambat, dan dribbling cepat. Menggiring bola dapat dibagi dua: (a) Menggiring bola tinggi, gunanya untuk memperoleh posisi mendekati basket lawan, dan (b) Menggiring bola rendah, gunanya untuk menyusup dan mengacaukan pertahanan lawan, dan menggiring bola dalam menghadapi lawan. (2) Passing (mengoper bola). Macam-macam passing/operan dengan dua tangan adalah the two hand chest pass: operan setinggi dada/ tolakan dada, the over head pass: operan atas kepala, the bounce pass: operan pantulan, dan the under hand pass: operan ayunan bawah. Macam-macam passing/operan dengan satu tangan adalah the side arm pass/the base ball pass: operan samping, the lop pass: operan lambung, the back pass: operan gaetan, dan the jump hand pass: operan lompat. (3) Shooting (menembak bola ke ring). Cara shooting bila dilihat dari posisi badannya terhadap papan maka dapat dibedakan: (a) Menghadap papan ( facing shoot) dengan sikap berhenti: tembakan dua tangan dari dada ( two handed set shoot), tembakan dua tangan dari atas kepala (two handed over head set shoot), tembakan satu tangan (one hand set shoot), dan tembakan satu tangan dari atas kepala (one hand over head shoot) (b) Menghadap papan dengan sikap melompat, (c) Menghadap papan dengan sikap lari, (c) Membelakangi papan ( back up shoot), cara pelaksanaannya dapat dilakukan dengan sikap berhenti, memutar, melompat dan berlari. Selain ketiga teknik diatas masih terdapat beberapa teknik lainnya, yaitu: (1) Lemparan tolakan dada dengan dua tangan, untuk operan jarak pendek dengan perhitungan demi kecepatan dan 2 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 5 (2015)
kecermatan dan kawan penerima bola tidak dijaga dengan dekat. Jarak lemparan ini antara 5 sampai 7 meter. (2) Lemparan samping, berguna untuk operan jarak sedang dan jarak kira -kira antara 8 sampai 20 meter, bisa dilakukan untuk serangan kilat. Lemparan di atas kepala dengan dua tangan, operan ini biasanya digunakan oleh pemain-pemain jangkung, untuk menggerakkan bola di atas sehingga melampui daya raih lawan. Operan ini juga sangat berguna untuk operan cepat, bila pengoper itu sebelumnya menerima bola di atas kepala. (3) Lemparan bawah dengan dua dua tangan, untuk operan jarak dekat terutama sekali bila lawan melakukan penjagaan satu lawan satu. (4) Lemparan kaitan, untuk melindungi bola dan mengatasi jangkauan lawan terutama sekali bagi lemparan yang lebih pendek dari panjangnya. Ciri lemparan ini: bola dilemparkan di samping kanan/kiri, terletak di atas telinga kiri/kanan dan penerima ada di kiri kanan pelempar. (5) Berputar (pivot). Memutar badan dengan salah satu kaki menjadi as/poros putaran (setel ah kita menerima bola). Pivot kemudian passing dan pivot kemudian shooting. (6) Olah kaki atau gerakan kaki (foot work). Dapat melakukan start dengan cepat dan berhenti dengan segera tanpa kehilangan keseimbangan dan cepat mengubah arah gerak baik dalam pertahanan maupun dalam penyerangan. Gaya mengajar divergen merupakan gaya mengajar yang berpusat pada peserta didik. Gaya mengajar divergen berbentuk tugas tugas dimana peserta didik berperan dalam membuat keputusan. Guru hanya bertugas memberikan dan membimbing peserta didik dalam permasalahan yang harus di selesaikan. Jawaban dari permasalahan itu harus memiliki jawaban yang banyak atau berbeda beda, gaya mengajar divergen juga memberikan kesempatan pada peserta didik untuk merancang suatu kegiatan dalam sebuah pembelajaran yang diberikan oleh guru. Peserta didik dituntut untuk menemukan jawaban yang bervariasi dengan menggunakan kreatifitasnya, keaktifannya dan kerja sama dalam pembelajaran untuk menghasilkan jawaban jawaban tersebut. Sasaran metode divergen adalah: (1) Mendorong peserta didik untuk menemukan pemecahan