IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION DALAM PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA SMP NEGERI 7 MEDAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPAMELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER SMP NEGERI 7 MEDAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE DI SMP NEGERI 7 MEDAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

Aisyatir Rodiah Guru Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

Nurmi Butar-Butar Guru SMP Negeri 19 Medan Surel :

Muhamad Mahmud Surel : Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

BUDIMAN SIHOMBING Guru SMP Negeri 15 Medan

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

PENERAPAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LKS UNTUK MEMPERBAIKI KEMAMPAUN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 4 MEDAN

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

BERTHA LUBIS Guru SMP Negeri 4 Medan ABSTRAK

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI PKN KELAS V SDS MUHAMMADIYAH HUTABANGUN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TRAINING

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII G SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

Alamson Silalahi Guru SMP Negeri 4 Medan Surel :

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS V SD NEGERI NO

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

PERBAIKAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN PADA SISWA KELAS IX-A SMP NEGERI 1 BATAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII-1 SMP NEGERI 4 MEDAN

Antonius Girsang Guru SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

LATIPA HANIM HARAHAP Guru SMP Negeri 29 Medan

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI

Sarinawati Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Bahorok Surel :

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

550 Junaidi : Perbaikan Keterampilan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran... WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Sinar Sion Guru Pendidikan Jasmani SD Negeri Suka Makmur ABSTRAK

Niasni Sinaga Guru SMP Negeri 3 Berastagi

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT

Isak Ritonga Guru Mata Pelajaran Matematika SMP Negeri 4 Medan Surel :

Asniar Elfrida Tambun Guru Biologi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Surel:

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VIII.B SMP NEGERI 3 BAHOROK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS VIII-8 SMP NEGERI 29 MEDAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

Martinus Gutu SD Negeri No Suka Makmur Kec. Delitua

Annan Ginting Guru Pendidikan Agama Kristen SMP Negeri 1 Payung Surel :

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

Penerapan LKS Melalui Metode Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII a SMP Negeri 3 Madapangga Tahun Pelajaran 2017/2018

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SD NEGERI 032 SINONOAN

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan

Maulizar. Kata-kata kunci: Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Make A Match, Materi Tumbuhan Biji (Spermatophyta).

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) DI KELAS IX-7 SMP NEGERI 3 BERASTAGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK PECAHAN DI KELAS V-B SD NEGERI NO

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Fahmiati SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lamhot Munthe. menawarkan persoalan-persoalan yang sulit, ditambah dengan kurangnya kerjasama antar siswa

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Elistina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 339 TAMANG

Penerapan Metode Jigsaw untuk Peningkatkan Hasil Belajar Ketrampilan Pengolahan Hasil Samping Seralia dan Umbi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. tindakan,menurut Suharjono dalam Suharsisi Arikunto (2006:18) penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENJAS DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS V-B SD NEGERI MULIOREJO

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA

Peningkatan Hasil Belajar Materi Keunggulan Lokasi Indonesia Melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII B SMPN 6 Kota Bima

JEMBER TAHUN PELAJARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Jagabaya I Kecamatan

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penulis

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL DIRECT INSTRUCTION PADA MATA PELAJARAN PAK SMP NEGERI 2 SIMPANG EMPAT

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI MEDIA GAMBAR DAN KARTU KATA SISWAKELAS 1-B SD NEGERI DELITUA KABUPATENDELI SERDANG

Karolina Br Karo Guru SD Negeri Tigaserangkai Surel:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BRAINSTROMING

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Proses PTK merupakan proses siklus yang dimulai dari menyusun

