BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan usaha. Persaingan ini menuntut pihak manajemen perusahaan untuk mampu menentukan langkah-langkah yang tepat dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Secara umum tujuan perusahaan adalah tetap bisa bertahan dan berkembang ke arah yang lebih maju melalui pengelolaan operasional perusahaan secara efisien. Salah satunya pengelolaan yang harus diperhatikan adalah pengelolaan persediaan bahan baku karena persediaan adalah unsur paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah yang kemudian dijual kembali (kabarindonesia.com) Setiap perusahaan, khususnya perusahaan industri harus mengadakan persediaan bahan baku, karena tanpa adanya pengelolaan persediaan bahan baku yang baik akan mengakibatkan terganggunya proses produksi, tidak dapat memenuhi keinginan konsumen yang membutuhkan barang atau jasa yang dihasilkan dan menyebabkan perusahaan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya didapatkan. Namun pengelolaan persediaan yang berlebih akan merugikan perusahaan. Dikarenakan diperlukannya pengeluaran yang ditimbulkan dengan adanya persediaan tersebut, dimana biaya dari 1
2 pembelian tersebut dapat digunakan untuk keperluan lainnya yang lebih menguntungkan (www.industri.kontan.co.id) Seperti yang terjadi pada Industri pengolahan ikan belum bisa beroperasi normal berkaitan dengan ketersediaan ikan untuk diolah sebagai bahan baku. Menurut H. Murtasim, Ketua Ikatan keluarga Besar Pengusaha Kerupuk Indramayu, fenomena seperti ini selalu terjadi setiap tahun. Karena itu, para pengusaha kerupuk di Indramayu berusaha mengantisipasinya dengan menyimpan ikan cadangan. Namun, cadangan ikan yang dimiliki pengusaha kerupuk hanya bertahan selama beberapa hari produksi. Bahkan pada bahan baku ikan telah habis untuk memenuhi lonjakan permintaan selama Lebaran. Sebagaimana diungkapkan pemilik kerupuk merek Kelapa Gading sejatinya telah menyimpan 25 ton ikan remang agar tetap bisa berproduksi. Tapi, cadangan hanya cukup untuk 10 hari produksi (www.industri.kontan.co.id). Perkiraan pada tahun 2014, produksi kerupuk ikan remang baru akan dimulai sekitar pertengahan Oktober, sebab, kapal-kapal yang berkapasitas diatas 30 gross tonnage (GT) baru berangkat sekitar 18 Oktober - 19 Oktober 2014. Sedangkan perjalanan kapal itu membutuhkan waktu 40 hari-50 hari. Menyebabkan pasokan ikan sangat terbatas, walaupun pasokan ikan remang bukan berarti tidak ada sama sekali. Di Kalimantan dan Sumatra, para nelayan sudah mulai memiliki pasokan ikan remang. Hanya saja, harganya meningkat sekitar 16,6% menjadi Rp 15.000 per kilogram (kg) setelah lebaran lalu. Sebagai pembanding, harga sebelum lebaran berkisar Rp 12.500 per kg. "Harga tersebut
3 terlalu mahal untuk industri kerupuk, dan belum termasuk biaya pengiriman (www.industri.kontan.co.id). Basmi Said, kepala humas Delta Pasific Indotuna, operasional pabrik terpaksa ditutup hingga pasokan ikan tuna segar kembali stabil. Pabrik yang berlokasi di tepi perairan Bitung tersebut memiliki kapasitas produksi hingga 100 ton per hari. Namun, belakangan ini kapasitas tersebut hanya terpakai tidak lebih dari sepertiga. Batas minimal produksi adalah 30 ton dan bila kurang dari batas minimal tersebut akan nombok. Menutup sementara pabrik, menurutnya, menjadi keputusan terbaik yang dapat diambil. Bila tidak, perusahaan harus menutup biaya produksi dan membayar tenaga kerja yang berjumlah sekitar 1.200 orang. Penutupan sementara pabrik pengolahan ikan tuna tersebut menambah panjang daftar perusahaan pengolahan ikan yang beroperasi di Bitung. Hingga kini, setidaknya ada delapan pabrik yang telah merumahkan para pekerjanya. Kedelapan pabrik yang berhenti beroperasi merupakan pemain besar di Bitung. Jika beroperasi normal, kapasitas produksi delapan pabrik tersebut mencapai sekitar 750 ton per hari atau sekitar 54% dari total kapasitas produksi terpasang industri pengolahan ikan di wilayah tersebut (aim-services.co.id) Sebanyak 47 pabrik lainnya masih berupaya memperpanjang napas dengan mengandalkan pasokan ikan dari kapal-kapal nelayan tradisional serta kapal lain yang masih selamat dari aturan yang ditekan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. PT. Sinar Purefoods International, misalnya, saat ini harus puas hanya dengan pasokan 40 ton ikan segar per hari atau hanya 32% dari kapasitas terpasang yang mencapai 125 ton per hari. Demikian pula dengan PT.Samudra