ganda melalui pertimbangan-pertimbangan kognitif. (2) Mengembangkan wawasan ke dalam struktur kegiatan dan menemukan variasi. (3) Memungkinkan peserta didik untuk bebas dari guru dan melampaui jawaban-jawaban yang diharapkan. (4) Mengembangkan kemampuan untuk memerikasa dan menganalisis pemecahan-pemecahannya. Guru dalam penggunaan gaya mengajar divergen dituntut untuk membuat permasalahan pada pembelajaran yang akan diberikan, dan guru dituntut menggunakan pengetahuan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga peserta didik dapat didorong untuk berfikir. Seorang guru harus dapat membiasakan peserta didik memiliki pandangan yang luas pada susunan pembelajaran sehingga dapat menghasilkan banyak jawaban ynag mungkin. Dengan gaya divergen, peserta didik diarahkan agar terbiasa dengan pencarian permasalahan, lalu peserta didik dituntut untuk menemukan solusi ke dalam praktek. Terdapat 3 tahapan yang harus dibuat oleh guru dalam gaya devergen, yaitu (1) Pre impact, pada tahapan ini guru menyiapkan materi yang dapat mengarahkan peserta didik kedalam pemikiran divergen, guru harus menyusun kegiatan yang terhubung dari satu permasalahan ke permasalahan yang lain. (2) Impact pada tahapan ini guru harus mengarahkan dan membimbing peserta didik untuk memutuskan penyelesaian dari permasalahan yang diberikan. (3) Post impact, pada tahapan ini peserta didik akan memeriksa jawabannya, jika peserta didik bisa menemukan jawaban yang beragam maka tujuan dari gaya ini tercapai. Kelebihan gaya divergen adalah (1) Melibatkan aspek kognitif sehingga memberikan kemungkinan untuk berkembang secara harmonis. (2) Memahami pernyataan dan jawaban memberikan kesempatan kepada peserta didik memahami hubungan antara proses dan hasil belajar. (3) Ganjaran dan dorongan yang tetap yang terkandung dalam proses belajar mengajar cenderung mendorong peserta didik membentuk citra dirinya dan membangkitkan perhatian dan keterlibatannya pada pokok bahasan. 3
Sedangkan kelemahannya adalah (1) Tampak sangat bertele -tele sering menimbulkan kebosanan bila tidak segera menemukan target belajarnya. (2) Diperlukan banyak waktu untuk membimbing peserta didik, yang menimbulkan keengganan guru membuat persiapan secara cermat. Berdasarkan latar belakang tersebut, judul penelitian ini adalah Penerapan Gaya Divergen Pada Pembelajaran Teknik Dasar Permainan Bola Basket METODE PENELITIAN Penelitian tindakan dilaksanakan dalam beberapa siklus, yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (diadaptasi dari Suharsimi Arikunto, 2006). Penelitian dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru mitra/pengamat untuk mendukung kelancaran penelitian dan pengambilan data secara objektif. Penelitian berjalan sesuai dengan kurikulum sekolah. Penelitian dikatakan berhasil apabila dalam pembelajaran Penjasorkes materi teknik dasar permainan bola basket melalui gaya divergen menunjukkan sekurang-kurangnya peserta didik yang memperoleh nilai KKM = 75 sudah mencapai 75%. Gambar 1. Siklus penelitian tindakan kelas Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Pengamatan, yaitu tindakan mencatat segala sesuatu baik yang dilakukan guru maupun peserta didik terutama yang berkaitan dengan model pembelajaran yang diterapkan selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan pengamatan dilakukan oleh guru dan guru mitra. (2) Tes formatif, untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Tes formatif dilaksanakan pada setiap akhir siklus. (3) Catatan interaksi guru dan peserta didik, yaitu kegiatan untuk mencatat segala kegiatan guru dan peserta didik mulai dari awal sampai akhir pembelajaran, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan tahapan-tahapan kegiatan yang telah direncanakan