BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asalusul,

PERUBAHAN PARADIGMA PENDIDIKAN KHUSUS/PLB KE PENDIDIKAN KEBUTUHAN DRS. ZULKIFLI SIDIQ M.PD NIP

SUMIYATUN SDN Ketami 1 Kec. Pesantren Kota Kediri

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

PENDIDIKAN PENYANDANG CACAT DARI SUDUT PANDANG MODEL PENDIDIKAN INKLUSI DI INDONESIA. Oleh: Haryanto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peranan sangat strategis dalam pembangunan suatu

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan penentuan arah, isi, dan proses pendidikan, yang pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan inklusif adalah sebuah sistem pendidikan yang memungkinkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah banyak mengangap bahwa anak yang dilahirkan karena suatu

Individualized Education Program (IEP) Least Restrictive Environment (LRE) Teaming and Collaboration among Professionals

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMAHAMAN GURU DALAM LAYANAN BIMBINGAN PADA SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI (Studi Lapangan pada sekolah penyelenggara Inklusi)

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendidikan akan selalu muncul dan orangpun tak akan berhenti untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN. 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

PROFIL IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG. Juang Sunanto, dkk

REVITALISASI PROGRAM STUDI PLB DALAM MENGHADAPI PROGRAM INKLUSI *) Oleh Edi Purwanta **)

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya.

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu anak mempunyai hak

BAB I PENDAHULUAN. atas pendidikan. Unesco Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mencanangkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang menggunakan kajian pendidikan inklusi sudah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

PENDIDIKAN INKLUSIF. Kata Kunci : Konsep, Sejarah, Tujuan, Landasan Pendidikan Inklusi

BAB II LANDASAN TEORI. Persepsi merupakan suatu proses yang digunakan individu untuk mengelola

'371.9 Has m-2 OLEH : x~yl?lyasl : _.-.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pendidikan adalah milik semua orang, tidak. terkecuali Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Keterbatasan yang dialami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya mendapatkan perlakuan yang sama seperti siswa normal. Siswa SLB

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Namun terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu ;

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

37 PELAKSANAAN SEKOLAH INKLUSI DI INDONESIA

PERAN SHADOW TEACHER DALAM LAYANAN KHUSUS KELAS INKLUSI DI SDN PERCOBAAN 1 KOTA MALANG

Daftar Pustaka. Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM SISTEM PERSEKOLAHAN NASIONAL Oleh: Ishartiwi

Pendidikan Inklusi di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bagaimana? Apa? Mengapa?

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN INKLUSIF. Oleh Mohamad Sugiarmin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas diri seseorang di

2016 PELAKSANAAN AKOMODASI KURIKULUM BAHASA INDONESIA BAGI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA OLEH GURU DI SD NEGERI CIBAREGBEG KABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia baik itu pendidikan formal maupun non formal. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adaptif merupakan luasan dari kata pendidikan jasmani

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah ditegaskan dalam UU RI 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus (ABK) karena setiap manusia yang terlahir di dunia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Pada hakekatnya, tujuan pendidikan telah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuan secara optimal sehingga dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. karena itulah pendidikan adalah usaha secara sadar dan optimal dalam rangka mengembangkan kepribadian dan menambah pengetahuan serta meningkatkan keterampilan bagi masyarakat. Mereka yang dianggap berbeda oleh masyarakat pada umumnya tetaplah memiliki hak yang sama seperti manusia lain pada umumnya, yakni mendapatkan pendidikan yang layak untuk memenuhi satu dari berbagai kebutuhan hidup manusia. tidak ada Undang-undang yang membeda-bedakan bahkan membatasi mereka yang dianggap berbeda untuk sama-sama menerima pendidikan yang

sama sebagaimana didapatkan oleh mereka yang telah dianggap normal oleh masyarakat umum. 1 Pendidikan inklusi menurut Staub dan Peck adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas regular. Sedangkan menurut Shapon, Shevin adalah system layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah sekolah terdekat, di kelas regular bersama sama teman teman seusianya. 2 Inklusi berasal dari kata inclusion yang berarti penyatuan. Dapat berarti pula bahwa tujuan pendidikan bagi siswa yang memiliki hambatan, keterlibatan yang sebenarnya dari tiap anak dalam kehidupan sekolah yang menyeluruh.inklusi dapat berarti penerimaan anak-anak yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, interaksi social, dan konsep diri (Visi-Misi) sekolah. 3 Inklusi dapat (dan mempunyai) arti berbeda beda bagi tiap orang. Beberapa orang menerjemahkannya sebagai cara baru untuk berbicara tentang mainstreming. Bagi yang lainnya mungkin dilihat sebagai REI dengan label yang baru. Sebagian bahkan menggunakan istilah inklusi sebagai banner untuk menyeruhkan full inclusion atau uncompromising inclusion yang berarti penghapusan pendidikan khusus. REI (Reguler Education Initiative) adalah suatu 1 www. Idp-europe.org/Indonesia/buku-inklusi/ 2 Direktorat PLB, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi (Mengenal Pendidikan Terpadu) Jakarta : Depdiknas, 2004. 9 3 J. David Smith, Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua, (Bandung: Nuansa, 2006) hlm.45