4 Mandiri Santosa, kini beroperasi hanya dengan 20 ton per hari atau hanya 16% dari kapasitas terpasang. Melihat masalah pasokan ikan yang masih karut marut, pabrik-pabrik pengolahan ikan ini pun diprediksi tidak akan bertahan lama. Satu persatu mereka akan mengalami gulung tikar (aim-services.co.id). Hal-hal dari beberapa permasalahan yang dialami oleh perusahaan adalah karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab terjadinya keterlambatan dalam pengiriman barang, serta kurangnya persediaan barang yang dimiliki, atau pembebanan biaya atas penyimpanan persediaan yang terlalu berlebihan. Hal tersebut merupakan suatu masalah yang selama ini dihadapi oleh perusahaan dan harus diperkecil atau bahkan dihilangkan, agar proses produksi dan seluruh kegiatan operasi yang dijalankan oleh perusahaan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam melakukan persediaan barang perusahaan tidak terlalu besar maupun terlalu kecil dan mencapai tingkat efisiensi penggunaan biaya-biaya dalam pengadaan barang yang dibutuhkan oleh perusahaan (Herjanto, 2008). Manajemen persediaan sebaiknya dilakukan secara optimal dengan menggunakan metode-metode ilimiah, serta berpedoman pada kemampuan yang dibutuhkan perusahaan saat ini maupun masa yang akan datang. Salah satu metode dalam upaya pengendalian persedian adalah dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity). Metode EOQ yang digunakan dapat memberikan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan barang yang paling minimal bagi perusahaan (Herjanto, 2008).
5 Proses pemesanan suatu barang sampai barang itu datang juga diperlukan jangka waktu yang bisa bervariasi dari beberapa jam sampai beberapa bulan. Perbedaan waktu antara saat memesan sampai saat barang datang dikenal dengan istilah waktu tenggang (lead time). Waktu tenggang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dari barang itu sendiri dan jarak lokasi antara pembeli dan pemasok berada. Saat waktu tenggang, diperlukan adanya persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama menunggu barang datang, yang disebut dengan persediaan pengamanan (safety stock) (Herjanto, 2008). Persediaan pengamanan atau cadangan (safety stock) diperlukan ketika permintaan (demand) selama periode kedatangan pesanan (lead time) tidak diketahui sebelumnya secara pasti, maka deviasi kapan persediaan dibutuhkan dan kapan persediaan datang harus diketahui. Distribusi normal akan digunakan untuk menggambarkan perilaku penyimpangan tersebut (Siswanto, 2007). Dalam permasalahan persediaan diatas jika tidak menetapkan titik pemesanan ulang (Reorder Point) atau menetapkan namun terlalu rendah, persediaan akan habis sebelum persediaan pengganti diterima sehingga produksi dapat terganggu atau permintaan pelanggan tidak dapat dipenuhi. Namun, jika titik pemesanan ulang ditetapkan terlalu tinggi, maka persediaan baru sudah datang sementara persediaan di gudang masih banyak. Keadaan ini mengakibatkan pemborosan biaya dan investasi yang berlebihan (Herjanto, 2008). Titik pemesanan ulang menurut (Herjanto, 2008) adalah jumlah persediaan yang menandai saat harus dilakukan pemesanan ulang sedemikian rupa, sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan dengan tepat waktu dimana persediaan di atas persediaan pengaman sama dengan nol. Titik ini menandakan
6 pembelian harus segera dilakukan untuk menggantikan persediaan yang telah digunakan. Dari permasalahan yang telah dijabarkan di atas telah memberi gambaran bagaimana perilaku permintaan (demand) dan saat pesanan datang (lead time), yang menyimpang dari perkiraan semula, bisa membawa akibat yang merugikan. Ini dapat berupa kehabisan atau kelebihan persediaan. Selain itu akibat lainnya dapat menimbulkan besarnya biaya-biaya yang harus dikeluarkan dikarenakan antisipasi yang dilakukan demi mencukupi persediaan pasokan ikan tersebut. Dan perusahaan atau industri tersebut mengalami kerugian dan gulung tikar (Siswanto, 2007). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chairul Bahtiar Robyanto, Made Antara, dan Ratna Komala Dewi (2013) menyimpulkan bahwa Metode Economic Order Quantity dapat mengefisiensikan pembelian bahan baku yang semestinya dilakukan perusahaan adalah 3.315,62 ton dengan frekuensi minimum (Safety Stock) yang harus dimiliki perusahaan adalah 1.578,23 ton, titik pemesanan ulang (reorder point) pada saat persediaan gudang sebesar 3.156,47 ton, sehingga total biaya persediaan bahan baku yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dengan produksi sebesar 235.409,18 ton adalah Rp 2.399.473.609,66 sedangkan sebelum menggunakan metode EOQ sebesar Rp 2.402.377.406,56. Dengan demikian tingkat efisiensi yang diperoleh setelah dilakukannya analisis ditunjukkan adanya penurunan biaya persediaan sebesar Rp 2.903.796,90 atau besarnya presentase penurunan sebesar 12%.