dalam RPP. (4) Foto dokumen, untuk mengambil gambar pelaksanaan proses pembelajaran. Hasil masukan pra siklus dianalisis dan solusinya diterapkan pada siklus 1. Pada siklus 1, perencanaan disusun bersama dengan guru mitra secara cermat. Pada tahap pelaksanaan, guru mitra mengamati secara detail segala sesuatu yang dilakukan guru dan peserta didik. Pengamatan dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal yang masih dirasa kurang dan digunakan sebagai bahan perbaikan pada tahap refleksi. Akhir dari pembelajaran dilakukan tes formatif untuk mengetahui hasil belajar peserta didik materi teknik dasar permainan bola basket melalui gaya divergen. Semua data yang diperoleh pada siklus 1, dikonfrontasikan dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. 4 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 5 (2015)
Apabila belum mencapai indikator yang ditetapkan, penelitian dilanjutkan pada siklus 2 dengan beberapa perbaikan yang direkomendasikan pada tahap refleksi. Pada siklus 2, perencanaan disusun dengan memperhatikan beberapa perbaikan yang direkomendasikan dan dilaksanakan secara cermat. Guru mitra melakukan pengawasan secara detail terutama untuk mengetahui apakah perbaikan-perbaikan yang direkomendasikan dilaksanakan. Akhir siklus 2 diberi tes formatif, dan semua data yang diperoleh dikonfrontasikan dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Apabila belum mencapai indikator yang ditetapkan, penelitian dilanjutkan pada siklus 3.Apabila indikator keberhasilan yang ditetapkan telah terlampaui, maka penelitian dianggap cukup. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian a. Prasiklus Pelaksanaan pembelajaran pra siklus belum menerapkan gaya divergen. Hasil tes formatif menunjukkan bahwa peserta didik yang mencapai KKM berjumlah 21 peserta didik atau persentase ketercapaian KKM sebesar 58,3%. Hal ini terjadi karena guru mengacu pada ketuntasan materi semata tidak disertai proses internalisasi individual sehingga peserta didik pasif, kerja sama antara peserta didik kurang. Pencapaian ini masih jauh dari harapan karena itu perlu dicarikan solusinya dan sebagai salah satu alternatifnya adalah dengan menerapkan gaya divergen. b. Siklus 1 Siklus 1 dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dengan matang. Adapun proses pembelajaran dilakukan dengan diskusi kelompok menggunakan gaya divergen, proses pembelajaran secara kelompok akan lebih memudahkan peserta didik untuk melakukan diskusi serta memudahkan guru dalam melakukan pengamatan terhadap peserta didik baik secara pribadi maupun dalam kelompok. Pembentukan kelompok diskusi ini berdasarkan pada tingkat kemampuan peserta didik yang berbeda-beda. Proses pembelajaran pada siklus ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik pada mata pelajaran Penjasorkes dengan penerapan gaya divergent. Hasil siklus 1 manunjukkan bahwa terdapat 24 peserta didik yang mencapai KKM atau dengan presentase 66,7%. Skor tersebut belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu sekurang-kurangnya skor partisipasi aktif peserta didik dalam diskusi kelompok adalah 75%. Beberapa faktor penyebab belum tercapainya indikator keberhasilan adalah: tidak semua kelompok memiliki skor yang tinggi yang artinya menunjukkan masih adanya peserta didik yang belum berpartisipasi aktif dalam diskusi, peserta didik kurang aktif dalam diskusi yaitu pada aspek mencoba serta melakukan berbagai teknik dasar dalam permainan bola basket. c. Siklus 2 Silkus 2 dilaksanakan dengan berpedoman pada hasil refleksi pada siklus 1. Seperti halnya siklus 1, penelitian pada siklus 2 ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran dengan menggunakan gaya divergen. Perbedaanya hanya pada materi pembelajaran. Disamping itu masukan dari siklus 1 yang berupa kelemahan, kendala, maupun faktor yang menyebabkan indikator keberhasilan yang ditetapkan tidak tercapai dianalisis, diperbaiki, dan diterapkan pada siklus 2. Hasil penelitian siklus 2 menunjukkan bahwa terdapat 32 peserta didik (88,9%) yang telah mencapai ketuntasan (KKM). Perolehan ini telah melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu sekurang-kurangnya 75% peserta didik mampu mencapai KKM pada tes formatif. 5