Penerapan Pembelajaran Kooperatif

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION DALAM PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA SMP NEGERI 7 MEDAN Ukurta Br Sinuraya Guru SMP Negeri 7 Medan Surel : ukurtasinuraya1990@gmail.com ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk memperbaiki aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian berlangsung selama dua siklus dengan dua kali pertemuan setiap siklusnya. Subjek dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VII-5 SMP 7 Medan yang berjumlah 41 siswa. Pada siklus I ketuntasan klasikal mencapai 53,6% dengan ratarata kelas 72 meningkat menjadi 87,8% siswa tuntas secara klasikal di siklus II dengan rata-rata kelas sebesar 80. Data aktivitas siswa pada Siklus I antara lain membaca/membaca (36,5%), bekerja (26,5%), bertanya sesama teman (8,5%), bertanya kepada guru (13,5%), dan yang tidak relevan dengan KBM (15%); (b) Data aktivitas siswa pada Siklus II antara lain membaca/membaca (31,4%), bekerja (45,8%), bertanya sesama teman (10%), bertanya kepada guru (9,5%), dan yang tidak relevan dengan KBM (3,3%). Kata kunci : Model Pembelajaran Direct Instruction, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar PENDAHULUAN Belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa oleh dirinya sendiri, maka inisiatif belajar harus muncul dari dirinya. Dalam proses belajar siswa harus aktif belajar dan guru hanyalah membimbing dan mengarahkan. Teori kognitif menyatakan bahwa belajar menunjukkan adanya jiwa yang aktif, jiwa tidak sekedar merespon informasi, namun jiwa mengolah dan melakukan transformasi informasi yang diterima. Berdasarkan kajian teori tersebut, maka siswa sebagai subjek belajar memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan, mencari, mengolah informasi, menganalisis, mengidentifikasi, memecahkan, menyimpulkan dan melakukan transformasi (transfer of learning) kedalam kehidupan yang lebih luas. Potensi yang dimiliki setiap individu sebaiknya dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran (Daryanto.Drs dan Drs Muljo Raharjo.ST,M.Pd 2012:1). Kecendrungan psikologi saat ini menyatakan bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu, memiliki kemauan dan keinginan.belajar pada hakikatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu prilaku, terjadi kegiatan merespon terhadap 94

setiap pembelajaran. Seseorang yang belajar tidak bisa dipaksa oleh orang lain, belajar hanya akan mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Oleh karena itu pembelajaran yang berorientasi pada siswa harus terus dikembangkan agar siswa merasa tertantang dan memiliki motivasi belajar. Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru di SMP Negeri 7 Medan khususnya dikelas yang peneliti ajar yakni kelas VII, masih sulit untuk mendesain pembelajaran yang benar-benar berorientasi pada siswa. Peneliti selaku guru masih cenderung mengajar dengan metodemetode konvensional seperti ceramah dan penugasan. Hal ini dikarenakan peneli menganggap bahwa penelitilah sumber informasi yang paling baik bagi siswa. Akibatnya pembelajaran yang peneliti desain bersifat satu arah dan mengakibatkan siswa di kelas yang peneliti ajar cenderung pasif. Pembelajaran konvensional seperti ceramah juga menyebabkan siswa merasa jenuh mengikuti pembelajaran dan dampak terburuk adalah hasil belajar siswa yang rendah. Sebagai contoh yakni siswa kelas VII-5 SMP Negeri 7 Medan. Berdasarkan arsip peneliti, rata-rata nilai di kelas VII-5 untuk pembelajaran IPA belum mencapai KKM dan hanya 45% siswa lulus KKM (ulangan semester ganjil T.P 2014/2015). Rendahnya hasil belajar ini tidak terlepas dari rendahnya aktivitas belajar siswa saat KBM. Berdasarkan refleksi yang peneliti lakukan terhadap pembelajaran yang peneliti selenggarakan, aktivitas belajar siswa cenderung mendengarkan penjelasan guru. Siswa jarang bertanya, mengajukan pendapat dan merespon pertanyaan guru. Oleh sebab itu aktivitas belajar siswa digolongkan rendah. Ini adalah hasil penerapan model pembelajaran konvensional yang peneliti cenderung terapkan. Bagi sebagian peserta didik belajar ilmu IPA merupakan sesuatu yang kurang menarik dan cenderung membosankan. Mereka merasa kesulitan dalam memahami dan mengerti materi yang diajarkan. Oleh karena itu, perlu diketahui dan dipahami dengan benar bagaimana caranya agar peserta didik tertarik dan berminat mempelajari IPA misalnya dengan menerapkan pembelajaran yang dapat menarik minat mereka. Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pada dasarnya pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Banyak cara untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dimana siswa dapat mengembangkan aktivitas dan 95