seruan untuk menyatukan anak anak yang memiliki hambatan ke dalam program program pendidikan reguler. 4 Pengelolaan siswa inklusi yakni mengelola dan mengurus siswa siswi yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, interaksi social, dan konsep diri yang sama dengan siswa normal lainnya. Semua anak baik yang normal maupun yang cacat dapat di didik walaupun mengalami hambatan belajar dan perkembangan yang sangat berbeda. Pendidikan inklusi harus memberikan pendidikan yang akan mencegah anak-anak mengembangkan harga diri yang kurang positif serta konsekuensi yang dapat ditimbulkannya. Pendidikan inklusi bertujuan menciptakan kerjasama bukannya persaingan. Dengan demikian maka tujuan pendidikan inklusi ini berarti menciptakan dan membangun pendidikan yang berkualitas, menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat, menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaan. 5 Siswa inklusi sendiri adalah anak berkebutuhan khusus yang ikut serta belajar di kelas umum /biasa dengan anak-anak lainnya. seperti anak yang memiliki kesulitan melihat atau mendengar, yang tidak dapat berjalan atau lebih lamban dalam belajar dan juga anak autis. 6 Melalui pendidikan inklusi, anak berkelainan dididik bersama-sama anak lainnya (normal), untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Yang mana 4 ibid 5 http://sambamuslim.com/pendidikan-inklusi.htm/ 6 1http://www.blogger.com/feeds/5263643712975895083/posts/default

pendidikan inklusi ini merupakan sekolah yang di peruntukan bagi semua siswa, tanpa melihat kondisi Fisiknya. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa dalam masyarakat terdapat keberagaman yang tidak dapat dipisahkan sebagai satu komunitas. Dan keberagaman itu justru akan menjadi kekuatan bagi kita untuk menciptakan suatu dorongan untuk saling menghargai, saling menghormati, dan toleransi. 7 Pendidikan inklusi juga menekankan bahwa semua anak berhak memperoleh pendidikan di dalam komunitasnya sendiri. Semua anak dapat belajar, dan siapapun dapat mengalami kesulitan dalam belajar. Semua anak membutuhkan dukungan untuk belajar pengajaran yang terfokus pada anak dan bermanfaat bagi semua anak. 8 Dari paparan di atas jelas bahwa konsep pendidikan inklusi adalah mengoptimalkan serta mengikutsertakan anak-anak yang mempunyai keterbatasan atau yang disebut dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam kelas reguler tanpa memandang kekurangan peserta didik. Agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan setiap anak mendapat perlakuan secara maksimal dan adil, maka perlu adanya pengelolaan yang efektif. Pengelolaan yaitu mengelola dan mengurus. 9 Pengelolaan sumber daya yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan inklusi meliputi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta tindak 7 Jerami S. Arcoro, Pendidkan Berbasis Mutu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. 64 8 Sue Stubbs, Inclusive Education Where There Are Few Resource, (idp Norwa, 2002), 41 9 Risky Maulana, Kamus Modern Bahasa Indonesia, (Surabaya: Lima Bintang), 204