Pembahasan Secara umum hasil tes formatif pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 ditinjau pada persentase ketercapaian KKM dapat dilihat pada Gambar di bawah ini. Gambar 2. Perbandingan Ketercapaian KKM Pada saat pra siklus proses pembelajaran belum menerapkan gaya divergen. Dalam kegiatan pembelajaran semestinya melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan peserta didik yang saling mempengaruhi dan memberi masukan sehingga kegiatan pembelajaran merupakan aktivitas yang hidup, sarat nilai, dan senantiasa memiliki tujuan. Melalui penerapan gaya divergen pada siklus 1, peserta didik lebih terlibat dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Peserta didik saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu menguasai materi teknik dasar permaian bola basket dengan sebaik-baiknya dan mendorong peserta didik aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui keterampilan proses. Namun demikian hasil siklus 1 belum menggembirakan. Hasil tes for-matif siklus 1 memperlihatkan bahwa baru terdapat 24 peserta didik (66,7%) yang mencapai KKM. Hal ini terjadi karena peserta didik belum terbiasa mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Peserta didik belum menguasai beberapa keterampilan yang diperlukan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu 1) berada dalam tugas, yaitu tetap berada dalam kerja kelompok dan menyelesaikan tugas yang menjadi tanggungjawabnya; 2) mengambil giliran dan mengambil tugas, yaitu bersedia menerima tugas dan membantu menyelesaikan tugas; 3) mendorong partisipasi, yaitu memotivasi teman sekelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok; 4) mendengarkan dengan aktif, yaitu mendengar dengan menyerap informasi yang disampaikan oleh teman dan menghargai pendapat teman; dan 5) bertanya, yaitu terampil menanyakan informasi/penjelasan lebih lanjut dari teman sekelompok. Kelemahan-kelemahan yang muncul diinventarisir dan dianalisis untuk dicarikan solusinya. Sebelum memasuki siklus 2, peserta didik diberi penguatan kembali tentang keterampilanketerampilan yang diperlukan dalam pembelajaran. Tes formatif siklus 2 dilaksanakan setelah dilaksanakan 2 kali tatap muka pembelajaran. Hasil tes formatif siklus 2 menunjukkan terdapat 32 peserta didik (88,9%) yang telah mencapai KKM. Perolehan ini tela h melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu sekurang-kurangnya 75% hasil tes for-matif pesertadidik mencapai KKM dalam pembelajaran penjasorkes materi teknik dasar permaian bola basket gaya divergen. 6 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 5 (2015)
SIMPULAN Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penerapan gaya divergen dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran penjasorkes materi teknik dasar permainan bola basket pada kelas VIII E SMP Negeri 1 Comal Tahun Pelajaran 2014/2015. DAFTAR PUSTAKA, 2015. Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Materi Teknik Dasar Permainan Bola Basket dengan Gaya Divergen Kelas VIII E SMP Negeri 1 Comal: Laporan PTK SMP Negeri 1 Comal: Pemalang (Tidak Dipublikasikan). Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 1986. Kurikulum dan Pembelajaran. Ed.1 Cet 8. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. 7