kreativitas secara optimal sesuai dengan kemampuannya. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang bervariasi dan menciptakan desain pembelajaran yang mengikutsertakan siswa selama pembelajaran. Hal ini agar siswa dapat menyalurkan pemikiran dan kreatipitasnya sehingga siswa bersemangat dan termotivasi untuk belajar. Memperhatikan permasalahan diatas maka penelitian ingin menerapkan model pembelajaran Direct Instruction dan menyimpulkan bahwa model tersebut meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 7 Medan pada Bidang Studi IPA. Untuk terus berinovasi dan menghindari kejenuhan siswa maka dalam penelitian ini akan dicobakan variasi lain model pembelajaran Direct Instruction yakni dengan mengelompokkan siswa dan membuat LKS sebagai panduan belajar siswa. Diharapkan penerapan model Direct Instruction mampu mencapai keberhasilan pembelajaran di sekolah dan dapat dijadikan salah satu alternatif pemecahan masalah guna meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Untuk melihat sejauh mana pembelajaran Direct Instruction dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar maka masalah ini menarik untuk diteliti. Batasan Masalah Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi siswa, maka peneliti membatasi permasalahan sesuai dengan kemampuan peneliti antara lain : 1. Menggunakan Model Pembelajaran Direct Instruction selama kegiatan belajarmengajar. 2. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-5 SMP Negeri 7 Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015. 3. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut diatas maka rumusan masalah penelitian iniadalah : 1. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran Direct Instruction aktivitas belajar siswa kelas VII-5 SMP Negeri 7 Medan pada Bidang Studi IPA meningkat? 2. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran Direct Instruction hasil belajar siswa kelas VII-5 SMP Negeri 7 Medan pada Bidang Studi IPA meningkat? Adapun tujuan penelitian ini yakni: 1. Mengetahui apakah dengan menerapkan model pembelajaran Direct Instruction aktivitas belajar siswa kelas VII-5 SMP Negeri 7 Medan pada Bidang Studi IPA meningkat. 2. Mengetahui apakah dengan menerapkan model pembelajaran Direct Instruction hasil belajar 96

siswa kelas VII-5 SMP Negeri 7 Medan pada Bidang Studi IPA meningkat. METODE PENELITIAN Lokasi Dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Medan yang beralamatkan di Jln. H. Adam Malik No. 12 Medan dan dilakukan di kelas VII-5 T.P 2014/2015. Waktu penelitian adalah kapan penelitian dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai dengan Juli 2015 (5 bulan) Tahun Pelajaran 2014/2015. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-5 SMP Negeri 7 Medan yang berjumlah 41 orang. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah; 1) tes hasil belajar; 2) lembar observasi aktivitas siswa. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau disekolah dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran.menurut Lewin dalam Aqib (2006 : 21) menyatakan bahwa dalam satu Siklus terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Teknik Analisis Data Metode Analisis Data pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan. Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut: 1. Merekapitulasi nilai pretes sebelum tindakan dan nilai tes akhir Siklus I dan Siklus II 2. Menghitung nilai rerata atau persentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dan Siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar. Indikator Keberhasilan Yang menjadi indikator keberhasilan guru keberhasilan guru mengajar digunakan Kurikulum KTSP dan KKM di SMP Negeri 7 Medan untuk bidang studi IPA. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila 85% siswa secara klasikal mendapat nilai KKM untuk bidang studi IPA yakni 75. Untuk aktivitas belajar siswa digolongkan meningkat apabila aktivitas individual menulis membaca, aktivitas bertanya pada guru dan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM menurun dan meningkatnya aktivitas mengerjakan LKS. 97