7 Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Vikki Yudhi Hapsari dan Anastasia Susty (2013) menyatakan bahwa perhitungan menurut EOQ diketahui kuantitas pembelian bahan baku tepung terigu yang optimal adalah sebesar 563 sak dan titik pemesanan kembali pada saat persediaan tersisa sebesar 148,62 sak. Safety stock sebesar 31,62 sak, sehingga diperoleh biaya total persediaan menurut EOQ sebesar Rp 8.333.062,79, sedangkan biaya total persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp 8.877.174,61. Selisih total biaya persediaan tidak signifikan yaitu sebesar 6,3% sehingga dapat dikatakan bahwa perencanaan bahan baku oleh Dika bakery sudah optimal. CV. Mega Mandiri didirikan pada tahun 2000. Perusahaan bergerak pada industri pengolahan makanan yang berbahan dasar hasil laut khususnya ikan ini selalu melakukan perbaikan dan peningkatan dalam hal pengelolaan dan pengendalian persediaan. Hal tersebut bertujuan untuk mengkontrol dan meminimalisirkan biaya khususnya pengeluaran utama yaitu persediaan bahan baku ikan. Faktor yang menyebabkan pengelolaan dan pengendalian tersebut perlu dilakukan adalah tingkat kebutuhan bahan baku utama yang tinggi pada saat produksi, dan antisipasi kehabisan persediaan dikarenakan ketiadaan stok pada supplier bahan baku ikan. Berdasarkan fenomena yang terjadi, dimana total biaya EOQ menunjukkan nilai yang rendah dibandingkan dengan total biaya sebelum menggunakan metode pengendalian persediaan yaitu Economic Order Quantity (EOQ), persediaan cadangan (Safety Stock) untuk menghindari resiko kehabisan bahan baku (Stock Out) dan titik pemesanan ulang (reorder point) untuk
8 menentukan waktu yang tepat untuk melakukan pemesanan ulang menarik untuk dilakukan penelitian dengan judul: ANALISIS ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ), SAFETY STOCK, REORDER POINT (ROP) TERHADAP EFISIENSI BIAYA PERSEDIAAN BAHAN BAKU (Studi Empiris Pada CV. Mega Mandiri Kota Bandung). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, masalah dari penelitian dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana economic order quantity (EOQ), safety stock, reorder point (ROP) pada CV. Mega Mandiri Kota Bandung. 2. Bagaimana economic order quantity (EOQ) dapat digunakan dalam melakukan efisiensi biaya persediaan bahan baku pada CV. Mega Mandiri Kota Bandung. 3. Bagaimana safety stock dapat digunakan dalam melakukan efisiensi biaya persediaan bahan baku pada CV. Mega Mandiri Kota Bandung. 4. Bagaimana reorder point (ROP) dapat digunakan dalam melakukan efisiensi biaya persediaan bahan baku pada CV. Mega Mandiri Kota Bandung. 5. Bagaimana economic order quantity (EOQ), safety stock, reorder point (ROP) secara simultan dapat digunakan dalam melakukan efisiensi biaya persediaan bahan baku pada CV. Mega Mandiri Kota Bandung.
9 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui, mengkaji dan mendeskripsikan economic order quantity (EOQ), safety stock, reorder point (ROP) dan efisiensi biaya persediaan bahan baku pada CV. Mega Mandiri Kota Bandung. 2. Mengetahui dan menganalisis dampak economic order quantity (EOQ), safety stock, reorder point (ROP) terhadap efisiensi biaya persediaan bahan baku pada CV. Mega Mandiri Kota Bandung secara parsial. 3. Mengetahui, menganalisis dan mendeskripsikan economic order quantity (EOQ), safety stock, reorder point (ROP) terhadap efisiensi biaya persediaan bahan baku pada CV. Mega Mandiri Kota Bandung secara simultan 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian akan memberikan wawasan dan pengetahuan tentang analisis economic Order Quantity (EOQ), safety stock, dan reorder point (ROP) terhadap efisiensi biaya persediaan bahan baku. 2. Bagi Perusahaan Hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan terkait economic Order Quantity (EOQ), safety stock, dan
10 reorder point (ROP) mempengaruhi efisiensi biaya persediaan bahan baku sehingga dapat dijadikan rujukan dalam pengambilan keputusan. 3. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai referensi ilmiah bagi peneliti berikutnya yang ingin mengkaji lebih lanjut mengenai economic Order Quantity (EOQ), safety stock, dan reorder point (ROP) terhadap efisiensi biaya persediaan bahan baku.