lanjut hasil evaluasi. 10 Pada waktu-waktu tertentu, sekolah berkewajiban memberikan laporan kepada orang tua atau walinya tentang hasil dari apa yang telah di ucapkan atau dilakukan oleh anak tersebut di sekolah dari hari ke hari. Mendaftar, mencatat, menempatkan, melaporkan dan lain-lain pekerjaan yang berhubungan dengan siswa inilah yang disebut pengelolaan siswa. jadi pengelolaan siswa adalah pekerjaan mengatur siswa yang meliputi : mendaftar, mencatat, menempatkan, melaporkan, dan sebagainya. Sapon shevin mengemukakan lima profil pembelajaran di sekolah yang terdapat siswa inklusi. Pertama, pendidikan inklusi berarti menciptakan dan menjaga komunitas kelas, yang hangat, menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaan. Guru mempunyai tanggung jawab menciptakan suasana kelas yang menampung semua anak secara penuh dengan menekankan suasana sosial kelas yang menghargai perbedaan yang menyangkut kemampuan, kondisi fisik, sosial ekonomi, agama, dan sebagainya. Dengan demikian pengelolaan kelas dan pembelajaran yang memang heterogen dan penuh dengan perbedaan-perbedaan individual memerlukan perubahan kurikulum secara mendasar. Guru di kelas inklusif secara konsisten akan bergeser dari pembelajaran yang kaku, berdasarkan buku teks, atau materi biasa ke pembelajaran yang banyak melibatkan belajar kooperatif, tematik, berfikir kritis, dan pemecahan masalah. 10 Lela Helawati Pridi, Proposal Penelitian Peran dan Fungsi Supporting Sistem Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi, Bandung: 2008. 5

Kedua, pendidikan inklusi berarti menuntut penerapan kurikulum yang multilevel dan multimodalitas. Kelas yang inklusi berarti pembelajaran tidak lagi berpusat pada kurikulum melainkan berpusat pada anak, dengan konsekuensi berarti adanya fleksibilitas kurikulum dan penerapan layanan program individual atau pendekatan proses kelompok dalam implementasi kurikulum yang multilevel dan multimodalitas tersebut. Ketiga, pendidikan inklusi berarti menyiapkan dan mendorong guru untuk mengajar secara interaktif. Perubahan dalam kurikulum berkaitan erat dengan perubahan metode pembelajaran. Model kelas tradisional, di mana seorang guru secara sendirian berjuang untuk dapat memenuhi kebutuhan semua anak di kelas harus di ganti dengan model pembelajaran di mana murid-murid bekeja sama, saling mengajar, dan secara aktif berpartisipasi dalam pendidikannya sendiri dan pendidikan teman-temannya. kaitan antara pembelajaran kooperatif dan kelas inklusi sekarang jelas, semua anak berada di satu kelas bukan untuk berkompetisi, tetapi untuk bekerjasama dan saling belajar dari yang lain. Konsep multiple intelligence (intelegensi terdiri dari berbagai dimensi) sangat tepat dalam implikasinya di kelas yang inklusi. Seseorang yang kuat di satu dimensi mungkin lemah pada dimensi lain. Dengan demikian, seorang anak tidak akan selamanya menjadi tutor atau pembimbing teman-temannya, suatu saat dia akan berbalik menjadi anak yang membutuhkan orang lain. Keempat, pendidikan inklusi berarti penyediaan dorongan bagi guru dan kelasnya secara terus menerus dan penghapusan hambatan yang berkaitan dengan

isolasi profesi. Memaknai prinsip ini berarti aspek terpenting dari pendidikan inklusif meliputi proses pembelajaran dengan kolaborasinya berbagai profesi atau dalam sebuah tim, baik guru kelas, guru pembimbing khusus, dan ahli-ahli lainnya baik dalam kolaborasi perencanaan, pelaksanaan maupun penanganannya. Ke lima, pendidikan inklusi berarti melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses perencanaan. Pendidikan inklusi sangat bergantung kepada masukan orang tua pada pendidikan anaknya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi adalah terbuka untuk menerima perbedaan anak yang heterogen di tangani oleh tenaga, dari berbagai profesi sebagai satu tim, sehingga kebutuhan individual setiap anak dapat terpenuhi, hal ini tentu saja menuntut banyak perubahan pada sistem pembelajaran konvensional, dan sekolah perlu dilengkapi dengan fasilitas yang memungkinkan semua anak luar biasa belajar di sekolah tersebut. 11 Sekolah Dasar Muhammadiyah 20 Surabaya adalah salah satu lembaga yang telah menerapkan program pendidikan inklusi karena di dalamnya terdapat anak-anak dengan kebutuhan khusus yang belajar bersama-sama anak normal lainnya, tentunya dengan model pembelajaran yang berbeda. Sebagaimana sekolah-sekolah reguler pada umumnya, Sekolah Dasar Muhammadiyah 20 Surabaya juga menggunakan kurikulum yang telah dikembangkan sendiri sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. 11 www. Slideshare.net/guest16219481/inklusi