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Sebelum melaksanakan KBM Siklus I, peneliti melaksanakan tes hasil belajar pada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam materi Gerak dan Ekosistem. Hasil pemungutan data Pretes disajikan dalam table 1. Tabel Distribusi Hasil Pretes Nilai Frekue nsi 35 2 30 13 25 12 20 11 15 1 10 2 Juml 41 ah Rat a- rata 25 Merujuk pada Tabel 1, nilai terendah untuk Pretes adalah 10 dan tertinggi adalah 35 dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) sebesar 75 maka tidak seorangpun siswa yang mendapat nilai KKM atau ketuntasan klasikal adalah 0%. Data Pretes menunjukkan bahwa prilaku belajar siswa adalah tidak mempersiapkan diri dengan belajar di rumah sebelum belajar di sekolah. Data Hasil Siklus I a. Perencanaan Setelah dilaksanakan Pretes dan identifikasi masalah, maka peneliti bersama guru sejawat, pembimbing dan pendamping mendiskusikan perencanaan siklus I sebagai berikut: 1. Peneliti bersama pembimbing mendiskusikan scenario pembelajaran menggunakan model pembelajaran Direct Instruction melalui langkahlangkah berikut: 1) Menentukan standar kompetensi, Kompetensi dan materi dalam penelitian, 2) Membatasi indikator-indikator dalam penelitian sesuai waktu yang tersedia, 3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 2. Menyusun instrument penelitian, yang berupa test. Instrumen test dinilai dari hasil pekerjaan siswa (evaluasi akhir siklus). 3. Menyusun instrumen observasi aktivitas siswa. 4. Menyusun format dokumentasi penelitian. 5. Mempersiapkan lembar kerja siswa 6. Menetapkan indikator ketercapaian. Indikator ketercapaian ini dinilai dari beberapa, seperti merujuk pada KKM dan kriteria tertentu yang telah diungkapkan dalam bab III. b. Pelaksanaan Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin Tanggal 6 April 2015. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 10 April 2015. c. Observasi Data Observasi Aktivitas Siswa 98

Penilaian aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas dilakukan pada saat siswa bekerja dalam kelompok diskus. Pengamatan dilakukan oleh 2 pengamat selama 20 menit kerja kelompok dalam setiap kegiatan belajar mengajar (KBM). Tabel Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus I No Aktivitas Skor Proporsi 1 Menulis, membaca 73 36,5% 2 Mengerjak an LKS 53 26,5% 3 Bertanya pada teman 17 8,5% 4 Bertanya pada guru 27 13,5% 5 Yang tidak relevan 30 15% Jumlah 200 100% Merujuk pada table 2 Aktivitas menulis dan membaca paling dominan dengan proporsi 36,5%, namun aktivitas mengerjakan LKS masih cukup kecil yakni hanya 26,5%, disusul bertanya kepada guru 13,5%, kemudian bertanya pada teman 8,5%. Muncul pula aktivitas tidak relevan sebesar 15%. Data Hasil Belajar Siswa Nilai hasil formatif I dalam Siklus I disajikan dalam table. Table Deskripsi Data Hasil Tes Siklus I Nilai Frekuensi Ratarata 90 5 80 17 70 5 60 11 72 50 3 Jumlah 41 Merujuk pada Table 3 tersebut, nilai terendah formatif I adalah 50 dan tertinggi adalah 90. Rata-rata hasil formatif I adalah 72. Berdasarkan nilai formatif I hanya 22 dari 41 siswa yang mendapat nilai KKM, atau ketuntasan klasikal hanya 53,6%. Ketuntasan secara klasial ini belum belum mencapai indikator keberhasilan yakni 85% siswa lulus secara klasikal dengan demikian siklus I dinyatakan gagal. Untuk itu akan disusun rencana pelaksanaan siklus II dan kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus II d. Refleksi Meskipun pembelajaran siklus I telah meningkatkan hasil belajar siswa, namun ketuntasan secara klasikal dan nilai rata-rata belum tercapai karena masih dibawah ketuntasan klasikal 85% dan rata-rata belum mencapai KKM 75. Untuk mengetahui sebab-sebab kegagalan siklus I maka dilakukan refleksi. Pada kegiatan refleksi peneliti menganalisis data dokumentasi, data rekaman pembelajaran serta berdiskusi dengan observer. Beberapa hal yang 99

teridentifikasi sebagai penyebab kegagalan siklus I diantaranya: a. Pada pertemuan I, kelompok yang ditunjuk untuk melakukan presentasi masih perlu dibujuk, berarti pada pertemuan I siswa belum percaya diri dan pada sesi tanya jawab guru juga harus menunjuk siswa yang bertanya maupun yang memberi tanggapan. b. Pada tahap pelaksanaan diskusi kelompok, masih banyak kelompok yang membutuhkan bimbingan guru. Hal ini mengakibatkan guru menjadi kewalahan dan ada kelompokkelompok yang tidak sempat dibimbing. Hal ini berkaitan dengan kurang kooperatifnya siswa selama diskusi, sehingga siswa lebih berpedoman pada guru dari pada saling membantu satu sama lain untuk menyelesaikan kendala yang dihadapai. Hal ini juga tergambar dari aktivitas siswa dimana proporsi bertanya pada guru lebih tinggi dari bertanya pada teman. c. Masih ditemukan siswa yang tidak ambil bagian dalam kegiatan diskusi. Siswa tersebut hanya berdiam diri dan menyerahkan permasalahan pada kelompoknya. Ada pula siswa yang sengaja membuat kegaduhan dengan mengganggu kelompok lain. d. Siswa tampak tidak siap mengikuti pembelajaran sesuai dengan sintak model pembelajaran Direct Instruction. Hal ini dimungkinkan karena guru tidak menjelaskan desain pembelajaran yang akan dilakukan siswa sehingga setiap tahapan siswa tampak bingung dan terburu-buru. Data Hasil Siklus II a. Perencanaan Berdasar pada permasalahanpermasalahan yang ditemui pada siklus I maka guru sebagai peneliti merencanakan tindakan-tindakan perbaikan pembelajaran yang akan dilakukan di siklus II dengan mendiskusikannya dengan guru sejawat, pembimbing dan pendamping dalam penelitian. Selain menyusun perangkat pembelajaran yakni RPP, LKS, Lembar observasi aktivitas belajar siswa guru (peneliti) juga mengupayakan tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II. Berdasarkan diskusi yang dilakukan dengan pembimbing penenliti dan observer peneliti adapun tindakan perbaikan yang ditempuh adalah: a. Lebih memberikan motivasi siswa agar bersedia melakukan presentasi hasil diskusi di depan kelas tanpa harus ditunjuk dan dibujuk. Begitu pula guru lebih memotivasi siswa agar mau memberikan tanggapan maupun bertanya tentang hal yang ia kurang mengerti dengan mengiming-imingi siswa dengan penamabahan nilai bagai siswa yang aktif bertanya maupun memberi tanggapan. 100

b. Sebelum masuk pada kegiatan diskusi guru akan lebih baik lagi dalam menjelaskan prosedur diskusi. Guru juga akan memastikan bahwa siswa benarbenar paham apa yang akan dilakukan selama diskusi. Guru juga menginformasikan bahwa siswa yang kurang paham hanya boleh bertanya sebelum diskusi, ketika diskusi dimulai siswa tidak boleh bertanya pada guru, kecuali sangat terdesak. Oleh karena itu guru juga menetapkan tutor dalam kelompok. Tutor juga meruapakan pemimpin kelompok, dan hanya tutor yang diberi kesempatan bertanya mewakili kelompoknya. c. Untuk menekan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM, guru mengingatkan siswa untuk mempersiapkan diri dari rumah sebelum KBM berlangsung, yaitu dengan belajar/mebaca materi yang akan dipelajari di sekolah. Lalu guru juga menetapkan aturan-aturan diskusi yang menjadi acuan siswa saat melakukan diskusi. Bagi pelanggar akan dikenakan sanksi, dan bila perlu dikeluarkan dari kelas. d. Diawal pelajaran guru akan menjelaskan desain pembelajaran kepada siswa. hal ini dilakukan agar siswa mengerti apa yang akan dilakukan selama belajar sehingga setiap tahapan belajar sesuai model pembelajaran Direct Instruction dapat berlangsung dengan baik. b. Pelaksanaan Tindakan KBM siklus II dilaksanakan sama seperti siklus I dengan materi yang berbeda yang dilaksanakan pada tanggal 20 April 2015 dan 24 April 2015 dengan perbaikan syang telah direncanakan. c. Observasi Data Hasil Observasi Data hasil observasi Siklus II ditunjukkan dalam Tabel 4 merujuk pada table tersebut, ada terjadi perubahan aktivitas belajar siswa dibandingkan Siklus I karena perubahan yang terjadi cukup signifikan. Kegiatan mengerjakan LKS mendominasi aktivitas siswa dengan disusul kegiatan menulis dan membaca, kemudian bertanya pada teman, bertanya pada guru. Namun kegiatan tidak relevan masih muncul tetapi sudah menurun proporsi. Data aktivitas siswa siklus II dapat dilihat pada tabel berikut: Table Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus II No Aktivitas Skor Proporsi 1 Menulis, 66 31,4% membaca 2 Mengerjakan 96 45,8% LKS 3 Bertanya 21 10% pada teman 4 Bertanya pada guru 20 9,5% 5 Yang tidak 7 3,3% relevan Jumlah 210 100% 101