Menurut pengamatan penulis, proses pembelajaran di Sekolah Dasar Muhammadiyah 20 Surabaya yang diikuti oleh siswa-siswi dengan berbagai macam kelainan dan kebutuhan khusus tentulah akan sangat sulit sekali untuk dilaksanakan karena untuk dapat menentukan bagaimana kurikulumnya? Bagaimana strategi pembelajarannya? Bagaimana sistem evaluasinya? Dan lain sebagainya, pendidik harus benar-benar mengetahui dan dapat mengidentifikasi masing- masing kelainan pada diri siswa. Saat ini di Sekolah Dasar Muhammadiyah 20 Surabaya terdapat terdapat 41 siswa inklusi dengan ciri-ciri cacat fisik, siswa autis dan hyperactive, siswa yang lambat belajar, dan siswa berbakat. Nurul Huda menyatakan strategi pembelajaran inklusi di Sekolah Dasar Muhammadiyah 20 Surabaya adalah dengan mengubah desain kelas baik dari jumlah siswa, bentuk meja, kursi dan hiasan hiasan kelas yang lain. Selain itu di tempatkan dalam kelas 2 guru yang terus memantau setiap perkembangan siswa baik siswa normal maupun siswa yang berkebutuhan khusus. Siswa inklusi di Sekolah Dasar Muhammadiyah 20 Surabaya ini di tempatkan pada kelas regular, yang mana anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) sepanjang hari di kelas regular dengan menggunakan kurikulum yang sama. Materi pelajaran juga disesuaikan dengan tema pada saat itu. Namun tidak berarti sekolah kreatif membuat kurikulum sendiri atau menyususn bahan materi sendiri, tetapi berasal dari berbagai sumber yang terlebih dahulu dipetakan keseluruhan materinya kemudian dipasang lagi dan disesuaikan dengan tema dan sub tema.

Selain materi pelajaran, alokasi jam pelajaran juga diatur sedemikian rupa sehingga tidak memberatkan peserta didik atau siswa. Alokasi waktu pembelajaran diatur sebagai berikut : 1. Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 20 hanya menggunakan 5 hari masuk sekolah (Senin Jum at) 2. Jam masuk dan pulang sekolah, sebagai berikut: - Jam 07.30 12.00 WIB kelas 1 dan 2 - Jam 07.30 14.10 WIB kelas 3 - Jam 07.30 14.45 kelas 4, 5, dan 6 3. Untuk kelas 1 dan 2 alokasi waktu setiap jam pelajaran adalah 30 menit. Sedangkan untuk kelas 3, 4, 5, dan 6 adalah 35 menit, 4. Akan tetapi pada hari Senin dan Rabu siswa inklusi tersebut diberi tambahan pelajaran sesudah jam pelajaran sekolah selesai. Dalam implementasi strategi pembelajaran inklusi tersebut tidak diberikan batasan pada metode apa yang dipakai, selama metode yang dipakai tidak bertentangan dengan prinsip prinsip pembelajaran maka tidak dipermasalahkan. Oleh karena itu, dengan alasan-alasan tersebut di atas, peneliti ingin mengetahui tentang Pengelolaan Siswa Inklusi Di Sekolah Dasar Muhammadiyah 20 Surabaya, yang meliputi: perencanaan, proses, dan system evaluasinya dengan alasan bahwa di Sekolah Dasar Muhammadiyah 20 Surabaya telah menerapkan program pendidikan inklusi yang mana di sekolah tersebut terdapat anak berkebutuhan khusus (ABK) yang belajar bersama-sama dengan

anak normal, yang tentunya suatu hal yang menarik untuk diteliti pada saat ini, sehingga penulis menjadikan Sekolah Dasar Muhammadiyah 20 Surabaya sebagai tempat penelitian. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka dapatlah dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah Pengelolaan Siswa Inklusi di Sekolah Dasar Muhammadiyah 20 Surabaya? 2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pengelolaan siswa inklusi di Sekolah Dasar Muhammadiyah 20 Surabaya? C. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimanakah pengelolaan siswa inklusi di Sekolah Dasar Muhammadiyah 20 Surabaya. 2. Untuk mengetahui factor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan siswa inklusi di Sekolah Dasar Muhammadiyah 20 Surabaya D. Manfaat penelitian Dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Bagi sekolah yang bersangkutan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi pihak sekolah Sekolah Dasar Muhammadiyah 20 Surabaya,

sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijaksanaan dalam meningkatkan pengelolaan siswa inklusi agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan hasil maksimal. 2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan khasanah intelektual pada umumnya, terutama bagi kepala sekolah dalam memaksimalkan pengelolaan siswa inklusi dan sebagai inspirasi dalam upaya mengembangkan pendidikan inklusi. E. Definisi Konseptual Untuk mempertegas maksud dan tujuan dari skripsi ini adalah PENGELOLAAN SISWA INKLUSI DI SD MUHAMMADIYYAH 20 SURABAYA maka perlu adanya penegasan sudut untuk menghindari adanya kesalahan dalam memahami judul skripsi ini. Pengeloaan siswa inklusi adalah: a. Pengelolaan Siswa Inklusi Penyelenggaraan suatu kegiatan pada anak yang mempunyai keterbatasan yang proses pembelajarannya dilakukan bersama dengan siswa pada kelas reguler yang dilaksanakan di SD Muhammadiyah 20 Surabaya. b. Pengelolaan

Suatu kegiatan penyelenggaraan, atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan lancar, efektif, dan efisien. 12 c. Siswa Inklusi Anak-anak yang mempunyai keterbatasan atau yang disebut dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang proses pembelajarannya juga dalam kelas regular. 13 Jadi, yang dimaksud pengelolaan siswa inklusi adalah suatu kegiatan penyelenggaraan atau pengurusan anak anak yang mempunyai keterbatasan yang proses pembelajarannya juga dalam kelas regular. Indicator siswa inklusi adalah: a) Tunagrahita atau disebut dengan anak hambatan perkembangan b) Kesulitan belajar c) Hyperactive d) Tunawicara e) Anak autis f) Anak berbakat g) Gangguan fisik Kategori siswa inklusi yang ada di SD Muhammadiyah 20 Surabaya adalah ; a) Hyperactive b) Anak autis 12 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. 8 13 http://pendidikan-inklusi-pendidikan-terhadap-anak-berkebutuhan-khusus

c) Anak berbakat d) Gangguan fisik e) Kesulitan belajar f) speachdly F. Sistematika Pembahasan Untuk lebih mempermudah pembahasan dalam penulisan ini peneliti menulis, mensistematiskan pembahasan dalam beberapa sub bab sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Yang membahas tentang latar belakang masalah yang menjadi penyebab mengapa penelitian ini dilakukan, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan. BAB II : Kajian pustaka Merupakan landasan teori yang membahas tentang siswa inklusi yang mencakup tentang pengertian siswa inklusi dari Para ahli, macammacam siswa inklusi, ciri-ciri siswa inklusi, dan pengelolaan siswa inklusi yang mencakup tentang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi serta faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan siswa inklusi. BAB III : Metode Penelitian Memuat cara-cara atau metode penelitian antara lain lokasi penelitian, jenis penelitian, instrumen penelitian pengumpulan data yang memuat

metode pegumpulan data dan sumber pengumpulan data, analisis data yang berfungsi untuk memperoleh gambaran tentang permasalahan dari obyek yang diteliti BAB IV : Hasil penelitian Yang meliputi penyajian data dari analisa data, yaitu pengelolaan siswa inklusi, faktor pendukung dan faktor penghambat pengelolaan siswa inklusi BAB V : Kesimpulan dan Saran Merupakan penutup yang menjelaskan tentang kesimpulan dari skripsi yang berawal dari rumusan masalah dan dilengkapi dengan saran-saran yang membantu dalam perbaikan skripsi ini. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori Tentang Siswa Inklusi 1. Pengertian Siswa Inklusi Siswa adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik disuatu lembaga pendidikan. 14 Siswa ini adalah anak didik yang harus dikembangkan kemampuannya oleh sekolah untuk menjadi pribadi yang siap ditengah tengah masyarakat. Inklusi adalah berasal dari kata inclusion yang berarti penyatuan. Dapat berarti pula bahwa tujuan pendidikan bagi siswa yang memiliki hambatan, keterlibatan yang sebenarnya dari tiap anak dalam kehidupan sekolah yang menyeluruh. 15 Siswa inklusi sendiri adalah anak berkebutuhan khusus yang ikut serta belajar di kelas umum/ biasa dengan anak anak lainnya, seperti anak yang memiliki kesulitan melihat atau mendengar, yang tidak dapat berjalan atau lebih lamban dalam belajar dan juga anak autis. 16 Jadi, definisi siswa inklusi adalah siswa berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah umum bersama sama dengan siswa normal, yang 14 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996, hlm. 11 15 J. David Smith, Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua, Bandung: Nuansa, 2006, hlm. 45 16 http://www. Blogger.com/feeds/5263643712975895083/posts/default