Data Hasil Tes Data hasil belajar siswa Silus II merujuk pada Tabel 5 menujukkan nilai terendah sebesar 60, tertinggi 100. Dengan KKM sebesar 75 hanya 36 dari 41 siswa yang mendapat nilai KKM atau di atas KKM atau ketuntasan klasikal hanya sebesar 87,8%. Namun berdasarkan indikator keberhasilan dalam penelitian ini yakni 85% siswa secara klasikal mendapat nilai KKM maka siklus II dinyatakan berhasil memberikan ketuntasan/ keberhasilan pada penelitian ini. Data hasil belajar Siklus II disajikan dalam table 5. Table Deskripsi Data Hasil Tes Siklus II Nilai Frekuen si Rata -rata 100 1 90 7 80 28 70 2 80 60 3 Jumla h 41 d. Refleksi Setelah berlangsungnya siklus II diperoleh data nilai rata-rata 80 dan ketuntasan klasikal 87,8%. Dengan demikian hasil formaif II menyatakan bahwa pembelajaran Siklus II telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dan memberikan ketuntasan rata-rata, dan ketuntasan klasikal. Pembelajaran Siklus II relative lebih baik daripada Siklus I. Siswa mulai antusias mengikuti pembelajaran, siwa tidak malu mengungkapkan pendapatdan memberikan tanggapan, siswa sudah lancar menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan temannya, beberapa kelompok mengajukan diri dalam presentase, namun masih ada beberapa siswa melakukan aktivitasyang tidak relevan dengan KBM sehingga memunculkan sedikit kegaduhan dalam pelaksanaan diskusi. Kemampuan siswa dalam menggali informasi secara mandiri cukup baik. Hal ini sesuai dengan data aktivitas siswa yang mengalami peningkatan dan didukung pula oleh dokumentasi penelitian. Pembahasan Sebelum perlakuan tindakan, maka peneliti memberikan uji pretes pada siswa. Uji pretes dilakukan untuk melihat kondisi awal siswa. Berdasarkan uji preyes yang dilakukan nilai tertinggi adalah 35 dan nilai terendah adalah 10, dengan KKM sebesar 75 maka tidak seorangpun siswa yang mendapat nilai tuntas atau ketuntasan klasikal adalah 0%. Sebagai temuan awal maka diambil asumsi bahwa aktivitas belajar siswa rendah dimana siswa tidak mengulang pembelajaran di rumah dan tidak mempersiapkan diri dengan membaca materi yang akan dipelajari di sekolah. Setelah pra siklus maka dilakukan siklus I dengan melakukan dua KBM di mana di setiap KBM diterapkan model pembelajaran Direct Instruction sebagai tindakan. Pada pertemuan pertama antusiasme siswa mengikuti proses pembelajaran di awal belum begitu baik, mungkin karena siswa merasa asing pada 102

desain pembelajaran sesuai sintak model pembelajaran Direct Instruction. Selama KBM berlangsung maka di amati aktivitas belajar siswa dan diakhir siklus I dilakukan tes formatif II untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi ajar yang di ajarkan dengan desain pembelajaran Direct Instruction. Berdasarkan uji formatif I yang dilakukan, nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terendah adalah 50 dengan 22 siswa mendapat nilai KKM dan di atas KKM atau ketuntasan klasikal sebesar 53,6% dengan rata-rata kelas 72. Mengacu pada kriteria ketuntasan penelitian dimana 85% siswa tuntas (mendapat nilai KKM) maka siklus I dinyatakan gagal memberikan ketuntasan. Berdasarkan refleksi yang dilakukan maka teridentifikasi beberapa kekurangan yang terjadi pada siklus I yang menyebabkan siklus I gagal memberikan ketuntasan secara klasikal. Adapun kekurangan yang ditemukan yakni: a. Pada pertemuan I, kelompok yang ditunjuk untuk melakukan presentasi masih perlu dibujuk, berarti pada pertemuan I siswa belum percaya diri dan pada sesi tanya jawab guru juga harus menunjuk siswa yang bertanya maupun yang memberi tanggapan. b. Pada tahap pelaksanaan diskusi kelompok, masih banyak kelompok yang membutuhkan bimbingan guru. Hal ini mengakibatkan guru menjadi kewalahan dan ada kelompokkelompok yang tidak sempat dibimbing. Hal ini berkaitan dengan kurang kooperatifnya siswa selama diskusi, sehingga siswa lebih berpedoman pada guru dari pada saling membantu satu sama lain untuk menyelesaikan kendala yang dihadapai. Hal ini juga tergambar dari aktivitas siswa dimana proporsi bertanya pada guru lebih tinggi dari bertanya pada teman. c. Masih ditemukan siswa yang tidak ambil bagian dalam kegiatan diskusi. Siswa tersebut hanya berdiam diri dan menyerahkan permasalahan pada kelompoknya. Ada pula siswa yang sengaja membuat kegaduhan dengan mengganggu kelompok lain. d. Siswa tampak tidak siap mengikuti pembelajaran sesuai dengan sintak model pembelajaran Direct Instruction. Hal ini dimungkinkan karena guru tidak menjelaskan desain pembelajaran yang akan dilakukan siswa sehingga setiap tahapan siswa tampak bingung dan terburu-buru. Setelah teridentifikasi kekurangan-kekurang yang terdapat pada siklus I, maka peneliti melakukan diskusi dengan pembimbing peneliti dan observer peneliti tentang tindakan perbaikan yang harus dilakukan. Tindakan perbaikan ini akan diterapkan pada siklus II agar siklus II mampu memberikan ketuntasan. Berdasarkan hasil diskusi, adapun tindakan perbaikan yang akan dilakukan yakni: 103

a. Lebih memberikan motivasi siswa agar bersedia melakukan presentasi hasil diskusi di depan kelas tanpa harus ditunjuk dan dibujuk. Begitu pula guru lebih memotivasi siswa agar mau memberikan tanggapan maupun bertanya tentang hal yang ia kurang mengerti dengan mengiming-imingi siswa dengan penamabahan nilai bagai siswa yang aktif bertanya maupun memberi tanggapan. b. Sebelum masuk pada kegiatan diskusi guru akan lebih baik lagi dalam menjelaskan prosedur diskusi. Guru juga akan memastikan bahwa siswa benarbenar paham apa yang akan dilakukan selama diskusi. Guru juga menginformasikan bahwa siswa yang kurang paham hanya boleh bertanya sebelum diskusi, ketika diskusi dimulai siswa tidak boleh bertanya pada guru, kecuali sangat terdesak. Oleh karena itu guru juga menetapkan tutor dalam kelompok. Tutor juga meruapakan pemimpin kelompok, dan hanya tutor yang diberi kesempatan bertanya mewakili kelompoknya. c. Untuk menekan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM, guru mengingatkan siswa untuk mempersiapkan diri dari rumah sebelum KBM berlangsung, yaitu dengan belajar/mebaca materi yang akan dipelajari di sekolah. Lalu guru juga menetapkan aturan-aturan diskusi yang menjadi acuan siswa saat melakukan diskusi. Bagi pelanggar akan dikenakan sanksi, dan bila perlu dikeluarkan dari kelas. d. Diawal pelajaran guru akan menjelaskan desain pembelajaran kepada siswa. hal ini dilakukan agar siswa mengerti apa yang akan dilakukan selama belajar sehingga setiap tahapan belajar sesuai model pembelajaran Direct Instruction dapat berlangsung dengan baik. Selanjutnya dilakukan siklus II dengan 2 KBM yang dirancang sesuai sintak model pembelajaran Direct Instruction dan tindakan perbaikan yang telah dirumuskan. Setelah 2 KBM, maka dilakukan tes formatif II. Berdasarkan hasil tes formatif II nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 60 dengan 36 siswa mendapat nilai tuntas (KKM) atau ketuntasan klasikal 87,8% dengan rata-rata kelas 80. Mengacu pada kriteria keberhasilan penelitian ini dimana dinyatakan tuntas apabila 85% siswa secara klasikal mendapat nilai tuntas (KKM) maka siklus II berhasil memberikan ketuntasan pada penelitian ini. Meskipun menyisakan 5 orang siswa yang belum tuntas (belum mendapat nilai KKM). Untuk aktivitas belajar siswa, berdasarkan data yang diperoleh maka terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa. Merujuk pada gambar 4.2, pada Siklus I rata-rata aktivitas belajar siswa menulis dan membaca sebesar 36,5%. Aktivitas 104

mengerjakan dalam diskusi mencapai 26,5%. Aktivitas bertanya pada teman sebesar 8,5%. aktivitas bertanya pada guru 13,5% dan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM sebesar 15%. Nilai-nilai ini memperlihatkan beberapa hal diantaranya, ketika siswa berdiskusi dalam kelompok banyak kelompok yang terlihat bingung dalam pelaksanaanya sehingga peneliti kewalahan melayani pembimbingan tiap kelompok. Sementara beberapa siswa tidak aktif dalam melaksanakan diskusi, siswa tersebut hanya berdiam diri, seolaholah tidak mau tahu dan hanya melakukan kegiatan menulis dan membaca, dan bahkan beberapa siswa melakukan kegaduhan meskipun ada beberapa siswa yang aktif dalam pelaksanaan diskusi. Kebingungan siswa ini menimbulkan miskonsepsi terhadap materi pembelajaran seperti yang telah diungkapkan pada data hasil belajar siswa. Untuk Siklus II aktivitas menulis dan membaca turun menjadi 31,4% yang sepertinya mengindikasikan bahwa masih banyak siswa lebih tertarik berdiam diri dengan hanya duduk dan menulis-nulis tidak ikut bekerja. Aktivitas mengerjakan dalam diskusi yang meningkat cukup tajam menjadi 45,8% menunjukkan perbaikan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Sementara aktivitas bertanya pada teman naik menjadi 10% dan bertanya kepada guru turun menjadi 9,5%. Perbaikan pembelajaran diperkuat dengan temuan bahwa aktivitas yang tidak relevan dengan KBM pada Siklus II menyusut mencapai 3,3%. Meskipun begitu, masih diperlukan juga motivasi dan pendekatan dari guru untuk mendukung berhasilnya proses belajar mengajar. Masalah yang dihadapi pada pembelajaran IPA sudah dapat teratasi dengan cara penerapan model Direct Instruction yang secara langsung dapat meningkatkan minat siswa, motivasi belajar siswa, pemahaman siswa, partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, serta meningkatkan hasil belajar siswa. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Adapun perubahan aktivitas belajar siswa yakni sebagai berikut: (a) Data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain membaca/membaca (36,5%), bekerja (26,5%), bertanya sesama teman (8,5%), bertanya kepada guru (13,5%), dan yang tidak relevan dengan KBM (15%). (b) Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada Siklus II antara lain membaca/membaca (31,4%), bekerja (45,8%), bertanya sesama teman (10%), bertanya 105

kepada guru (9,5%), dan yang tidak relevan dengan KBM (3,3%). 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Direct Instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan di kelas VII-5 SMP Negeri 7 Medan dimana pada siklus I ketuntasan kalsikal mencapai 53,6% dengan rata-rata kelas 72 meningkat menjadi 87,8% siswa tuntas secara klasikal di siklus II dengan rata-rata kelas sebesar 80 sehingga siklus II dinyatakan berhasil. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S (2008), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta Dahar, R, W, (2003), Teori-Teori Belajar, Penerbit Erlangga, Jakarta. Dimyati, Dr & Mudjiono, Drs, Belajar dan Pembelajaran,. Penerbit PT Rineka Cipta : Jakarta. Djamarah. (1995). Indikator Keberhasilan Proses Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. Gagne, M. (1989). Prinsip-Prinsip Belajar Untuk Pengajaran. Surabaya: Usaha Nasional. Joyce, Wheil dan Calhoun. (2009). Model of Teaching (Model- Model Pengajaran). Pustaka Belajar, Yogyakarta. Rochiati Wiriatmadja, 2006. Metode Penelitian Tindakan kelas. Remaja Rosdakarya, Bandung. Sardiman. (2008). Interaksi Dan Motivasi Belajar- Mengajar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara. Sudjana, Dr.Nana.2005. Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Si nar baru Algensindo 106